Anda di halaman 1dari 6

KEZIA FEBRIYANTI SASIANG

A31116306
RMK-2 SPM

PERILAKU DALAM ORGANISASI

KESELARASAN TUJUAN

Tujuan utama dari sistem pengendalian manajemen adalah memastikan (sejauh


mungkin) tingkat “keselaran tujuan (goal congruence)” yang tinggi. Dalam proses yang sejajar
dengan kepentingan pribadi mereka sendiri, yang sekaligus juga merupakan kepentingan
perusahaan. Manajemen senior menginginkan agar organisasi mencapai tujuan organisasi.
Tetapi anggota individual organisasi mempunyai tujuan pribadi masing-masing yang tidak
selalu konsisten dengan tujuan organisasi. Dengan demikian, tujuan utama dari sistem
pengendalian manajemen adalah memastikan tingkat keselarasan tujuan yang tinggi. Sistem
pengendalian yang memadai setidaknya tidak akan mendorong individu untuk bertindak
melawan kepentingan organisasi. Misalnya, bila sistem menekankan pada pengurangan
biaya dan manajer merespons dengan cara mengurangi biaya dalam unit nya sendiri dengan
cara mengalokasikan jumlah yang lebih besar ke unit lain, maka manajer telah termotivasi,
tetapi kearah yang keliru.

FAKTOR-FAKTOR INFORMAL YANG MEMPENGARUHI KESELARASAN TUJUAN

Sistem formal dan informal memengaruhi perilaku manusia dalam organisasi dan
berpengaruh pada tingkat pencapaian keselarasan tujuan. Sistem pengendalian yang bersifat
formal, seperti penyusunan anggaran, perencanaan strategis, maupun pelaporan. Hal yang
juga diperhatikan oleh perancang sistem pengendalian formal adalah aspek-aspek yang
berkaitan dengan proses informal, seperti budaya, gaya manajemen, dan etos kerja. Berikut
faktor-faktor informal (internal&eksternal) yang memengaruhi keselarasan tujuan:

Faktor-faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal adalah norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan


dalam masyarakat, di mana organisasi menjadi bagiannya. Norma-norma ini mencakup sikap,
yang secara kolektif sering juga disebut etos kerja, yang diwujudkan melalui loyalitas pegawai
terhadap organisasi, keuletan, semangat, dan kebanggan yang dimiliki oleh pegawai dalam
menjalankan tugas secara tepat waktu.
Faktor-faktor Internal

 Budaya

Faktor internal yang terpenting adalah budaya di dalam organisasi itu sendiri, yang
meliputi keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta asumsi-
asumsi yang implisit diterima dan secara eksplisit dimanifestasikan di seluruh jajaran
organisasi. Norma-norma budaya sangatlah penting karena hal tersebut bisa menjelaskan
mengapa dua perusahaan dengan sistem pengendalian manajemen formal yang sama,
bervariasi dalam hal pengendalian aktual. Budaya sebuah perusahaan biasanya tidak pernah
berubah selama bertahun-tahun. Budaya organisasional juga sangat dipengaruhi oleh
personalitas dan kebijakan CEO, serta oleh personalitas dan kebijakan para manajer pada
tingkat yang lebih rendah di area-area yang menjadi tanggungjawab mereka. Jika organisasi
memiliki sebuah serikat pekerja, maka aturan-aturan dan norma-norma yang diterapkan oleh
serikat pekerja juga berpengaruh besar pada budaya organisasi perusahaan.

 Gaya Manajemen

Faktor internal yg memiliki dampak paling kuat terhadap pengendalian manajemen adalah
gaya manajemen. Biasanya, sikap-sikap bawahan mencerminkan apa yang mereka anggap
sebagai sikap atasan mereka. Para manajer memiliki kualitas dan gaya yang beragam.
Beberapa diantaranya memilki kharisma dan ramah; sementara yang lain ada yang bergaya
agak santai. Ada manajer yang banyak melewatkan waktunya dengan melihat-lihat dan
berbicara pada banyak orang manajemen dengan cara berkeliling (management by walking
around); sementara ada juga manajer yang menyibukkan dirinya dengan menulis laporan.

 Organisasi Informal

Garis-garis dalam bagan organisasi menggambarkan hubungan-hubungan formal yaitu,


pemegang otoritas resmi dan bertanggung jawab dari setiap manajer. Kenyataan-kenyataan
yang ditemui selama berlangsungnya proses pengendalian manajemen tidak bisa dipahami
tanpa mengenali arti penting dari hubungan-hubungan yang menyusun di organisasi yang
bersifat informal.

