yyy
Ind
P
Kementerian Kesehatan Rl
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Tahun2015
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada akhirnya tersusun Rencana Aksi
Kegiatan (RAK) Pengendalian Diare Tahun 2015-2019. Proses penyusunan RAK ini
melibatkan para ahli,lintas program dan lintas sektor terkait ditingkat pusat, dinas
kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rencana Aksi Kegiatan ini sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana
kegiatan dan menghitung kebutuhan anggaran di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota tahun 2015-2019.Dengan menggunakan RAK diharapkan gerak
langkah kegiatan pengendalian diare akan menjadi lebih terarah menuju pada suatu
tujuan yang jelas yang akan dicapai ditingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat
Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantu penyusunan RAK ini,semoga Allah SWT meridhoi
usaha kita semua dalam pengendalian diare di Indonesia. Saat ini proses penyusunan
RPJMN, dan Renstra Kemekes 2015-2019 sedang berjalan, dan buku ini merupakan
edisi pertama,maka terbuka kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan.Oleh karena
itu sangat diharapkan masukan dari semua pihak untuk lebih meningkatkan kualitas
penyajian, ruang lingkup,dan kedalaman isi buku.
i
ii
TIM PENYUSUN
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
TIM PENYUSUN.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Analis Situasi ................................................................................. 2
C. Dasar Hukum ................................................................................. 6
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ..................................... 7
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KEGIATAN
PENGENDALIAN .................................................................................. 9
BAB IV PENYELENGGARAN, PEMANTAUAN DAN PENILAIAN ............................. 25
BABV PENUTUP ........................................................................................... 27
LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks Kinerja Rencana Aksi Pengendalian Diare
Tahun 2015-2019 ...................................................................... 28
Lampiran 2 Matriks Komponen Pengendalian Diare Tahun 2015-2019 .......... 29
Lampiran 3 Matriks Komponen Pendanaan Kegiatan P2 Diare
Tahun 2015-2019.... .................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34
v
vi
I. PENDAHULUAN Diare pada penduduk. Petani/nelayan/
buruh mempunyai proporsi tertinggi
A. Latar Belakang (7,1%), jenis kelamin dan tempat tinggal
menunjukkan proporsi yang tidak jauh
Diare merupakan salah satu masalah berbeda. Insiden Diare balita di
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Indonesia sebesar 6,7%. Lima provinsi
Menurut WHO dan UNICEF, setiap dengan insiden Diare pada balita
tahunnya terjadi sekitar 2 milyar kasus tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
Diare di dunia, dan sekitar 1,9 juta anak (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi
balita diantaranya meninggal. Sebagian Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Anak
besar kasus Diare terjadi di negara balita merupakan kelompok umur paling
berkembang. Dari semua kematian anak tinggi menderita Diare, terutama 12-23
balita karena Diare, 78% terjadi di Afrika bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di
dan Asia Tenggara. daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok
kuintil indeks kepemilikan terbawah
Target pencapaian MDGs 4, (6,2%) (Riskesdas, 2013).
diharapkan penurunan kematian balita
sebesar 2/3 kali dari tahun 1990 ke Diare merupakan penyebab nomor
tahun 2014. Pernyataan bersama WHO- satu kematian bayi (31,4%) dan
UNICEF tahun 2004 merekomendasikan kematian balita (25,2%) serta penyebab
pemberian oralit dan tablet zinc, kematian nomor 4 (13,2%) pada semua
pemberian ASI dan makanan serta umur dalam kelompok penyakit menular
antibiotika selektif merupakan bagian (Riskesdas 2007). Hasil Riskesdas 2007
utama dari manajemen penyakit Diare. melaporkan bahwa penyakit Diare
adalah penyebab nomor 1 kematian bayi
Di Indonesia, pada tahun 2013, (31,4%) dan balita ( 25,2%) serta urutan
period prevalen dan insiden Diare untuk keempat pada kematian semua umur (
seluruh kelompok umur di Indonesia 13,2%).2)
masing-masing sebesar 3.5%. Lima
provinsi dengan period prevalen dan Tingginya kematian karena Diare
insiden Diare tertinggi, yaitu Papua menjadi masalah yang perlu perhatian
(6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan kita bersama. Teknologi untuk
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan penanggulangan Diare dengan
9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan pemberian cairan / upaya rehidrasi dan
10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan tablet Zinc pada balita yang tepat sangat
8,8%). Semakin rendah kuintil indeks bermakna mencegah terjadinya
kepemilikan, semakin tinggi proporsi kematian pada penderita Diare. Namun
1
kenyataannya cakupan pemberian oralit Kurangnya Koordinasi Lintas
di Masyarakat masih rendah yaitu 33,3 % program
dan cakupan pemberian tablet Zinc juga
hanya sebesar 16,9 % (Riskesdas 2013). 2. Analisis SWOT
Berdasarkan keadaan tersebut diatas
B. Analisis Situas dilakukan analisis SWOT meliputi
1. Isu Strategis aspek kekuatan dan kelemahan yang
a. Dalam upaya pencegahan ada di sektor kesehatan serta
Masih rendahnya Higiene kesempatan dan hambatan
perorangan dan sanitasi (Ancaman) pada sektor lain dan
lingkungan masyarakat yang mempengaruhi
Peranan immunisasi dalam sektor kesehatan dalam
penurunan kesakitan Diare pengendalian penyakit Diare.
b. Dalam upaya pelayanan
Peran layanan rehidarsi oral Analisis ini dikaji keberadaannya
dalam penurunan angka disetiap aspek tersebut dalam upaya
kematian karena Diare Pencegahan penyakit, Tatalaksana,
Pemberian tablet Zinc pada Surveilans epidemiologi, Menejemen
balita sumber daya dalam upaya
Pemberian makan tambahan pengendalian penyakit Diare.
