Anda di halaman 1dari 44

xxx.

yyy
Ind
P

RENCANA AKSI KEGIATAN


PENGENDALIAN DIARE
TAHUN 2015-2019

Kementerian Kesehatan Rl
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung

Tahun2015

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada akhirnya tersusun Rencana Aksi
Kegiatan (RAK) Pengendalian Diare Tahun 2015-2019. Proses penyusunan RAK ini
melibatkan para ahli,lintas program dan lintas sektor terkait ditingkat pusat, dinas
kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rencana Aksi Kegiatan ini sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana
kegiatan dan menghitung kebutuhan anggaran di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota tahun 2015-2019.Dengan menggunakan RAK diharapkan gerak
langkah kegiatan pengendalian diare akan menjadi lebih terarah menuju pada suatu
tujuan yang jelas yang akan dicapai ditingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat
Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantu penyusunan RAK ini,semoga Allah SWT meridhoi
usaha kita semua dalam pengendalian diare di Indonesia. Saat ini proses penyusunan
RPJMN, dan Renstra Kemekes 2015-2019 sedang berjalan, dan buku ini merupakan
edisi pertama,maka terbuka kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan.Oleh karena
itu sangat diharapkan masukan dari semua pihak untuk lebih meningkatkan kualitas
penyajian, ruang lingkup,dan kedalaman isi buku.

Jakarta, Oktober 2014


Direktur Jenderal PP dan PL,

Dr. H.M Subuh, MPPM


NIP 196201191989021001

i
ii
TIM PENYUSUN

Pengarah : Dr. Slamet,MHP (Direktur PPML, Ditjen PP & PL)

Editor : dr. Toni Wandra, M.Kes,Ph.D


dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
dr.Grace Ginting Munthe, MARS
Naning Nugrahini, SKM, MKM
Kontribusi : 1. Ananta Rahayu, SKM, MKM (Subdit P2 Diare & ISP)
2. Berlian, SH, MKes (Kepala Bagian Program dan Informasi
Setditjen PP dan PL)
3. Emita Azis, SKM, MPH (Subdit P2 Diare & ISP)
4. Edy Purwanto, SKM, MKes (Subdit Surveilans dan Kejadian
Luar biasa)
5. Fajar Kurniawan, SH (Bagian Humas, Organisasi, Hukum,
Setditjen PP dan PL)
6. Gandhi Kosim, SKM, MSc (Pengurus Persatuan Ahli
Epidemiologi Indonesia)
7. Lasmaria Marpaung,SKM (Subdit P2 Diare & ISP)
8. dr. Milwiyandia, MARS (Direktorat Bina Kesehatan lbu)
9. Muhammad Purwanto,SKM,MKM (Subdit P2 Diare & ISP)
10. dr. Nyoman Kandun,MPH (Ketua FETP)
11. dr. Nurindah Lestari (Subdit P2 Diare & ISP)
12 drg. Rini Noviani (Pokja Diare)
13. dr. Sri Pandam Pulungih, MSc (WHO Indonesia)
14. dr. Sukmawati Dunuyaali (Pokja Diare)
15. dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS (Subdit P2 Diare & ISP)
16. Naning Nugrahini, SKM, MKM. (Subdit P2 Diare & ISP)
17. Dr. Grace Ginting, MARS (Subdit P2 Diare & ISP)
18. Eli Winardi, SKM, MKM
Sekretaris : 1. Arman Zubair, SAP
2. Hartati Deskawati, SAP
3. Lilis Budiarti, SSos

iii
iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
TIM PENYUSUN.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Analis Situasi ................................................................................. 2
C. Dasar Hukum ................................................................................. 6
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ..................................... 7
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KEGIATAN
PENGENDALIAN .................................................................................. 9
BAB IV PENYELENGGARAN, PEMANTAUAN DAN PENILAIAN ............................. 25
BABV PENUTUP ........................................................................................... 27

LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks Kinerja Rencana Aksi Pengendalian Diare
Tahun 2015-2019 ...................................................................... 28
Lampiran 2 Matriks Komponen Pengendalian Diare Tahun 2015-2019 .......... 29
Lampiran 3 Matriks Komponen Pendanaan Kegiatan P2 Diare
Tahun 2015-2019.... .................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