 Persepsi dan Komunikasi

Dalam upaya meraih tujuan-tujuan organisasi, para manajer operasi harus mengetahui tujuan
dan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap informasi
ini dari berbagai jalur, baik itu jalur formal (seperti anggaran dan dokumen-dokumen resmi
lainnya) ataupun jalur informal (seperti dari bahan obrolan yang tidak resmi).
SISTEM PENGENDALIAN INFORMAL

Pengaruh besar lainnya adalah sistem yang bersifat formal. Sistem ini bisa kita klasifikasikan
ke dalam dua jenis: (1) sistem pengendalian manajemen itu sendiri dan (2) aturan-aturan.

Aturan-aturan

Kita menggunakan istilah aturan-aturan sebagai seperangkat tulisan yang memuat semua
jenis instuksi dan pengendalian, termasuk di dalamnya adalah instruksi-instruksi jabatan,
pembagian kerja, prosedur standar operasi, panduan-panduan, dan tuntunan-tuntunan etis.
Aturan-aturan itu beragam sifatnya, mulai dari yang sangat remeh (klip kertas hanya diberikan
jika diminta melalui daftar permintaan yang ditandatangani secara resmi) hingga aturan yang
sangat penting ( engeluaran modal lebih dari 5 juta harus mendapat persetujuan dewan
direksi).

Proses Kendali Secara Formal

Suatu perencaan strategis akan melaksanakan tujuan dan strategi organisasi. Seluruh
informasi yang tersedia dipergunakan untuk membuat perencanaan ini. Perencanaan
strategis tersebut kemudian di konversi menjadi anggaran tahunan yang fokus pada
pendapatan dan belanja yang direncanakan untuk masing-masing pusat tanggung jawab.
Pusat tanggung jawab ini juga dituntun oleh aturan-aturan dan infornasi formal lain. Pusat
tanggung jawab menjalankan operasi-operasi yang ditugaskan, dan hasilnya kemudian di nilai
dan dilaporkan. Hasil-hasil aktual kemudian dibandingkan dengan anggaran untuk
menentukan apakah kinerjanya memuaskan atau tidak.

JENIS-JENIS ORGANISASI

Strategi suatu perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap strukturnya. Pada
gilirannya, jenis struktur akan mempengaruhi rancangan sistem pengendalian manajemen
organisasi. Meskipun kualitas dan ukuran organisasi itu sangat beragam, setidaknya
organisasi bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum :

 Stuktur fungsional, di dalamnya setiap manajer bertanggung jawab atas fungi-fungsi


yang terspesialisasi seperti produksi atau pemasaran.
 Struktur unit bisnis, di dalamnya para unit manager bertanggung jawab atas aktivitas-
aktivitas dari masing-masing unit, dan unit bisnis berfungsi sebagai bagian independen
dari perusahaan.
 Struktur matriks, di dalamnya unit-unit fungsional memiliki tanggung jawab ganda.
Organisasi-organisasi fungsional

melibatkan gagasan mengenai seorang manajer yang membawa pengetahuan khusus untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi spesifik, yang berlawanan dengan
manajer umum yang kurang memilki pengetahuan khusus. Seorang manajer pemasaran dan
seorang manajer produksi yang terampil kemungkinan besar akan mampu mengambil
keputusan yang lebih baik di bandingkan dengan seorang manajer yang bertanggung jawab
atas kedua bidang itu sekaligus. Lebih lanjut lagi, seorang spesialis yang terampil harus
mampu melakukan supervisi atas para buruh yang bekerja dalam bidang yang sama secara
lebih baik dibandingkan dengan seorang manajer generalis. Oleh karena itu, keuntungan
terpenting dari struktur fungsional adalah efisiensi.

Ada sejumlah kelemahan pada struktur fungsional. Pertama, dalam sebuah organisasi
fungsional terdapat ketidakjelasan dalam menentukan efektivitas manajer fungsional secara
terpisah (seperti manajer produksi dan manajer pemasaran) karena tiap fungsi tersebut sama-
sama memberikan kontribusi pada hasil akhir. Oleh karena itu, tidak ada cara untuk
menentukan bagian dari laba yang dihasilkan masing-masing fungsi.

Kedua, jika organisasi, terdiri dari beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi yang
melapor ke beberapa manajer pada tingkat yang lebih tinggi dari fungsi tersebut, maka
perselisihan antar para manajer dari fungsi-fungsi berbeda hanya dapat diselesaikan di tingkat
atas, meskipun perselisihan itu berasal dari tingkatan organisasi yang lebih rendah.

Ketiga, struktur fungsional tidak memadai untuk diterapkan pada sebuah perusahaan dengan
produk dan pasar yang beragam.

Unit-unit Bisnis

Bentuk organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang terdapat pada struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang juga disebut sebagai
divisi, bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran
sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan dan
koordinasi kerja dari berbagai fungsi yang terpisah.