dan ASI pada anak sesuai umur a. Strenghs (Kekuatan)
selama dan sesudah Diare 1) Dalam upaya pencegahan
Pemberian obat sesuai indikasi Adanya Kepmenkes
Pemberian Nasehat kepada tentang Pedoman
ibu/pengasuh Pengendalian Penyakit
c. Dalam upaya Surveilans Diare
Peningkatan SKD KLB dan Adanya dukungan
Respon KLB Diare peraturan tentang
Dalam upaya manajemen kebijakan ASI eksklusif
d. Terbatasnya tenaga terlatih untuk Tersedianya sarana
pengelola program P2 Diare dan prasarana untuk media KIE
ISP Adanya kerjasama lintas
Kurangnya prioritas dan program dengan Direktorat
dukungan pembuat keputusan Penyehatan Lingkungan
dalam pelaksanaan program P2 mencakup PHBS, Air
Diare bersih, jamban dan
sanitasi darurat
2
Adanya kerjasama lintas Ada laporan program
program dengan promkes Pengendalian penyakit
dalam mempercepat Diare
promosi pencegahan Adanya Pedoman
Diare. Penanggulangan KLB
Adanya program nasional 4) Dalam upaya Manejemen
dalam pemberian Adanya struktur organisasi
Immunisasi campak dari Pusat / Kemenkes
untuk Pengendalian Diare
2) Dalam Upaya Tatalaksana dan ISP,
Adanya Kepmenkes No. Adanya penanggungjawab
1216 tentang Pedoman program di tingkat
pengendalian penyakit Provinsi, Kabupaten / Kota
Diare dan Puskesmas sampai
Adanya Pedoman masyarakat / kader untuk
tatalaksana Diare Pengendalian Diare dan
Adanya penyediaan obat ISP.
program untuk logistic
oralit ke seluruh Fasyankes b. Weakness (Kelemahan)
dan kader (Zinc sampai ke 1) Dalam upaya pencegahan
Fasyankes). Belum efektifnya promosi
Adanya cairan intravena pencegahan terhadap
ringer laktat pengendalian penyakit
Adanya dukungan Komli Diare
(Komite Ahli) dalam Belum optimalnya
tatalaksana Diare kerjasama dengan lintas
program
3) Dalam hal surveilans Belum adanya Peraturan/
epidemiologi Permenkes tentang
Tersedianya buku Pengendalian Penyakit
Pedoman Surveilans Diare dan ISP
Epidemiologi Belum semuanya tenaga
Permenkes tentang SKD kesehatan mendapat
KLB pelatihan tentang
Ada sistem pelaporan SKD pengendalian penyakit
KLB Diare
2) Dalam Upaya Tatalaksana
3
Rendahnya penggunaan Puskesmas sering tidak
oralit dan Zinc dalam berjalan optimal.
tatalaksana Diare Keterbatasan
Tingginya penggunaan anti penganggaran untuk
biotika tidak rasional pengendalian Diare
Kurangnya kapasitas Kurangnya koordinasi
petugas dalam tatalaksana lintas program/lintas
Diare sektor dalam pengendalian
Masih tingginya CFR saat Diare
KLB Diare terjadi Kapasitas petugas
Belum aktifnya sarana
Layanan rehidrasi oral di c. Opportunities (Kesempatan)
fasyankes. 1) Dalam upaya pencegahan
Kurangnya Media KIE Lintas program dan lintas
3) Dalam hal surveilans sektor dalam rangka
epidemiologi pencegahan Diare
Adanya permenkes tentang Adanya peringatan HCTPS
Penyakit potensial wabah 2) Dalam Upaya penanganan
yaitu kolera (bukan Diare) (tatalaksana) Diare
Sistem pelaporan belum Komli
optimal, seringnya Tersedianya standard
pelaporan terlambat Tatalaksana Diare
Terlambatnya respon Tersedianya logistik (Oralit,
penang-gulangan KLB Zinc dan RL)
4) Dalam upaya Manajemen Penyebarluasan informasi
Kurangnya upaya advokasi melalui media KIE pada
dan sosialisasi dalam saat
pengendalian Diare di Adanya pengembangan
semua level, sehingga program Diare dan ISP,
dukungan pemangku sehingga advokasi
kepentingan rendah. pengendalian Diare dapat
Tidak ada keseragaman dilakukan bersamaan.
struktur organisasi yang Masih tingginya angka
menaungi pengelola kematian balita, terutama
program Diare karena Diare, sehingga
TGC yang dibentuk di peningkatan program
tingkat Kab/Kota dan pengendalian Diare dapat
4
mendukung percepatan d. Treats (Hambatan dan Ancaman)
pencapaian MDGs.
3) Dalam hal surveilans 1) Dalam upaya pencegahan
epidemiologi Perilaku masyarakat yang
Advokasi tentang etiologi belum mendukung upaya
dan faktor risiko yang pencegahan seperti BAB
dapat menimbulkan KLB dan buang sampah
Diare. sembarangan, ASI
Adanya Indikator Kinerja eksklusif masih rendah,
Kegiatan utama (IKK) yaitu ketersediaan air bersih
Kabupaten/kota yang yang belum memadai
melaksana kan SKD KLB Kurangnya dukungan tokoh
Diare dimana Diare masyarakat dalam
merupakan salah satu pencegahan Diare
penyakit potensial KLB/ Kurangnya pengetahuan
Wabah. dan ketrampilan petugas
Adanya sistem EWARS dalam pengendalian Diare
(Early Warning Alert Masih kurangnya sarana
Responce System) KIE
sehingga informasi sinyal Rendahnya komitmen
KLB dapat diketahui pengendalian Diare
secara dini. 2) Dalam Upaya tatalaksana
4) Dalam hal manejamen Kurangnya pengetahuan
Adanya dukungan dana. dan ketrampilan petugas
Adanya Rencana Aksi di fasyankes dalam
kegiatan tatalaksana Diare
Adanya program global Kurangnya penyebarluasan
MDGs terutama informasi tatalaksana
pencapaian indikator Diare bagi petugas RS dan
kematian anak. Puskesmas
Adanya kegiatan/ Kurangnya bimbingan
pertemuan rutin minimal teknis secara berjenjang
1x setahun untuk dalam tatalaksana Diare
peningkatan manejemen Rendahnya pengetahuan
program Diare. dan ketrampilan dalam
tatalaksana Diare
5
3) Dalam hal surveilans 116, Tambahan Lembaran
epidemiologi Negara Republik Indonesia
Pelaporan yang sering Nomor 4431).
terlambat 4. Undang-Undang Nomor 36
Respon KLB terlambat Tahun 2009 tentang Kesehatan
Kurangnya ketersediaan (Lembaran Negara Republik
alat, bahan dan reagen Indonesia Tahun 2009 Nomor
dalam pemeriksaan 144, Tambahan Lembaran
laboratorium Diare Negara Republik Indonesia
Adanya Permenkes tentang Nomor 5063).
penyakit potensial wabah 5. Undang-Undang Republik
(kolera), tetapi bukan Diare Indonesia Nomor 42 Tahun 2009
sehingga daerah tidak tentang Perkembangan
menyediakan sarana dan Kependudukan dan
prasarana untuk Pembangunan Keluarga.
pengendalian Diare. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40
4) Dalam upaya Manajemen Tahun 1991 tentang
Rendahnya komitmen dan Penanggulangan Wabah
kepedulian Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia
C. Dasar Hukum Tahun 1991 Nomor 49,
1. Undang-Undang Republik Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Republik Indonesia Nomor
tentang Wabah Penyakit Menular 3447).
