Anda di halaman 1dari 10

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

8:28 PM MATERI 1 comment

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang, korupsi bukan lagi
merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh
penelitian perbandingan pemberantasan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati
posisi paling rendah.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia.
Namun, hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang.
Hal ini dikarenakan banyak kasus korupsi di Indonesia yang belum tuntas diungkap oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, LSM dan alat perangkat negara lainnya.
Dalam makalah ini, akan membahas tentang pemberantasan korupsi di Indonesia dengan
menggunakan konsepsi Pancasila, yang merupakan Dasar Negara Republik Indonesia.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari Korupsi?


2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Korupsi?
3. Apa pandangan Pancasila terhadap Korupsi?
4. Bagaimana upaya pemberantasan Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat


 Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan sebagai pemahaman tentang “Pemberantasan Korupsi
dalam Konsepsi Pancasila”. Dan untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh Dosen.

 Manfaat

1. teoritis atau pendidikan


 Menambah informasi tentang korupsi
 Mempermudah pemahaman serta lebih simple dalam mempelajari

2. Pemerintahan atau Negara


 Menambah strategi baru dalam proses pemberantasan korupsi

3. Masyarakat
 Menambah informasi tentang korupsi
 Mengetahui hal-hal yang diakibatkan dari korupsi

4. Kelompok
 Lebih mendalami arti korupsi

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari
kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tidak bermoral,
kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian korupsi
memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa
Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt,
Corruption; Perancis : Corruption; Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda
terdapat penyesuaian ke istilah Indonesia menjadi : Korupsi.
Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa “korupsi adalah penyelewengan tanggung
jawab kepada masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk penggelapan,
kecurangan atau manipulasi”. Lebih lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa korupsi
mempunyai karakteristik sebagai kejahatan yang tidak mengandung kekerasan (non-violence)
dengan melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan
penyembunyian suatu kenyataan (concealment).
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau
prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Korupsi= Pencurian + Penggelapan

Untuk pengertian korupsi pada point yang terkahir, Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam buku Mengenali Dan Memberantas Korupsi memberikan suatu kiat untuk memahami
korupsi secara mudah; yaitu dengan memahami terlebih dahulu pengertian pencurian dan
penggelapan
1) Pencurian berdasarkan pemahaman pasal 362 KUHP, merupakan suatu perbuatan
melawan hukum mengambil sebagian atau seluruh milik orang lain dengan tujuan untuk
memiliki atau menguasainya. Barang/hak yang berhasil dimiliki bisa diartikan sebagai
keuntungan bagi pelaku
2) Penggelapan berdasarkan pemahaman pasal 372 KUHP, merupakan pencurian barang/hak
yang dipercayakan atau berada dalam kekuasaan pelaku.

2. AKIBAT DARI KORUPSI


K.A Abbas (1975), korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik
aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi
kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si
empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan
dapat hidup terus. Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti berikut:
a. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat
setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang
kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam
masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak
akan ada kerjasama dan persaudaraan yang tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para
ilmuwan sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan
sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok
sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestise, kekuasaan dan lain-lain.
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika
korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemuliaan dalam masyarakat.
b. Bahaya korupsi terhadap generasi muda.
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah
rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-
harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap
bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budayanya), sehingga perkembangan
pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Jika
generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa
depan bangsa tersebut.
c. Bahaya korupsi terhadap politik.
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan
pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka
masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimipin tersebut, akibatnya
mereka tidak akan akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas
dalam politik seperti pemilu yang curang, kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-
lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan,
penguasa korup itu akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih
luas lagi di masyarakat.
Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial
politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Bahkan
dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak
terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.
d. Bahaya korupsi terhadap ekonomi
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek ekonomi
dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme
dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk
korupsi dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut
tidak akan tercapai.
Penelitian empirik oleh Transparency International menunjukkan bahwa korupsi juga
mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri maupun luar negeri, karena
para investor akan berfikir dua kali ganda untuk membayar biaya yang lebih tinggi dari
semestinya dalam berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya
keamanan kepada pihak keamaanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya yang tidak
perlu). Sejak tahun 1997, investor dari negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain)
cenderung lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign Direct Investment
(FDI) kepada negara yang tingkat korupsinya kecil.
e. Bahaya korupsi terhadap birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya
administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai
bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak
pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya
orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan
ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya
mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.

