Anda di halaman 1dari 8

MATA ACARA II

STRUKTUR BIDANG

“Berikan seorang pria semangkuk nasi dan Anda akan memberinya makanan
untuk sehari. Ajarkan seorang pria memelihara padi dan Anda akan
memberinya makanan seumur hidup” – Confusius

1. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui apa saja yang dapat
digunakan dalam memecahkan beberapa masalah yang berhubungan dengan Strike dan Dip.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Praktikan dapat memahami definisi jurus / arah, dip semu dan dip sebenarnya dari struktur
bidang
2. Praktikan dapat memahami definisi dan jenis – jenis dari struktur bidang serta symbol
symbolnya pada peta
3. Praktikan dapat memahami penggambaran struktur bidang

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Mistar 30 cm
b. Busur derajat 360
c. Papan standar
d. Atm

1.3.2 Bahan
a) Problem set (kertas grafik A4)
b) Kertas hvs
c) Buku penuntun

11 . PENGERTIAN
II.1 Materi Pembahasan
Struktur bidang dalam geologi struktur terdiri dari struktur bidang riil dan struktur
bidang semu. Struktur bidang riil ini merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya
dapat diamati langsung di lapangan. Bidang perlapisan, bidang ketidakselarasan, bidang
sesar, foliasi, serta kedudukan bidang yang terlipat merupakan struktur bidang riil.
Sedangkan struktur semu merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya hanya bisa
diketahui dari hasil analisa struktur bidang riil yang lainnya, contoh struktur bidang semu
adalah bidang poros lipatan.
Berdasarkan pengertian geometri, struktur geologi membedakan struktur garis dan
struktur bidang. Termasuk struktur bidang antara lain: perlapisan batuan, urat (vein), kekar,
sesar, lipatan, ketidakselarasan, dll. Sedangkan yang termasuk struktur garis antara lain: lineasi,
gores-garis, hinge line, dll.
Geologi struktur berkaitan erat dengan ilmu geologi lain, seperti geomorfologi,
sedimentologi, petrologi, geologi teknik, geohidrologi, geofisika, dll.
Analisis data struktur geologi secara deskriptif geometri dilakukan dengan cara mengubah
bentuk yang sesunggguhnya kedalam bentuk dua dimensi dengan proyeksi. Berdasarkan
metodanya proyeksi dibedakan menjadi:
1. Proyeksi ortogonal: yaitu penggambaran obyek dengan garis proyeksi dibuat saling sejajar
dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi.

2. Proyeksi perspektif: proyeksi suatu obyek terhadap suatu titik, misalnya proyeksi kutub.

3. Proyeksi stereografis: penggambaran didasarkan kepada perpotongan garis atau bidang


dengan permukaan bola. Proyeksi stereografis banyak dipakai dalam geologi struktur. Proyeksi
ini dan penggunaannya akan dibahas dalam acara Proyeksi Stereografis.
II.2 Kedudukan (Attitude) Struktur Bidang
Kedudukan sebuah struktur bidang dapat diwakili oleh sepasang angka. Terdapat dua cara
penulisan yang dapat digunakan untuk menuliskan sepasang angka tersebut, yaitu :
1. Cara penulisan jurus (strike) dan kemiringan (dip).
2. Cara penulisan kemiringan (dip) dan arah kemiringan (dip direction).
Jurus (Strike) Struktur Bidang Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan sebagai
sebuah garis horizontal yang terletak pada suatu struktur bidang. Sebuah garis jurus pada suatu
struktur bidang dapat dibayangkan sebagai perpotongan antara bidang horizontal imajiner
dengan struktur bidang tersebut (ingat bahwa perpotongan antara dua buah
bidang adalah sebuah garis).Jurus suatu struktur bidang pada lokasi tertentu adalah sudut
antara garis jurus dengan utara sebenarnya. Dengan kata lain, jurus adalah sudut antara
garis horizontal pada suatu struktur bidang dengan utara sebenarnya. Jurus merupakan besaran
sudut yang diukur dalam satuan derajat (0) dengan menggunakan kompas. Setiap sudut
yang diukur dengan menggunakan kompas disebut arah (baearing atau azimuth)
Jurus suatu struktur bidang dapat dideskripsikan dengan dua cara. Cara pertama dikenal
sebagai konvensi kuadran. Dalam konvensi ini, seluruh kemungkinan
Dalam diktat ini, arah mata angin dalam bentuk singkatan dalam Bahasa Inggris tidak
diterjemahkan keBahasa Indonesia.
Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur bidang adalah sudut antara
struktur bidang tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur pada bidang vertikal
tertentu. Bidang vertikal yang tertentu ini memiliki orientasi yang tepat tegak lurus dengan
garis jurus (Gambar 3.3a). Pada sebuah struktur bidang, kemiringan sebenarnya selalu
merupakan kemiringan lereng yang paling besar, dan arah kemiringan sebenarnya merupakan
arah yang tepat tegak lurus jurus. Arah kemiringan sebenarnya selalu ditentukan pada arah
turun lereng (downslope).

Istilah-istilah penting :
Keterangan :
β = true dip α = bearing/azimu δ = apparent dip
AB = jurus N α0 E Kedudukan bidang: Nα0E/β0

1 Proyeksi peta: Sistim Proyeksi yang mengunakan bidang horizontal.

2 Proyeksi penampang: Sistim Proyeksi yang mengunakan bidang vertical.

3 True dip (kemiringan sebenarnya): sudut kemiringan terbesar yang terbentuk oleh suatu
bidang dengan bidang datar, diukur tegak lurus perpotongan bidang.

4 Apperent dip (kemiringan semu): sudut yang terbentuk antara suatu bidang dengan bidang
horisontal yang diukur tidak tegaklurus perpotongan bidang.

5 Jurus (strike): arah garis horisontal yang terbentuk oleh bidang miring dengan bidang
horisontal.

6 Kedudukan : menurut istilah umum untuk orientasi dari sebuah bidang atau garis di dalam
ruang dan pada umumnya dihubungkan dengan koordinat geografis dan garis horizontal.
II.3 Cara Penulisan Kemiringan dan Arah Kemiringan Untuk Struktur Bidang
Kedudukan struktur bidang juga dapat dideskripsikan dengan cara penulisan
kemiringan dan arah kemiringan. Cara penulisan ini, untuk contoh-contoh kedudukan struktur
bidang di atas, diperlihatkan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Contoh cara penulisan kemiringan dan arah kemiringan untuk struktur bidang.
Cara PenulisanJurusdanKemiringan Cara
KonvensiKuadran KonvensiAzimuth PenulisanKemiringan
N00E/800 N00E/800 800, N900E
danArahKemiringa
0
N90 E/30 N 0 N900E/300N 300,N0
n 0
0
N45 W/60 SW0 N1350E/600SW E ,N2250E
60 0
0 0
N45 E/15 NW N450E/150NW 150,N3150E
0
N3 E/20 W0 N30E/200W 200,N2730E
0
N82 W/85 N 0 N980E/850N
850,N80
E SEMU
III. KEMIRINGAN SEBENARNYA DARI JURUS DAN KEMIRINGAN
Gambar 3.8.
Contoh
Dengan menggunakan geometri deskriptif, tentukan kemiringan sebenarnya dari sebuah bidang
perlapisan jika diketahui jurus bidang perlapisan = 3300 dan kemiringan semu pada arah 2600
= 250.

Penyelesaian
1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi (Gambar 3.8a). d
adalah beda tinggi antara jurus PA dan jurus B'C'. 𝜙𝜙 adalah kemiringan sebenarnya, 𝛿𝛿 adalah
kemiringan semu, 𝛽𝛽adalah sudut horizontal antara arah kemiringan dan arah kemiringan
semu.
2. Buat konstruksi grafis. Mulai dengan menggambar sumbur koordinat N-S dan E-W (Gambar
3.8b). Letakkan titik A pada perpotongan sumbu-sumbu koordinat. Gambar garis PQ yang
mewakili garis jurus, yang dibayangkan memiliki ketinggian yang sama dengan titik A.
Gambar garis AB yang sejajar dengan arah kemiringan semu.
3. Jadikan AB sebagai garis lipat F1, dan putar proyeksi penampang (bidang penambangan) ke
bidang proyeksi peta. Gambar garis AN yang memiliki sudut 𝛿𝛿 terhadap AB, dan gambar
garis yang tegak lurus AB dan memotong AN (garis BB'). Sedapat mungkin, jadikan panjang
BB' memiliki angka yang bulat dalam satuan milimeter. Beda tinggi (jarak) antara B dan B'
adalah sebesar d.
4. Gambar garis XY yang sejajar garis jurus dan melalui titik B. Gambar garis dari A yang
tegak lurus garis jurus dan memotong XY. Namakan perpotongan ini sebagai titik C. Dapat
dilihat bahwa garis AC sejajar dengan arah kemiringan sebenarnya.
5. Tentukan titik C' yang terletak di bawah titik C sejauh d. Penentuan ini dilakukan dengan
cara memplot titik C' di sepanjang garis XY dan memiliki jarak sejauh d dari titik C. Gambar
garis AC'. Sudut CAC' adalah kemiringan sebenarnya (𝜙𝜙) dari bidang perlapisan. Pengukuran
dengan busur derajat menghasilkan 𝜙𝜙 = 260.