(Lembaran Negara Republik 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Indonesia Tahun 1984 Nomor Tahun 1996 Tenaga tentang
20, Tambahan Lembaran Negara Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Tahun 1996
3273). Nomor 49, Tambahan Lembaran
2. Undang-Undang Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Nomor 3637).
tentang Pemerintahan Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72
3. Undang-Undang Republik Tahun 1998 tentang
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Pengamanan Sediaan Farmasi
tentang Praktek Kedokteran dan Alat Kesehatan (Lembaran
(Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 2004 Nomor Tahun 1998 Nomor 138,
6
Tambahan Lembaran Negara Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Republik Indonesia Nomor Biasa.
8781). 16. Keputusan Menteri Kesehatan
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Republik Indonesia Nomor
Tahun 2015, tentang Rencana 206/MENKES/SK/II/2008
Pembangunan Jangka Menengah tentang Komite Ahli
Nasional Tahun 2015-2019. Pengendalian Penyakit Infeksi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Saluran Pencernaan.
Nomor.1438 / MENKES / PER / 17. Keputusan Menteri Kesehatan Rl
IX / 2010 tentang Standar Nomor 1144/MENKES/
Pelayanan Kedokteran. PER/VIII/2010 tentang
11. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Organisasi dan Tata Kerja
Nomor 1501/MENKES/ Kementerian Kesehatan Rl.
PER/X/2010 tentang Jenis 18. Keputusan Menteri Kesehatan
Penyakit Menular tertentu yang Nomor HK.02.02 / MENKES / 52
dapat Menimbulkan Wabah dan /2015 tentang Rencana
Upaya Penanggulangan. Strategis Kementerian
12. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Kesehatan Tahun 2015-2019.
Nomor 1457 / MENKES / SK /
X/2003 tentang Standar II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Pelayanan Minimal Bidang STRATEGIS
Kesehatan di Kabupaten/Kota.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Rl A. Visi & Misi
Nomor 116 / MENKES / SK / Visi dan misi Ditjen PP dan PL serta
VIII/ 2003 tentang Pedoman Kementerian Kesehatan tahun 2015-
Penyelenggaraan Sistem 2019 mengikuti visi dan misi Presiden
Surveilans Epidemiologi Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya
Kesehatan. Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
14. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
Nomor 1479 / MENKES / SK / royong". Upaya untuk mewujudkan visi
X/2003 tentang Penyelenggara- ini adalah melalui 7 misi pembangunan
an Surveilans Epidemiologi yaitu:
Penyakit Menular dan Penyakit 1. Terwujudnya keamanan nasional yang
Tidak Menular. mampu menjaga kedaulatan wilayah,
15. Keputusan Menteri Kesehatan Rl menopang kemandirian ekonomi
Nomor 949 / MENKES / SK / dengan mengamankan sumber daya
VIII/2004 tentang Sistem maritim dan mencerminkan
7
kepribadian Indonesia sebagai daerah-daerah dan desa dalam
negara kepulauan. kerangka negara kesatuan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, 4. Menolak negara lemah dengan
berkesinambungan dan melakukan reformasi sistem dan
demokratis berlandaskan negara penegakan hukum yang bebas
hukum. korupsi, bermartabat dan
3. Mewujudkan politik luar negeri terpercaya.
bebas dan aktif serta memperkuat 5. Meningkatkan kualitas hidup
jati diri sebagai negara maritim. manusia Indonesia.
4. Mewujudkan kualitas hidup 6. Meningkatkan produktifitas rakyat
manusia Indonesia yang tinggi, dan daya saing di pasar
maju dan sejahtera. Internasional.
5. Mewujudkan bangsa yang 7. Mewujudkan kemandirian
berdaya saing. ekonomi dengan menggerakkan
6. Mewujudkan Indonesia menjadi sektor-sektor strategis ekonomi
negara maritim yang mandiri, domestik.
maju, kuat dan berbasiskan 8. Melakukan revolusi karakter
kepentingan nasional, serta bangsa.
7. Mewujudkan masyarakat yang 9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan
berkepribadian dalam memperkuat restorasi sosial
kebudayaan. Indonesia
9
4. Meningkatkan kegiatan deteksi dini Kegiatan pengendalian Diare,
yang efektif dan efisien terutama bagi meliputi: a) Melakukan review dan
masyarakat yang berisiko memperkuat aspek legal; b)
5. Meningkatkan akses masyarakat Melaksanakan advokasi, sosialisasi
terhadap pelayanan kesehatan yang termasuk Komunikasi, Informasi dan
berkualitas melalui peningkatan Edukasi (KIE); c) Melaksanakan Layanan
sumberdaya manusia dan penguatan Rehidrasi Oral aktif (LROA) d)
institusi, serta standarisasi pelayanan Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini
6. Meningkatkan pengamatan Diare di (SKD) Diare dan respon Penanggulangan
seluruh fasilitas pelayanan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare; e)
kesehatan, kajian dan riset Melaksanakan pengamatan Diare; f)
operasional sebagai basis dalam Memperkuat SDM dalam pengendalian
pengembangan dan evaluasi Diare; g) Memperkuat pengelolaan
kegiatan pengendalian logistik pengendalian Diare; h)
7. Meningkatkan manajemen kegiatan Melaksanakan montoring dan evaluasi
secara akuntabel, transparan, dan (Bimtek, Supervisi) dan k. Melaksanakan
berdaya guna. pencatatan dan pelaporan.