v
vi
I. PENDAHULUAN Diare pada penduduk. Petani/nelayan/
buruh mempunyai proporsi tertinggi
A. Latar Belakang (7,1%), jenis kelamin dan tempat tinggal
menunjukkan proporsi yang tidak jauh
Diare merupakan salah satu masalah berbeda. Insiden Diare balita di
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Indonesia sebesar 6,7%. Lima provinsi
Menurut WHO dan UNICEF, setiap dengan insiden Diare pada balita
tahunnya terjadi sekitar 2 milyar kasus tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
Diare di dunia, dan sekitar 1,9 juta anak (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi
balita diantaranya meninggal. Sebagian Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Anak
besar kasus Diare terjadi di negara balita merupakan kelompok umur paling
berkembang. Dari semua kematian anak tinggi menderita Diare, terutama 12-23
balita karena Diare, 78% terjadi di Afrika bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di
dan Asia Tenggara. daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok
kuintil indeks kepemilikan terbawah
Target pencapaian MDGs 4, (6,2%) (Riskesdas, 2013).
diharapkan penurunan kematian balita
sebesar 2/3 kali dari tahun 1990 ke Diare merupakan penyebab nomor
tahun 2014. Pernyataan bersama WHO- satu kematian bayi (31,4%) dan
UNICEF tahun 2004 merekomendasikan kematian balita (25,2%) serta penyebab
pemberian oralit dan tablet zinc, kematian nomor 4 (13,2%) pada semua
pemberian ASI dan makanan serta umur dalam kelompok penyakit menular
antibiotika selektif merupakan bagian (Riskesdas 2007). Hasil Riskesdas 2007
utama dari manajemen penyakit Diare. melaporkan bahwa penyakit Diare
adalah penyebab nomor 1 kematian bayi
Di Indonesia, pada tahun 2013, (31,4%) dan balita ( 25,2%) serta urutan
period prevalen dan insiden Diare untuk keempat pada kematian semua umur (
seluruh kelompok umur di Indonesia 13,2%).2)
masing-masing sebesar 3.5%. Lima
provinsi dengan period prevalen dan Tingginya kematian karena Diare
insiden Diare tertinggi, yaitu Papua menjadi masalah yang perlu perhatian
(6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan kita bersama. Teknologi untuk
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan penanggulangan Diare dengan
9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan pemberian cairan / upaya rehidrasi dan
10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan tablet Zinc pada balita yang tepat sangat
8,8%). Semakin rendah kuintil indeks bermakna mencegah terjadinya
kepemilikan, semakin tinggi proporsi kematian pada penderita Diare. Namun
1
kenyataannya cakupan pemberian oralit  Kurangnya Koordinasi Lintas
di Masyarakat masih rendah yaitu 33,3 % program
dan cakupan pemberian tablet Zinc juga
hanya sebesar 16,9 % (Riskesdas 2013). 2. Analisis SWOT
Berdasarkan keadaan tersebut diatas
B. Analisis Situas dilakukan analisis SWOT meliputi
1. Isu Strategis aspek kekuatan dan kelemahan yang
a. Dalam upaya pencegahan ada di sektor kesehatan serta
 Masih rendahnya Higiene kesempatan dan hambatan
perorangan dan sanitasi (Ancaman) pada sektor lain dan
lingkungan masyarakat yang mempengaruhi
 Peranan immunisasi dalam sektor kesehatan dalam
penurunan kesakitan Diare pengendalian penyakit Diare.
b. Dalam upaya pelayanan
 Peran layanan rehidarsi oral Analisis ini dikaji keberadaannya
dalam penurunan angka disetiap aspek tersebut dalam upaya
kematian karena Diare Pencegahan penyakit, Tatalaksana,
 Pemberian tablet Zinc pada Surveilans epidemiologi, Menejemen
balita sumber daya dalam upaya
 Pemberian makan tambahan pengendalian penyakit Diare.
dan ASI pada anak sesuai umur a. Strenghs (Kekuatan)
selama dan sesudah Diare 1) Dalam upaya pencegahan
 Pemberian obat sesuai indikasi  Adanya Kepmenkes
 Pemberian Nasehat kepada tentang Pedoman
ibu/pengasuh Pengendalian Penyakit
c. Dalam upaya Surveilans Diare
 Peningkatan SKD KLB dan  Adanya dukungan
Respon KLB Diare peraturan tentang
 Dalam upaya manajemen kebijakan ASI eksklusif
d. Terbatasnya tenaga terlatih untuk  Tersedianya sarana
pengelola program P2 Diare dan prasarana untuk media KIE
ISP  Adanya kerjasama lintas
 Kurangnya prioritas dan program dengan Direktorat
dukungan pembuat keputusan Penyehatan Lingkungan
dalam pelaksanaan program P2 mencakup PHBS, Air
Diare bersih, jamban dan
sanitasi darurat
2
 Adanya kerjasama lintas  Ada laporan program
program dengan promkes Pengendalian penyakit
dalam mempercepat Diare
promosi pencegahan  Adanya Pedoman
Diare. Penanggulangan KLB
 Adanya program nasional 4) Dalam upaya Manejemen
dalam pemberian  Adanya struktur organisasi
Immunisasi campak dari Pusat / Kemenkes
untuk Pengendalian Diare
2) Dalam Upaya Tatalaksana dan ISP,
 Adanya Kepmenkes No.  Adanya penanggungjawab
1216 tentang Pedoman program di tingkat
pengendalian penyakit Provinsi, Kabupaten / Kota
Diare dan Puskesmas sampai
 Adanya Pedoman masyarakat / kader untuk
tatalaksana Diare Pengendalian Diare dan
 Adanya penyediaan obat ISP.
program untuk logistic
oralit ke seluruh Fasyankes b. Weakness (Kelemahan)
dan kader (Zinc sampai ke 1) Dalam upaya pencegahan
Fasyankes).  Belum efektifnya promosi
 Adanya cairan intravena pencegahan terhadap
ringer laktat pengendalian penyakit
 Adanya dukungan Komli Diare
(Komite Ahli) dalam  Belum optimalnya
tatalaksana Diare kerjasama dengan lintas
program
3) Dalam hal surveilans  Belum adanya Peraturan/
epidemiologi Permenkes tentang
 Tersedianya buku Pengendalian Penyakit
Pedoman Surveilans Diare dan ISP
Epidemiologi  Belum semuanya tenaga
 Permenkes tentang SKD kesehatan mendapat
KLB pelatihan tentang
 Ada sistem pelaporan SKD pengendalian penyakit
KLB Diare
2) Dalam Upaya Tatalaksana
3
 Rendahnya penggunaan Puskesmas sering tidak
oralit dan Zinc dalam berjalan optimal.
tatalaksana Diare  Keterbatasan
 Tingginya penggunaan anti penganggaran untuk
biotika tidak rasional pengendalian Diare
 Kurangnya kapasitas  Kurangnya koordinasi
petugas dalam tatalaksana lintas program/lintas
Diare sektor dalam pengendalian
 Masih tingginya CFR saat Diare
KLB Diare terjadi  Kapasitas petugas
 Belum aktifnya sarana
Layanan rehidrasi oral di c. Opportunities (Kesempatan)
fasyankes. 1) Dalam upaya pencegahan
 Kurangnya Media KIE  Lintas program dan lintas
3) Dalam hal surveilans sektor dalam rangka
epidemiologi pencegahan Diare
 Adanya permenkes tentang  Adanya peringatan HCTPS
Penyakit potensial wabah 2) Dalam Upaya penanganan
yaitu kolera (bukan Diare) (tatalaksana) Diare
 Sistem pelaporan belum  Komli
optimal, seringnya  Tersedianya standard
pelaporan terlambat Tatalaksana Diare
 Terlambatnya respon  Tersedianya logistik (Oralit,
penang-gulangan KLB Zinc dan RL)
4) Dalam upaya Manajemen  Penyebarluasan informasi
 Kurangnya upaya advokasi melalui media KIE pada
dan sosialisasi dalam saat
pengendalian Diare di  Adanya pengembangan
semua level, sehingga program Diare dan ISP,
dukungan pemangku sehingga advokasi
kepentingan rendah. pengendalian Diare dapat
 Tidak ada keseragaman dilakukan bersamaan.
struktur organisasi yang  Masih tingginya angka
menaungi pengelola kematian balita, terutama
program Diare karena Diare, sehingga
 TGC yang dibentuk di peningkatan program
tingkat Kab/Kota dan pengendalian Diare dapat
4
mendukung percepatan d. Treats (Hambatan dan Ancaman)
pencapaian MDGs.
3) Dalam hal surveilans 1) Dalam upaya pencegahan
epidemiologi  Perilaku masyarakat yang
 Advokasi tentang etiologi belum mendukung upaya
dan faktor risiko yang pencegahan seperti BAB
dapat menimbulkan KLB dan buang sampah
Diare. sembarangan, ASI
 Adanya Indikator Kinerja eksklusif masih rendah,
Kegiatan utama (IKK) yaitu ketersediaan air bersih
Kabupaten/kota yang yang belum memadai
melaksana kan SKD KLB  Kurangnya dukungan tokoh
Diare dimana Diare masyarakat dalam
merupakan salah satu pencegahan Diare
penyakit potensial KLB/  Kurangnya pengetahuan
Wabah. dan ketrampilan petugas
 Adanya sistem EWARS dalam pengendalian Diare
(Early Warning Alert  Masih kurangnya sarana
Responce System) KIE
sehingga informasi sinyal  Rendahnya komitmen
KLB dapat diketahui pengendalian Diare
secara dini. 2) Dalam Upaya tatalaksana
4) Dalam hal manejamen  Kurangnya pengetahuan
 Adanya dukungan dana. dan ketrampilan petugas
 Adanya Rencana Aksi di fasyankes dalam
kegiatan tatalaksana Diare
 Adanya program global  Kurangnya penyebarluasan
MDGs terutama informasi tatalaksana
pencapaian indikator Diare bagi petugas RS dan
kematian anak. Puskesmas
 Adanya kegiatan/  Kurangnya bimbingan
pertemuan rutin minimal teknis secara berjenjang
1x setahun untuk dalam tatalaksana Diare
peningkatan manejemen  Rendahnya pengetahuan
program Diare. dan ketrampilan dalam
tatalaksana Diare

5
3) Dalam hal surveilans 116, Tambahan Lembaran
epidemiologi Negara Republik Indonesia
 Pelaporan yang sering Nomor 4431).
terlambat 4. Undang-Undang Nomor 36
 Respon KLB terlambat Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Kurangnya ketersediaan (Lembaran Negara Republik
alat, bahan dan reagen Indonesia Tahun 2009 Nomor
dalam pemeriksaan 144, Tambahan Lembaran
laboratorium Diare Negara Republik Indonesia
 Adanya Permenkes tentang Nomor 5063).
penyakit potensial wabah 5. Undang-Undang Republik
(kolera), tetapi bukan Diare Indonesia Nomor 42 Tahun 2009
sehingga daerah tidak tentang Perkembangan
menyediakan sarana dan Kependudukan dan
prasarana untuk Pembangunan Keluarga.
pengendalian Diare. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40
4) Dalam upaya Manajemen Tahun 1991 tentang
 Rendahnya komitmen dan Penanggulangan Wabah
kepedulian Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia
C. Dasar Hukum Tahun 1991 Nomor 49,
1. Undang-Undang Republik Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Republik Indonesia Nomor
tentang Wabah Penyakit Menular 3447).
(Lembaran Negara Republik 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Indonesia Tahun 1984 Nomor Tahun 1996 Tenaga tentang
20, Tambahan Lembaran Negara Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Tahun 1996
3273). Nomor 49, Tambahan Lembaran
2. Undang-Undang Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Nomor 3637).
tentang Pemerintahan Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72
3. Undang-Undang Republik Tahun 1998 tentang
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Pengamanan Sediaan Farmasi
tentang Praktek Kedokteran dan Alat Kesehatan (Lembaran
(Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 2004 Nomor Tahun 1998 Nomor 138,
6
Tambahan Lembaran Negara Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Republik Indonesia Nomor Biasa.
8781). 16. Keputusan Menteri Kesehatan
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Republik Indonesia Nomor
Tahun 2015, tentang Rencana 206/MENKES/SK/II/2008
Pembangunan Jangka Menengah tentang Komite Ahli
Nasional Tahun 2015-2019. Pengendalian Penyakit Infeksi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Saluran Pencernaan.
Nomor.1438 / MENKES / PER / 17. Keputusan Menteri Kesehatan Rl
IX / 2010 tentang Standar Nomor 1144/MENKES/
Pelayanan Kedokteran. PER/VIII/2010 tentang
11. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Organisasi dan Tata Kerja
Nomor 1501/MENKES/ Kementerian Kesehatan Rl.
PER/X/2010 tentang Jenis 18. Keputusan Menteri Kesehatan
Penyakit Menular tertentu yang Nomor HK.02.02 / MENKES / 52
dapat Menimbulkan Wabah dan /2015 tentang Rencana
Upaya Penanggulangan. Strategis Kementerian
12. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Kesehatan Tahun 2015-2019.
Nomor 1457 / MENKES / SK /
X/2003 tentang Standar II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Pelayanan Minimal Bidang STRATEGIS
Kesehatan di Kabupaten/Kota.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Rl A. Visi & Misi
Nomor 116 / MENKES / SK / Visi dan misi Ditjen PP dan PL serta
VIII/ 2003 tentang Pedoman Kementerian Kesehatan tahun 2015-
Penyelenggaraan Sistem 2019 mengikuti visi dan misi Presiden
Surveilans Epidemiologi Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya
Kesehatan. Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
14. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
Nomor 1479 / MENKES / SK / royong". Upaya untuk mewujudkan visi
X/2003 tentang Penyelenggara- ini adalah melalui 7 misi pembangunan
an Surveilans Epidemiologi yaitu:
Penyakit Menular dan Penyakit 1. Terwujudnya keamanan nasional yang
Tidak Menular. mampu menjaga kedaulatan wilayah,
15. Keputusan Menteri Kesehatan Rl menopang kemandirian ekonomi
Nomor 949 / MENKES / SK / dengan mengamankan sumber daya
VIII/2004 tentang Sistem maritim dan mencerminkan
7
kepribadian Indonesia sebagai daerah-daerah dan desa dalam
negara kepulauan. kerangka negara kesatuan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, 4. Menolak negara lemah dengan
berkesinambungan dan melakukan reformasi sistem dan
demokratis berlandaskan negara penegakan hukum yang bebas
hukum. korupsi, bermartabat dan
3. Mewujudkan politik luar negeri terpercaya.
bebas dan aktif serta memperkuat 5. Meningkatkan kualitas hidup
jati diri sebagai negara maritim. manusia Indonesia.
4. Mewujudkan kualitas hidup 6. Meningkatkan produktifitas rakyat
manusia Indonesia yang tinggi, dan daya saing di pasar
maju dan sejahtera. Internasional.
5. Mewujudkan bangsa yang 7. Mewujudkan kemandirian
berdaya saing. ekonomi dengan menggerakkan
6. Mewujudkan Indonesia menjadi sektor-sektor strategis ekonomi
negara maritim yang mandiri, domestik.
maju, kuat dan berbasiskan 8. Melakukan revolusi karakter
kepentingan nasional, serta bangsa.
7. Mewujudkan masyarakat yang 9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan
berkepribadian dalam memperkuat restorasi sosial
kebudayaan. Indonesia

Selanjutnya terdapat 9 agenda B. Tujuan


prioritas yang dikenal dengan NAWA 1. Tujuan umum
CITA yang ingin diwujudkan pada Melaksanakan kegiatan
Kabinet Kerja, yakni: pengendalian Diare secara berhasil-
1. Menghadirkan kembali negara guna dan berdaya-guna dalam
untuk melindungi segenap bangsa rangka meningkatkan derajat
dan memberikan rasa aman pada kesehatan masyarakat yang optimal.
seluruh warga negara. 2. Tujuan khusus
2. Membuat pemerintah tidak absen a. Meningkatkan pengetahuan dan
dengan membangun tata kelola kesadaran masyarakat tentang
pemerintahan yang bersih, efektif, Diare.
demokratis dan terpercaya. b. Menurunkan kejadian penularan
3. Membangun Indonesia dari Diare.
pinggiran dengan memperkuat c. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian Diare.
8
C. Sasaran Strategis 3. Meningkatkan aksesibilitas dan
Sasaran strategis pengendalian Diare kualitas
tahun 2015-2019, yaitu: 4. Meningkatkan jangkauan pelayanan
1. Meningkatnya persentase pada kelompok masyarakat berisiko
kabupaten/ kota yang melaksanakan tinggi, daerah tertinggal, terpencil,
advokasi dan/atau sosialisasi perbatasan dan dan kepulauan serta
pengendalian Diare menjadi 90% bermasalah kesehatan.
tahun 2019 5. Mengutamakan kegiatan berbasis
2. Meningkatnya Kabupaten/ kota yang masyarakat
mempunyai Layanan Rehidrasi Oral 6. Meningkatkan jejaring kerja,
Aktif (LROA) menjadi 90% tahun kemitraan dan kerja sama
2019 7. Mengutamakan promotif dan
3. Meningkatnya persentase preventif
kabupaten/ kota yang melaksanakan 8. Memprioritaskan pencapaian
SKD KLB Diare menjadi 90% tahun sasaran/komitmen global, regional,
2019. nasional dan lokal.

III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN B. Strategi


KEGIATAN PENGENDALIAN Sesuai dengan strategi Kementerian
Kesehatan, maka strategi dalam
A. Arah Kebijakan pengendalian Diare adalah sebagai
Arah kebijakan dan strategi kegiatan berikut:
pengendalian Diare didasarkan pada 1. Meningkatkan pemberdayaan
arah kebijakan dan strategi Kementerian masyarakat, swasta dan masyarakat
Kesehatan yang merupakan penjabaran madani dalam pengendalian Diare
dari arah kebijakan dan strategi nasional melalui kerjasama lokal, nasional,
sebagaimana tercantum dalam Rencana regional dan global
Strategi Kementerian Kesehatan dan 2. Menggerakkan, mendorong,
Rencana Pembangunan Jangka memberdayakan dan memfasilitasi
Menengah Nasional (RPJMN) 2015- dalam pengembangan potensi dan
2019, yaitu: peran serta masyarakat untuk hidup
1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, sehat (PHBS), sehingga terhindar dari
dan pengembangan kapasitas Diare
2. Meningkatkan kemampuan 3. Mengutamakan upaya promotif dan
manajemen dan profesionalisme preventif dalam pengendalian Diare
pengelolaan

9
4. Meningkatkan kegiatan deteksi dini Kegiatan pengendalian Diare,
yang efektif dan efisien terutama bagi meliputi: a) Melakukan review dan
masyarakat yang berisiko memperkuat aspek legal; b)
5. Meningkatkan akses masyarakat Melaksanakan advokasi, sosialisasi
terhadap pelayanan kesehatan yang termasuk Komunikasi, Informasi dan
berkualitas melalui peningkatan Edukasi (KIE); c) Melaksanakan Layanan
sumberdaya manusia dan penguatan Rehidrasi Oral aktif (LROA) d)
institusi, serta standarisasi pelayanan Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini
6. Meningkatkan pengamatan Diare di (SKD) Diare dan respon Penanggulangan
seluruh fasilitas pelayanan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare; e)
kesehatan, kajian dan riset Melaksanakan pengamatan Diare; f)
operasional sebagai basis dalam Memperkuat SDM dalam pengendalian
pengembangan dan evaluasi Diare; g) Memperkuat pengelolaan
kegiatan pengendalian logistik pengendalian Diare; h)
7. Meningkatkan manajemen kegiatan Melaksanakan montoring dan evaluasi
secara akuntabel, transparan, dan (Bimtek, Supervisi) dan k. Melaksanakan
berdaya guna. pencatatan dan pelaporan.
8. Mengembangkan jejaring kemitraan
secara multi disiplin lintas program a. Melakukan Review dan Memperkuat
dan lintas sektor di semua jenjang Aspek Legal
baik pemerintah maupun swasta Melaksanakan review dan
memperkuat aspek legal di semua
C. Kegiatan Pengendalian Diare jenjeng administrasi, seperti : 1)
Secara umum pengendalian Diare Struktur Organisasi dan ketenagaan
didasari 3 pilar, yaitu: 1) Peran yang tersedia; 2) Kebijakan Daerah
pemerintah melalui pengembangan dan yang terkait pengendalian Diare 3)
penguatan kegiatan pokok pengendalian Ketersediaan dan distribusi Norma,
Diare: 2) Peran masyarakat sipil melalui Standar,Prosedurdan Kriteria (NSPK)
pengembangan dan penguatan jejaring dalam pengendalian Diare dan 4)
kerja pengendalian Diare; dan 3) Peran Peraturan Daerah tentang sanitasi
masyarakat melalui pengembangan dan Lingkungan.
penguatan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan Diare berbasis b. Melaksanakan advokasi, sosialisasi,
masyarakat. termasuk KIE
Advokasi terutama kepada para
1. Kegiatan pokok pengendalian Diare pemimpin, penyusun kebijakan dan
pembiayaan agar dapat memberikan
10
perlindungan, dukungan dan mudah dipahami, lebih menarik,
kemudahan dalam berbagai upaya sebagai informasi umum dan hiburan,
pengendalian termasuk pencegahan, dan jangkauannya relatif besar.
deteksi dini, pengobatan, dan
pengamatan. c. Melaksanakan Layanan Rehidrasi
Sosialisasi atau mobilisasi sosial Oral Aktif (LROA)
dapat berupa bina suasana yaitu
kelompok sasaran lebih ke tingkat 1) Pengertian
operasional secara berjenjang (Tim a. LROA adalah salah satu
penggerak PKK, Toga. Organisasi layanan di fasyankes yang
profesi, LSM, dan Lain lain). menyediakan layanan
Sosialisasi juga dapat dilakukan konseling rehidrasi, Diare,
melalui pemberdayaan masyarakat upaya yang perlu diketahui
guna menumbuhkan potensi dan dilakukan apabila terjadi
masyarakat secara optimal dalam Diare, menyediakan informasi
pencegahan Diare dan dukungan lainnya terkait Diare kepada
sosial terhadap penderita Diare. orang tua atau pengasuh bayi
Kegiatan penyuluhan atau KIE antara dan balita yang datang ke
lain: 1) Menyediakan dan fasyankes
mendistribusikan media penyuluhan b. Aktif yaitu Layanan Rehidrasi
(KIE) tentang Diare dan faktor risiko; Oral memberikan layanan
dan 2) Melaksanakan KIE tentang kepada orang tua atau
Diare dan faktor risiko dengan pengasuh bayi dan balita yang
berbagai metode, baik perorangan, berkunjung ke fasyankes
kelompok, maupun melalui media untuk melakukan pengobatan
massa (Media cetak, Media Diare; melakukan kegiatan
elektronik), dan di layanan rehidrasi sosialisasi tentang Diare,
oral aktif (seperti konseling) untuk penanggulangan Diare yang
meningkatkan pengetahuan tentang dapat dilakukan oleh
Diare dan diharapkan terjadinya masyarakat, memberikan
perubahan perilaku. informasi lainnya terkait Diare
Untuk media penyampaian pesan di ke masyarakat, merujuk balita
luar ruang, dapat melalui media dengan Diare ke layanan
cetak maupun elektronik, misalnya pengobatan bila diperlukan.
papan reklame, spanduk, pameran, c. Fasyankes (fasilitas pelayanan
banner dan televisi layar lebar. kesehatan), yaitu rumah sakit,
Kelebihan dari media ini adalah lebih puskemas, poliklinik, klinik, dan
11
rumah sakit bersalin milik c) Mencegah gangguan nutrisi
pemerintah atau swasta dengan memberikan makanan
d. Diare adalah buang air besar yang sesuai selama dan sesudah
yang frekuensinya lebih sering Diare
dari biasanya (pada umumnya d) Memperpendek lamanya sakit
3 kali atau lebih) per hari dan mencegah Diare menjadi
dengan konsistensi cair dan berat.
berlangsung kurang dari 7
hari. 4) Definisi operasional:
e. Balita adalah anak usia 0-59 Layanan Rehidrasi Oral aktif, adalah
bulan Layanan yang berada di fasyankes,
f. Tujuan LROA yang melakukan kegiatan tersebut di
 Menyediakan pusat informasi atas, minimal 3 bulan terakhir dalam
tentang Diare dan periode pelaporan tahun berjalan,
penatalaksanaannya yang dibuktikan dengan adanya data
 Melakukan konseling rehidrasi hasil pelaksanaan kegiatan.
 Menyediakan layanan oralit
dan zink 5) Cara perhitungan capaian
indikator
2) Kegiatan Layanan Rehidrasi Oral Rumus cara perhitungan capaian
Aktif indikator
a) Penyuluhan/desiminasi informasi
Jumlah LROA aktif di fasyankes di suatu
/sosialisasi tentang Diare, seperti kabupaten/kota dalam 1 tahun
pengenalan gejala dini, ---------------------------------------------------------------
X100%
pencegahan dan penanggulangan Jumlah LROA yang ada di fasyankes di suatu
b) Konseling rehidrasi kabupaten/kota dalam 1 tahun

c) Konseling pemberian oralit dan


6) Langkah kegiatan:
zink
a) Menghitung jumlah fasyankes di
d) Penyediaan layanan oralit dan
masing-masing kecamatan
zink
b) Menentukan target fasyankes
yang aktif LROAnya
3) Tujuan penanganan (tatalaksana)
c) Menyiapkan logistik pendukung
Diare:
LROA aktif
a) Mencegah dehidrasi dan
d) Menghitung jumlah fasyankes
dehidrasi lebih berat
yang aktif LROAnya.
b) Mengobati dehidrasi

12
e) Menghitung jumlah orang  Meningkatnya jumlah
tua/pengasuh yang diberikan penderita Diare
konseling rehidrasi, desiminasi berdasarkan tempat,
informasi, konseling rehidrasi waktu dan orang
atau penyediaan layanan oralit.  Kesehatan lingkungan
- Cakupan penggunaan
d. Melaksanakan SKD Diare jamban yang memenuhi
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) syarat kesehatan <80%
merupakan kewaspadaan terhadap - Cakupan penggunaan air
penyakit berpotensi KLB beserta bersih dan air minum
faktor-faktor yang mempengaruhinya yang memenuhi syarat
dengan menerapkan teknologi kesehatan <80%
surveilans epidemiologi dan - Cakupan pengelolaan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sampah dan limbah cair
sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya- rumah tangga yang
upaya, dan tindakan penanggulangan memenuhi syarat
kejadian luar biasa yang cepat dan kesehatan <80%
tepat. - Cakupan penggunaan
1) Tujuan SPAL yang memenuhi
a. Menumbuhkan sikap tanggap syarat kesehatan <80%
terhadap adanya perubahan - Cakupan laik penyehatan
dalam masyarakat yang TPM yang memenuhi
berkaitan dengan kesakitan syarat kesehatan <80%
dan kematian. b) Perilaku masyarakat
b. Mengarahkan sikap tanggap  Cakupan cuci tangan
tersebut terhadap tindakan dengan sabun dan air
penanggulangan secara cepat bersih pada 5 titik kritis
dan tepat untuk mengurangi (sebelum makan, sebelum
jumlah penderita dan menyusui, sebelum
mencegah kematian. menyiapkan makan
c. Memperoleh informasi secara bayi/anak, sesudah buang
cepat, tepat, dan akurat. air besar, sesudah
2) Tahap pelaksanaan menceboki bayi/anak)
Pengamatan SKD mencakup: <80%
a) Jumlah penderita dan faktor  Pengelolaan air minum:
risiko Pengamatan lebih merebus, clorinasi,
intensif bila:
13
keramik filter, dan lain lain e) Tindak lanjut SKD KLB Diare
<100%  Di puskesmas, meliputi:
 Membuang sampah pada - Pengamatan terhadap
tempatnya dengan kasus dan faktor risiko.
memilah sampah organik - Penyegaran dan
dan non organik<80% pelatihan kader/
 Pengelolaan makanan masyarakat.
sesuai standar WHO. - Menyiapkan logistik
(oralit, zinc, Obat yang
c) KLB Diare sebelumnya: sesuai dengan program
 Frekuensi KLB berdasarkan pengendalian penyakit
wilayah Diare).
 Waktu (bulan) terjadinya - Perbaikan kualitas
KLB sarana air bersih dan
 Lama KLB berlangsung sanitasi melalui
 Kelompok umur dan desinfeksi, perbaikan
pekerjaan konstruksi, dan
 Tindakan penanggulangan pembuatan sarana baru
KLB sebagai percontohan.
 Faktor risiko (sumber dan - Perbaikan kualitas air
cara penularan) dan lingkungan melalui
 Perubahan kondisi, antara inspeksi sanitasi (IS) dan
lain iklim (climate change), pengambilan sampel
pengungsian, bencana - Penyuluhan kesehatan
alam, perpindahan secara intensif pada
penduduk, dan pesta / kelompok masyarakat.
kenduri. - Informasi kepada kepala
wilayah (camat).
d) Sumber Informasi - Menyiapkan carry and
 Pencatatan dan pelaporan blair untuk pengambilan
rutin sampel rectal swab (usap
 Masyarakat dubur) dan segera dikirim
 Mass media ke laboratorium.
 Instansi/lembaga terkait,
misalnya BMG dan LSM  Di kabupaten / kota,
 Hasil survei studi kasus. meliputi:

14
- Pelatihan / penyegaran - Menyusun petunjuk
tenaga puskesmas dan teknis sesuai spesifikasi
masyarakat (pengusaha masing-masing.
dan penjual makanan). - Memberi masukan kajian
- Pemeriksaan bakteriolo- data kepada pengambil
gis terhadap air, keputusan.
makanan, dan peralatan - Memproduksi media
makanan. penyuluhan elektronik
- Memberikan masukan dan cetak serta
kajian data kepada menyebarluaskan ke
pengambil keputusan lokasi rawan KLB.
untuk mendapatkan - Intensifikasi penyuluhan
dukungan politis, dana, melalui berbagai media
produk hukum, dan Iain- massa.
lain. - Menyusun perencanaan
- Perencanaan logistik menyeluruh di daerah
(oralit, cairan ringer sesuai kompetensinya.
laktat, antibiotika, - Menyiapkan tim
reagensia, media penanggulangan KLB
transport). penyakit Diare.
- Produksi media cetak
sederhana.  Di pusat, meliputi:
- Penyuluhan melalui - Menyusun pedoman,
media massa (cetak dan norma, standar,
elektronik). prosedur, dan kriteria.
- Diseminasi informasi - Menyusun indikator.
lintas sektor terkait. - Menyusun perencanaan
- Menyiapkan tim program (logistik,
penanggulangan KLB pengamatan, pencega-
penyakit Diare. han, penyuluhan).
- Melakukan kajian
 Di provinsi, meliputi: melalui studi khusus.
- Melatih petugas - Monitoring dan evaluasi
kabupaten /kota. pelaksanaan SKD.
- Membantu pemenuhan
kebutuhan logistik
(membuat buffer stok).
15
3) Manajemen KLB Diare - Memutus rantai
Manajemen KLB Diare dapat penularan.
dibagi tiga fase yaitu: 1) pra-KLB, - Menegakkan diagno-
2) Saat KLB dan 3) Pasca KLB. sa penderita yang
a) Pra-KLB dilaporkan.
Persiapan yang perlu - Mengidentifikasi
diperhatikan pada pra KLB/ etiologi penyakit
Wabah adalah: Diare.
 Kabupaten/kota, provinsi, - Memastikan
dan pusat perlu membuat terjadinya KLB Diare.
surat edaran atau instruksi - Mengetahui distribusi
kesiapsiagaan di setiap penderita menurut
tingkat. waktu, tempat, dan
 Meningkatkan Sistem orang.
Kewaspadaan Dini (SKD) di - Mengidentifikasi
wilayah Puskesmas, sumber dan cara
terutama di desa rawan penularan penyakit
KLB. Diare.
 Mempersiapkan tenaga - Mengidentifikasi
dan logistik yang cukup di populasi rentan.
Puskesmas, kabupaten/
kota,dan provinsi dengan  Tahapan penyelidikan
membentuk Tim Gerak KLB
Cepat (TGC). - Mengumpulkan data
 Meningkatkan upaya dengan mengguna-
promosi kesehatan. kan Formulir
 Mempersiapkan pemerik- Penyelidikan KLB
saan laboratorium untuk (Buku Pedoman
mengetahui etiologi Manajemen Program)
/penyebab KLB Diare. mengolah, dan
 Meningkatkan kegiatan menganalisis infor-
lintas program dan sektor. masi termasuk faktor
risiko yang
b) Saat KLB ditemukan.
1) Penyelidikan KLB - Membuat kesimpulan
 Tujuan berdasarkan:

16
 Faktor tempat yang penyebab KLB,
digambarkan dalam Kecenderungan
suatu peta perkembangan KLB,
(spotmap) atau Lamanya KLB.
tabel tentang: Faktor orang yang
 Kemungkinan terdiri dari: umur,
faktor risiko jenis kelamin,
yang menjadi tingkat pendidikan,
sumber penular- jenis pekerjaan,
an suku bangsa, adat
 Keadaan lingku- istiadat, agama/
ngan biologis kepercayaan dan
(agen,penderita) sosial ekonomi.
,fisik dan sosial Apabila terjadi KLB Diare
ekonomi melaksanakan
 Cuaca penanggulangan KLB:
 Ekologi 1) Mengaktifkan Tim Gerak
 Adat kebiasaan cepat (TGC)
 Sumber air TGC terdiri dari unsur lintas
minum dan program dan lintas
sebagainya sektoral
 Faktor waktu yang 2) Pembentukan Pusat
digambarkan dalam Rehidrasi (Posko KLB
kurva epidemik Diare)
yang menyatakan a) Pusat rehidrasi
hubungan waktu dibentuk dengan
(onset time) dengan maksud untuk
jumlah kasus menampung penderita
sehingga dapat diare yang memerlukan
diketahui masa pengobatan dan
inkubasi dengan perawatan. Pusat
penyebab KLB rehidrasi dipimpin oleh
Diare. Setelah seorang dokter dan
dibuat grafiknya dibantu oleh tenaga
dapat diinterpreta- kesehatan lainnya
sikan: yang dapat melakukan
Kemungkinan penanganan diare
17
sesuai standar. Tempat b) Perbaikan sarana
yang dapat dijadikan lingkungan yang diduga
sebagai pusat rehidrasi sumber penularan.
adalah tempat terdekat c) Penyuluhan (KIE) tentang
dari lokasi KLB dan Perilaku Hidup Bersih dan
terpisah dari Sehat(PHBS).
pemukiman. d) Pemeriksaan dan
diagnostik laboratorium
b) Penemuan penderita mikrobiologi
diare secara aktif untuk  Tujuan Untuk
mencegah kematian di mengetahui etiologi/
masyarakat, dengan penyebab penyakit
kegiatan: Diare.
 Penyuluhan intensif  Bahan
agar penderita segera - Rectal swab (usap
mencari pertolongan dubur), sebaiknya
 Mengaktifkan diambil sebelum
posyandu sebagai diberi antibiotika.
pos oralit. Melibatkan - Sumber air minum
kepala desa/RW/RT yang dicurigai.
atau tokoh - Makanan, minuman,
masyarakat dan dan bahan lain
kader untuk (bahan muntahan).
membagikan oralit  Alat
kepada warganya - Untuk Rectal Swab
yang menderita diare.  Kapas lidi steril (lidi
yang bagian
c) Pasca KLB ujungnya dibalut
Setelah KLB dinyatakan dengan kapas yang
berakhir, beberapa kegiatan sudah disterilkan /
yang perlu dilakukan: suci hama).
a) Pengamatan intensif masih  Medium transport
dilakukan selama 2 kali Carry Blair.
masa inkubasi terpanjang,  Sarung tangan, alat
untuk melihat pelindung diri.
kemungkinan timbulnya  Jas laboratorium,
kasus baru. tas sampling.
18
 Label identitas - Untuk pemeriksaan
penderita. bahan lain
 Spidol, pulpen (alat (muntahan)
tulis).  Sarung tangan.
 Coolbox (termos es)  Sendok/garpu.
dan ice pack.  Alat potong (pisau/
- Untuk pemeriksaan gunting).
air  Kantung plastik
 Botol steril mulut steril/ botol steril.
lebar dengan  Label identitas
kapasitas 500 cc. sampel
 Natrium Thiosulfat /  Spidol, pulpen (alat
Hyposulfit untuk tulis).
menetralkan air.  Coolbox (termos es)
 Label identitas dan ice pack.
untuk botol.
 Spidol, pulpen (alat e. Melaksanakan Pengamatan Diare
tulis). 1) Tujuan
 Coolbox (termos es) Diketahuinya situasi masalah
dan Ice pack. Diare di masyarakat, sehingga
- Untuk pemeriksaan dapat dibuat perencanaan dalam
makanan. pengendaliannya di semua
 Sarung tangan. jenjang administratif.
 Sendok/garpu.
 Alat potong (pisau/ 2) Pengertian
gunting). Pengamatan adalah kegiatan
 Kantung plastik analisis secara sistematis dan
steril/ botol steril. terus-menerus terhadap penyakit
atau masalah-masalah kesehatan
 Label identitas
dan kondisi yang mempengaruhi
sample.
terjadinya peningkatan dan
 Spidol, pulpen (alat
penularan penyakit atau masalah-
tulis).
masalah kesehatan tersebut agar
 Coolbox (termos es)
dapat melakukan tindakan
dan ice pack.
penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan
19
dan penyebaran informasi penanggulangan
epidemiologi kepada secepatnya.
penyelenggara program
kesehatan Laporan rutin ini dikompilasi
oleh petugas pencatatan
3) Prosedur dan pelaporan penyakit
a) Sumber data Diare di puskesmas
Ada tiga sumber data Diare, kemudian dilaporkan ke
yaitu melalui laporan rutin, kabupaten/ kota melalui
laporan KLB, dan laporan bulanan (LB) dan
pengumpulan data melalui STP setiap bulan.
studi kasus.
 Laporan rutin Petugas/Pengelola Penyakit
Dilakukan oleh Puskesmas Diare Kabupaten/Kota
dan Rumah Sakit melalui membuat rekapitulasi dari
SP2TP (LB), SPRS (RL), STP, masing-masing puskesmas
dan rekapitulasi penyakit dan secara rutin (bulanan)
Diare. Oleh karena penyakit dikirim ke provinsi dengan
Diare termasuk penyakit menggunakan formulir
yang dapat menimbulkan rekapitulasi penyakit Diare.
KLB, maka perlu dibuat Dari provinsi direkapitulasi
laporan mingguan (W2). berdasarkan kabupaten/
Untuk dapat membuat kota secara rutin (bulanan)
laporan rutin perlu dan dikirim ke pusat
pencatatan setiap hari (Direktorat Jenderal PP dan
(register) penderita penyakit PL cq. Sub Direktorat
Diare yang datang ke Pengendalian Diare dan
fasilitas pelayanan Infeksi Saluran Pencernaan)
kesehatan, posyandu atau dengan menggunakan
kader. Data register harian Formulir 2.1 (lihat Buku
dapat mendeteksi Pedoman Tatalaksana
adanya peningkatan jumlah Diare).
kasus dan tanda-tanda akan
terjadinya KLB sehingga  Laporan KLB/wabah Setiap
dapat segera terjadi KLB/wabah harus
dilakukan tindakan dilaporkan dalam periode 24
jam dengan Format Laporan
20
W1 dan dilanjutkan dengan berjenjang dari puskesmas
laporan khusus meliputi: hingga pusat sehingga apabila
- Kronologi terjadinya KLB. terdapat permasalahan segera
- Cara penyebaran serta dapat diketahui dan diambil
faktor-faktor yang tindakan pemecahannya.
mempengaruhinya.
- Keadaan umum penderita. c) Penyebarluasan hasil Inter
- Hasil penyelidikan pretasi
epidemiologi yang telah Hasil analisis dan interpretasi
dilakukan. data yang telah dikumpulkan,
- Hasil penanggulangan KLB diumpanbalikkan kepada
dan rencana tindak lanjut. pihak yang berkepentingan,
yaitu kepada pimpinan di
 Pengumpulan data melalui daerah (kecamatan hingga
studi kasus dinas kesehatan provinsi)
Pengumpulan data ini dapat untuk mendapatkan
dilakukan satu tahun sekali, tanggapan dan dukungan.
misalnya pada pertengahan
atau akhir tahun. f. Memperkuat SDM dalam
Tujuannya untuk mengetahui pengendalian Diare
data dasar (base line data) Memperkuat Sumber Daya Manusia
sebelum atau (SDM), antara lain dengan
setelah program melaksanakan TOT (Traning of Trainer)
dilaksanakan dan hasil dan berbagai bentuk pelatihan
penilaian tersebut dapat (training) sesuai dengan kebutuhan
digunakan untuk dalam pengendalian Diare, seminar
perencanaan di tahun yang dan workshop untuk peningkatan
akan datang. kapasitas.

