Anda di halaman 1dari 4

Geo Image 3 (2) (2014)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

EFEKTIVITAS BRT (Bus Rapid Transit) TRANS SEMARANG SEBAGAI MODA


TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG

Endhar Gilang Pradipta  Suroso, Erni Suharini


Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Di Kota Semarang memiliki moda transportasi massal yaitu Bus Rapid Transit (BRT)
Diterima Juni 2014 Trans-Semarang yang beroperasi sejak tahun 2010. Diharapkan mampu mengurangi pertumbuhan
Disetujui Juni 2014 kendaraan pribadi di Kota Semarang. Permasalahan yang dikaji adalah: Sudah efektifkah BRT
Dipublikasikan Desember Trans-Semarang sebagai moda transportasi di Kota Semarang? Berdasarkan permasalahan di atas,
2014 maka rumusan tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui efektivitas BRT trans-semarang
________________ sebagai moda transportasi di Kota Semarang. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Semarang
Keywords: yaitu di dalam BRT dan disepanjang jalan yang menjadi rute BRT. Populasi dan sampelnya adalah
Effectiveness, Mode of keseluruhan bus dan halte BRT. Metode yang digunakan adalah survey, observasi dan wawancara
Transportation, BRT Trans kepada penumpang BRT. Setelah mensurvay bus da halte kemudian mendata dengan metode
Semarang checklist, setelah itu discoring selanjutnya di uji validitasnya dengan data pertumbuhan kendaraan
____________________ pribadi sebelum dan setelah ada BRT untuk mengetahui efektivitasnya untuk mengurangi
pertumbuhan kendaraan pribadi di Kota Semarang Dalam hasil penelitian ini, moda transportasi
BRT yang ada di Kota Semarang dinyatakan efektif. karena BRT di Kota Semarang mampu
mengurangi angka pertumbuhan kendaraan pribadi di wilayah yang dilewati/ menjadi rute BRT
Koridor 1 dan 2. Keefektivan BRT itu karena BRT sudah terintegrasi, memiliki tempat
pemberhentian khusus yang nyaman, pendapat penumpang yang menyatakan BRT sudah aman,
nyaman dan tarifnya terjangkau.

Abstract
___________________________________________________________________

In the city of Semarang have mass transportation is Bus Rapid Transit (BRT) Trans-Semarang
operating since 2010 Expected able to reduce the growth of private vehicles in the city of Semarang. The problems
studied were: Already effective BRT Trans-Semarang as a mode of transportation in the city of Semarang? Based
on the above problems, the formulation of the objectives of this study were: to determine the effectiveness of trans-
Semarang BRT as a mode of transportation in the city of Semarang. This study took place in the city of Semarang
in the BRT and road along the BRT route. Population and sample are overall BRT buses and bus stops. The
method used was a survey, observation and interview to the BRT passengers. After mensurvay da bus stop and then
record the checklist method, after the next discoring in test validity with the data growth of private vehicles before
and after BRT to determine its effectiveness to reduce the growth of private vehicles in the city of Semarang In this
study, the BRT mode of transportation in the city of Semarang is declared effective. for BRT in the city of
Semarang is able to reduce the rate of growth of private vehicles in the region that is passed / into the BRT
Corridor 1 and 2 The effectiveness of the BRT because BRT is integrated, have a comfortable place special stops,
passengers expressed opinion of the BRT was safe, convenient and charge affordable

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285
Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

1
Endhar Gilang Pradipta/Geo Image 3 (2) (2014)

PENDAHULUAN perbaikan kinerja angkutan umum. Pasalnya,


sudah 20 tahun lebih kondisi pelayanan
Kota Semarang merupakan Ibukota angkutan umum di Kota Semarang menurun.
Jawa Tengah yang memiliki aktivitas kota yang Namun faktanya kehadiran moda angkutan baru
cukup besar. Kota Semarang memiliki itu baru sebatas melengkapi tuntutan utilitas
aksesabilitas yang tinggi karena memiliki kota terkait transportasi.
pelabuhan, bandara, dan sebagai jalur utama Tolak ukur keberhasilan pengoperasian
mobilitas masyarakat yang menghubungkan bus itu bukan hanya pada angka statistik untung
dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Pulau rugi, atau pelayanan, melainkan harus melihat
Jawa. Kegiatan perekonomian di kota Semarang ada tidaknya penurunan jumlah kendaraan
terus meningkat karena memiliki letak yang pribadi di Kota Semarang. Pertanyaannya,
strategis yaitu berada di bagian tengah-tengah adakah standar pelayanan minimal yang bisa
pulau dan menjadi jalur utama mobilitas diterapkan agar pelayanan itu bisa menjadi tolak
masyarakat di Pulau Jawa. Kota Semarang ukur keberhasilan.
memiliki kegiatan transportasi yang besar. Dari Berdasarkan uraian latar belakang
tahun ke tahun jumlah kepemilikan kendaraan tersebut, maka peneliti melakukan suatu
bermotor pribadi terus meningkat. penelitian dengan judul ” EFEKTIVITAS BRT
Peningkatan mobilitas harus diimbangi (Bus Rapid Transit) TRANS SEMARANG
dengan infrastruktur. Peningkatan jumlah dan SEBAGAI MODA TRANSPORTASI DI
mobilitas masyarakat yang tidak diimbangi KOTA SEMARANG”
dengan infrastruktur yang memadai akan
menimbulkan masalah transportasi. METODE PENELITIAN
Pertumbuhan kendaraan pribadi akan
menimbulkan beberapa dampak buruk seperti Penelitian tentang efektivitas BRT trans-
ketidak lancaran arus barang, inefisiensi waktu semarang sebagai moda transportasi di Kota
bagi para pekerja, jumlah kecelakaan yang Semarang mengambil lokasi penelitian di dalam
meningkat, pemborosan bahan bakar, polusi bus BRT koridor 1 dan BRT koridor 2, di jalur
udara, dll. BRT koridor 1 dari Terminal Mangkang sampai
Jumlah kendaraan bermotor yang Terminal Penggaron, di jalur BRT koridor 2 dari
bertambah setiap tahunnya harus dikendalikan Terminal Terboyo sampai Terminal Sisemut
dan dibatasi. Tidak adanya kontrol terhadap Ungaran, di halte/ shelter BRT di sepanjang
pertumbuhan kendaraan bermotor membuat jalur BRT koridor 1 dan 2, Terminal Mangkang,
kecelakaan lalu lintas dan kemacetan tidak Terminal Penggaron, Terminal Terboyo,
dihindarkan. Wewenang untuk menekan jumlah Terminal Sisemut Ungaran.
kendaraan bermotor tersebut tergantung pada Populasi dalam penelitian evektifitas BRT
kebijakan pemerintah kabupaten/kota. Untuk trans-semarang sebagai moda transportasi di
menekan pertumbuhan kendaraan bermotor, Kota Semarang meliputi bus BRT koridor 1 dan
terdapat berbagai cara, antara lain dengan 2 yang beroprasi masing-masing sebayak 18 unit
menaikkan pajak kendaraan bermotor , biaya , seluruh halte/ shelter sebanyak 112 unit yang
parkir ditambah, atau melarang pelajar terbagi menjadi 60 halte/ shelter di koridor 1, 52
menggunakan kendaraan bermotor. Namun, halte/ shelter di koridor 2, terminal di jalur BRT
kebijakan tersebut harus diimbangi dengan koridor 1 dan BRT koridor 2, jalur yang dilewati
penyediaan angkutan massal yang murah dan BRT koridor 1 dan 2, Penumpang/ pengguna
nyaman seperti bus rapid transit (BRT) Trans BRT sebanyak 40 responden yang terbagi dalam
Semarang untuk moda transportasi dalam kota dua koridor BRT. Teknik sampel menggunakan
Semarang. dua jenis teknik sampel yaitu total sampling dan
Tahun 2010 kehadiran BRT diharapkan teknik acak/ random.
bisa memberi angin segar terkait dengan

