FISIOLOGI RESPIRASI
Disusun Oleh:
Eza Melinda
2012730034
FISOLOGI RESPIRASI | 0
BAB I
PENDAHULUAN
Saluran nafas atau traktus respiratorius merupakan suatu kesatuan dari beberapa
organ yang saling mendukung satu sama lainnya. Dalam menjalankan kinerjanya,
mekanisme pernafasan, traktus respiratorius tidak lah berdiri sendiri, sehingga proses
bernafas menjadi sesuatu hal yang kompleks dan saling mengikat. Komponen lain
yang mendukung dan menjalankan mekanisme bernafas adalah tulang-tulang
penyusun toraks dan otot-otot yang menyokongnya.
FISOLOGI RESPIRASI | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Fungsi Paru
1. Membuang CO2 dan mengambil O2 untuk metabolisme tubuh
2. Mempertahankan pH darah
3. Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh dan kadar H2O
4. Komponen fonasi suara
C. Fisiologi Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan
lingkungan sekitarnya. Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu
eksternal dan internal.
FISOLOGI RESPIRASI | 2
1. Respirasi eksternal adalah pertukaran gas- gas antara darah dan udara
sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu :
a. Ventilasi : proses masuk udara sekitar dan pembagian udara
tersebut ke alveoli.
b. Distribusi : distribusi dan pencampuran molekul- molekul gas
intrapulmoner.
c. Difusi : masuknya gas- gas menembus selaput alveolo-kapiler.
d. Perfusi : pengambilan gas- gas oleh aliran darah kapiler paru yang
adekuat.
FISOLOGI RESPIRASI | 3
Trakea adalah pipa fibromuskular pada dewasa panjangnya 10- 12 cm,
diameter 18- 20 mm. diameter cabang- cabangnya ialah bronkus utama
(primary) ±13 mm, bronkus lobaris 7-5 mm,bronkus segmentalis 4-3 mm,
bronkus kecil ± 1 mm,bronkiolus utama 1-0.5 mm, bronkiolus terminalis ±
0.5 mm, bronkiolus respiratorius ± 0.5 mm, duktus Alveolaris 0,3 mm dan
sakkus alveolaris 0.3 mm. trakea terdiri dari sel- sel bersilia dan sel- sel yang
dapat mensekresi lender. Setiap sel memiliki 200 silia yang selalu bergerak
12- 20 kali setiap menitnya mendorong lendir ke faring dengan kecepatan
0.5- 1.5 cm/menit.
D. Siklus Pernapasan
FISOLOGI RESPIRASI | 4
Dua set otot interkostal terletak antara iga-iga. Otot interkostal eksternal
terletak di atas otot interkostsl internal. Kontraksi otot interkostal eksternal yang
serat-seratnya berjalan ke bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan,
memperbesar rongga thoraks dalam dimensi lateral (sisi ke sisi) dan anteroposterior
(depan ke belakang). Ketika berkontraksi, otot interkostal eksternal mengangkat iga
dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf interkostal mengaktifkan otot-
otot interkostal ini.
FISOLOGI RESPIRASI | 5
kembali mengecil, tekanan intra alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara
yang lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada
akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi
biasa, tekanan intra alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan atmosfer
menjadi 761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien tekanannya
dari tekanan intraalveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah.
FISOLOGI RESPIRASI | 6
paru. Otot ekspirasi yang paling penting adalah (yang mungkin tidak diduga
sebelumnya) otot dinding abdomen. Sewaktu otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan tekanan intrabdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma,
mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thoraks daripada posisi lemasnya
sehingga ukuran vertikal rongga thoraks menjadi semakin kecil. Otot ekspirasi lain
adalah otot interkostal internal, yang kontraksinya menarik iga turun dan masuk,
mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks, tindakan
ini berlawanan dengan otot interkostal eksternal.
O2 + Hb ↔ HbO2 (97%)
O2 + Plasma ↔ Larut (3%)
FISOLOGI RESPIRASI | 7
Pada suhu normal a O² = 0.003 ml/dl/mmHg.
F. Pusat Respirasi
Pusat respirasi merupakan kelompok neuron luas terletak di substansia
retikuler medulla oblongata dan pons terdiri dari pusat apnestik, area
pneumotaksis, area ekspiratori dan area inspiratory. Diafragma diinervasi oleh
Nervus frenikus yang keluar dari akar saraf C3-5. Trauma cervical diatas C5
akan mengganggu pernapasan spontan karena selain nervus frenikus juga saraf
intercostal terkena.
Perangsangan nervus vagus akan menyebabkan kontriksi dan sekresi
bronkus via reseptor muscarinic. Sebaliknya perangsangan terhadap simpatis
T1-4 akan menyebabkan dilatasi bronkus via reseptor beta-2. Stimulasi
reseptor adrenergik alfa-1 akan menurunkan sekresi.
G. Kontrol Pernapasan
Seperti denyut jantung, bernapas harus berlangsung dalam pola yang terus
menerus dan siklik untuk mempertahankan proses-proses kehidupan. Otot
jantung harus berkontraksi dan melemas secara ritmis untuk secara bergantian
FISOLOGI RESPIRASI | 8
mengosongkan jantung dari darah dan mengisinya kembali. Demikian juga,
otot-otot inspirasi harus secara berirama berkontraksi dan melemas untuk secara
bergantian mengisi paru dengan udara dan mengosongkannya. Kedua aktivitas
ini berlangsung secara otomatis, tanpa upaya sadar. Namun, mekanisme dan
control yang mendasari kedua system ini sangat berbeda.
FISOLOGI RESPIRASI | 9
interkostal eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh saraf frenikus dan
saraf interkostal. Badan-badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf
ini terletak di medula spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla
berakhir di badan-badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik
diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan,
menyebabkan inspirasi; ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls
maka otot inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi.
Pusat pernapasan medula terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal
sebagai kelompok respiratorik dorsal dan kelompok respiratorik ventral.
FISOLOGI RESPIRASI | 10
inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan
sistem check and balance ini, pusat pneumotaksik mendominasi pusat apnustik,
membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara
normal. Tanpa rem pneumotaksik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas
panjang yang terputus mendadak dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang
abnormal ini dikenal sebagai apnusis; karena itu, pusat yang mendorong tipe
bernapas ini disebut pusat apnustik. Apnusis terjadi pada jenis tertentu
kerusakan otak berat.
FISOLOGI RESPIRASI | 11
I. Volum statistic dan kapasitas paru
FISOLOGI RESPIRASI | 12
d. Volum sisa (RV, residual volume)
Volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi
maksimal.Dewasa ±1.200 ml.
e. Kapasitas inspirasi (IC, inspiratory capacity),TV + IRV.
Volum maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir ekspirasi
tenang. Dewasa ± 3.500 ml.
f. Kapasitas sisa fungsional (FRC, fungtional residual capacity), ERV +
RV.
Volum udara tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi tenang. Dewasa
± 2200 ml.
g. Kapasitas vital (VC, vital capacity), IRV + TV + ERV.
Volum maksimal antara yang dapat diekspirasi dengan usaha maksimal
setelah inspirasi maksimal. Dewasa ±4.500 ml.
h. Kapasitas paru total (TIC,total lung capacity), IRV + TV + ERV + RV.
Volum udara dalam paru setelah akhir inspirasi maksimal. Dewasa ±
5.700 ml.
FISOLOGI RESPIRASI | 13
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Said A dkk. Petunjuk praktis anestesiologi. Bagian anestesiologi FKUI. Jakarta
: 2001.
Ganong, William F., editor bahasa Indonesia: M Djauhari Widjajakusumah. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. hal.
669 – 724.
Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.1997. hal. 655 – 667.
Sherwood, Lauralee.Fisiologi Jantung. Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem. Jakarta : EGC.2001; hal 496 – 551.
FISOLOGI RESPIRASI | 14