8. Mengembangkan jejaring kemitraan
secara multi disiplin lintas program a. Melakukan Review dan Memperkuat
dan lintas sektor di semua jenjang Aspek Legal
baik pemerintah maupun swasta Melaksanakan review dan
memperkuat aspek legal di semua
C. Kegiatan Pengendalian Diare jenjeng administrasi, seperti : 1)
Secara umum pengendalian Diare Struktur Organisasi dan ketenagaan
didasari 3 pilar, yaitu: 1) Peran yang tersedia; 2) Kebijakan Daerah
pemerintah melalui pengembangan dan yang terkait pengendalian Diare 3)
penguatan kegiatan pokok pengendalian Ketersediaan dan distribusi Norma,
Diare: 2) Peran masyarakat sipil melalui Standar,Prosedurdan Kriteria (NSPK)
pengembangan dan penguatan jejaring dalam pengendalian Diare dan 4)
kerja pengendalian Diare; dan 3) Peran Peraturan Daerah tentang sanitasi
masyarakat melalui pengembangan dan Lingkungan.
penguatan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan Diare berbasis b. Melaksanakan advokasi, sosialisasi,
masyarakat. termasuk KIE
Advokasi terutama kepada para
1. Kegiatan pokok pengendalian Diare pemimpin, penyusun kebijakan dan
pembiayaan agar dapat memberikan
10
perlindungan, dukungan dan mudah dipahami, lebih menarik,
kemudahan dalam berbagai upaya sebagai informasi umum dan hiburan,
pengendalian termasuk pencegahan, dan jangkauannya relatif besar.
deteksi dini, pengobatan, dan
pengamatan. c. Melaksanakan Layanan Rehidrasi
Sosialisasi atau mobilisasi sosial Oral Aktif (LROA)
dapat berupa bina suasana yaitu
kelompok sasaran lebih ke tingkat 1) Pengertian
operasional secara berjenjang (Tim a. LROA adalah salah satu
penggerak PKK, Toga. Organisasi layanan di fasyankes yang
profesi, LSM, dan Lain lain). menyediakan layanan
Sosialisasi juga dapat dilakukan konseling rehidrasi, Diare,
melalui pemberdayaan masyarakat upaya yang perlu diketahui
guna menumbuhkan potensi dan dilakukan apabila terjadi
masyarakat secara optimal dalam Diare, menyediakan informasi
pencegahan Diare dan dukungan lainnya terkait Diare kepada
sosial terhadap penderita Diare. orang tua atau pengasuh bayi
Kegiatan penyuluhan atau KIE antara dan balita yang datang ke
lain: 1) Menyediakan dan fasyankes
mendistribusikan media penyuluhan b. Aktif yaitu Layanan Rehidrasi
(KIE) tentang Diare dan faktor risiko; Oral memberikan layanan
dan 2) Melaksanakan KIE tentang kepada orang tua atau
Diare dan faktor risiko dengan pengasuh bayi dan balita yang
berbagai metode, baik perorangan, berkunjung ke fasyankes
kelompok, maupun melalui media untuk melakukan pengobatan
massa (Media cetak, Media Diare; melakukan kegiatan
elektronik), dan di layanan rehidrasi sosialisasi tentang Diare,
oral aktif (seperti konseling) untuk penanggulangan Diare yang
meningkatkan pengetahuan tentang dapat dilakukan oleh
Diare dan diharapkan terjadinya masyarakat, memberikan
perubahan perilaku. informasi lainnya terkait Diare
Untuk media penyampaian pesan di ke masyarakat, merujuk balita
luar ruang, dapat melalui media dengan Diare ke layanan
cetak maupun elektronik, misalnya pengobatan bila diperlukan.
papan reklame, spanduk, pameran, c. Fasyankes (fasilitas pelayanan
banner dan televisi layar lebar. kesehatan), yaitu rumah sakit,
Kelebihan dari media ini adalah lebih puskemas, poliklinik, klinik, dan
11
rumah sakit bersalin milik c) Mencegah gangguan nutrisi
pemerintah atau swasta dengan memberikan makanan
d. Diare adalah buang air besar yang sesuai selama dan sesudah
yang frekuensinya lebih sering Diare
dari biasanya (pada umumnya d) Memperpendek lamanya sakit
3 kali atau lebih) per hari dan mencegah Diare menjadi
dengan konsistensi cair dan berat.
berlangsung kurang dari 7
hari. 4) Definisi operasional:
e. Balita adalah anak usia 0-59 Layanan Rehidrasi Oral aktif, adalah
bulan Layanan yang berada di fasyankes,
f. Tujuan LROA yang melakukan kegiatan tersebut di
Menyediakan pusat informasi atas, minimal 3 bulan terakhir dalam
tentang Diare dan periode pelaporan tahun berjalan,
penatalaksanaannya yang dibuktikan dengan adanya data
Melakukan konseling rehidrasi hasil pelaksanaan kegiatan.
Menyediakan layanan oralit
dan zink 5) Cara perhitungan capaian
indikator
2) Kegiatan Layanan Rehidrasi Oral Rumus cara perhitungan capaian
Aktif indikator
a) Penyuluhan/desiminasi informasi
Jumlah LROA aktif di fasyankes di suatu
/sosialisasi tentang Diare, seperti kabupaten/kota dalam 1 tahun
pengenalan gejala dini, ---------------------------------------------------------------
X100%
pencegahan dan penanggulangan Jumlah LROA yang ada di fasyankes di suatu
b) Konseling rehidrasi kabupaten/kota dalam 1 tahun
12
e) Menghitung jumlah orang Meningkatnya jumlah
tua/pengasuh yang diberikan penderita Diare
konseling rehidrasi, desiminasi berdasarkan tempat,
informasi, konseling rehidrasi waktu dan orang
atau penyediaan layanan oralit. Kesehatan lingkungan
- Cakupan penggunaan
d. Melaksanakan SKD Diare jamban yang memenuhi
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) syarat kesehatan <80%
merupakan kewaspadaan terhadap - Cakupan penggunaan air
penyakit berpotensi KLB beserta bersih dan air minum
faktor-faktor yang mempengaruhinya yang memenuhi syarat
dengan menerapkan teknologi kesehatan <80%
surveilans epidemiologi dan - Cakupan pengelolaan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sampah dan limbah cair
sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya- rumah tangga yang
upaya, dan tindakan penanggulangan memenuhi syarat
kejadian luar biasa yang cepat dan kesehatan <80%
tepat. - Cakupan penggunaan
1) Tujuan SPAL yang memenuhi
a. Menumbuhkan sikap tanggap syarat kesehatan <80%
terhadap adanya perubahan - Cakupan laik penyehatan
dalam masyarakat yang TPM yang memenuhi
berkaitan dengan kesakitan syarat kesehatan <80%
dan kematian. b) Perilaku masyarakat
b. Mengarahkan sikap tanggap Cakupan cuci tangan
tersebut terhadap tindakan dengan sabun dan air
penanggulangan secara cepat bersih pada 5 titik kritis
dan tepat untuk mengurangi (sebelum makan, sebelum
jumlah penderita dan menyusui, sebelum
mencegah kematian. menyiapkan makan
c. Memperoleh informasi secara bayi/anak, sesudah buang
cepat, tepat, dan akurat. air besar, sesudah
2) Tahap pelaksanaan menceboki bayi/anak)
Pengamatan SKD mencakup: <80%
a) Jumlah penderita dan faktor Pengelolaan air minum:
risiko Pengamatan lebih merebus, clorinasi,
intensif bila:
13
keramik filter, dan lain lain e) Tindak lanjut SKD KLB Diare
<100% Di puskesmas, meliputi:
Membuang sampah pada - Pengamatan terhadap
tempatnya dengan kasus dan faktor risiko.
memilah sampah organik - Penyegaran dan
dan non organik<80% pelatihan kader/
Pengelolaan makanan masyarakat.
sesuai standar WHO. - Menyiapkan logistik
(oralit, zinc, Obat yang
c) KLB Diare sebelumnya: sesuai dengan program
Frekuensi KLB berdasarkan pengendalian penyakit
wilayah Diare).
Waktu (bulan) terjadinya - Perbaikan kualitas
KLB sarana air bersih dan
Lama KLB berlangsung sanitasi melalui
Kelompok umur dan desinfeksi, perbaikan
pekerjaan konstruksi, dan
Tindakan penanggulangan pembuatan sarana baru
KLB sebagai percontohan.
Faktor risiko (sumber dan - Perbaikan kualitas air
cara penularan) dan lingkungan melalui
Perubahan kondisi, antara inspeksi sanitasi (IS) dan
lain iklim (climate change), pengambilan sampel
pengungsian, bencana - Penyuluhan kesehatan
alam, perpindahan secara intensif pada
penduduk, dan pesta / kelompok masyarakat.
kenduri. - Informasi kepada kepala
wilayah (camat).
d) Sumber Informasi - Menyiapkan carry and
Pencatatan dan pelaporan blair untuk pengambilan
rutin sampel rectal swab (usap
Masyarakat dubur) dan segera dikirim
Mass media ke laboratorium.
Instansi/lembaga terkait,
misalnya BMG dan LSM Di kabupaten / kota,
Hasil survei studi kasus. meliputi:
14
- Pelatihan / penyegaran - Menyusun petunjuk
tenaga puskesmas dan teknis sesuai spesifikasi
masyarakat (pengusaha masing-masing.
dan penjual makanan). - Memberi masukan kajian
- Pemeriksaan bakteriolo- data kepada pengambil
gis terhadap air, keputusan.
makanan, dan peralatan - Memproduksi media
makanan. penyuluhan elektronik
- Memberikan masukan dan cetak serta
kajian data kepada menyebarluaskan ke
pengambil keputusan lokasi rawan KLB.
untuk mendapatkan - Intensifikasi penyuluhan
dukungan politis, dana, melalui berbagai media
produk hukum, dan Iain- massa.
lain. - Menyusun perencanaan
- Perencanaan logistik menyeluruh di daerah
(oralit, cairan ringer sesuai kompetensinya.
laktat, antibiotika, - Menyiapkan tim
reagensia, media penanggulangan KLB
transport). penyakit Diare.
- Produksi media cetak
sederhana. Di pusat, meliputi:
- Penyuluhan melalui - Menyusun pedoman,
media massa (cetak dan norma, standar,
elektronik). prosedur, dan kriteria.
- Diseminasi informasi - Menyusun indikator.
lintas sektor terkait. - Menyusun perencanaan
- Menyiapkan tim program (logistik,
penanggulangan KLB pengamatan, pencega-
penyakit Diare. han, penyuluhan).
- Melakukan kajian
Di provinsi, meliputi: melalui studi khusus.
- Melatih petugas - Monitoring dan evaluasi
kabupaten /kota. pelaksanaan SKD.
- Membantu pemenuhan
kebutuhan logistik
(membuat buffer stok).
15
3) Manajemen KLB Diare - Memutus rantai
Manajemen KLB Diare dapat penularan.
dibagi tiga fase yaitu: 1) pra-KLB, - Menegakkan diagno-
2) Saat KLB dan 3) Pasca KLB. sa penderita yang
a) Pra-KLB dilaporkan.
Persiapan yang perlu - Mengidentifikasi
diperhatikan pada pra KLB/ etiologi penyakit
Wabah adalah: Diare.
Kabupaten/kota, provinsi, - Memastikan
dan pusat perlu membuat terjadinya KLB Diare.
surat edaran atau instruksi - Mengetahui distribusi
kesiapsiagaan di setiap penderita menurut
tingkat. waktu, tempat, dan
Meningkatkan Sistem orang.
Kewaspadaan Dini (SKD) di - Mengidentifikasi
wilayah Puskesmas, sumber dan cara
terutama di desa rawan penularan penyakit
KLB. Diare.
Mempersiapkan tenaga - Mengidentifikasi
dan logistik yang cukup di populasi rentan.
Puskesmas, kabupaten/
kota,dan provinsi dengan Tahapan penyelidikan
membentuk Tim Gerak KLB
Cepat (TGC). - Mengumpulkan data
Meningkatkan upaya dengan mengguna-
promosi kesehatan. kan Formulir
Mempersiapkan pemerik- Penyelidikan KLB
saan laboratorium untuk (Buku Pedoman
mengetahui etiologi Manajemen Program)
/penyebab KLB Diare. mengolah, dan
Meningkatkan kegiatan menganalisis infor-
lintas program dan sektor. masi termasuk faktor
risiko yang
b) Saat KLB ditemukan.
1) Penyelidikan KLB - Membuat kesimpulan
Tujuan berdasarkan:
16
Faktor tempat yang penyebab KLB,
digambarkan dalam Kecenderungan
suatu peta perkembangan KLB,
(spotmap) atau Lamanya KLB.
tabel tentang: Faktor orang yang
Kemungkinan terdiri dari: umur,
faktor risiko jenis kelamin,
yang menjadi tingkat pendidikan,
sumber penular- jenis pekerjaan,
an suku bangsa, adat
Keadaan lingku- istiadat, agama/
ngan biologis kepercayaan dan
(agen,penderita) sosial ekonomi.
,fisik dan sosial Apabila terjadi KLB Diare
ekonomi melaksanakan
Cuaca penanggulangan KLB:
Ekologi 1) Mengaktifkan Tim Gerak
Adat kebiasaan cepat (TGC)
Sumber air TGC terdiri dari unsur lintas
minum dan program dan lintas
sebagainya sektoral
Faktor waktu yang 2) Pembentukan Pusat
digambarkan dalam Rehidrasi (Posko KLB
kurva epidemik Diare)
yang menyatakan a) Pusat rehidrasi
hubungan waktu dibentuk dengan
(onset time) dengan maksud untuk
jumlah kasus menampung penderita
sehingga dapat diare yang memerlukan
diketahui masa pengobatan dan
inkubasi dengan perawatan. Pusat
penyebab KLB rehidrasi dipimpin oleh
Diare. Setelah seorang dokter dan
dibuat grafiknya dibantu oleh tenaga
dapat diinterpreta- kesehatan lainnya
sikan: yang dapat melakukan
Kemungkinan penanganan diare
17
sesuai standar. Tempat b) Perbaikan sarana
yang dapat dijadikan lingkungan yang diduga
sebagai pusat rehidrasi sumber penularan.
adalah tempat terdekat c) Penyuluhan (KIE) tentang
dari lokasi KLB dan Perilaku Hidup Bersih dan
terpisah dari Sehat(PHBS).
pemukiman. d) Pemeriksaan dan
diagnostik laboratorium
b) Penemuan penderita mikrobiologi
diare secara aktif untuk Tujuan Untuk
mencegah kematian di mengetahui etiologi/
masyarakat, dengan penyebab penyakit
kegiatan: Diare.
Penyuluhan intensif Bahan
agar penderita segera - Rectal swab (usap
mencari pertolongan dubur), sebaiknya
Mengaktifkan diambil sebelum
posyandu sebagai diberi antibiotika.
pos oralit. Melibatkan - Sumber air minum
kepala desa/RW/RT yang dicurigai.
atau tokoh - Makanan, minuman,
masyarakat dan dan bahan lain
kader untuk (bahan muntahan).
membagikan oralit Alat
kepada warganya - Untuk Rectal Swab
yang menderita diare. Kapas lidi steril (lidi
yang bagian
c) Pasca KLB ujungnya dibalut
Setelah KLB dinyatakan dengan kapas yang
berakhir, beberapa kegiatan sudah disterilkan /
yang perlu dilakukan: suci hama).
a) Pengamatan intensif masih Medium transport
dilakukan selama 2 kali Carry Blair.
masa inkubasi terpanjang, Sarung tangan, alat
untuk melihat pelindung diri.
kemungkinan timbulnya Jas laboratorium,
kasus baru. tas sampling.
18
Label identitas - Untuk pemeriksaan
penderita. bahan lain
Spidol, pulpen (alat (muntahan)
tulis). Sarung tangan.
Coolbox (termos es) Sendok/garpu.
dan ice pack. Alat potong (pisau/
- Untuk pemeriksaan gunting).
air Kantung plastik
Botol steril mulut steril/ botol steril.
lebar dengan Label identitas
kapasitas 500 cc. sampel
Natrium Thiosulfat / Spidol, pulpen (alat
Hyposulfit untuk tulis).
menetralkan air. Coolbox (termos es)
Label identitas dan ice pack.
untuk botol.
Spidol, pulpen (alat e. Melaksanakan Pengamatan Diare
tulis). 1) Tujuan
Coolbox (termos es) Diketahuinya situasi masalah
dan Ice pack. Diare di masyarakat, sehingga
- Untuk pemeriksaan dapat dibuat perencanaan dalam
makanan. pengendaliannya di semua
Sarung tangan. jenjang administratif.
Sendok/garpu.
Alat potong (pisau/ 2) Pengertian
gunting). Pengamatan adalah kegiatan
Kantung plastik analisis secara sistematis dan
steril/ botol steril. terus-menerus terhadap penyakit
atau masalah-masalah kesehatan
Label identitas
dan kondisi yang mempengaruhi
sample.
terjadinya peningkatan dan
Spidol, pulpen (alat
penularan penyakit atau masalah-
tulis).
masalah kesehatan tersebut agar
Coolbox (termos es)
dapat melakukan tindakan
dan ice pack.
penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan
19
dan penyebaran informasi penanggulangan
epidemiologi kepada secepatnya.
penyelenggara program
kesehatan Laporan rutin ini dikompilasi
oleh petugas pencatatan
3) Prosedur dan pelaporan penyakit
a) Sumber data Diare di puskesmas
Ada tiga sumber data Diare, kemudian dilaporkan ke
yaitu melalui laporan rutin, kabupaten/ kota melalui
laporan KLB, dan laporan bulanan (LB) dan
pengumpulan data melalui STP setiap bulan.
studi kasus.
Laporan rutin Petugas/Pengelola Penyakit
Dilakukan oleh Puskesmas Diare Kabupaten/Kota
dan Rumah Sakit melalui membuat rekapitulasi dari
SP2TP (LB), SPRS (RL), STP, masing-masing puskesmas
dan rekapitulasi penyakit dan secara rutin (bulanan)
Diare. Oleh karena penyakit dikirim ke provinsi dengan
Diare termasuk penyakit menggunakan formulir
yang dapat menimbulkan rekapitulasi penyakit Diare.
KLB, maka perlu dibuat Dari provinsi direkapitulasi
laporan mingguan (W2). berdasarkan kabupaten/
Untuk dapat membuat kota secara rutin (bulanan)
laporan rutin perlu dan dikirim ke pusat
pencatatan setiap hari (Direktorat Jenderal PP dan
(register) penderita penyakit PL cq. Sub Direktorat
Diare yang datang ke Pengendalian Diare dan
fasilitas pelayanan Infeksi Saluran Pencernaan)
kesehatan, posyandu atau dengan menggunakan
kader. Data register harian Formulir 2.1 (lihat Buku
dapat mendeteksi Pedoman Tatalaksana
adanya peningkatan jumlah Diare).
kasus dan tanda-tanda akan
terjadinya KLB sehingga Laporan KLB/wabah Setiap
dapat segera terjadi KLB/wabah harus
dilakukan tindakan dilaporkan dalam periode 24
jam dengan Format Laporan
20
W1 dan dilanjutkan dengan berjenjang dari puskesmas
laporan khusus meliputi: hingga pusat sehingga apabila
- Kronologi terjadinya KLB. terdapat permasalahan segera
- Cara penyebaran serta dapat diketahui dan diambil
faktor-faktor yang tindakan pemecahannya.
mempengaruhinya.