b) Pengolahan, analisis, dan g. Memperkuat pengelolaan logistik


interpretasi pengendalian Diare
Data yang telah dikumpulkan, Dalam kegiatan pengendalian Diare,
diolah, dan ditampilkan dalam logistik biasanya terdiri dari barang
bentuk tabel atau grafik, medis dan non-medis yang dikirim
kemudian dianalisis dan dari tingkat pusat atau pengadaan
diinterpretasi. Analisis ini oleh provinsi atau kabupaten/kota.
sebaiknya di lakukan Logistik yang dibutuhkan adalah
21
untuk kebutuhan rutin dan saat bahan/ alat/obat tersebut dalam
Kejadian Luar Biasa (KLB). Untuk itu pengendalian Diare, dan infeksi
perlu disusun kebutuhan dan saluran pencernaan.
terlaksananya sistim pengadaan,
penyimpanan, distribusi dan Persediaan obat dihitung
persediaan logistik dalam berdasarkan perkiraan kebutuhan
pengendalian hepatistis. minimal satu bulan. Pengelolaan
stock harus diatur mulai dari tingkat
Bila jumlah pengadaan pusat masih pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan
belum memenuhi kebutuhan, maka puskesmas. Ketersediaan stock
provinsi, kabupaten/kota dapat minimal yang harus tersedia minimal
melakukan pendanaan sendiri perlu diperhatikan dengan
memenuhi kebutuhannya. mempertimbangkan kemudahan
distribusinya.
Penyimpanan di provinsi, kabupaten,
puskesmas dan kader hendaknya Supervisi selain sebagai upaya
dikelola secara baik dan benar, yaitu pembinaan teknis, juga merupakan
disimpan pada tempat yang kering suatu pelatihan (on the job training),
diberi alas, disusun sesuai dengan yaitu suatu proses yang terorganisasi
waktu penerimaan dan untuk meningkatkan keterampilan,
kedaluwarsanya, sehingga pada saat pengetahuan, kebiasaan kerja dan
dibutuhkan mudah mencarinya. sikap petugas. Dengan kata lain on
Dibuatkan pencatatan asal obat, the job training adalah pelatihan
jumlah dan waktu penerimaan serta dengan cara pekerja ditempatkan
pengeluaran obat, yaitu jumlah, dalam kondisi pekerjaan yang
waktu dan tujuan obat dikirimkan. sebenarnya, dibawah bimbingan dan
Perlu dibuatkan standar pengelolaan pengawasan supervisor. Tujuannya
dan penyimpanan bahan/alat/obat. adalah: 1) Memperoleh pengalaman
langsung, Mengamati secara
Distribusi bahan/alat/obat, yaitu dari langsung apa yang menjadi
pusat sampai ke provinsi, dari tanggungjawabnya; 2) Meningkatkan
provinsi ke kabupaten/kota, dan dari kemampuan dan keterampilan;
kabupaten/ kota ke puskesmas 3) Meningkatkan kecepatan
sesuai kebijakan masing-masing menyelesaikan suatu pekerjaan, dan
jenjang administratif. Distribusi 4) Meningkatkan diri mulai dari
sangat perlu diperhatikan, karena tingkat dasar, terampil dan akhirnya
dapat mempengaruhi keberadaan menjadi mahir.
22
pengendalian Diare, dan infeksi
Oleh karena itu, seorang supervisor saluran pencernaan
haruslah dapat memberikan bantuan  Terlaksananya upaya untuk
teknis dan bimbingan kepada memperbaiki efektifitas dan
petugas yang dikunjungi sehingga efisiensi kegiatan pengendalian
mereka dapat melaksanakan tugas Diare, dan infeksi saluran
mereka secara tepat. Supervisor pencernaan
harus dapat mengenal sedini  Terlaksananya supervisi/
mungkin kinerja petugas yang kurang Bimtek
baik untuk segera membantu  Terlaksananya Pencatatan dan
memperbaikinya sebelum hal pelaporan
tersebut menjadi masalah besar.
Dengan demikian, melalui supervisi 2) Kegiatan
diharapkan kinerja petugas dapat a) Mengukur kemajuan
terjaga dan terjadi perbaikan secara pelaksanaan kegiatan
terus menerus. pengendalian dan
memberikan koreksi atas
h. Melaksanakan monitoring dan penyimpangan berdasarkan
evaluasi indikator input, proses, dan
1) Tujuan output
 Terlaksananya fasilitasi upaya b) Mengevaluasi dan mengukur
pengetahuan, peningkatan pencapaian tujuan kegiatan,
motivasi dan partisipasi efektifitas dan efisiensi
pengelola program/kegiatan pencapaian kegiatan
dalam pengendalian Diare, dan menggunakan indikator
infeksi saluran pencernaan dampak
 Terlaksananya fasilitasi upaya c) Melaksanakan pemantauan
peningkatan keinginan untuk dan evaluasi secara
kemajuan diantara pengelola berjenjang mulai dari pusat,
program/kegiatan dan tenaga provinsi, kabupaten/kota, dan
kesehatan dalam pengendalian puskesmas
Diare, dan infeksi saluran d) Mengevaluasi dan mengukur
pencernaan pencapaian kegiatan sesuai
 Terlaksananya pemantauan, dengan target pencapaian
penilaian, supervisi/bimbingan kegiatan yang telah
teknis pelaksanaan dan ditetapkan.
pencapaian kegiatan
23
i. Melaksanakan Monev, Pencatatan diharapkan kinerja petugas dapat
dan pelaporan terjaga dan terjadi perbaikan secara
Supervisi selain sebagai upaya terus-menerus.
pembinaan teknis, juga merupakan
suatu pelatihan (on the job training), Kegiatan ini merupakan bagian dari
yaitu suatu proses yang terorganisasi kegiatan pengamatan. Pencatatan
untuk meningkatkan keterampilan, dan pelaporan merupakan suatu
pengetahuan, kebiasaan kerja dan sistem pencatatan pelaporan yang
sikap petugas. Dengan kata lain on digunakan untuk memantau kegiatan
the job training adalah pelatihan mulai dan tingkat puskesmas,
dengan cara pekerja ditempatkan kabupaten, provinsi dan hingga
dalam kondisi pekerjaan yang tingkat pusat. Dengan demikian
sebenarnya, dibawah bimbingan dan dapat dimonitor perkembangan
pengawasan supervisor. Tujuannya kegiatan kegiatan pengendalian
adalah: 1) Memperoleh pengalaman Diare, di berbagai jenjang.
langsung, Mengamati secara
langsung apa yang menjadi 2. Memperkuat Jejaring kerja
tanggungjawabnya; 2) Meningkatkan pengendalian Diare
kemampuan dan keterampilan; 3) Upaya melibatkan berbagai sektor,
Meningkatkan kecepatan kelompok masyarakat, lembaga
menyelesaikan suatu pekerjaan, dan pemerintah untuk bekerjasama
4) Meningkatkan diri mulai dari berdasarkan atas kesepakatan,
tingkat dasar, terampil dan akhirnya prinsip dan peranan masing-masing
menjadi mahir. mitra dalam pengendalian Diare.
Upaya tersebut diwujudkan dengan
Oleh karena itu, seorang supervisor membentuk jejaring, baik lokal,
haruslah dapat memberikan bantuan nasional maupun internasional.
teknis dan bimbingan kepada Tujuan dari jejaring kerja ini adalah:
petugas yang dikunjungi sehingga a. Meningkatnya komitmen
mereka dapat melaksanakan tugas pemerintah dan mitra terkait di
mereka secara tepat. Supervisor masyarakat dalam upaya
harus dapat mengenal sedini pengendalian Diare
mungkin kinerja petugas yang kurang b. Adanya harmonisasi dan sinergi
baik untuk segera membantu dalam berbagai kegiatan
memperbaikinya sebelum hal c. Meningkatnya kemandirian
tersebut menjadi masalah besar. masyarakat dalam pengendalian
Dengan demikian, melalui supervisi Diare
24
puskesmas dan fasyankes lainnya dan
Selain itu perlu dilakukan koordinasi wadah yang ada di masyarakat.
pengendalian Diare, yaitu upaya Peran dan fungsi di setiap jenjang
untuk menyelaraskan kegiatan dari administratif dalam pengendalian diare
berbagai jenjang adminstratif dan adalah sebagai berikut:
pihak terkait lainnya. Koordinasi yang 1. Tingkat Pusat
baik akan berdampak pada a. Mengembangkan kebijakan pada
kelancaran pelaksanaan kegiatan. tingkat nasional untuk mencapai
Koordinasi dapat dilakukan dengan kegiatan target semua
beberapa cara, antara lain pengendalian Diare yang telah
melakukan pertemuan yang teratur dicanangkan pada tingkat
dan berkala di masing-masing atau nasional.
antar jenjang administratif. b. Membuat rencana kerja untuk
pencapaian kegiatan tersebut
3. Pengendalian Diare berbasis diatas
masyarakat c. Membuat pedoman pelaksanaan
Untuk meningkatkan partisipasi dan kegiatan pengendalian Diare
kemandirian masyarakat dalam d. Membuat standarisasi untuk
pencegahan dan penanggulangan setiap kegiatan kegiatan Diare
Diare, maka perlu pengembangan yang dilaksanakan
dan penguatan kegiatan pencegahan e. Pengembangan sumber daya,
dan penanggulangan faktor risiko baik pada tingkat pusat maupun
penyakit berbasis masyarakat yang provinsi
dilaksanakan secara terintegrasi f. Melakukan supervisi dan
pada wadah milik masyarakat yang bimbingan teknis ke tingkat
ada di masing-masing daerah. provinsi atau kabupaten/kota,
sehingga semua provinsi dan
IV. PENYELENGGARAN, PEMANTAUAN kabupaten/kota dapat
DAN PENILAIAN melaksanakan semua kebijakan
yang telah ditetapkan.
A. Penyelenggaraan g. Melakukan monitoring dan
Penyelenggara rencana aksi kegiatan evaluasi terhadap semua kegiatan
pengendalian Diare ini adalah Subdit pengendalian Diare yang telah
Pengendalian Diare dan ISP (termasuk dilaksanakan oleh semua
UPT di daerah), dinas kesehatan provinsi, provinsi, kabupaten/kota seluruh
dinas kesehatan kabupaten/kota, Indonesia.

