Angka Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA mengalami Kenaikan JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar mengungkapkan, pemerintah perlu melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang berjalan selama tahun 2011. Menurutnya, berbagai data statistik menyebutkan, capaian kinerja pemerintah di bidang pendidikan tak menunjukkan hasil yang signifikan. Ia menyoroti, hal yang seharusnya menjadi perhatian utama adalah masih tingginya angka putus sekolah. Mengutip data, kata Raihan, terdapat 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Di sisi lain, masih ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Menurutnya, faktor utama penyebab tingginya angka putus sekolah adalah ketidakmampuan masyarakat memenuhi biaya pendidikan. “Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya,” kata Raihan kepada Kompas.com, pekan lalu, di Jakarta. Masih tingginya angka putus sekolah dan siswa yang tidak melanjutkan pendidikan, dinilainya, cermin masih terbatasnya akses pendidikan yang bisa dijangkau masyarakat. Padahal, kata dia, dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan nasional telah mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 2010, APBN untuk sektor pendidikan mencapai Rp 225 triliun, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 249 triliun. Untuk tahun 2012 mendatang, APBN pendidikan kembali mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 286 triliun. Dana Bantuan Operasional (BOS) sebagai instrumen penopang rogram wajib belajar sembilan tahun juga meningkat dari tahun 2011 sebesar Rp 16 triliun, menjadi Rp 23 triliun untuk tahun 2012. “Selain tidak tepat waktu, sasaran, dan penggunaan, nyatanya BOS tidak bisa mencegah praktek pungutan yang marak terjadi. Kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan upaya penghentian siswa putus sekolah,” papar Raihan. Akan tetapi, tingginya alokasi APBN dalam sektor pendidikan, dinilainya menjadi ironis karena berbagai kebijakan pemerintah, menurut Raihan, justru turut berkontribusi terhadap tertutupnya akses pendidikan yang terjangkau dan Pemerintah terkesan membiarkan berbagai komersialisasi dan pungutan yang marak terjadi. Ia mencontohkan, salah satunya kebijakan mengenai rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). “RSBI hanya kebijakan asesoris yang berpotensi menghambat penuntasan program wajib belajar sembilan tahun, menghambat siswa miskin atas layanan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. RSBI hanya sarana seleksi status sosial,” ujarnya. Jaminan melanjutkan pendidikan Ditemui terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengungkapkan, pada tahun 2012 mendatang, kementeriannya telah mempersiapkan sejumlah langkah untuk meminimalisir angka putus sekolah. Ia mengungkapkan, pada tahun 2010 dana BOS hanya meng-cover 70 persen biaya pendidikan. Hasilnya, sebesar 1,5 persen siswa SD drop out, dan yang tidak melanjutkan 8,87 persen dari 31 juta siswa. Untuk SMP, sebesar 1,61 persen drop out, dan 21,13 persen tidak melanjutkan. Sementara SMA, sebesar 2,86 persen drop out dan 33,11 persen tidak melanjutkan pendidikan. Salah satu yang dilakukan untuk menekan angka putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan, kata Nuh, adalah menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun, menuju wajib belajar 12 tahun. Mungkinkah? "Agar tidak putus sekolah dan melanjutkan ke SMP, maka harus kita jamin mereka bisa melanjutkan ke SMP, SMA, dan seterusnya. Cara menyelesaikannya? Tahun 2012 BOS kita naikkan. Perkiraan kita, jumlah siswa DO (drop out) dan tidak melanjutkan akan menurun secara signifikan," papar Nuh. Pada tahun 2012, pemerintah juga akan menjalankan rintisan dana BOS untuk SMA. Dengan demikian, harapannya, pada tahun 2013 program wajib belajar 12 tahun sudah bisa dilaksanakan. B. Penyebab Terjadinya Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA Dalam kasus putus sekolah, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa putus sekolah yaitu faktor internal dan faktor Eksternal. 1. Faktor internal Desakan ekonomi Jelas faktor utama penyebab siswa putus sekolah adalah ketidakmampuan masyarakat memenuhi biaya pendidikan. Tingkat kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia mempengaruhi siswa untuk bisa melanjutkan sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu memiliki kemungkinan putus sekolah yang lebih besar daripada yang mampu. Walaupun pemerintah sudah membuat pembebasan biaya sekolah, namun kebutuhan-kebutuhan sekolah yang begitu banyak seperti tas, sepatu, buku, seragam dan lainnya membuat keluarga sulit mencukupi kebutuhan anaknya yang mengakibatkan putus sekolah. Broken home Faktor keluarga juga berpengaruh terhadap kelanjutan siswa tersebut untuk bersekolah. Jika sebuah keluarga mengalami perselisihan atau tidak harmonis dan akhirnya keluarga tersebut tidak utuh, kelak nantinya anak dalam hal ini siswa terabaikan bagaimana nasibnya dalam pembiayaan biaya sekolah. Masalah broken home ini bisa berdampak kepada mental maupun psikis siswanya. Sudah bekerja Faktor ini seperti yang dialami dari permasalahan di atas, jika seseorang sudah bekerja dan bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan hidupnya, mengapa harus membayar bersekolah. Kebanyakan pola pikir seperti ini yang mempengaruhi anak untuk tidak bersekolah dan akhirnya untuk memutuskan tidak bersekolah lagi. Latar belakang pendidikan orang tua Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruhi terhadap anaknya juga. Jika kedua orang tuanya berlatar belakang pendidikan paling tidak sarjana, pasti anak-anaknya kelak paling tidak juga bersekolah sampai sarjana, tapi apabila kedua orang tuanya hanya lulusan SD, SMP atau SMA mungkin anaknya akan susah melanjutkan sekolah atau bahkan bisa putus sekolah karena sulit terpenuhinya kebutuhan hidup keluarganya. Malas atau kurang minat bersekolah Selain faktor-faktor penyebab putus sekolah di atas, faktor malas atau kurang minat bersekolah biasanya memang dialami oleh anak yang mempunyai pikiran yang pendek, artinya mereka hanya memikirkan dirinya hanya untuk saat ini, ti dak memikirkan ke masa depan. Mungkin hanya terjadi pada beberapa anak saja, tapi malas atau kurang minat bersekolah juga bisa menyebabkan putus sekolah. 2. Faktor Eksternal Geografis Dalam beberapa kasus putus sekolah, faktor geografis adalah faktor yang paling banyak terjadi Indonesia. Daerah yang terpelosok, terpencil maupun daerah pedalaman yang hanya ada sedikit sekolah bisa menyebabkan anak putus sekolah. Keadaan sekolah Keadaan sekolah dalam hal ini adalah sarana dan prasana apakah memadai atau tidak di sekolah tersebut. Fasilitas apa yang ada di sekolah tersebut. Apakah atapnya bocor jika hujan, bangunannya kuat jika ada angin dan keadaan sekolah secara umum apakah sekolah bisa berlanjut dari tahun ke tahun. Jika keadaan sekolahnya kurang memadai ini berdampak langsung terhadap siswanya untuk tetap terus bersekolah. Terutama untuk tingkat SD daerah Indonesia bagian timur yang masih kurang memadai keadaan sekolahnya. Mengapa tingkat SD paling banyak mengalami putus sekolah salah satunya adalah faktor keadaan sekolah. Pandangan masyarakat tentang pendidikan Faktor eksternal yamg mempengaruhi putus sekolah adalah pandangan masyarakat tentang pendidikan. Anak bisa terpengaruhi oleh seseorang ataupun teman jika ada yang mengatakan bahwa pendidikan itu tidak penting. Dan belum menganggap bahwa pendidikan itu kebutuhan primer. Kondisi lingkungan tempat tinggal Kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi putus sekolah, jika lingkungan tempat tinggalnya berpendidikan rendah, bisa mempengaruhi anak untuk ikut berpendidikan rendah juga, yang nantinya bisa menyebabkan putus sekolah. Dan orang yang berpendidikan rendah identik dengan tindakan kriminal. C. Dampak Dari Putus Sekolah Akibat dari putus sekolah adalah kurangnya ilmu pengetahuan atau rendahnya ilmu pengetahuan yang akan dialami oleh si penderita putus sekolah timbulnya rasa penyesalan terhadap diri karena putus sekolah sulitnya kita mencari pekerjaan yang berstatus tinggi dimasa yang akan datang karena berilmu pengetahuan rendah. D. Solusi Untuk Mengatasi Terjadinya Putus Sekolah dari SMP Ke jenjang SMA Solusi untuk mengatasi terjadinya Putus sekolah dari SMP Ke jenjang SMA adalah Menaikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dan Alokasi Khusus bagi sekolah. Memperbaiki atau menambah sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sarana dan prasarana adalah faktor penting dalam dunia pendidikan. Karena faktor ini adalah faktor penunjang baik guru maupun siswa dalam belajar mengajar. Jika ada sarana & prasarana yang rusak ataupun tidak layak segera diperbaiki atau membeli untuk inventaris sekolah. Menambah sarana & prasarana juga bisa mengatasi solusi putus sekolah karena apabila sarana & prasarana lengkap siswa akan suka dan betah untuk bersekolah.