Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Ibra Stevani Husni Mubarok

JURUSAN/ PRODI : Tarbiyah/PGMI-A


NIM : 1810310019
Tugas UAS Pancasila

A. Isu atau Masalah pendidikan Di Indonesia


Angka Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA mengalami Kenaikan
JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar mengungkapkan,
pemerintah perlu melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan nasional yang berjalan selama tahun 2011.
Menurutnya, berbagai data statistik menyebutkan, capaian kinerja pemerintah di
bidang pendidikan tak menunjukkan hasil yang signifikan. Ia menyoroti, hal yang
seharusnya menjadi perhatian utama adalah masih tingginya angka putus sekolah.
Mengutip data, kata Raihan, terdapat 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP)
yang tidak menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Di sisi lain, masih ada sekitar
3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Menurutnya, faktor utama
penyebab tingginya angka putus sekolah adalah ketidakmampuan masyarakat
memenuhi biaya pendidikan. “Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah
dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya,” kata Raihan kepada Kompas.com, pekan
lalu, di Jakarta. Masih tingginya angka putus sekolah dan siswa yang tidak melanjutkan
pendidikan, dinilainya, cermin masih terbatasnya akses pendidikan yang bisa dijangkau
masyarakat. Padahal, kata dia, dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan nasional telah
mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 2010, APBN untuk sektor pendidikan
mencapai Rp 225 triliun, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 249 triliun. Untuk
tahun 2012 mendatang, APBN pendidikan kembali mengalami peningkatan hingga
mencapai Rp 286 triliun. Dana Bantuan Operasional (BOS) sebagai instrumen penopang
rogram wajib belajar sembilan tahun juga meningkat dari tahun 2011 sebesar Rp 16
triliun, menjadi Rp 23 triliun untuk tahun 2012. “Selain tidak tepat waktu, sasaran, dan
penggunaan, nyatanya BOS tidak bisa mencegah praktek pungutan yang marak terjadi.
Kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan
upaya penghentian siswa putus sekolah,” papar Raihan. Akan tetapi, tingginya alokasi
APBN dalam sektor pendidikan, dinilainya menjadi ironis karena berbagai kebijakan
pemerintah, menurut Raihan, justru turut berkontribusi terhadap tertutupnya akses
pendidikan yang terjangkau dan Pemerintah terkesan membiarkan berbagai
komersialisasi dan pungutan yang marak terjadi. Ia mencontohkan, salah satunya
kebijakan mengenai rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). “RSBI hanya
kebijakan asesoris yang berpotensi menghambat penuntasan program wajib belajar
sembilan tahun, menghambat siswa miskin atas layanan pendidikan yang bermutu dan
terjangkau. RSBI hanya sarana seleksi status sosial,” ujarnya. Jaminan melanjutkan
pendidikan Ditemui terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh
mengungkapkan, pada tahun 2012 mendatang, kementeriannya telah mempersiapkan
sejumlah langkah untuk meminimalisir angka putus sekolah. Ia mengungkapkan, pada
tahun 2010 dana BOS hanya meng-cover 70 persen biaya pendidikan. Hasilnya, sebesar
1,5 persen siswa SD drop out, dan yang tidak melanjutkan 8,87 persen dari 31 juta
siswa. Untuk SMP, sebesar 1,61 persen drop out, dan 21,13 persen tidak melanjutkan.
Sementara SMA, sebesar 2,86 persen drop out dan 33,11 persen tidak melanjutkan
pendidikan. Salah satu yang dilakukan untuk menekan angka putus sekolah dan tidak
melanjutkan pendidikan, kata Nuh, adalah menuntaskan program wajib belajar
sembilan tahun, menuju wajib belajar 12 tahun. Mungkinkah? "Agar tidak putus sekolah
dan melanjutkan ke SMP, maka harus kita jamin mereka bisa melanjutkan ke SMP, SMA,
dan seterusnya. Cara menyelesaikannya? Tahun 2012 BOS kita naikkan. Perkiraan kita,
jumlah siswa DO (drop out) dan tidak melanjutkan akan menurun secara signifikan,"
papar Nuh. Pada tahun 2012, pemerintah juga akan menjalankan rintisan dana BOS
untuk SMA. Dengan demikian, harapannya, pada tahun 2013 program wajib belajar 12
tahun sudah bisa dilaksanakan.
B. Penyebab Terjadinya Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA
Dalam kasus putus sekolah, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa putus
sekolah yaitu faktor internal dan faktor Eksternal.
1. Faktor internal
 Desakan ekonomi
Jelas faktor utama penyebab siswa putus sekolah adalah ketidakmampuan
masyarakat memenuhi biaya pendidikan. Tingkat kemiskinan yang masih tinggi di
Indonesia mempengaruhi siswa untuk bisa melanjutkan sekolah kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu
memiliki kemungkinan putus sekolah yang lebih besar daripada yang mampu.
Walaupun pemerintah sudah membuat pembebasan biaya sekolah, namun
kebutuhan-kebutuhan sekolah yang begitu banyak seperti tas, sepatu, buku,
seragam dan lainnya membuat keluarga sulit mencukupi kebutuhan anaknya yang
mengakibatkan putus sekolah.
 Broken home
Faktor keluarga juga berpengaruh terhadap kelanjutan siswa tersebut untuk
bersekolah. Jika sebuah keluarga mengalami perselisihan atau tidak harmonis dan
akhirnya keluarga tersebut tidak utuh, kelak nantinya anak dalam hal ini siswa
terabaikan bagaimana nasibnya dalam pembiayaan biaya sekolah. Masalah broken
home ini bisa berdampak kepada mental maupun psikis siswanya.
 Sudah bekerja
Faktor ini seperti yang dialami dari permasalahan di atas, jika seseorang
sudah bekerja dan bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan hidupnya,
mengapa harus membayar bersekolah. Kebanyakan pola pikir seperti ini yang
mempengaruhi anak untuk tidak bersekolah dan akhirnya untuk memutuskan
tidak bersekolah lagi.
 Latar belakang pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruhi terhadap anaknya juga.
Jika kedua orang tuanya berlatar belakang pendidikan paling tidak sarjana, pasti
anak-anaknya kelak paling tidak juga bersekolah sampai sarjana, tapi apabila
kedua orang tuanya hanya lulusan SD, SMP atau SMA mungkin anaknya akan
susah melanjutkan sekolah atau bahkan bisa putus sekolah karena sulit
terpenuhinya kebutuhan hidup keluarganya.
 Malas atau kurang minat bersekolah
Selain faktor-faktor penyebab putus sekolah di atas, faktor malas atau
kurang minat bersekolah biasanya memang dialami oleh anak yang mempunyai
pikiran yang pendek, artinya mereka hanya memikirkan dirinya hanya untuk
saat ini, ti dak memikirkan ke masa depan. Mungkin hanya terjadi pada
beberapa anak saja, tapi malas atau kurang minat bersekolah juga bisa
menyebabkan putus sekolah.
2. Faktor Eksternal
 Geografis
Dalam beberapa kasus putus sekolah, faktor geografis adalah faktor yang
paling banyak terjadi Indonesia. Daerah yang terpelosok, terpencil maupun
daerah pedalaman yang hanya ada sedikit sekolah bisa menyebabkan anak
putus sekolah.
 Keadaan sekolah
Keadaan sekolah dalam hal ini adalah sarana dan prasana apakah
memadai atau tidak di sekolah tersebut. Fasilitas apa yang ada di sekolah
tersebut. Apakah atapnya bocor jika hujan, bangunannya kuat jika ada angin dan
keadaan sekolah secara umum apakah sekolah bisa berlanjut dari tahun ke
tahun. Jika keadaan sekolahnya kurang memadai ini berdampak langsung
terhadap siswanya untuk tetap terus bersekolah. Terutama untuk tingkat SD
daerah Indonesia bagian timur yang masih kurang memadai keadaan
sekolahnya. Mengapa tingkat SD paling banyak mengalami putus sekolah salah
satunya adalah faktor keadaan sekolah.
 Pandangan masyarakat tentang pendidikan
Faktor eksternal yamg mempengaruhi putus sekolah adalah pandangan
masyarakat tentang pendidikan. Anak bisa terpengaruhi oleh seseorang ataupun
teman jika ada yang mengatakan bahwa pendidikan itu tidak penting. Dan
belum menganggap bahwa pendidikan itu kebutuhan primer.
 Kondisi lingkungan tempat tinggal
Kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi putus sekolah,
jika lingkungan tempat tinggalnya berpendidikan rendah, bisa mempengaruhi
anak untuk ikut berpendidikan rendah juga, yang nantinya bisa menyebabkan
putus sekolah. Dan orang yang berpendidikan rendah identik dengan tindakan
kriminal.
C. Dampak Dari Putus Sekolah
Akibat dari putus sekolah adalah
 kurangnya ilmu pengetahuan atau rendahnya ilmu pengetahuan yang akan
dialami oleh si penderita putus sekolah
 timbulnya rasa penyesalan terhadap diri karena putus sekolah
 sulitnya kita mencari pekerjaan yang berstatus tinggi dimasa yang akan
datang karena berilmu pengetahuan rendah.
D. Solusi Untuk Mengatasi Terjadinya Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA
Solusi untuk mengatasi terjadinya Putus sekolah dari SMP Ke jenjang SMA adalah
 Menaikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dan Alokasi Khusus bagi
sekolah.
 Memperbaiki atau menambah sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Sarana dan prasarana adalah faktor penting dalam dunia pendidikan. Karena
faktor ini adalah faktor penunjang baik guru maupun siswa dalam belajar
mengajar. Jika ada sarana & prasarana yang rusak ataupun tidak layak segera
diperbaiki atau membeli untuk inventaris sekolah. Menambah sarana &
prasarana juga bisa mengatasi solusi putus sekolah karena apabila sarana &
prasarana lengkap siswa akan suka dan betah untuk bersekolah.

Anda mungkin juga menyukai