IV. KEMIRINGAN SEBENARNYA DARI DUA BUAH KEMIRINGAN SEMU


Gambar 3.9.
Contoh
Dua buah kemiringan semu terletak pada sebuah struktur bidang. Kemiringan semu pertama
berarah 2400 dengan besar 250, kemiringan semu kedua berarah 1700 dengan besar 200.
Tentukan jurus dan kemiringan struktur bidang tersebut.
Penyelesaian

1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi (Gambar 3.9a). Garis
AC tegak lurus jurus (arah garis ini merupakan arah kemiringan sebenarnya). Garis AB dan
AD adalah arah kemiringan semu. Δ adalah sudut horizontal antara AB dan jurus, dan adalah
sudut horizontal antara AB dan AD. 𝜇𝜇 adalah kemiringan semu pada arah AB, 𝛿𝛿 adalah
kemiringan semu pada arah AD, dan 𝜙𝜙 adalah kemiringan sebenarnya.

2. Gambar sumbu kooordinat N-S dan E-W berpotongan di titik A (Gambar 3.9b). Gambar
garis AB sejajar arah kemiringan semu pertama dan garis AL sejajar arah kemiringan semu
kedua. Panjang kedua garis ini pada dasarnya dapat ditentukan secara bebas.

3. Jadikan AB sebagai garis lipat F1, dan putar bidang penampang yang mengandung
kemiringan semu pertama ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AN yang memiliki sudut 𝛿𝛿
(=250) terhadap AB, dan gambar garis yang tegak lurus AB dan memotong AN (garis BB').
Sedapat mungkin, jadikan panjang BB' memiliki angka yang bulat dalam satuan milimeter.

4. Dengan menggunakan AL sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang yang mengandung
kemiringan semu kedua ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AM yang memiliki sudut 𝜇𝜇
(=200).
5. Tentukan posisi titik D. Untuk menentukan titik D, gambar garis antara AL dan AM yang
tegak lurus AL dan memiliki panjang yang sama dengan BB'. Perpotongan garis ini dengan
garis ALadalah titik D.
6. Gambar garis jurus BD. Orientasi BD terhadap sumbu koordinat utara adalah jurus.
Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan jurus = 3050.
7. Gambar garis AC (yang merupakan arah kemiringan sebenarnya) tegak lurus dengan garis
jurus. Jadikan AC sebagai garis lipat, dan putar bidang penampang yang mengandung
kemiringan sebenarnya ke bidang proyeksi peta. Gambar garis CC' di sepanjang garis jurus BD
dengan panjang yang sama dengan BB' dan DD'. Sudut CAC' adalah kemiringan sebenarnya.
Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan kemiringan = 270.

V. KEMIRINGAN SEMU DITENTUKAN DARI KEMIRINGAN SEBENARNYA

Gambar 3.10.
Contoh
Pada bidang perlapisan dengan kedudukan N450W/300SW, tentukan kemiringan semupada
arah N800W.
Penyelesaian
1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi (Gambar 3.10a). Kita
diminta untuk menentukan 𝛿𝛿 berdasarkan 𝜙𝜙 (kemiringan sebenarnya) = 300 dan 𝛽𝛽 (sudut
antara arah kemiringan sebenarnya dan arah kemiringan semu) = 550
2. Gambar sumbu kooordinat N-S dan E-W berpotongan di titik A (Gambar 3.10b). Gambar
garis AC dengan panjang bebas sejajar arah kemiringan sebenarnya (tegak lurus jurus). Gambar
garis SR melalui titik C dan sejajar garis jurus.
3. Jadikan AC sebagai garis lipat F1, dan putar bidang penampang ke bidang proyeksi peta.
Gambar garis AC' yang membentuk sudut 𝜙𝜙 (=300) dengan AC. Titik C' pada proyeksi
terputar harus terletak pada garis SR. Jarak CC' pada bidang proyeksi peta adalah d pada
Gambar 3.10a.
4. Gambar garis AQ sejajar dengan arah kemiringan semu yang diminta (N800W) sampai
memotong SR di titik B. Jadikan AB sebagai garis lipat F2 untuk memutar penampang ke
bidang proyeksi peta. Pada proyeksi terputar, gambar garis BB' yang tegak lurus AB dan
memiliki panjang d. Gambar garis AB'. Sudut antara AB dan AB' adalah kemiringan semu (𝛿𝛿)
pada arah AB. Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan 𝛿𝛿 = 180.

Anda mungkin juga menyukai