Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA

JAWA BARAT

Oleh Kelompok 1
Imam Nugraha Suryana
Afdal Gunadi Zafutra Sugeha
Rachmat Ramadhan Nur Syamsuri
Andri Alfriono
Della Nawarita Putri Kasim
Nur Azizah K. badaun
Lia Elviyanti
Chisilia Maloho
Nani Mardiani H.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
Fisiografi Regional Jawa Barat

Secara Fisografi Regional Jawa Barat Terbagi menjadi 4 bagian ( ven bemmelen, 1949)

Gambar1. Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Vab Bemmlen, 1949)

1. Zona Jakarta (Pantai Utara)


Daerah ini terletak di tepi laut jawa dengan lebar kurang 40 Km tebentang mulai dari
Serang sampai Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan aluvial yang terangkut
oleh sungai- sungai yang bermuara di laut Jawa seperti Ci Tarum, Ci Manuk, Ci Asem,
Ci Punagara, Ci Keruh dan Ci Sanggarung. Selain itu, endapan lahar dari Gunung
Tangkuban Perahu, gunung Gede dan Gunung Pangranggo menutupi sebagai zona ini
dalam bentuk vulkanik aluvial fan (endapan kipas alluvial) khususnya yang berbatasan
dengan zona Bandung.
2. Zona Bogor
Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung mulai Bogor, Purwakarta, Subang,
Sumedang, Kuningan dan Majalengka. Daerah ini merupakan pegunungan lipatan yang
terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, di
beberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman pliosen- plistosen
sezaman dengan terbentuknya Patahan lembang dan pengangkatan pegunungan
selatan.
Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daearh yang berbukit- bukit rendah di sebagian
tempat secara sporadis terdapat bukit- bukit dengan batuan keras yang dinamakan
vulkanik neck atau sebagian batuan intrusi seperti Gunung Parang dan Gunung
Sanggabuwana di Plered Purwakart, Gunung Kromong dan gunung Buligir sekitar
Majalengka. Batas antara zona Bogor dengaan zona Bandung adalah Gunung Ciremai
3.078 meter) di Kuningan dan Gunung Tampomas 1.684 meter) di Sumedeng.
3. Zona Bandung
Zona Bandung merupakan daerah Gunungapi, zona ini merupakan suatu depresi jika
dibanding dengan zona Bogor dan zona Pegunungan Selatan yang mengapitnya yang
terlipat pada zaman tersier. Zona Bandung sebagian besar terisi oleh edapan vulkanik
muda produk dari gunungapi disekitarnya. Gunung- gunung berapi terletak pada
daratan rendah antara kedua zona itu dan merupaka barisan di pinggir zona Bandung
pada perbatasan Zona Bogor san Pegunungan selatan. Walaupun zona Bandung
merupakan suatu depresi ketinggiannya masih cukup besar, misalnya depresi Bandung
dengan ketinggian 650 – 700 mdpl.
Zona Bandung sebagian terisi oleh endapan alluvial dan vulkanik muda (kwarter),
tetapi di beberapa tempat merupakan campuran endapan tersier dan kwarter.
Zona Bandung memiliki karakteristik lebih banyak memiliki gunungapi baik sudah
tidak aktif (gunungapi tipe A) yang ditandai dengan famarol dan salfatara dan
gunungapi yang masih aktif (gunungapi tipe A). Gunungapi tersebut dapat berperan
sebagai penangkap hujan yang baik karena material- material gunungapi bersifat
porous sehingga dapat menjadi daerah penyipan air yang baik sumber yang potensial
untuk sungai- sungai sekitarnya.

Dataran Bandung terdapat endapan rawa yaitu batuan lempung yang kemudian
tertutupi oleh endapan danau yang berumur resen, yaitu danau pra historis yang
terbentuk karena pengairan air di barat laut, terbendung oleh bahan vulkanik dan
selanjutnya kering lagi karena Ci tarum mendapat pengairan baru pada suatu celah yang
sempit yang dinamakan Sanghyang Tikoro di daerah bukit Rajamandala.
4. Zona Pegunungan Selatan
Pegunungan selatan sudah mengalami perlipatan dan pengangkatan pada zaman
Miosen, dengan kemiringan lemah ke arah Samudera Indonesia. Di pegunungan selatan
terdapat baian- bagian Plateau jampang, Plateau Pangalengan dan Plateau
Karangnunggal.

Struktur Geologi Regional Pulau Jawa

Gambar 2. Pola struktur geologi regional pulau jawa

a. Pola Struktur
Berdasarkan data gayaberat,seismic, citra Landsat/foto udara
pengamatan di lapangan, di Jawa Barat ini dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
Arah baratlaut-tenggara
Tmur-barat
Utara-selatan (dominan)
Namun berdasarkan citra Landsat dan sebaran episentrum gempa, ada satu lagi yaitu arah
timurlaut-baratdaya yang menonjol di sudut baratdaya Pulau Jawa (Cimandiri/Sukabumi). Pola
baratlaut-tenggara hanya dapat direkam dengan gayaberat, yang berarti letaknya dalam dan
mungkin hingga batuan dasar. Pola sesar ditafsirkan sebagai kelanjuttan tektonik tua Sumatra. Pola
berarah barat-timur umumnya berupa sesar naik ke arah utara dan melibatkan sedimen Tersier.
Sedangkan yang berarah utara-selatan di bagian Utara Jawa , dari data seismic Nampak memotong
batuan Tersier, ternyata juga mengontrol bedrock. Memisahkan segmen Banten dari bogor dan
pegunungan selatan.
b. Satuan-satuan Tektonik
Batuan tertua tersingkap di Jawa Barat adalah batuan berumur eosen awal di Ciletuh yang berupa
olisostrom. Satuan ini berhubungan secara tektonis dengan batuan ofiolit yang mengalami
breksiasi dan serpentinisasi pada jalur-jalur kontaknya. Batuan ofiolit tersebut ditafsirkan
merupakan bagian dari melange yang mendasari olisostrom yang berumur eosen awal. Dengan
demikian maka satuan tektonik tertua di Jawa Barat adalah jalur subduksi Pra eosen. Satuan
tektonik lainnya adalah jalur magma tersier. Sepanjang jalur pantai selatan pulau Jawa, terdapat
kumpulan batuan vulkanik yang dinamakan formasi Andesit tua “old andesite formation” yang
berumur oligosen-miosen awal. Di Jabar, bagian dari formasi ini disebut formasi Jampang. Ciri
ciri batuannya merupakan endapan aliran gravitasi seperti lava dan kadang-kadang
memperlihatkan struktur bantal.
Penelitian terhadap sebaran dan umur batuan vulkanik Tersier lainnya di Jawa Barat, ternyata Jalur
Magma Tersier jauh lebih luas lagi, yaitu hampir meliputi seluruh bagian tenggara Jawa Barat.
Dengan demikian terdapat kemungkinan bahwa kegiatan vulkanik selama Tersier ini bermula di
Selatan Jawa (miosen awal) dan kemudian secara berangsur bergeser ke utara. Satuan tektonik
lainnya adalah jalur magma atau vulkanik kwarter , menempati bagian tengah Jawa Barat atau
dapat juga dikatakan berlawanan dengan Jalur Magmatik Tersier muda.
c. Mandala Sedimentasi
Didasarkan pada mayoritas cirri sedimen, Soedjono (1984) membagi daerah Jabar menjadi 3
mandala sedimentasi, yaitu mandala paparan kontinen yang terletak di utara, diikuti oleh Mandala
Cekungan Bogor di bagian tengah, dan ke arah barat terdapat mandala Banten. Mandala paparan
kontinen bertepatan dengan zona stratigrafi dataran pantai utaranya Van Bemmelem. Dicirikan
oleh pola pengendapan paparan, umumnya terdiri dari endapan gamping, lempung dan pasir
kwarsa serta lingkungan pengendapannya dangkal. Kedalamannya mencapai lebih dari 5000m.
Mandala Cekungan Bogor meliputi beberapa zona fisiografi Van Bemmelem (1949), yakni Zona
Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh
endapan “aliran gravitasi” yang sebagian besar terdiri dari fragmen batuan beku dan sedimen,
seperti andesit,tufa dan gamping. Ketebalannya mencapai 7000m. Mandala sedimentasi Banten
mempunyai cirri-ciri yang serupa dengan Mandala Bogor dan Paparan Kontinen.
Struktur Reginal Jawa Barat
Struktur geologi yang berkembang di Jawa Barat pada dasarnya dipengaruhi oleh aktivitas
tumbukan Lempeng Indo-Auastralia yang menunjam di bawah Lempeng Erasia (Hamilton, 1979).
Akibat dari adanya aktivitas tumbukan lempeng ini menghasilkan elemen tektonik utama di Jawa
Barat berupa palung, busur luar non volka-nik, cekungan depan busur, jalur magmatisma,
cekungan belakang busur dan Paparan Sunda (Katili, 1973). Sebagian gambaran masing-masing
elemen tektonik pada saat ini, dari selatan ke utara, adalah sebagai berikut :
Palung (Trench) berada di selatan Pulau Jawa. Di daerah ini Lempeng Samudra Hindia Australia
menyusup ke bawah Lempeng Asia.
1. Busur luar non volkanic terdiri atas batuan melange yang terse-sarkan secara intensif. Terletak
di bawah permukaan laut di selatan Pulau Jawa.
2. Cekungan Depan Busur (Outer arc basin) yang terletak antara Busur luar non volkanik
dengan Pulau Jawa. Di daerah ini terbentuk lapisan sedimen terdiri atas bahan volkanik dan
sedimen asal volka-nik dengan batugamping terumbu.
3. Busur Magmatik dijumpai di daratan Pulau Jawa, membentang relatif barat-timur.
4. Cekungan Belakang Busur (Back arc basin) posisinya berada diantara Jalur magmatik dengan
Paparan Sunda.
5. Paparan Sunda merupakan inti benua, terdiri atas batuan sedi-men dan kristalin yang telah
termalihkan.
Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional yang
memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis dan Sesar Lem-bang. Ketiga
sesar tersebut untuk pertamakalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga
ketiganya masih aktif hingga seka-rang. Walaupun seluruh sesar terse-but memegang peranan
penting da-lam sejarah tektonik di Jawa Barat, namun hingga saat ini penjelasan me-ngenai
mekanisme pembentukan struktur sesarnya masih belum jelas.
Mekanisme pembentukan struktur geologi Jawa Barat terjadi secara simultan di bawah
pengaruh aktifitas tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Eurasia yang ber-
langsung sejak Zaman Kapur hingga sekarang. Posisi jalur tumbukan (subduction zone) dalam
kurun waktu tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan. Sejajar dengan cekungan busur
depan di bagian utara telah membentuk cekungan intra montana yang terletak di dalam rangers
vulkanik. Karena posisi ini, batuan sedimen yang terakumulasidi dalam cekungan mengandung
material vulkanik.

Gambar 3. Struktur Geologi Regional (Pulunggono Dan Martodjojo, 1984)


Proses Tektonik yang terjadi di pulau jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-
Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda. Pola struktur dominan yang berkembang di pulau jawa
menurut (Pulunggono , A., S. Martodjojo, 1994) yaitu sebagai berikut:
• Pola Meratus, berarah timurlaut-barat daya terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun lalu (
Kapur Akhir – Eosen awal )
• Pola Sunda, berarah utara – selatan terbentuk 53 sampai 32 juta tahun lalu ( Eosen awal –
Oligosen Awal
• Pola jawa, berarah barat-timur terbentuk sejak 32 juta lalu sampai sekarang (Oligosen-
Resen )
Pola struktur yang berkembang di Jawa Barat yaitu Pola Meratus yang diwakili oleh Sesar
Cimandiri ke arah timur laut, salah satu sesar Pola Sunda memisahkan segmen Banten dari Bogor
dan Pegunungan Selatan. Pola Jawa diwakili oleh sesar- sesar naik ke arah utara yang melibatkan
sedimen Tersier, dan Pola Sumatera yang berarah barat laut- tenggara (NW –SE) dimana letaknya
cukup dan melibatkan batuan dasar tetapi struktur ini tidak terlalu berkembang dominan.

Referensi :

o Hamilton, R., 1979, Tectonics of the Indonesiuan Region: Geological Survey Professional Papar 1078, 345
p.
o Haryanto, I, Edy, & S, Sudrajat, A . 2014. Plate Tectonic and Regional Structural Geology
in West Java . 1st International Conference.
o Pulunggono, A., dan S. Martodjojo, 1994, Perubahan tektonik Paleogen dan Neogen
merupakan perristiwa tektonik terpenting di Jawa, Proceeding geologi dan geoteknik
• Van Bemmelen, R.W., 1949, The geology of Indonesian vol. I A: Government Printing
Office, The Hague, 732 p.

Anda mungkin juga menyukai