2
Endhar Gilang Pradipta/Geo Image 3 (2) (2014)

Variabelnya adalah jalur bus yang Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Tengah,
terpisah, integrasi moda di stasiun dan terminal, Semarang Timur, Gayamsari, Pedurungan dan
memiliki tempat pemberhentian yang khusus Genuk. Adapula wilayah Kecamatan yang
dan nyaman, pendapat penumpang BRT. mengalami kenaikan persentase pertumbuhan
Dengan teknik pengumpulan data yaitu survey kendaraan pribadi, yaitu Kecamatan
lapangan dan wawancara kepada penumpang Banyumanik, Gajahmungkur, Semarang Selatan
yang dilakukan disepanjang rute BRT Koridor 1 dan Candisari.
dan BRT Koridor 2. Teknik pengolahan data ini Secara umum, dengan adanya penurunan
menggunakan metode scoring, yaitu pemberian persentase pertumbuhan kendaraan pribadi di
skor pada masing masing indikator dan Kecamatan yang dilalui/ menjadi rute koridor
persentase pendapat penumpang. Teknik BRT, itu berarti BRT mampu untuk mengatasi
analisis datanya peneliti membagi efektivitas pertumbuhan kendaraan pribadi di Kota
BRT menjadi empat kriteria yaitu tidak efektif, Semarang. Keefektivan BRT itu karena BRT di
kurang efektif, cukup efektif dan efektif setelah Kota Semarang sudah terintegrasi antar koridor
itu menggunakan metode empiris yaitu BRT yang lain, sudah terintegrasi dengan moda
membandingkan antara data hasil pengolahan transportasi lain yaitu bus AKAP/ AKDP di
(basis data) dengan parameter. Khusus variabel Terminal Mangkang, Terboyo, Penggaron,
pendapat penumpang dengan batas 50% hasil Sisemut Ungaran. Tempat pemberhentian BRT/
persentase, bila persentasenya kurang dari 50% halte juga sudah nyaman, adanya rambu
maka tidak efektif, bila persentasenya lebih dari informasi, adanya pintu masuk ke halte, adanya
50% maka efektif. pintu masuk ke bus, adanya trotoar/ tempat
pejalan kaki, lantai halte sejajar dengan lantai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN bus yang memudahkan penumpang untuk
berpindah dari halte ke bus dan sebaliknya, di
Dalam hasil penelitian ini, moda halte juga sudah ada bidang miring yang
transportasi BRT yang ada di Kota Semarang memudahkan kaum deffabel untuk naik dari
dinyatakan efektif. Mengapa demikian?, karena trotoar menuju ke halte.
BRT di Kota Semarang mampu mengurangi Pendapat penumpang yang menyatakan
angka pertumbuhan kendaraan pribadi di bahwa BRT sudah nyaman, aman, tarifnya
wilayah yang dilewati/ menjadi rute BRT terjangkau karena tarif untuk umum Rp 3.500,-
Koridor 1 dan 2 . Sesuai tujuannya yaitu dengan dan untuk pelajar Rp 1.000,-. Setelah itu dari
beroprasinya BRT diharapkan mampu menekan melihat perpindahan masyarakat yang
angka pertumbuhan kendaraan pribadi. Untuk sebelumnya tidak menggunakan BRT, 50% dari
mengetahui efektif/ tidaknya BRT tidak hanya penumpang menyatakan sebelum adanya BRT
dilihat dari segi untung dan rugi, tetapi dilihat mereka menggunakan kendaraan pribadi, 50%
dari sejauh mana BRT mampu mengurangi dari penumpang menyatakan sebelum adanya
pertumbuhan kendaraan pribadi. Untuk BRT mereka menggunakan angkutan umum.
mengetahui hal tersebut, maka akan Pengguna angkutan umum yang berpindah
dibandingkan persentase pertumbuhan menggunakan BRT rata-tata adalah pelajar
kendaraan pribadi sebelum ada BRT yaitu pada karena tarif BRT untuk pelajar Rp 1.000,-
tahun 2007, 2008, 2009 dan setelah ada BRT menurut mereka murah dibandingkan dengan
yaitu pada tahun 2010, 2011, 2013 di wilayah mereka menggunakan angkutan umum karena
Kecamatan yang dilalui/ menjadi rute BRT. BRT lebih cepat, tidak berhenti/ ngetem
Wilayah yang mengalami penurunan persentase disembarang tempat, ber-AC yang membuat
setelah BRT beroprasi adalah Kecamatan Tugu, mereka lebih nyaman.

3
Endhar Gilang Pradipta/Geo Image 3 (2) (2014)

Gambar 1. Peta Presentase Pertumbuhan Gambar 1. Peta Presentase Pertumbuhan


Kendaraan Sebelum Ada BRT di Kota Kendaraan Setelah Ada BRT di Kota Semarang
Semarang

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

BRT Trans-Semarang dinyatakan Efektif Badan Layanan Umum Trans Semarang. Standar
untuk mengatasi masalah keruangan yaitu Pelayanan BRT Trans Semarang
pertumbuhan kendaraan pribadi, itu terbukti Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2010. Kota
pada tahun 2012/ setelah beroprasinya BRT Semarang Dalam Angka Tahun 2007, 2008,
Koridor 1 dan 2, persentase pertumbuhan
2009. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.
kendaraan pribadi di kecamatan yang dilalui
2010
BRT koridor 1 dan 2 mengalami penurunan.
Belum adanya jalur khuus itu menjadi kendala, Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2013. Kota
tetapi secara umum dari mulai kondisi halte, Semarang Dalam Angka Tahun 2010, 2011,
adanya integrasi sudah membuat BRT di Kota 2012. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.
Semarang efektif. Pendapat pengguna/ 2013
penumpang BRT menyatakan, BRT sudah Departemen Perhubungan RI, Direktorat Jendral
cukup nyaman, aman dan tarifnya murah bila Perhubungan Darat. Perencanaan Angkutan
dibandingkan dengan kendaraan pribadi dan
Massal Berbasis Jalan tahun 2007
angkutan umum yang lain.
Departemen Perhubungan RI, Direktorat Jendral
Perhubungan Darat,
SK.687/AJ.206/DRJD/2002

Anda mungkin juga menyukai