Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

Tugas Etika yang Diampu oleh Mukhadiono ,SST ., MH

Disusun Oleh :

Alfyana Destina P1337420218102

Sinta Khairunnisa P1337420218111

Afifah Neli W. P1337420218118

Ananda Farahdila PI337420218120

Arna Naufal Alwan P1337420218125

Latifah Nurul Khasanah P1337420218126

Eska Putri Destianasari P1337420218134

Muhammad Saeful Tri Wibowo P1337420218137

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
A. KASUS PELANGGARAN

Bayi Nyaris Tewas Akibat Perawat Salah Suntik Obat

Jumat, 06 Desember 2013 – 09:48 WIB

LANGSA--Dugaan malpraktek terjadi dan menimpa seorang bayi hingga nyaris


tewas, akibat muntah-muntah dan lemas serta perut kembung. Hal ini dialami
korban, setelah seorang perawat akademi kebidanan (akbid) yang masih praktek
lapangan di rumah sakit tersebut, asal-asalan menyuntikkan obat kepada pasien.

Kepada Metro Aceh, Mariana (39) warga Gampong Merandeh, Langsa Lama
menceritakan peristiwa dialami sang anak pada Kamis (5/12) siang, saat ditemui
di ruang rawat inap anak RSUD Langsa.

"Kejadian itu berawal saat anak saya yang masih berusia 34 hari, menderita
penyakit GE/mencret dirujuk ke RSUD Langsa dari dokter praktek. Kami pun
masuk untuk perawatan intensif dengan infus pada Rabu (4/12) malam sekira pukul
19.50 Wib. Namun jam 11 malam, masuk seorang mahasiswa perawat yang sedang
melakukan praktek di RSUD ke ruangan.

Ia lalu meminta supaya anak kami diberi injeksi obat Naritidin 50 mg dan Naufalgis
45 mg atas perintah perawat bakti berinisial CM," terang ibu korban. Bahkan
sebelum obat diberikan, Marianna sempat bertanya berulang kali kepada pelaku.
Apa benar obat tersebut buat anaknya.

"Dia ngotot kalau obat itu tepat buat anak saya. Kemudian, memasukan cairan
suntik ke infus," sebut Mariana.

Lanjutnya, namun alangkah terkejutnya dia, selang beberapa menit usai injeksi
obat, tiba-tiba anaknya mengalami kejang-kejang, muntah-muntah, gembung dan
lemas hingga saat ini. Karena panik, akhirnya dia menanyakan ulang perihal obat
dan melihat map tugas perawat,
"Ternyata obat tersebut bukan buat anak saya, tapi pasien lain. Ini namanya
malpraktek karena kesalahan yang fatal, Lihat kondisi anak saya saat ini lemas dan
muntah-muntah terus," tegas Mariana lagi yang juga bekerja sebagai perawat
kesehatan.

Menurutnya, selain kesalahan injeksi obat, perawat bakti itu juga melanggar
instruksi dokter Nursal yang hanya menyuruh untuk melakukan infus saja, tapi
ternyata dia (perawat-red) memberi obat suntikan yang berakibat fatal seperti ini.

"Ironisnya lagi, ketika kami tanya, perawat berinisial CM itu malah tidak terima
dengan perlakuannya tersebut. "Silahkan kakak mau melapor ke mana, saya siap,"
sebut Mariana kesal menirukan ucapan perawat CM.

Terkait dugaan kesalahan suntik obat tersebut, Wakil Direktur bidang pelayanan,
RSUD Langsa, dr.Dahniar, dalam konfirmasinya kepada wartawan mengatakan,
bahwa pemberian obat Naritidin 50 mg, Naufalgis 45 mg, sudah ada dalam rencana.
Akan tetapi belum diintruksikan oleh dokter untuk secepat itu dilakukan pemberian
kepada pasien.

Seharusnya saat pemberian obat tersebut siswa yang sedang melakukan praktek
didampingi oleh perawat senior, tidak dibiarkan sendirian seperti itu. Dan, hasil
konsultasi dengan dr.Nursan, bahwa dosis yang diberikan itu sudah layak untuk
diberikan kepada pasien, bahkan efek samping dari obat yang diberikan itu juga
tidak ada. Selain itu, obat yang diberikan itu juga bisa untuk meredam rasa
gangguan pencernaan pasien.

"Alhamdulillah kondisi pasien tersebut sudah mulai membaik, bahkan penyakit


GE/mencret yang dialami pasien sudah berkurang," ujar Dahniar.

Lanjutnya, terkait perawat tersebut, sudah diberikan teguran dan akan kita lakukan
pembinaan serta di istirahatkan sementara. "Dan, untuk siswa yang sedang
melakukan praktek itu, akan kita kembalikan ke kampusnya, apa sangsi yang
diberikan itu tergantung dari kampusnya," demikian Dahniar.(tim)
B. JENIS PELANGGARAN

Dilihat dari kasus di atas, pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa


keperawatan tersebut termasuk dalam jenis pelanggaran Malpraktek. Hal ini
dikarenakan kelalaian yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan tersebut
yang salah dalam membaca dokumen pasien dan mengakibatkan akibat yang
fatal.

C. PELAKU PELANGGARAN

Pelaku pelanggaran dalam contoh kasus di atas adalah seorang mahasiswa


keperawatan berinisial CM yang sedang melaksanakan praktek di suatu RSUD
di daerah Langsa, Aceh.

D. AKIBAT YANG TIMBULKAN

Akibat yang terjadi pada pasien karena kesalahan yang dilakukan oleh
mahasiswa perawat berinisial CM tersebut adalah kejang-kejang, muntah-
muntah, kembung dan lemas.
Dengan adanya kejadian ini, kepercayaan pihak keluarga terhadap pihak
rumah sakit termasuk para perawat semakin berkurang, terutama karena sikap
sang pelaku yang tidak mau mengakui kesalahannya dihadapan keluarga
korban.
E. TINDAKAN YANG DIBERIKAN KEPADA PELAKU

Menurut wakil direktur rumah sakit tempat kejadian yang bernama


dr.Dahniar, pelaku sudah mendapat teguran dari pihak rumah sakit dan
diistirahatkan untuk sementara waktu. Selain itu, pelaku dikembalikan ke
kampusnya. Jadi hukuman yang akan diterima oleh pelaku sesuai dengan
sanksi yang ditetapkan oleh kampus pelaku. Kasus ini tidak diteruskan ke pihak
yang berwajib karena pihak keluarga memutuskan untuk menempuh jalur
kekeluargaan atau jalur damai.

F. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DILANGGAR

Pelaku telah melanggar berbagai peraturan perundang-undangan, diantaranya :


1. Pasal 37 poin B
“perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berkewajiban
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional dan
ketentuan Peraturan Perundang Undangan”
Pelaku melanggar pasal ini karena :
a. Memaksakan untuk melakukan tindakan kepada pasien padahal
keluarga berhak untuk menolak tindakan tersebut.
b. Perawat telah lalai dalam melaksanakan pekerjaannya dengan salah
memberikan tindakan terhadap pasien yang seharusnya diberikan
kepada pasien lain.
2. Pasal 37 poin E
“memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya”
Pelaku melanggar pasal ini karena :
a. Tidak memberi alasan yang jelas saat ditanya oleh keluarga korban yang
merupakan ahli kesehatan
b. Pelaku tidak sopan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
3. Pasal 37 poin F
“melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi perawat”
Pelaku melanggar pasal ini karena :
a. Pelaku melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan instruksi yang ada
dalam dokumen perawat
4. Pasal 38 poin A
“mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan”
Pelaku melanggar pasal ini karena :
a. Pelaku lalai dalam membaca dokumen yang seharusnya milik pasien
lain tetapi malah diberikan kepada pasien atau korban tersebut
5. Pasal 38 poin D
“memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan
diterimanya”
Pelaku melanggar pasal ini karena :
a. Memaksakan untuk melakukan tindakan kepada pasien padahal
keluarga berhak untuk menolak tindakan tersebut.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dapat
mengakibatkan akibat yang fatal, karena kedua belah pihak dapat
mengalami kerugian
2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus lebih teliti
dalam bertindak dan melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan
kode etik dan peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai