PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher bagian
bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat
pada dinding laring.Fungsi kelenjar tiroid sangat erat berkaitan dengan
kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan;
bekerja sebagai merangsang sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur
penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran
karbondioksida. Hipotiroidisme merupakan penyakit yang sering kali
ditemukan dalam masyarakat. Hipotiroidisme diakibatkan hipofungsi tiroid.
Penyakit ini juga sangat sensitive pada bayi dan anak-anak namun gejala dan
tanda-tandanya belum dapat dilihat dengan jelas.Penyakit ini akan
memberikan dampak pada keterbelakangan individu, baik itu fisik maupun
mental. Jika hal ini dibiarkan dan tanpa ada usaha yang dilakukan untuk
meminimalkan jumlah penderita hipotiroidisme maka rakyat Indonesia akan
terus berada dalam keterbelakangan.Status tiroid seseorang ditentukan oleh
kecukupan sel atas hormone tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid
dalam darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali.
Pertama bahwa hormone yang aktif ialah free-hormon, kedua bahwa
metabolisme sel didasarkan adanya free-T3 bukan free-T4, ketiga bahwa
distribusi enzim deyodinasi I,II dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ
tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal dan tiroid, DII
utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya ditemukan di
jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU. (Aru W.
Sudoyo, dkk 2009).Di Indonesia dengan angka kelahiran sekitar 5 juta per
tahun, diperkirakan sebanyak 1.765 sampai 3200 bayi dengan hipotiroid
kongenital dan 966 sampai 3.200 bayi dengan hipotiroid kongenital transien
karena kekurangan iodium, lahir setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan
di India pada tahun 2010, dengan 30 sample penderita hipotiroid kongenital
didapatkan 94% mengalami gambaran dismorfik terdiri dari : 29% dengan
kelainan jantung kongenital dan 41% dengan kelainan spina bifida. Di RSCM
1
Jakarta, dilakukan penelitian terhadap 30 anak dengan kasus hipotiroid
kongenital. Terdapat 30 sample yang terdiri dari 9 laki- laki dan 21
perempuan. Didapatkan gejala klinis tersering adalah perkembangan motorik
yang lambat (83,3%), konstipasi (73,3%), makroglosi (70%), wajah tipikal
(60%), usia tulang terhambat (95,5%), retardasi mental (IQ < 69) sebesar
(62,5%),dll.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah serta memahami tentang Hipotiroidisme dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
Hipotiroidisme.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi dari Hipotiroidisme.
2. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi dari Hipotiroidisme.
3. Mahasiswa mampu mengetahuai etiologi dari Hipotiroidisme.
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasiklinis dari Hipotiroidisme.
5. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari Hipotiroidisme.
6. Mahasiswa mampu mengetahui pathways Hipotiroidisme.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada
Hipotiroidisme.
2
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada Hipotiroidisme.
9. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi pada Hipotiroidisme.
10. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada
Hipotiroidisme.
D.Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diharapakan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Hipotiroidisme.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau informasi kepada
masyarakat tentang penyakit Hipotiroidisme.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan
Hipotiroidisme.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hiportiroidisme adalah hipofungsi atau kurangnya aktivitas kelenjar
tiroid (penurunan produksi hormon tiroid) atau sebagai kegagalan tiroid
ringan.
(Sylvia A.Price, 2013)
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang
menyebabkan metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas,
dan penurunan konsumsi oksigen dijaringan. Aktivitas yang lambat di
kelenjar tiroid mungkin sebagai akibat disfungsi tirodi primer, atau kejadian
sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior.
(Esther Chang, 2009)
(Long, Barbara,2008)
(Brunner Sudart,2009)
B. Klasifikasi
1. Hipotiroid primer
Terjadi karena adanya kerusakan pada kelenjar tiroid.
2. Hipotiroid sekunder
Terjadi akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis.
4
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Terjadi akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipotalamus.
(Muttaqin,2010)
C. Etiologi
1. Penyakit Hashimoto,
Terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar
tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab
tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat
kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang
paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis
Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi
beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi.
2.Pengobatan terhadap hipertiroidisme.
Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme.
3.Gondok endemik
Hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok
adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha
untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang
rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya
umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif
(hipotiroidisme goitrosa).
4.Kekurangan yodium jangka panjang
Penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
(Ilham, 2010)
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Corwin, 2009), manifestasi klinis hipotiroidisme adalah :
1.Kelambanan, berpikir lamban, dan gerakan yang canggung dan lambat
5
2.Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
3.Intoleransi terhadap suhu dingin
4.Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penuruan nafsu
makan dan absorbsi zat gizi yang melewati usus
5.Konstipasi
6.Perubahan fungsi reproduksi
7.Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis
dan rapuh.
E. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormon tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika
produksi dari hormon tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompensasi dari kekurangan hormon. Pada
keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi
hormon tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid
untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya,
kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada
menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormon tiroid mempengaruhi BMR secara lambat
dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah
pada kondisi achlorhydria (penurunan produksi asam lambung), penurunan
traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu
penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi
proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac,
dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena
6
pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan
vitamin B12 dan asam folat.
(Sylvia Price,2013)
7
F. Pathway
Penyakit Hashimoto,yodium radioaktif,gondok
endemik,kekurangan yodium jangka panjang
Defisiensi iodium
Hipotiroidisme
8
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a.Medikamentosa
T4 diberikan dengan dosis 25-50ug/hari, dimulai dengan dosis rendah
dan menaikkan dosisnya setiap bulan untuk mencapai kadar TSH yang
normal. Dosis rumatan rata-rata adalah 125ug/hari. Kadar T4 bebas berada di
atas ambang normal pada pasien yang tidak diobati. Jika ada penyakit jantung
iskemik, pada awalnya harus diberikan dosis terendah. Pasien harus
diperingatkan bahwa pengobatan ini harus dilakukan seumur hidup.
Osteoporosis adalah risiko jangka panjang pengobatan yang berlebihan
b.Pembedahan
Teriodektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan
jaringan sekitar.Tekanan pada trakea dan esofaguus dapat mengakibatkan
inspirasi stridor dan disfagia.Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara
serak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Hipotiroidisme adalah penyakit sepanjang hayat dan memerlukan
partisipasi klien secara penuh. Klien harus paham tentang farmakologi dari
rejimen obat, nutrisi, dan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengontrol
kondisi klien.Dalam perawatan mandiri, fokuskan terhadap kebutuhan klien
9
untuk memahami manifestasi hipotiroidisme , mengikuti rejimen medikasi
dan nutrisi,serta mencari informasi medis secara tepat.
(Black & Hawks, 2014).
I. Komplikasi
Menurut (Corwin, 2009), komplikasi hipotiroidisme adalah :
1. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk
hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran yang menyebabkan koma
2. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala.
3. Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Risiko ini
mencakup pergantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osteoporosis, dan fibrilasi atrium
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur,jenis kelamin,anak-ke, BB/TB,
alamat.
b. Keluhan Utama
Penurunan frekuensi jantung.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Kelambanan, berpikir lamban, dan gerakan yang canggung dan
lambat. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki. Intoleransi terhadap suhu dingin.Penurunan laju metabolisme,
penurunan kebutuhan kalori, penuruan nafsu makan dan absorbsi zat gizi
yang melewati usus. Konstipasi. Perubahan fungsi reproduksi. Kulit kering
dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.
2. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya ada pembedahan atau terapi radioaktif untuk
hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hashimoto,
amylodosis dan sarcoidosis .
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ada keluarga yang menderita penyakit hipotiroidisme, penyakit ini
bersifat congenital .
1.Pernafasan B1 (breath)
2.Kardiovaskular B2 (blood)
11
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
3.Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,
psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa
bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
4.Perkemihan B4 (bladder)
5.Pencernaan B5 (bowel)
6.Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
(Muttaqin,2010)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d disfagia.
2. Gangguan pertukaran gas b.d hipoksia.
3. Hipotermi b.d penurunan produksi panas.
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan.
Post Operatif
1.Resiko tinggi infeksi b.d masuknya mikroorganisme.
2.Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan.
( Nanda, 2012 )
12
C. INTERVENSI
TUJUAN DAN
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)
1 Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas berhubungan Respiratory satatus : gas Airway Management
dengan depresi ventilasi exchange a. Posiskan pasien untuk
Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
ventilation b. Auskultasi suara nafas,
Vital sign status catat adanya suara tambahan
Kriteria hasil : c. Atur intake untuk cairan
Mendemonstrasikan mengoptimalkan
peningaktan ventilasi dan keseimbangan
oksigenasi yang adekuat d. Monitor respirasi dan
Memelihra kebersihan paru- status o2
paru dan bebas dari tanda e. Repiratory Monitoring
distress pernafasan f.Monitorrata-rata, kedalaman,
Mendemonstrasikan batuk irama, dan usaha respirasi
efektif dan suara nafas yang g. Monitor pola nafas
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
13
Mendemonstrasikan batuk keseimbangan
efektif dan suara nafas d. Monitor respirasi dan status o2
bersih, tidak ada sianosis e. Pertahankan posisi pasien
dan dyspneu f. Observasi adanya tanda-tanda
Menunjukkan jalan nafas hipoventilasi
yang paten(klien tidak g. Vital sign Monitoring
terasa tercekik, irama nafas, h. Monitor TD, nadi, shu, dan
frekuensi pernafasan RR
rentang normal, tidak ada i. Monitor pola pernafasan
suara nafas abnormal. abnormal
Tanda-tanda vital dalam j. Monitor suhu, warna, dan
rentang normal(tekanan kelembapan kulit
darah, nadi, pernafasan)
3 Hipotermi berhubungan NOC NIC
dengan penurunan Thermoregulation Temperature regulation
produksi panas Thermoregulation: neonate a. Monitor suhu minimal tiap 2
Criteria hasil jam
Suhu tubuh dalam rentang b. Rencanakan monitoring suhu
normal secara kontinyu
Nadi dan RR dalam rentang c. Monitor Td, nadi dan suhu
normal d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
f. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
g. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
h. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative
dari kedinginan
i. Ajarkan indikasi dari
14
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
j. Berikan antipiretik jika perlu
k. Vital sign Monitoring
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan dengan Activity Therapy
Energy conservation
kelemahan
Activity tolerance Kolaborasikan dengan tenaga
Self Care : ADLs rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat
Kriteria Hasil :
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
Berpartisipasi dalam
yang mampu dilakukan
aktivitas fisik tanpa
Bantu untuk memilih
disertai peningkatan
aktivitas konsisten yang
tekanan darah, nadi
sesuai dengan kemampuan
dan RR
fisik, psikologi dan social
Mampu melakukan
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas sehari-hari
dan mendapatkan sumber
(ADLs) secara mandiri
yang diperlukan untuk
Tanda-tanda vital
aktivitas yang diinginkan
normal
Bantu untuk mendapatkan
Energy psikomotor
alat bantuan aktivitas seperti
Level kelemahan
kursi roda, krek
Mampu berpindah:
Bantu untuk mengidentifikasi
dengan atau tanpa
aktivitas yang disukai
bantuan alat
Bantu klien untuk membuat
Status kardiopulmunari
jadwal latihan diwaktu luang
adekuat
Bantu pasien/keluarga untuk
Sirkulasi status baik
mengidentifikasi kekurangan
Status respirasi :
dalam beraktivitas
pertukaran gas dan
Sediakan penguatan positif
ventilasi adekuat
15
bagi yang aktif beraktivitas
16
Kriteria Hasil : durasi frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Mampu mengontrol
Observasi reaksi nonverbal
nyeri (tahu penyebab
dan ketidaknyamanan
nyeri, mampu
Gunakan teknik komunikasi
menggunakan tehnik
terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk
pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri,
Kaji kultur yang
mencari bantuan)
mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa
Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri berkurang
masa lampau
dengan menggunakan
Evaluasi bersama pasien dan
manajemen nyeri
tim kesehatan lain tentang
Mampu mengenali
ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri (skala, intensitas,
masa Iampau
frekuensi dan tanda
Bantu pasierl dan keluarga
nyeri)
untuk mencari dan
Menyatakan rasa
menemukan dukungan
nyaman setelah nyeri
Kontrol lingkungan yang
berkurang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan anaIgetik untuk
17
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
18
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
(Nanda, 2012)
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormone tiroid. Hal ini
mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi
mental lambat, dan peningkatan simpanan lemak.Pada orang dewasa, kondisi
ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan
musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat. Pada anak kecil,
hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut dengan
kretinisme (Smeltzer S. 2012).
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca agar dapat
meningkatkan lagi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
dibidang mata kuliah keperawatan khususnya terkait asuhan keperawatan
pada klien dengan hipotiroidisme.
20
DAFTAR PUSTAKA
21