- Keadaan umum penderita. c) Penyebarluasan hasil Inter
- Hasil penyelidikan pretasi
epidemiologi yang telah Hasil analisis dan interpretasi
dilakukan. data yang telah dikumpulkan,
- Hasil penanggulangan KLB diumpanbalikkan kepada
dan rencana tindak lanjut. pihak yang berkepentingan,
yaitu kepada pimpinan di
Pengumpulan data melalui daerah (kecamatan hingga
studi kasus dinas kesehatan provinsi)
Pengumpulan data ini dapat untuk mendapatkan
dilakukan satu tahun sekali, tanggapan dan dukungan.
misalnya pada pertengahan
atau akhir tahun. f. Memperkuat SDM dalam
Tujuannya untuk mengetahui pengendalian Diare
data dasar (base line data) Memperkuat Sumber Daya Manusia
sebelum atau (SDM), antara lain dengan
setelah program melaksanakan TOT (Traning of Trainer)
dilaksanakan dan hasil dan berbagai bentuk pelatihan
penilaian tersebut dapat (training) sesuai dengan kebutuhan
digunakan untuk dalam pengendalian Diare, seminar
perencanaan di tahun yang dan workshop untuk peningkatan
akan datang. kapasitas.
25
2. Tingkat Provinsi c. Melakukan koordinasi dengan
a. Mengembangkan kebijakan lintas Sektor dan Lintas Program
operasional pada tingkat provinsi terkait dalam kegiatan
untuk mencapai semua target Pengendalian Diare.
kegiatan pengendalian yang telah d. Melakukan supervisi dan
dicanangkan pada tingkat bimbingan teknis ke puskesmas
provinsi. (Target pada tingkat sehingga puskesmas dapat
provinsi ditentukan berdasarkan melaksanakan kebijakan yang
target yang telah ditentukan pada telah ditetapkan secara optimal.
tingkat nasional. e. Melakukan monitoring dan
b. Membuat rencana kerja untuk evaluasi terhadap kegiatan
pencapaian kegiatan tersebut pengendalian Diare yang telah
diatas dilaksanakan oleh puskesmas di
c. Melakukan koordinasi lintas kabupaten/kota.
program dan lintas sektor terkait
d. Melakukan supervisi dan 4. Tingkat Puskesmas
bimbingan teknis ke kabupaten/ a. Membuat rencana kerja dalam
kota sehingga kabupaten/kota pencapaian kegiatan
dapat melaksanakan semua pengendalian yang telah
kebijakan yang telah ditetapkan. ditetapkan di wilayah kerja
e. Melakukan monitoring dan Puskesmas.
evaluasi terhadap semua kegiatan b. Melakukan koordinasi dengan
pengendalian Diare yang telah lintas Sektor dan Lintas Program
dilaksanakan oleh semua terkait dalam kegiatan
kabupaten/kota di provinsi Pengendalian Diare.
tersebut. c. Melakukan supervisi dan
bimbingan teknis ke tingkat desa
3. Tingkat Kabupaten dalam melaksanakan semua
a. Mengembangkan kebijakan kegiatan yang telah ditetapkan
operasional pada tingkat oleh puskesmas
kabupaten/kota dalam mencapai d. Puskesmas melakukan monitoring
target kegiatan yang telah dan evaluasi terhadap semua
ditetapkan di tingkat kegiatan yang dilaksanakan di
kabupaten/kota. tingkat desa
b. Membuat rencana kerja untuk
pencapaian kegiatan Komponen Kegiatan pengendalian Diare
pengendalian Diare. dapat dilihat pada lampiran
26
sebagaimana terlampir (lampiran 2), dan kinerja (Lihat Lampiran 1) yang telah
Komponen kegiatan pendanaan ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
sebagaimana terlampir (lampiran 3).
V. PENUTUP
B. Pemantauan dan Penilaian Rencana aksi pengendalian Diare
Pemantauan dimaksudkan untuk dalam periode waktu 2015-2019
mensinkronkan kembali keseluruhan disusun untuk menjawab dan
proses kegiatan agar sesuai dengan memfokuskan upaya pengendalian Diare
rencana yang ditetapkan dengan dalam menghadapi tantangan strategis
perbaikan segera agar dapat dicegah di masa depan dan merupakan acuan
kemungkinan adanya penyimpangan dalam penyusunan perencanaan,
ataupun ketidaksesuaian yang pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan
berpotensi mengurangi bahkan penilaian dalam kurun waktu 5 tahun.
menimbulkan kegagalan pencapaian Diharapkan melalui penyusunan rencana
tujuan dan sasaran. Untuk itu, aksi pengendalian Diare ini, upaya
pemantauan diarahkan guna pengendalian Diare memberikan
mengidentifikasi kualitas pengelolaan, kontribusi yang bermakna dalam
permasalahan yang terjadi serta dampak menurunkan angka kesakitan dan
yang ditimbulkannya. kematian penyakit infeksi di Indonesia.
Saat ini
2015 2016 2017 2018 2019
No Indikator (2014)
(%) (%) (%) (%) (%)
(%)
1. Persentase NA 20 40 70 90 90
kabupaten/kota yang
melaksanakan advokasi
dan/atau sosialisasi
pengendalian diare
2. Persentase NA 20 40 70 90 90
kabupaten/kota yang
mempunyai layanan
Rehidrasi Oral Aktif
3. Presentase NA 10 20 40 70 90
kabupaten/kota yang
melaksanakan SKD KLB
diare.
Na = No data Available
28
Lampiran 2
l.1. Kab/ Kota yang l.1.1% Kab/ Kota yang a. Penyusunan Buku Pedoman dan
mempunyai Layanan melakukan sosialisasi dan Modul Sosialisasi dan Advokasi
3 kali 1 kali 1 kali 0 kali 0 kali
Rehidrasi Oral Aktif atau advokasi tentang tentang layanan Rehidrasi Oral
(LROA).Sebesar 90% Diare, sebesar 90% pada Aktif dan Penggandaannya
tahun2019 tahun 2019 b. Peningkatan kapasitas petugas
2 angk. 2 angk. 2 angk. 0 angk. 0 angk.
Pelaksana tingkat propinsi
c. Pelaksanaan Sosialisasi dan
40 paket 68 paket 119 paket 153 paket 153 paket
Advokasi
d. Pengembangan Media KIE tentang
75 paket 103 paket 154 paket 188 paket 188 paket
Diare
e. Bimtek/ Monev 23 OH 34 OH 34 OH 34 OH 34 OH
f. Dukungan untuk operasionalisasi
KOMLI Pengendalian Hepatitis 6 paket 6 paket 6 paket 6 paket 6 paket
Virus di Indonesia
g. Pertemuan Evaluasi dan
Perencanaan Program 41 OH 52 OH 52 OH 52 OH 52 OH
Pengendalian Diare
29
l.1.2% Kab/ Kota yang a. Penyusunan pedoman monitoring
melaksanakan SKD KLB dan evaluasi program
3 kali 1 kali 1 kali 0 kali 0 kali
diare sebesar 90% pada pengendalian diare & buku
tabun2019 pedoman SKD KLB Diare
b. Penggandaan Buku Pedoman dan
1980 buah 3960 buah 11640 buah 0 buah buah OH
penyebarluasan
c. Peningkatan kapasitas &
Sosialisasi tentang Monev &
61 OT 61 OT 61 OT 0 OT 0 OT
Implementasi Pelaksanaan SKD
KLB Diare Tingkat Nasional
d. Monitoring dan Bimtek tentang
44 OT 44 OT 44 OT 44 OT 44 OT
Monev dan SKI) KLB Diare
e. Dukungan Media KIE untuk
69 paket 69 paket 69 paket 197 paket 197 paket
peningkatan SKD KLB
f. Eksternal evaluasi pelaksanaan
kegiatan (Evaluasi terkait IKU, IKK, 1 paket 1 paket
dan Output)
30
Lampiran 3
31
a. Penyusunan Buku
Pedoman dan modul
sosialisasi dan advokasi
120 40 40 - - 200
tantang layanan Rehidrasi
Oral Aktif dan
Penggandaannya
b. Peningkatan kapasitas
petugas Pelaksana tingkat 400 300 300 - - 1,000
propinsi
c. Pelaksanaan Sosialisasi
1,600 2,720 4,773 6,133 6,133 21,360
dan Advokasi
d. Pengembangan Media KIE
1,125 1,545 2,315 4,708 4,708 14,402
tentang Diare
e. Bimtek / Moven 136 204 204 204 204 952
f. Dukungan untuk
operasionalisasi KOMLI
300 450 450 450 450 2,100
Pengendalian Diare di
Indonesia
g. Pertemuan Evaluasi dan
Perencanaan Program 285 390 442 442 442 2,001
Pengendalian Diare
l.1.2% Kab/ Kota
yang melakukan SKD
KLB Diare sebesar 1,947 1,926 7,310 5,221 9,501 25,903
90% pada tahun
2019
a. Penyusunan Pedoman
Monitoring dan Evaluasi
Program Pengendalian Diare 210 70 70 - - 350
& Buku Pedoman SDK KLB
32
Diare
b. Penggandaan Buku
Pedoman dan 79 198 582 - - 859
penyebarluasan
c. Peningkatan kapasitas &
Sosialisasi tentang Monev &
366 366 366 - - 1,098
Implementasi Pelaksanaan
SKD KLB Diare
d. Mentoring dan Bimtek
tentang Monev dan SKD KLB 264 264 264 308 308 1,408
Diare
e. Dukungan Media KIE untuk
1,028 1,028 1,028 4,913 4,193 12,188
peningkatan SKD KLB
f. Eksternal evaluasi
pelaksanaan kegiatan - - 5,000 - 5,000 10,000
(Evaluasi terkait IKU, IKK
dan Output)
l.1.3.% Kab/Kota
yang mempunyai
layanan Rehidrasi 11,895 17,521 18,405 39,717 39,717 127,255
Oral (LRO) aktif
sebesar 90%
padatahun2019 a. Penyusunan Buku Pedoman
dan Modul LROA (Layanan 300 150 150 - - 600
Rehidrasi Oral Aktif)
b. Review Pedoman TTL Diare
100 50 50 - - 200
bagi petugas
c. Penyusunan Buku pedoman
200 100 100 - - 400
TTL Diare untuk Masyarakat
d. Peningkatan kapasitas
Petugas Pelaksana LRO aktif 672 784 784 - - 2,240
di tingkat Propinsi
33
e. Pelaksanaan Peningkatan
kapasitas petugas 3,060 6,120 1,074 14,320 14,320 38,894
pelaksana
f. Dukungan untuk aktifasi
5,100 6,120 9,740 17,360 17,360 55,680
LROA
g. Media KIE untuk dukungan
penyebarluasan informasi 2,055 3,585 5,985 7,425 7,425 26,385
tentang LROA
h. Mentoring dan Bimtek LROA 408 612 612 612 612 2,856
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007,
Kementerian Kesehatan Rl, Jakarta 2007.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013,
Kementerian Kesehatan Rl, Jakarta 2014
Kementerian Kesehatan Rl. Kajian morbiditas diare tahun 2012. Jakarta (Indonesia).
2012.
34
Departemen Kesehatan Rl. Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010,
Penyakitmenulartertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan Tahun 2011. Jakarta
Black RE. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing world J
Nutr 2003;133;1485S-1489S
Bresee JS, Hummelman E, Nelson EA, et al. Rotavirus in Asia: the value of surveillance
for informing decisions about the introduction of new vaccines J Infect Dis
2005;192:1S-5S
Elvira J, Firmansyah A, Akib AAP. Shigellosis in children less than five years in urban
slum area: a study at primary health care in Jakarta. Pediatr Indones
2007;47:42-46
Kosek M, Bern C, Guerrant RL. The global burden of diarrhoeal disease, as estimated
from studies published between 1992 and 2000. Bull World Health Organ.
2003;81(3): 197-204
Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (terjemahan) Ul Press, Jakarta, 1999.
Parashar UD, Hummelman EG, Bresee JS, et al. Global illness and deaths caused by
rotavirus disease in children Emerg Infect Dis 2003;9(5):565-572.
Putnam et.al. Enteric pathogens causing acute diarrhea among children in Indonesia.
Unpublished. 2007
Sarosa SJ. Child health problems in Indonesia. Pediatrica Indonesiana 1975; 15:8 -18
35
Soenarto Y , Aman AT, Bakri A. Et al. Extention for hospital-based surveillance and
strain characterization of rotavirus diarrhea in Indonesia. Report to PATH. 2007.
Soenarto, Y, et al. Pilot studi efektivitas suplemen zinc pada terapi diare. Unpublished.
2007
Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract J Nutr 2000;
130:1388S-1392S.
WHO (a). Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management of
common illnesses with limited resources. 2005
WHO (b) Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella
dysenteriae type 1.2005
36