Meskipun manajemen unit bisnis menjalankan wewenang yang sangat luas terhadap unit-
unitnya, kantor pusat tetap memiliki sejumlah hak preogratif. Setidaknya kantor pusat
bertanggungjawab untuk memperoleh dana bagi perusahaan secara keseluruhan dan
mengalokasiakannya ke berbagai unit bisnis sesuai dengan pemanfaatannya secara
maksimal. Keuntungan dari perusahaan bentuk unit bisnis adalah bahwa struktur ini bisa
berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi manajemen secara umum. Seorang manajer unit
bisnis dituntut untuk bisa menunjukkan semangat kewirausahaan yang sama seperti yang
dipunyai CEO dari perusahaan independen.

Implikasi terhadap Rancangan Sistem

Jika kemudahan dalam pengendalian merupakan satu-satunya kriteria, maka semua


perusahaan akan diorganisasikan ke dalam unit-unit bisnis. Hal ini disebabkan karena dala
organisasi unit bisnis, setiap manajer unit harus bertanggung jawab untuk meningkatkan
kemampuan setiap produk yang dihasilkan oleh unitnya guna menghasilkan laba, melakukan
perencanaan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan elemen-elemen yang berpengaruh
pada kemampuan itu.

FUNGSI KONTROLER

Orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan sistem pengendalian
manajemen disebut sebagai seorang kontroler. Sebenarnya, di banyak organisasi, jabatan
orang ini adalah chief financial officer (CFO). Kontroler biasanya menjalankan fungsi-fungsi
sebagai berikut:

 Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.


 Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-prosedur pengendalian
untuk menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai
terhadap pencurian dan kecurangan serta menjalankan audit operasional.
 Mengembangkan personel dalam organisasi pengendali dan berpartisipasi dalam
pendidikan personel manajemen dalam kaitannya dengan fungsi pengendali.
 Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan (termasuk pengembalian
pajak) kepada para pemegang saham dan pihak-pihak eksternal lainnya.
 Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterpretasikan laporan-laporan
ini untuk para manajer, menganalisis program dan proposal-proposal anggaran dari
berbagai segmen perusahaan serta mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran
tahunan secara keseluruhan.
Relasi ke Jajaran Organisasi

Fungsi pengendalian adalah fungsi staf. Meskipun seorang kontroler biasanya bertanggung
jawab untuk merancang maupun mengoperasikan sistem yang mengumpulkan dan
melaporkan informasi, pemanfaatan informasi ini adalah tanggung jawab jajaran manajemen.
Seorang pengendali barangkali bertanggungjawab untuk mengembangkan dan menganalisis
tolak ukur yang digunakan untuk melakukan pengendalian serta merekomendasikan
tindakan-tindakan yang diperlukan kepihak manajemen.

Kontroler tidak membuat ataupun mendorong pihak manajemen untuk mengambil keputusan.
Tanggung jawab untuk menjalankan pengendalian sesungguhnya berasal dari CEO lalu turun
ke bawah melalui jalur organisasi.

Para kontroler juga memainkan peran penting dalam mempersiapkan perencanaan strategis
dan anggaran. Mereka sering diminta untuk melakukan penelitian secara cermat atas laporan
kineja untuk menjamin asuransi dan untuk menarik perhatian jajaran manajer terhadap pos-
pos yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Dalam kapasitas ini, para kontroler
bertindak seperti layaknya manajer. Perbedaannya adalah bahwa keputusan mereka dapat
dibatalkan oleh jajaran manajer, kepada siapa para manajer bawahan bertanggung jawab.

Kontroler Unit Bisnis

Para kontroler unit bisnis mau tidak mau telah membagi loyalitas mereka. Pada satu sisi,
mereka berutang kesetiaan pada kontroler, korporat, yang memegang tanggung jawab
operasi sistem pengendalian secara keseluruhan. Disisi lain, mereka juga berutang kesetian
pada para manajer di unit mereka, yaitu pihak kepada siapa mereka memberikan bantuan.

Di beberapa perusahaan, kontroler unit bisnis memberikan laporan kepada manajer unit bisnis
memberikan laporan kepada manajer unit bisnis dan mereka dihubungkan dengan garis
putus-putus ke kontroler korporat. Di sini, manajer umum unit bisnis adalah atasan langsung
kontroler, dan dia memiliki wewenang dalam mempekerjakan, melatih, memindahkan,
memberikan kompensasi, mempromosikan, dan memecat para kontroler di unit yang
bersangkutan. Akan tetapi, keputusan semacam ini jarang dibuat tanpa masukan dari
kontroler korporat.

Referensi:

R.N. Anthony, V. Govindarajan. Sistem Pengendalian Manajemen Buku 1 Edisi 11 Bab 3.


Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai