Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan Hipertensi
Sasaran : Penderita hipertensi yang berusia 15 tahun keatas (12 orang)
Tanggal Pelaksanaan : 25 Maret 2019
Waktu : 30 menit
Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Posko Posbindu Kelurahan Kampung Olo
Pemateri : Widya Khrimuzah

C. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data dari WHO tahun 2010, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita.
Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya(Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional
Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15%
penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti,
Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hampir 15% (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat
15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi
(Miswar, 2010).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2010
sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-
18%. Secara nasional Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan
Bangka Belitung. Data Riskesdas (2018) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab
kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi
penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2010).
Menurut data yang didapatkan dari kegiatan screening kesehatan terhadap 30 orang yang
dilakukan di RT 01 RW 02 Kelurahan Kampung Olo bahwa ada sebanyak 40% masyarakat yang
berusia diatas 15 tahun yang menderita hipertensi.
D. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu agar pasien rawat jalan
Puskesmas Lapai dapat mengetahui tentang stroke.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pasien rawat jalan
Puskesmas lapai dapat memahami :
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Klasifikasi hipertensi
4. Tanda gejala hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi
7. Penatalaksanaan hipertensi
E. MATERI PENGAJARAN
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas tekanan
darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan
darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII,
seorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2013).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Sheps, 2010).

2. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2013).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup
tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan
pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai
populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).

b. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2013). Hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2010).

3. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003


Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)

Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

4. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat,
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema
pada diskus optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak
nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2015).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi
yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, jantung (volume sekuncup)
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,
2015). kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan
darah intrakranial (Corwin, 2015).

5. Komplikasi hipertensi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark miokard,
gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy-included hypertension (PIH)
(Corwin, 2005).
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah.
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi (Hacke, 2013).
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2015).

2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung,
2010).

4. Ensefalopati (kerusakan otak)


Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang intersitium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat
menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak.
Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi
(Corwin, 2015).

6. Cara Mengatasi Dan Mencegah Hipertensi


a. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah,
dengan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sesorang yang
badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian, obesitas
harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan (Depkes, 2010).
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol mempunyai risiko
yang lebih besar terkena hipertensi (Rahajeng, 2010).

2. Mengurangi asupan garam didalam tubuh


Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan.
Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat
memasak (Depkes, 2013).

3. Ciptakan keadaan rileks


Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes,2010).

4. Melakukan olahraga teratur


Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan
memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol tekanan darah
(Depkes, 2010).

5. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak jaringan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses
arterosklerosis dan peningkatan tekanan darah.
Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

F. MEDIA PENGAJARAN
1. Materi Pengajaran
2. Materi terlampir
3. Power point
4. Leaflet
5. Infokus
6. Laptop
7. Sound system

G. METODE PENGAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
F. KEGIATAN PENYULUHAN STROKE

No Tahap Waktu Kegiatan Media


1. Pembukaan 5 menit 1. Salam perkenenalan
2. Menjelaskan kontrak
dan tujuan pertemuan
2. Pelaksanaan 20 menit 1. Menggali pengetahuan 1. Materi
peserta penyuluhan pengajaran
tentang hipertensi. 2. Power point
2. Memberikan 3. Leaflet
reinforcement positif 4. Laptop
atas jawaban yang 5. Sound system
diberikan 6. Infokus
3. Menjelaskan tentang :
a. Menjelaskan
pengertian
hipertensi
b. Menjelaskan
Penyebab
hipertensi
c. Menjelaskan
Klasifikasi
hipertensi
d. Menjelaskan Tanda
dan gejala
hipertensi
e. Menjelaskan
Komplikasi
hipertensi
f. Menjelaskan Cara
mengatasi dan
mencegah
hipertensi
4. Menanyakan
pemahaman peserta
mengenai penjelasan
yang diberikan
5. Memberikan
reinforcement positif
atas jawaban yang
diberikan.
3. Penutup 5 Menit 1. Mengajukan
pertanyaan kepada
peserta penyuluhan
2. Menanyakan perasaan
klien tentang
penyuluhan
3. Memberikan
reinforment positif
atas jawaban yang
diberikan
4. Kontrak topik, tempat,
dan waktu yang akan
datang
5. Menutup penyuluhan
dengan salam
G. PENGORGANISASIAN KEGIATAN
1. Moderator : Tika Amelia
Perannya : Mengendalikan jalannya satuan acara penyuluhan (SAP)
2. Presentator : Widya Khrimuzah
Perannya : Menyajikan materi sesuai dengan pokok bahasan
3. Observer : Ulfa Aulia Zikra dan Sri Okta Novela
Perannya : Mengevaluasi proses satuan acara penyuluhan (SAP)
4. Dokumentator : Yolla Anggia dan Suci Bunga Srirezky
Perannya : Mendokumentasikan proses satuan acara penyuluhan (SAP)
5. Notulen : Siti Rahma Yuni dan Syifa Aulia Yasmin
Perannya : Mencatat pertanyaan, jawaban dan saran selama kegiatan penyuluhan
6. Fasilitator : Yunia Zaida Putri dan Ziqni Ilma Al Wasi
Perannya : Memfasilitasi peserta penyuluhan untuk aktif dalam kegiatan penyuluhan

H. SETTING TEMPAT

Ket : : Moderator : Observer

: Penyaji : Notulen

: Fasilisator : peserta
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggara penyuluhan tentang penyakit hipertensi sudah mempersiapkan
tempat untuk kegiatan penyuluhan
b. Pelaksanaan penyuluhan tentang penyakit hipertensi sudah dikonsulkan
dengan pembimbing akademik dan klinik
c. Peserta hadir tepat waktu di tempat pelaksanaan penyuluhan
d. Penyaji menguasai materi
e. Penyaji mampu melakukan komunikasi dua arah
f. Penyelenggara sudah menyiapkan sarana dan prasarana penyuluhan seperti
infokus, Power Point, leafleat, laptop, infokus, sound system
g. Peran dan tugas berjalan sesuai dengan rencana

2. Evaluasi Proses
a. Peserta aktif bertanya dan penyaji menjawab pertanyaan dengan benar.
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan tanpa alasan yang tidak jelas.
c. Penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
d. Peserta tertib dalam mengikuti kegiatan.
e. Pemateri menyampaikan materi dengan baik.

3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan dari sekitar 12 orang penderita hipertensi dapat hadir sebanyak
80%.
b. Diharapkan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai