Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sangat penting bagi insinyur tenaga listrik untuk mengurangi jumlah
pemadaman dan menjaga kelangsungan layanan dan pasokan listrik. Oleh karena
itu, kita harus memberikan perhatian khusus terhadap proteksi saluran transmisi
dan peralatan listrik dari penyebab utama tegangan lebih (overvoltages) dalam
sistem kelistrikan, yaitu tegangan lebih karena petir (lightning overvoltages) dan
tegangan lebih karena pensaklaran (switching overvoltages). Tegangan lebih
karena sambaran petir merupakan suatu fenomena alami, sedangkan tegangan
lebih karena pensaklaran berasal dari sistem kelistrikan itu sendiri yang
disebabkan oleh pemutusan atau penyambungan kontak pemutus tenaga (circuit
breaker) karena terjadi gangguan.
Tegangan lebih pensaklaran (switching overvoltages) adalah tegangan
lebih sementara yang berosilasi dengan frekuensi daya atau harmonik. Meskipun
tegangan lebih pensaklaran dan frekuensi daya tidak berasal dari hal yang sama,
namun kedua hal tersebut dapat terjadi bersama – sama dan efek gabungannya
mempengaruhi desain isolasi.
Kemungkinan tegangan lebih karena petir dan tegangan lebih pensaklaran
terjadi pada saat bersamaan sangat kecil sehingga sering kali diabaikan. Besarnya
tegangan petir yang muncul pada saluran transmisi tidak tergantung pada desain
saluran. Oleh karena itu, kinerja petir cenderung meningkat dengan meningkatnya
tingkat isolasi, yaitu dengan tegangan sistem.
Di sisi lain, tegangan lebih pensaklaran sebanding dengan tegangan
operasi. Oleh karena itu, ada operasi tegangan sistem yang berubah dari surja petir
ke surja hubung pada tegangan transmisi 500 kV. Dalam tegangan transmisi
kisaran 300 kV sampai 765 kV, tegangan lebih karena petir dan tegangan lebih
pensaklaran harus dipertimbangkan, sedangkan untuk tegangan sangat tinggi (>
700 kV), mungkin surja hubung (switching surge) merupakan kondisi utama
untuk pertimbangan desain isolasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tegangan lebih surja hubung?
2. Apa saja yang menyebabkan tegangan lebih surja hubung?
3. Bagaimana cara mengendalikan tegangan lebih surja hubung?
PEMBAHASAN
A. Switching Overvoltages
Tegangan surja, yang sering disebut transien umumnya terjadi pada
kebanyakan jaringan listrik berupa kenaikan tegangan yang sangat cepat.
Terjadinya tegangan surja dapat disebabkan oleh petir atau gerakan switching
(penyambungan-pemutusan) dari kontaktor, pemutus tenaga, thyristor dan
switching kapasitor. Tegangan surja tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan listrik akibat adanya tekanan pada komponen isolasi yang jauh di luar
batas tegangannya.
Berdasarkan uraian diatas, tegangan lebih surja hubung dibedakan menjadi
dua macam yaitu:
1. Tegangan Lebih Eksternal
Tegangan lebih ektsternal terjadi karena adanya gangguan pada atmosfer.
Gangguan yang sering terjadi dan paling umum terjadi pada atmosfer
adalah fenomena petir.
2. Tegangan lebih Internal
Tegangan lebih internal terjadi karena perubahan kondisi operasi pada
suatu jaringan listrik. Tegangan lebih internal dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu tegangan lebih pensaklaran (switching) dan tegangan lebih
sementara.
B. Faktor Penyebab Switching Overvoltages
Tegangan lebih surja hubung disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Pemberian Energi pada Saluran dan Kabel Transmisi
berikut operasi pensaklaran yang paling umum dalam kategori ini:
a. Pemberian energi (energization) pada ujung rangkaian terbuka
b. Pemberian energi pada saluran yang diakhiri oleh trafo tanpa muatan
c. Memberi energi pada saluran melalui sisi tegangan rendah dari
transformator
2. Pemberian Energi pada Saluran
Ini berarti pemberian energi dari saluran transmisi yang membawa muatan
terperangkap oleh gangguan saluran sebelumnya ketika recloser kecepatan
tinggi digunakan.
3. Pelepasan Beban
Pelepasan beban dipengaruhi oleh pembukaan/pemutusan circuit breaker
di ujung saluran. Pemutusan circuit breaker ini juga diikuti dengan
membuka saluran di ujung pengirim yang biasa disebut operasi penurunan
saluran. Pelepasan beban dari suatu Sistem Tenaga Listrik merupakan
salah satu operasi pensaklaran yang dapat menimbulkan tegangan lebih,
operasi pensaklaran ini dilakukan oleh PMT, baik pada saat kondisi
normal ataupun kondisi gangguan. Besarnya amplitudo tegangan saat
pelepasan beban selalu berkorelasi dengan tegangan sistem dan frekuensi
osilasi yang dipengaruhi oleh impedansi sistem.
𝑓 ′ 𝑓 𝑥𝑠
𝑣= 𝐸 [(1 − ) ]
𝑓0 𝑓0 𝑥𝑐
Dengan:
𝑣 = 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑓 = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑓0 = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 50 𝐻𝑧
𝑥𝑠 = 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑥𝑐 = 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
𝐸 ′ = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑜𝑣𝑒𝑟 − 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Kenaikan tegangan pada saluran 400 kV bisa mencapai 2 p.u. (per unit).
Tegangan pada ujung kirim dipengaruhi oleh panjang saluran, hubung
singkat pada bus ujung kirim, dan pembangkitan daya reaktif saluran
(karena reaktansi kapasitif saluran dan kapasitor shunt atau seri). Reaktor
shunt dapat mengurangi tegangan menjadi 1,2 hingga 1,4 p.u.
4. Peralatan Pensaklaran
Semua operasi pensaklaran yang melibatkan jaringan transmisi akan
menghasilkan surja hubung (switching surge). Namun beberapa operasi
pensaklaran yang paling penting adalah sebagai berikut:
a. Pensaklaran reaktor tegangan tinggi
b. Pensaklaran transformator yang dibebani reaktor pada belitan
tersiernya
c. Pensaklaran transformator pada saat kondisi tanpa beban

Pada operasi pensaklaran (pembukaan atau penutupan) akan menghasilkan


gejala surja hubung atau transien energi listrik, yang berupa tegangan lebih
transien (transients over voltage) yang dapat berupa gelombang impuls yang
mempunyai muka gelombang dan ekor gelombang. Tegangan lebih surja hubung
yang dihasilkan oleh operasi PMT memiliki muka gelombang yang tajam akan
mengakibatkan kegagalan isolasi peralatan listrik yang terhubung dengan PMT,
yang mengakibatkan kerusakan pada peralatan tersebut (Naidu, V. Karamaju
1995).
Bentuk umum tegangan impuls adalah tegangan yang naik dalam waktu
yang singkat sekali, disusuli dengan penurunan yang lambat menuju nol, yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
𝑉 = 𝑉0 (𝑒 −𝑎𝑡 − 𝑒 −𝑏𝑡 )
Dengan:
𝑉 : Tegangan osilasi
𝑉0 : Tegangan sistem
𝑎𝑡 : Konstanta saluran
𝑏𝑡 : Konstanta saluran
Definisi muka gelombang (wave front) dan ekor gelombang (wave tail )
ditetapkan dalam standar yang sedemikian rupa sehingga kesukaran dalam
menetapkan permulaan gelombang dan puncak gelombang dapat diatasi.
Menurut standar Jepang titik nol nominal dari sebuah tegangan impuls
adalah perpotongan sumbu waktu dengan garis lurus yang menghubungkan titik
10% dan 90% dari tegangan puncak. Menurut rekomendasi International
Electrotechnical Commission (IEC) titik nol nominal dari sebuah gelombang
impul sadalah perpotongan antara sumbu waktu dengan garis lurus yang
menghubungkan titik 30% dan 90% dari puncak.
Muka gelombang didefinisikan sebagai bagian dari gelombang yang mulai
dari tititk nol nominal sampai ke titik puncak, sedangkan sisanya disebut dengan
ekor gelombang. Setengah puncak gelombang adalah titik pada muka gelombang
dan ekor gelombang yang tegangannya adalah setengah puncak (titik 0,5).
Menurut standar Jepang lamanya muka gelombang didefinisikan sebagai hasil
bagi antara lamanya tegangan naik dari 10% sampai 90% dari puncak (Pritiandra
Chowdhuri,1996; Hutauruk, MEE, 1989)
Waktu sampai setengah (time to half value) dari ekor gelombang
didefinisikan sebagai waktu dari nol niminal sampai setengah puncak dari ekor.
Ketajaman muka gelombang adalah kecepatan naiknya tegangan pada muka
gelombang. Ketajaman muka gelombang rata-rata untuk mudahnya dinyatakan
sebagai perbandingan antara tegangan puncak dan lamanya muka gelombang.
Gelombang penuh adalah gelombang yang tidak terputus karena lompatan
api atau tembusan ( punture), mempunyai waktu muka gelombang T1 (µs) dan
waktu sampai setengah puncak T2 (µs). Gelombang ini dinyatakan dengan sandi
±( T1x T2) µs.Bentuk gelombang standar menurut IEC adalah ±( 1,5x 40) µs dan
±( 1x 40) µs. Gambar 1 Memperlihatkan bentuk gelombang surja.