3. KORUPSI DALAM PERSPEKTIF PANCASILA


Tindakan-tindakan korupsi merupakan bentuk penyelewengan dari butir-butir Pancasila,
dijelaskan sebagai berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini jelas
perilaku tindakan pidana korupsi ini tidak mencerminkann perilaku tersebut karena perilaku
tindak pidana korupsi adalah perilaku yang tidak percaya dan taqwa kepada Tuhan. Dia
menafikan bahwa Tuhan itu Maha Melihat lagi Maha Mendengar.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam sila ini perilaku tindak pidana korupsi sangat melanggar bahkan sama sekali tidak
mencerminkan perilaku ini, seperti mengakui persamaan derajat, saling mencintai, sikap
tenggang rasa, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan serta membela kebenaran dan
keadilan.

c. Sila Persatuan Indonesia.


Tindak pidana dan tipikor bila dilihat dalam sila ini, pelakunya itu hanya mementingkan
pribadi, tidak ada rasa rela berkorban untuk bangsa dan Negara, bahkan bisa dibilang tidak
cinta tanah air karena perilakunya cenderung mementingkan nafsu, kepentingan pribadi atau
kasarnya kepentingan perutnya saja.
d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyarawatan /
Perwakilan.
Dalam sila ini perilaku yang mencerminkannya seperti, mengutamakan kepentingan Negara
dan masyarakat, tidak memaksakan kehendak, keputusan yang diambil harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat
martabat manusia dan keadilannya. Sangat jelaslah bahwa tindak pidana korupsi tidak pernah
ada rasa dalam sila ini.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rata-rata bahkan sebagian besar pelaku tindak pidana korupsi itu, tidak ada perbuatan yang
luhur yang mencerminkan sikap dan suasana gotong royong, adil, menghormati hak-hak
orang lain, suka memberi pertolongan, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak
melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum, serta tidak ada rasa bersama-sama
untuk berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.
Jadi semua perilaku tindak pidana dan tipikor itu semuanya melanggar dan tidak
mencerminkan sama sekali perilaku pancasila yang katanya ideologi bangsa ini. Selain
bersifat mengutamakan kepentingan pribadi, juga tidak adanya rasa kemanusiaan, keadilan,
saling menghormati, saling mencintai sesama manusia, dan yang paling riskan adalah tidak
ada rasa ‘percaya dan taqwa’ kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4. UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-
sia, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan (preventif).


b. Upaya penindakan (kuratif).
c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

a. Upaya Pencegahan (Preventif)


1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung
jawab yang tinggi.

4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan
dibarengi sistem kontrol yang efisien.

7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui


penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

b. Upaya Penindakan (Kuratif)


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa
contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik
Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melakukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan
negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
f. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
g. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
h. Menetapkan seorang Bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).
i. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

c. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa


1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.


3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan


negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

d. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang


mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri
dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui
usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir
di Jakarta pada tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang
menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba
sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang
demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global.
Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004
menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya,
Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di
posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan
Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari
Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &
Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

BAB III
KESIMPULAN
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain
(perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu
dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam aspek kehidupan
sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Tindakan-tindakan korupsi merupakan
bentuk penyelewengan dari butir-butir Pancasila. Beberapa upaya yang dapat ditempuh
dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain: upaya pencegahan (preventif),
upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa, dan upaya edukasi LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat).

DAFTAR PUSTAKA
 http://wiwitna.blogspot.com/2013/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di-indonesia.html
 http://www.iba.web.id/2013/04/pengertian-korupsi-berdasarkan-undang.html
 http://hanyagoresantika.blogspot.com/2012/06/korupsi-di-indonesia-akibat-dan.html
 http://korupsi-dalam-perspektif-islam-dan.html
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah tentang Korupsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Anda mungkin juga menyukai