Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh Staphylococcus
aureus. Hidradenitis suppurativa (HS) adalah penyakit inflamasi kronis berulang yang
berasal dari kelenjar apokrin, biasanya terjadi setelah masa pubertas, sering mengenai
daerah aksila (Gambar 1), inguinal, dan anogenital. Nama lain dari HS adalah
apokrinitis, hidradenitis aksilaris, abses kelenjar apokrin, akne inversa.1,5
Hidradenitis supurativa sering dihubungkan dengan akne nodulokistik dan sinus
pilonidal (disebut sindrom oklusi folikular). Hidradenitis supurativa ditandai dengan
oklusi folikular comedolike, peradangan kronis rekuren, discharge mukopurulen, dan
jaringan parut progresif (Wiseman, M.C. 2008).

Gambar 1. Hidradenitis supurativa. Regio axilla.


SINONIM
Apokrinitis, hidradenitis aksilaris, abses kelenjar apokrin, akne inversa.1

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab hidradenitis suppurativa adalah oklusi pada kelenjar apokrin yang
disebabkan oleh hiperkeratosis folikular yang diikuti ruptur epitel folikel dan pelepasan
keratin, sebum, bakteri dan rambut ke lapisan dermis. Oklusi pada kelenjar apokrin
tersebut menyebabkan ruptur pada kulit, fibrosis, dan pembentukan sinus. Hidradenitis
suppurativa dapat juga disebabkan oleh infeksi sekunder bakeri Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogenes, dan berbagai bakteri gram negatif lainnya.6
Fakor pemicu terjadinya HS belum jelas, namun diketahui terdapat beberapa fakor
yang berkaitan dengan terjadinya HS, antara lain:
 Faktor genetik
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit hidradenitis suppurativa
diperoleh pada 26% pasien. Beberapa penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan
dengan HLA (Human Leucocyte Antigen). Namun beberapa penelitian lainnya
menunjukkan adanya penurunan autosomal dominan dengan single gene transmission.
Namun, lokus genetik yang terkait tidak ditemukan.2
 Hormonal
Kecenderungan terjadinya hidradenitis suppurativa ketika pubertas atau setelah
pubertas menunjukkan adanya pengaruh androgen. Selain itu, adanya peningkatan
kejadian yang dilaporkan pada pasien postpartum yang berhubungan dengan
penggunaan pil kontrasepsi oral dan pada periode premenstrual (sekitar 50% pasien).
Pada beberapa penelitian terapi antiandrogen memperlihatkan keuntungan terapetik.2
Bukti biokimia hiperandrogenisme dapat ditemukan pada 66 wanita dengan
hidradenitis suppurativa. Selain itu, tidak seperti kelenjar sebasea, kelenjar apokrin
tidak dipengaruhi oleh androgen. Karenanya, pengaruh androgen terhadap kejadian
hidradenitis suppurativa masih belum jelas.2
Terdapat teori yang menyatakan bahwa adanya oklusi folikel rambut
menyebabkan inflamasi limfosit dengan melibatan sitokin pro-inflamasi interleukin
(IL)-1 beta, IL-10, IL-12, IL-23, dan tumor necrosis factor (TNF)-alpha, dan aktivasi
berlebihan dari signal mammalian target of rapamycin complex-1 (MTORC1).
Aktivasi berlebihan mTORC1 meningkat sekresi hormon androgen dan memberikan
kontribusi terhadap proliferasi folikel sebasea.7
 Obesitas
Obesitas bukan merupakan faktor penyebab terjadinya hidradenitis suppurativa
namun sering dianggap sebagai faktor yang memperberat melalui peningkatan gaya
gesek, oklusi, hidrasi keratinosit, dan maserasi. Obesitas juga memperberat penyakit ini
dengan meningkatkan androgen. Penurunan berat badan dianjurkan bagi pasien dengan
berat badan berlebih dan dapat membantu mengontrol penyakit.2
Infeksi bakteri
Peranan infeksi bakteri pada hidradenitis suppurativa masih belum jelas. Diduga
patogenesisnya sama dengan peranan bakteri pada timbulnya jerawat. Obat antibakteri
biasa digunakan sebagai terapi. Keterlibatan bakteri terjadi secara sekunder. Kultur
biasanya menunjukkan hasil yang negatif, namun sejumah bakteri dapat ditemukan dari
lesi. Staphylococcus aureus dan coagulase-negative-staphylococcus adalah yang paling
sering diisolasi. Namun, bakteri lain termasuk Streptococcus, basil gram negatif, dan
anaerob, juga dapat ditemukan2.
 Merokok
Perokok paling sering ditemukan pada penderita hidradenitis suppurativa
dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Satu penelitian kohort menunjukkan bahwa
70% dari 43 pasien dengan hidradenitis suppurativa perineal adalah perokok.
Diperkirakan bahwa merokok dapat mempengaruhi kemotaksis sel polimorfonuklear.
Penghentian merokok dapat memperbaiki manifestasi klinis penyakit ini.2
Faktor predisposisi lainnya yang dapat memicu terjadinya HS adalah seperti:
 Hiperhidrosis
Hiperhidrosis merupakan kelebihan pengeluaran keringat yang dapat
mengakibatkan peningkatan kelembaban.
 Deodorant
Pemakaian deodoran jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan
keringat pada kelenjar apokrin karena setelah pemakaian deodoran tidak
dibersihkan.
 Menghilangkan/ mencukur rambut (depilator)
Depilator mengakibatkan luka pada axilla, sehingga bakteri bisa melakukan
invasi didaerah tersebut.
 Recurrent folliculitis
Radang pada folikel yang kambuh kembali karena pengobatan yang tidak
adekuat, atau komplikasi dari folikulitis (Wiseman, M.C. 2008).

PATOGENESIS
Hidradenitis supurativa berawal dari oklusi apokrin atau duktus folikuler oleh
sumbatan keratin, yang menyebabkan dilatasi duktus dan stasis komponen glandular.
Bakteri memasuki sistem apokrin melalui folikel rambut dan terperangkap di bawah
sumbatan keratin yang kemudian bermultiplikasi dengan cepat dalam lingkungan yang
mengandung banyak nutrisi dari keringat apokrin. Kelenjar dapat ruptur, sehingga
menyebabkan penyebaran infeksi ke kelenjar dan area sekitarnya. Infeksi
Streptococcus, Staphylococcus, dan organisme lain menyebabkan inflamasi lokal yang
lebih luas, destruksi jaringan dan kerusakan kulit. Proses penyembuhan yang kronis
menimbulkan fibrosis luas dan sikatrik hipertrofi pada kulit di atasnya (Gambar 2).8

Sumbatan keratin

Folikel rambut

Kelenjar
apokrin Abses

Bakteri

Gambar 2. Patogenesis Hidradenitis suppurativa9 1. Sumbatan keratin menutupi folikel rambut, 2. Bakteri
bermultifikasi di kelenjar apokrin, 3. Kelenjar apokrin ruptur dan melepaskan bakteri, 4. Infeksi bakteri
sekunder menyebabkan terbentuk abses, 5. Abses mengalir membentuk saluran fistula, 6. Proses
penyembuhan.

Infeksi Strptococcus, Staphylococcus, dan organisme lain menyebabkan


inflamasi lokal yang lebih luas, destruksi jaringan dan kerusakan kulit. Proses
penyembuhan yang kronis menimbulkan fibrosis luas dan sikatrik hipertrofi pada kulit
di atasnya (Wiseman, M.C. 2008).
Pada hidradenitis yang melibatkan regio perineal, ada peningkatan insiden
infeksi oleh Streptosossus milleri, yang berhubungan dengan aktivitas penyakit.
Organisme lain yang juga dapat diidentifikasi ketika penyakit ini menyerang daerah ini
adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob dan Bacteroides.

GAMBARAN KLINIS
Nyeri adalah gejala utama dari hidradenitis suppurativa. Kualitas nyeri dijelaskan
oleh pasien berupa rasa panas, terbakar, terpotong, tajam, dan berdenyut.10
Hidradenitis Suppurativa terjadi pada kulit yang mengandung kelenjar apokrin.
Aksila dan daerah perianal (genital, pubis, inguinal, pantat, dan tungkai atas) merupakan
tempat tersering terjadinya HS (Gambar 3). Penyakit ini dapat juga mengenai payudara
wanita, leher, dan meatus auditorius eksterna, sekitar kulit kepala, dan punggung.5

A B

Gambar 3 . Tempat Predileksi Hidradenitis Suppurativa5 A. Aksila. B. Inguinal


Lokasi tersering hidradenitis suppurativa pada perempuan adalah ketiak,
sedangkan pada laki-laki adalah inguinal (Tabel 1).4
Tabel 1 . Predileksi hidradenitis suppurativa 4
Lokasi Semua Perempuan Laki-laki
(n=106) (%) (n=45) (%) (n=61) (%)
Ketiak 61,3 75,6 50,8
Inguinal 70,8 55,6 82,0
Anogenital 15,1 20,0 11,5
Lainnya 34 42,2 27,9

Hidradenitis suppurativa terbagi atas tiga stadium. Stadium primer berupa


abses berbatas tegas. Stadium sekunder berupa saluran sinus dengan bekas luka akibat
bekas garukan serta abses yang berulang. Stadium tersier menunjukkan lesi konfluen,
terbentuk skar, serta adanya inflamasi dan discharge saluran sinus.2
Hidradenitis suppurativa diawali dengan nodul dalam (ukuran 0,5-2cm).
Pustul juga dapat terlihat. Nodul ini dapat sembuh secara lambat atau justru
berkembang dan bergabung dengan nodul disekitarnya serta dapat terinfeksi sehingga
menghasilkan abses inflamasi besar yang terasa nyeri. Abses tanpa nekrosis sentral
dan dapat sembuh atau ruptur spontan, menghasilkan discharge purulent (Gambar 4).2

A B C

Gambar 4. Manifestasi Klinis Hidradenitis Suppurative A. Nodul, B. Pustul dan Papul, C. Abses yang
ruptur

Kerusakan progresif pada arsitektur kulit normal terjadi karena inflamasi


periduktal dan periglandular dan dermal serta fibrosis subkutan. Proses penyembuhan
dapat menghasilkan sikatrik dengan fibrosis, kontraktur dan peninggian kulit rope-
like, dan double-ended comedones (gambar 5). Sinus juga dapat terbentuk (gambar 6).
Sinus telah dilaporkan melibatkan jaringan dalam, termasuk otot dan fascia, uretra
dan usus. Proses kemudian terjadi kembali pada area sekitarnya atau pada area lain
yang mengandung kelenjar apokrin.

A B C
Gambar 5. Proses Penyembuhan Hidradenitis Suppurative. A. Sikatriks dengan fibrosis, B.
Rope-like scar, C. Double ended comedone

Gambar 6. Pembentukan sinus pada daerah vulva seorang wanita yang menderita hidradenitis
suppurativa2
Perinanal hidradenitis suppurativa dapat disertai nyeri, edema, discharge purulen,
pruritus atau perdarahan dan dapat menyerupai penyakit lain seperti furunculosis, fistula
ani, penyakit pilonidal, abses perianal atau penyakit Crohn. Fistula pada canalis analis
dapat terjadi pada hidradenitis, namun hanya akan terjadi pada bagian terbawah canalis
analis, pada kulit yang mengandung kelenjar apokrin.5

Anda mungkin juga menyukai

  • Part 25
    Part 25
    Dokumen2 halaman
    Part 25
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 11
    Part 11
    Dokumen2 halaman
    Part 11
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 28
    Part 28
    Dokumen1 halaman
    Part 28
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 28
    Part 28
    Dokumen1 halaman
    Part 28
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 8
    Part 8
    Dokumen1 halaman
    Part 8
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 16
    Part 16
    Dokumen1 halaman
    Part 16
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 21
    Part 21
    Dokumen1 halaman
    Part 21
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 24
    Part 24
    Dokumen2 halaman
    Part 24
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 23
    Part 23
    Dokumen2 halaman
    Part 23
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tutor
    Tugas Tutor
    Dokumen8 halaman
    Tugas Tutor
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 18
    Part 18
    Dokumen1 halaman
    Part 18
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 7
    Part 7
    Dokumen7 halaman
    Part 7
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 20
    Part 20
    Dokumen1 halaman
    Part 20
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 17
    Part 17
    Dokumen1 halaman
    Part 17
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Artritis Gout
    Anamnesis Artritis Gout
    Dokumen1 halaman
    Anamnesis Artritis Gout
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Artritis Gout
    Anamnesis Artritis Gout
    Dokumen1 halaman
    Anamnesis Artritis Gout
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 3
    Part 3
    Dokumen1 halaman
    Part 3
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 5
    Part 5
    Dokumen1 halaman
    Part 5
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 4
    Part 4
    Dokumen1 halaman
    Part 4
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 9
    Part 9
    Dokumen6 halaman
    Part 9
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 4
    Part 4
    Dokumen1 halaman
    Part 4
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 3
    Part 3
    Dokumen1 halaman
    Part 3
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 2
    Part 2
    Dokumen1 halaman
    Part 2
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • Part 1
    Part 1
    Dokumen1 halaman
    Part 1
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen1 halaman
    6
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Dwi Ayu Primadana
    Belum ada peringkat