Gambar 1. Gelombang surja hubung


T1 : Muka gelombang, T2 : Ekor gelombang
C. Pengendalian Switching Overvoltages
Tegangan lebih karena pensaklaran dan frekuensi daya dapat dikendalikan
dengan cara berikut:
a. Menambahkan Resistor
Menambahkan resistansi R secara seri dengan kontak circuit breaker
merupakan hal paling sering dilakukan namun akan membuat hubung
singkat setelah beberapa cycles. Hal tersebut akan mengurangi transien
yang terjadi karena pensaklaran (switching). Tegangan langkah
𝑍0
(voltage step) akan berkurang menjadi (𝑅+ 𝑍0 )
per unit dimana 𝑍0

merupakan impedansi surja saluran.


b. Pensaklaran Fasa Terkontrol (Phase Controlled Switching)
Tegangan lebih dapat dihindari dengan mengatur penutupan tiga fase
secara terpisah. Namun cara ini harus menggunakan peralatan kendali
yang rumit sehingga cara ini jarang digunakan.
c. Pengosongan Muatan (Drainage of Trapped Charge)
Ketika saluran tiba – tiba menjadi off, muatan listrik bisa saja
tertinggal kapasitor dan konduktor saluran. Muatan ini biasanya akan
bocor melalui jalur kebocoran isolator, dll. Transformator tegangan
konvensional (magnetik) juga dapat membantu proses pengosongan
muatan. Cara yang efektif untuk mengurangi muatan yang
terperangkap selama waktu tunggu reclosing dengan menambahkan
sementara resistor ke ground atau dihubungkan secara seri dengan
reaktor shunt dan melepasnya kembali sebelum penutupan saklar.
d. Reaktor Shunt
Biasanya semua saluran tegangan ekstra tinggi akan memiliki reaktor
shunt untuk membatasi kenaikan tegangan karena efek Ferranti.
Reaktor shunt juga membantu mengurangi surja yang disebabkan oleh
pemberian energi secara tiba – tiba. Namun, reaktor shunt tidak dapat
mengosongkan muatan yang terperangkap tetapi akan menimbulkan
osilasi dengan kapasitansi sistem. Karena kompensasi yang diberikan
oleh reaktor akan kurang dari 100%, frekuensi osilasi akan lebih kecil
dari frekuensi daya dan tegangan yang dihasilkan mungkin setinggi 1,2
p.u. Penambahan resistor secara seri dengan reaktor ini akan menekan
osilasi dan membatasi tegangan lebih.
KESIMPULAN
Tegangan lebih transien adalah tegangan yang mempuyai amplitudo
sangat besar dan berlangsung sangat singkat yang disebabkan karena sambaran
petir atau karena operasi pensaklaran. Tegangan lebih transient yang disebabkan
karena sambaran petir disebut surja petir sedang tegangan lebih transient yang
disebabkan oleh operasi pensaklaran disebut surja hubung
Faktor Penyebab terjadinya surja hubung yaitu, pemberian energi pada
saluran dan kabel transmisi, pemberian energi pada saluran, pelepasan beban, dan
peralatan pensaklaran.
Sedangkan cara untuk mengendalikan surja hubung yaitu dengan
menambahkan resistor, Pensaklaran Fasa Terkontrol (Phase Controlled
Switching), Pengosongan Muatan (Drainage of Trapped Charge), dan reaktor
shunt.
DAFTAR PUSTAKA

Kuffel, W.S, Zangl. 1984. High Voltage Engineering. Peragamon Press Oxford

Naidu, N.S, Karamaju 1995. HighVoltage Engineering. Tata Mc.Graw-Hill


Publishing CompanyLimited.

Tobing Bonggas L. 2003. PeralatanTegangan Tinggi. Jakarta: Penerbit Gramedia


Pustaka Utama.

Warmi, Yusreni. 2009. Analisis Pengaruh Surja Hubung Terhadap Tegangan


Lebih Transien Dengan Menggunakan Electromagnetic Transients Program.
ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 3(3): 177 – 189

Yuniarto. 2010. Profil Surja hubung Karena Proses Energized (pemberian


tenaga) pada Saluran Transmisi 500 kV. Gema Teknologi 16 (1): 31 – 35

Anda mungkin juga menyukai