Anda di halaman 1dari 6

1.

Maksud Dan Tujuan

1.1. Maksud
Adapun maksud dari praktikum geologi struktur ini adalah untuk
mengetahui apa saja yang dapat digunakan dalam memecahkan beberapa masalah
yang berhubungan dengan strike dan dip.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Praktikan dapat memahami definisi Problema Tiga Titik (Three-points
Problem) dan Pola Penyebaran Singkapan
2. Praktikan dapat menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui
posisi dan ketinggiannya yang terletak pada bidang rata yang sama
3. Menentukan penyebaran dari singkapan yang telah diketahui kedudukannya
dari satu titik.

2. Alat Dan Bahan

2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini yaitu sebagai berikut :
Alat tulis menulis
1. Drawing pen
2. Penggaris 30 cm
3. Busur 360º
4. Papan Standar
5. Kalkulator

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
1. Buku Penuntun
2. Kalkir
3. Dasar Teori

3.1 Problema Tiga Titik


Seringkali singkapan yang ada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi
tertutupi oleh soil yang tebal dan vegetasi yang lebat sehingga sulit untuk
mendapatkan singkapan yang segar. Namun dari minimal tiga singkapan yang
terpisah-pisah dengan ketinggian yang berbeda dapat dicari kedudukan perlapisan
batuan. Metoda untuk mencari kedudukan lapisan dari batuan tersebut dikenal
dengan metoda problema tiga titik. Metoda ini dapat juga digunakan untuk
mencari kedudukan lapisan bawah permukaan dari data lubang bor, dengan syarat
lapisan tersebut belum terganggu struktur, lihat gambar 3.1.

Gambar 3.1. Pengukuran 3 Titik


Problema tiga titik dapat digunakan apabila data-data memenuhi syarat:
a. Ketiga titik singkapan yang telah diketahui lokasi dan ketinggiannya terletak
pada satu bidang,
b. Bidang tersebut belum terpatahkan atau terlipat.
Problema tiga titik dapat kita interpretasikan dengan berbagai cara, baik
cara matematis maupun cara grafis. Adapun cara grafis yang bias digunakan
adalah dengan penggambaran menggunakan metode kontur struktur.
Contoh :
Diketahui suatu lapisan batupasir yang kaya akan bijih tembaga tersingkap pada
tiga titik pengamatan. Pada lokasi B yang berjarak 450 m dari titik A dengan arah
N 2000 E, dan titik C berjarak 400 m dengan arah N 1500 E dari titik A. Tentukan
arah jurus dan kemiringan lapisan batupasir tersebut. Ketinggian titik A = 175
meter, B = 50 meter , C = 100 meter. Skala 1:10.000.
Penyelesaian :
a. Tentukan letak ketiga titik A, B dan C yang sudah diketahui.sesaui dengan
arah dan jarak lapangan
b. Hubungkan Titik A, B, dan C hingga membetutkuk segitiga ∆ABC dengan
titik ketinggian tertentu
c. Tinjau garis A-B (A ke B), Tinjau garis A-C (A ke C), dan Tinjau Garis B-C
(B ke C).
d. Buatlah titik dan garis kontur struktur pada segitiga A, B, C dengan rumus
dasar sebagai berikut :
e. Hubungkan Titik Kontur yang memiliki ketinggian yang sama hingga
membentuk kontur struktur
𝐵𝑇1 + 𝐷𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷1 =
𝐵𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐵𝑇2 + 𝐷𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷2 =
𝐵𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐵𝑇3 + 𝐼𝐾
𝐷3 =
𝐵𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dimana :
BT ( i ) = Beda Tinggi (m )
D(i) = Jarak penggambaran (cm )
IK = Interval Kontur ( m )
f. Garis kontur struktur inilah merupakan representative dari strike dari suatu
bidang perlapisan.
g. Buatlah garis Dip Direction (OZ) di salah satu titik kontur. g) Jadikan titik O
sebagai acuan untuk mengambarkan garis OD’ dimana besar sudut antara OD
dan OD’ adalah besar sudut dip.
3.2 Pola Penyebaran Singkapan
Untuk membuat pola penyebaran singkapan, metoda yang digunakan
kebalikan dari metode problema tiga titik, yaitu dari mengetahui kedudukan
lapisan batuan yang digabungkan dengan topografi dapat dicari penyebaran
singkapannya. Pola penyebaran singkapan tersebut tergantung kepada:
a. Tebal lapisan
b. Topografi
c. Besar kemiringan lapisan batuan
d. Bentuk struktur lipatan.
Sedangkan topografi itu sendiri dikontrol oleh batuan penyusun, struktur
geologi dan proses-proses geomorfik. Bila setiap singkapan batuan yang sama
dihubungkan dengan yang lain, dan batas satuan digambarkan pada peta topografi
maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran batuan. Bentuk penyebaran tersebut
dikenal dengan pola singkapan. Hubungan antara kedudukan lapisan batuan,
penyebaran singkapan dan topografi dirumuskan dalam suatu aturan tertentu yang
lebih dikenal dengan hukum V
Pola penyebaran singkapan dapat digambarkan dalam peta topografi
apabila:
a. Diketahui letak titik singkapan pada peta topografi
b. Diketahui jurus dan kemiringan batuan
c. Ada peta topografi (garis tinggi)
d. Singkapan dengan jurus dan kemiringan yang tetap, atau dengan kata lain
belum terganggu struktur patahan atau lipatan.
Gambar 3.2 Pola penyebaran singkapan batuan berdasarkan topografi dan lapisan
batuan (hukum V) (Ragan, 1973). (a) lapisan horisontal, (b) lapisan
miring ke arah hulu lembah, (c) lapisan tegak, (d) lapisan miring ke
arah hilir lembah, (e) lapisan dan lembah memiliki kemiringan yang
sama, (f) lapisan miring ke arah hilir lembah dengan sudut yang lebih
kecil daripada kemiringan lembah (kemiringan lapisan < kemiringan
lembah).

3.2.1 Metode Pembuatan Pola Penyebaran Singkapan


Di lokasi X tersingkap batas batulempung dengan batugamping dengan
kedudukan N300E/200. Batugamping di atas batulempung. Peta topografi dan
posisi X diketahui.
Penyelesaian:
Urutan penyelesaian sebagai berikut:
1. Buat garis SS’ yang sejajar dengan jurus lapisan batuan yang melewati X.
2. Buat garis tegak lurus SS’ sebagai garis AA’ dan berpotongan di C
(ketinggian 800 meter).
3. Buat garis melalui C dan menyudut terhadap garis AA’ dengan sudut sebesar
kemiringannya (dip = 200), buat garis BB’.
4. Pada garis SS’ buat sekala sesuai dengan ketinggian mulai dari titik C, ke
arah luar semakin kecil, sesuai dengan sekala peta.
5. Buat garis melalui titik-titik ketinggian tersebut sejajar dengan garis AA’ dan
berpotongan dengan garis BB’ pada titik-titik tertentu.
6. Dari titik tersebut buat garis sejajar jurus lapisan hingga berpotorigan dengan
garis kontur.
7. Buat titik perpotongan garis tersebut dengan kontur yang mempunyai
ketinggian yang sama sebagai titik sama tinggi.
8. Hubungkan titik-titik tersebut dari masing-masing ketinggian membentuk
pola penyebaran singkapan

Anda mungkin juga menyukai