25
2. Tingkat Provinsi c. Melakukan koordinasi dengan
a. Mengembangkan kebijakan lintas Sektor dan Lintas Program
operasional pada tingkat provinsi terkait dalam kegiatan
untuk mencapai semua target Pengendalian Diare.
kegiatan pengendalian yang telah d. Melakukan supervisi dan
dicanangkan pada tingkat bimbingan teknis ke puskesmas
provinsi. (Target pada tingkat sehingga puskesmas dapat
provinsi ditentukan berdasarkan melaksanakan kebijakan yang
target yang telah ditentukan pada telah ditetapkan secara optimal.
tingkat nasional. e. Melakukan monitoring dan
b. Membuat rencana kerja untuk evaluasi terhadap kegiatan
pencapaian kegiatan tersebut pengendalian Diare yang telah
diatas dilaksanakan oleh puskesmas di
c. Melakukan koordinasi lintas kabupaten/kota.
program dan lintas sektor terkait
d. Melakukan supervisi dan 4. Tingkat Puskesmas
bimbingan teknis ke kabupaten/ a. Membuat rencana kerja dalam
kota sehingga kabupaten/kota pencapaian kegiatan
dapat melaksanakan semua pengendalian yang telah
kebijakan yang telah ditetapkan. ditetapkan di wilayah kerja
e. Melakukan monitoring dan Puskesmas.
evaluasi terhadap semua kegiatan b. Melakukan koordinasi dengan
pengendalian Diare yang telah lintas Sektor dan Lintas Program
dilaksanakan oleh semua terkait dalam kegiatan
kabupaten/kota di provinsi Pengendalian Diare.
tersebut. c. Melakukan supervisi dan
bimbingan teknis ke tingkat desa
3. Tingkat Kabupaten dalam melaksanakan semua
a. Mengembangkan kebijakan kegiatan yang telah ditetapkan
operasional pada tingkat oleh puskesmas
kabupaten/kota dalam mencapai d. Puskesmas melakukan monitoring
target kegiatan yang telah dan evaluasi terhadap semua
ditetapkan di tingkat kegiatan yang dilaksanakan di
kabupaten/kota. tingkat desa
b. Membuat rencana kerja untuk
pencapaian kegiatan Komponen Kegiatan pengendalian Diare
pengendalian Diare. dapat dilihat pada lampiran
26
sebagaimana terlampir (lampiran 2), dan kinerja (Lihat Lampiran 1) yang telah
Komponen kegiatan pendanaan ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
sebagaimana terlampir (lampiran 3).
V. PENUTUP
B. Pemantauan dan Penilaian Rencana aksi pengendalian Diare
Pemantauan dimaksudkan untuk dalam periode waktu 2015-2019
mensinkronkan kembali keseluruhan disusun untuk menjawab dan
proses kegiatan agar sesuai dengan memfokuskan upaya pengendalian Diare
rencana yang ditetapkan dengan dalam menghadapi tantangan strategis
perbaikan segera agar dapat dicegah di masa depan dan merupakan acuan
kemungkinan adanya penyimpangan dalam penyusunan perencanaan,
ataupun ketidaksesuaian yang pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan
berpotensi mengurangi bahkan penilaian dalam kurun waktu 5 tahun.
menimbulkan kegagalan pencapaian Diharapkan melalui penyusunan rencana
tujuan dan sasaran. Untuk itu, aksi pengendalian Diare ini, upaya
pemantauan diarahkan guna pengendalian Diare memberikan
mengidentifikasi kualitas pengelolaan, kontribusi yang bermakna dalam
permasalahan yang terjadi serta dampak menurunkan angka kesakitan dan
yang ditimbulkannya. kematian penyakit infeksi di Indonesia.

Penilaian rencana aksi pengendalian


Diare bertujuan untuk menilai
keberhasilan penyelenggaraan
pengendalian Diare di Indonesia.
Penilaian dimaksudkan untuk
memberikan bobot atau nilai terhadap
hasil yang dicapai dalam keseluruhan
pentahapan kegiatan, untuk proses
pengambilan keputusan apakah suatu
kegiatan diteruskan, dikurangi
dikembangkan atau diperkuat. Untuk itu
penilaian diarahkan guna mengkaji
efektifiktas dan efisensi pengelolaan
kegiatan.

Penilaian kinerja pengendalian Diare


dilaksanakan berdasarkan indikator
27
Lampiran 1

Matrik Kinerja Rencana Aksi Pengendalian Diare Tahun 2015-2019

Saat ini
2015 2016 2017 2018 2019
No Indikator (2014)
(%) (%) (%) (%) (%)
(%)
1. Persentase NA 20 40 70 90 90
kabupaten/kota yang
melaksanakan advokasi
dan/atau sosialisasi
pengendalian diare
2. Persentase NA 20 40 70 90 90
kabupaten/kota yang
mempunyai layanan
Rehidrasi Oral Aktif
3. Presentase NA 10 20 40 70 90
kabupaten/kota yang
melaksanakan SKD KLB
diare.

Na = No data Available

28
Lampiran 2

MATRIKS KOMPONEN KEGIATAN PENGENDALIAN DIARETAHUN 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019


No IKK OUT PUT KOMPONEN KET
VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT VOL SAT

l.1. Kab/ Kota yang l.1.1% Kab/ Kota yang a. Penyusunan Buku Pedoman dan
mempunyai Layanan melakukan sosialisasi dan Modul Sosialisasi dan Advokasi
3 kali 1 kali 1 kali 0 kali 0 kali
Rehidrasi Oral Aktif atau advokasi tentang tentang layanan Rehidrasi Oral
(LROA).Sebesar 90% Diare, sebesar 90% pada Aktif dan Penggandaannya
tahun2019 tahun 2019 b. Peningkatan kapasitas petugas
2 angk. 2 angk. 2 angk. 0 angk. 0 angk.
Pelaksana tingkat propinsi
c. Pelaksanaan Sosialisasi dan
40 paket 68 paket 119 paket 153 paket 153 paket
Advokasi
d. Pengembangan Media KIE tentang
75 paket 103 paket 154 paket 188 paket 188 paket
Diare
e. Bimtek/ Monev 23 OH 34 OH 34 OH 34 OH 34 OH
f. Dukungan untuk operasionalisasi
KOMLI Pengendalian Hepatitis 6 paket 6 paket 6 paket 6 paket 6 paket
Virus di Indonesia
g. Pertemuan Evaluasi dan
Perencanaan Program 41 OH 52 OH 52 OH 52 OH 52 OH
Pengendalian Diare

29
l.1.2% Kab/ Kota yang a. Penyusunan pedoman monitoring
melaksanakan SKD KLB dan evaluasi program
3 kali 1 kali 1 kali 0 kali 0 kali
diare sebesar 90% pada pengendalian diare & buku
tabun2019 pedoman SKD KLB Diare
b. Penggandaan Buku Pedoman dan
1980 buah 3960 buah 11640 buah 0 buah buah OH
penyebarluasan
c. Peningkatan kapasitas &
Sosialisasi tentang Monev &
61 OT 61 OT 61 OT 0 OT 0 OT
Implementasi Pelaksanaan SKD
KLB Diare Tingkat Nasional
d. Monitoring dan Bimtek tentang
44 OT 44 OT 44 OT 44 OT 44 OT
Monev dan SKI) KLB Diare
e. Dukungan Media KIE untuk
69 paket 69 paket 69 paket 197 paket 197 paket
peningkatan SKD KLB
f. Eksternal evaluasi pelaksanaan
kegiatan (Evaluasi terkait IKU, IKK, 1 paket 1 paket
dan Output)

1.1.3% Kab/Kota yang


mempunyai layanan a. Penyusunan Buku Pedoman dan
Rehidrasi Oral (LROA) Aktif Modul LROA (Layanan Rehidrasi 6 kali 3 kali 3 kali 0 kali 0 kali
Sebesar90%pada tahun Oral Aktif)
2019
b. Riview Pedoman TTL Diare bagi
2 kali 1 kali 1 kali 0 kali 0 kali
petugas
c. Penyusunan Buku pedoman TTL
4 kali 2 kali 2 kali 0 kali 0 kali
Diare untuk masyarakat
d. Peningkatan kapasitas petugas
Pelaksana LRO aktif di tingkat 112 OT 112 OT 112 OT 0 OT 0 OT
Propinsi
e. Peningkatan kapasitas petugas
102 kab/kota 204 kab/kota 358 kab/kota 358 kab/kota 358 kab/kota
pelaksana
f. Dukungan untuk aktifasi LROA 1020 paket 1224 paket 1948 paket 1736 paket 1736 paket
g. Media KIE untuk dukungan
penyebarluasan informasi tentang 137 paket 239 paket 393 paket 495 paket 495 paket
LROA

h. Mentoring dan Bimtek LROA 68 OT 102 OT 102 OT 102 OT 102 OT

30
Lampiran 3

MATRIKS KOMPONEN PENDANAAN KEGIATAN P2 DIARETAHUN 2015 – 2019

ALOKASI ANGGARAN BASELINE


(DALAM JUTAAN RUPIAH) TOTAL 5 TH
NO IKK OUT PUT KOMPONEN
(2015-2019)
2015 2016 2017 2018 2019

PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE 17,807 25,096 34,239 56,875 61,155 195,172

l.1.Kabupaten/Kota I.1.1% Kab/ Kota


yang mempunyai yang melakukan
layanan Rehidrasi sosialisasi dan atau
3,966 5,649 8,524 11,938 11,938 42,014
Oral aktif (LROA) advokasi tentang
sebesar90%tahun Diare sebesar 90%
2019 pada tahun 2019

31
a. Penyusunan Buku
Pedoman dan modul
sosialisasi dan advokasi
120 40 40 - - 200
tantang layanan Rehidrasi
Oral Aktif dan
Penggandaannya
b. Peningkatan kapasitas
petugas Pelaksana tingkat 400 300 300 - - 1,000
propinsi
c. Pelaksanaan Sosialisasi
1,600 2,720 4,773 6,133 6,133 21,360
dan Advokasi
d. Pengembangan Media KIE
1,125 1,545 2,315 4,708 4,708 14,402
tentang Diare
e. Bimtek / Moven 136 204 204 204 204 952
f. Dukungan untuk
operasionalisasi KOMLI
300 450 450 450 450 2,100
Pengendalian Diare di
Indonesia
g. Pertemuan Evaluasi dan
Perencanaan Program 285 390 442 442 442 2,001
Pengendalian Diare
l.1.2% Kab/ Kota
yang melakukan SKD
KLB Diare sebesar 1,947 1,926 7,310 5,221 9,501 25,903
90% pada tahun
2019
a. Penyusunan Pedoman
Monitoring dan Evaluasi
Program Pengendalian Diare 210 70 70 - - 350
& Buku Pedoman SDK KLB

32
Diare
b. Penggandaan Buku
Pedoman dan 79 198 582 - - 859
penyebarluasan
c. Peningkatan kapasitas &
Sosialisasi tentang Monev &
366 366 366 - - 1,098
Implementasi Pelaksanaan
SKD KLB Diare
d. Mentoring dan Bimtek
tentang Monev dan SKD KLB 264 264 264 308 308 1,408
Diare
e. Dukungan Media KIE untuk
1,028 1,028 1,028 4,913 4,193 12,188
peningkatan SKD KLB
f. Eksternal evaluasi
pelaksanaan kegiatan - - 5,000 - 5,000 10,000
(Evaluasi terkait IKU, IKK
dan Output)
l.1.3.% Kab/Kota
yang mempunyai
layanan Rehidrasi 11,895 17,521 18,405 39,717 39,717 127,255
Oral (LRO) aktif
sebesar 90%
padatahun2019 a. Penyusunan Buku Pedoman
dan Modul LROA (Layanan 300 150 150 - - 600
Rehidrasi Oral Aktif)
b. Review Pedoman TTL Diare
100 50 50 - - 200
bagi petugas
c. Penyusunan Buku pedoman
200 100 100 - - 400
TTL Diare untuk Masyarakat
d. Peningkatan kapasitas
Petugas Pelaksana LRO aktif 672 784 784 - - 2,240
di tingkat Propinsi

33
e. Pelaksanaan Peningkatan
kapasitas petugas 3,060 6,120 1,074 14,320 14,320 38,894
pelaksana
f. Dukungan untuk aktifasi
5,100 6,120 9,740 17,360 17,360 55,680
LROA
g. Media KIE untuk dukungan
penyebarluasan informasi 2,055 3,585 5,985 7,425 7,425 26,385
tentang LROA

h. Mentoring dan Bimtek LROA 408 612 612 612 612 2,856
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007,
Kementerian Kesehatan Rl, Jakarta 2007.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013,
Kementerian Kesehatan Rl, Jakarta 2014

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Dasar. Pedoman Manajemen Puskesmas,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2012.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Dasar. Pedoman Pengobatan di


Puskesmas, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2007.

Direktorat Jenderal PP dan PL. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2013.

World Gastroenterology Organisation, Practise guidelines: Acute diarrhea (update


2008: cited 2012 Dec 24), Available from: http: //www.omge.org/
globalguidelines/ guideOl/guide linel.htm.

Kementerian Kesehatan Rl. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Survei


kesehatan dasar tahun 2007. Laporan Riskesdas 2007. Jakarta (Indonesia).
2008.

Kementerian Kesehatan Rl. Kajian morbiditas diare tahun 2012. Jakarta (Indonesia).
2012.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 - 2019

Direktorat Jenderal PP dan PL. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan


Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan ( Pedoman
Epidemilogi Penyakit), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Revisi
Tahun 2011. Jakarta 2011.

Departemen Kesehatan Rl. Keputusan Menteri Kesehatan Rl


no.H16/MENKES/SK/VIII/2003. Tahun 2004. Jakarta

Departemen Kesehatan Rl. UndangUndangnomor4Tahun 1984. Tahun 1985 tentang


Wabah penyakit menular. Jakarta

34
Departemen Kesehatan Rl. Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010,
Penyakitmenulartertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan Tahun 2011. Jakarta

Black RE. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing world J
Nutr 2003;133;1485S-1489S

Bresee JS, Hummelman E, Nelson EA, et al. Rotavirus in Asia: the value of surveillance
for informing decisions about the introduction of new vaccines J Infect Dis
2005;192:1S-5S

Elvira J, Firmansyah A, Akib AAP. Shigellosis in children less than five years in urban
slum area: a study at primary health care in Jakarta. Pediatr Indones
2007;47:42-46

Hidayat A, Achadi A, Sunoto, Soedarmo SP.. The effect of zinc supplementation in


children under three years of age with acute diarrhea in Indonesia. Med J
Indonesia. 1998; 7(4): 237-241

Kosek M, Bern C, Guerrant RL. The global burden of diarrhoeal disease, as estimated
from studies published between 1992 and 2000. Bull World Health Organ.
2003;81(3): 197-204

Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (terjemahan) Ul Press, Jakarta, 1999.

Parashar UD, Hummelman EG, Bresee JS, et al. Global illness and deaths caused by
rotavirus disease in children Emerg Infect Dis 2003;9(5):565-572.

Putnam et.al. Enteric pathogens causing acute diarrhea among children in Indonesia.
Unpublished. 2007

Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019.

Sarosa SJ. Child health problems in Indonesia. Pediatrica Indonesiana 1975; 15:8 -18

Sebodo T, Sadjimin T, Soenarto Y, Sanborn WR. Study on the aetiology of diarrhea.


Trop Pediatr Env Child Health. 1977

Soenarto Y, Sebodo T, Suryantoro P et al. Bacteria, parasitic agents and rotaviruses


ssociated with acute diarrhea in hospital inpatient Indonesian children. Trans
Roysoc Trop Med Hyg. 1983; 5:724 – 730

35
Soenarto Y , Aman AT, Bakri A. Et al. Extention for hospital-based surveillance and
strain characterization of rotavirus diarrhea in Indonesia. Report to PATH. 2007.

Soenarto, Y, et al. Pilot studi efektivitas suplemen zinc pada terapi diare. Unpublished.
2007

Szajewska H & Mruckwicz. Evidence-based management of acute diarrheal syndrome


in children. J Neonatal 2005;2(2):IR8-20

Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract J Nutr 2000;
130:1388S-1392S.

WHO (a). Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management of
common illnesses with limited resources. 2005

WHO (b) Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella
dysenteriae type 1.2005

Yoshida T et all. Epidemiologial Investigation and Analysis of Hepatitis A Virus


Genomes in the Three Cases of Hepatitis of Hepatitis A infections that occured
in April-May 2010. Jpn.J.Infect. Disc, 64,2011

Hepatitis A, Fact sheet No 328, may 2008

36

Anda mungkin juga menyukai