Anda di halaman 1dari 19

BAB

I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang memiliki potensi sumberdaya
alam yang besar baik di daratan maupun di lautan. Sebagian besar potensi yang ada
tersebut belum banyak dioptimalkan dan dikelola secara baik dalam rangka meningkatkan
ekonomi daerah, sekaligus ekonomi negara yang semuanya bermuara pada
pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk
mendukung pengembangan wilayah ini tanpa mengurangi kelestarian dan daya dukung
lingkungan yang berkelanjutan. Potensi yang dapat dijadikan sebagai keunggulan daerah
tersebut tersebut antara lain :
 Memiliki posisi geografis yang strategis di Samudera Pasifik.
 Memiliki wilayah yang luas dengan kekayaan sumberdaya alam hayati dan mineral
yang besar.
 Memiliki banyak pulau besar dan kecil yang masih alami serta kekayaan laut yang
melimpah dan belum banyak digali serta dimanfaatkan secara optimal, baik untuk
kegiatan ekonomi, ilmiah maupun wisata. .
Potensi strategis dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Raja Ampat
tersebut memberikan peluang untuk wilayah ini dapat cepat tumbuh apabila diberikan
intervensi (perlakuan) secara sistematik. Namun demikian dalam rangka melaksanakan
program percepatan pembangunan dimasa mendatang daerah ini masih dihadapkan
dengan sejumlah permasalahan mendasar yang perlu segera dipecahkan. Kendala utama
yang dihadapi adalah masalah aksesbilitas dan ketersediaan infrastruktur untuk
menunjang pengembangan wilayah.
Berdasarkan potensi dan kendala yang ada dipastikan di dalam pembangunan daerah ini
perlu suatu arahan yang komprehensif sehingga semua potensi dapat dijadikan asset
pembangunan, sementara kendala dapat diatasi atau diminimalisasi, sehingga semakin
mempercepat proses pembangunan daerah ini. Didalam menyusun arahan
pengembangan, maka peran perencanaan sangat menentukan baik perencanaan
keruangan, sektoral bahkan program pembangunan daerah.
Sebagai kabupaten yang merupakan wilayah kepulauan, maka dalam perencanaan
pembangunan daerah memiliki beberapa keunikan dibandingkan dengan daerah lainnya
khususnya jika dibandingkan dengan daerah yang bukan wilayah kepulauan. Oleh karena
itu, penyiapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Raja Ampat ini
merupakan salah satu langkah penting dalam proses pembangunan wilayah. Proses

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-1


perencanaan ini akan memperhatikan pengembangan sumber daya alam baik aspek
bahari maupun aspek lainnya dan pelestarian lingkungan sebagai kata kunci, yang akan
menjadi pertimbangan pertama dan utama baik dalam pemanfaatan ruang maupun dalam
penentuan struktur ruangnya.
Sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, maka RTRW Kabupaten Raja Ampat yang telah ada perlu
direvisi untuk disesuaikan dengan undang-undang tersebut dalam jangka waktu yang
tertentu. Sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut maka diperlukan adanya revisi
RTRW Kabupaten Raja Ampat 2011 – 2030.

1.2 DASAR HUKUM


1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria
2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
5) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-pokok
Kehutanan
6) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Raja
Ampat
7) Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
8) Undang–undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
9) Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
10) Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
11) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
12) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
13) Undang–undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN);
14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
15) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
16) Undang–undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang–
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
17) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
18) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
19) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-2


20) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
21) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
22) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
23) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
24) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
25) Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Suaka Margasatwa.
26) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan
27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah
28) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran air
29) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan;
30) Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;
31) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan
32) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
33) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
34) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
35) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
36) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
37) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
38) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
39) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;Peraturan Pemerintah Nomor60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumberdaya Ikan.
40) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN)
41) Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-3


42) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
43) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
44) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar
45) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk Dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
46) Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;
47) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
48) Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal
49) Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Nasional
50) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional
51) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
52) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah
53) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
54) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 /PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya
55) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
56) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
57) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.

1.3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN RAJA AMPAT


1.3.1 Kondisi Fisik
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Waisai yang berada di Pulau Waigeo.
Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari
gugusan pulau yang secara astronomis terletak pada posisi 2o 25’ Lintang Utara – 4o 25’

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-4


Lintang Selatan dan 130o00’ – 132o 55’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif batas
wilayahnya adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : dibatasi oleh Samudera Pasifik
 Sebelah Selatan : dibatasi oleh Laut Seram
 Sebelah Barat : dibatasi oleh Laut Seram, Kabupaten Halmahera Tengah
Provinsi Maluku Utara
 Sebelah Timur : dibatasi oleh Kota Sorong, Kabupaten Sorong dan Laut Seram.
Kabupaten Raja Ampat memiliki luasan daratan sekitar 6.084,5 Km2 (sekitar 15% dari
luas keseluruhan wilayah ini) yang terdiri dari sekitar 600 pulau, baik yang berukuran
kecil maupun besar. Empat pulau yang relatif cukup besar adalah Pulau Misool,
Salawati, Batanta dan Waigeo. Dari seluruh pulau hanya sekitar 35 pulau yang
berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum
memiliki nama. Pada awal perkembangan, Kabupaten Raja Ampat sesuai dengan UU RI
No. 26 Tahun 2002, terdiri dari 7 distrik. Sejalan dengan perkembangan kabupaten, maka
hingga tahun 2010 telah terjadi beberapa kali pemekaran distrik dan kampung, sehingga
pada saat ini kabupaten ini telah menjadi 24 distrik. Secara lebih rinci pembagian wilayah
administrasi Kabupaten Raja Ampat, maka dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1.
Kepulauan Raja Ampat merupakan daerah yang termasuk dalam Segitiga Karang (Coral
Triangle). Coral Triangle adalah kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut
terkaya di dunia. Negara yang termasuk dalam Coral Triangle selain Indonesia adalah
Filipina, Malaysia, Papua New Guinea, Jepang, dan Australia.
Berdasarkan data curah hujan bulanan dari tahun 2005 – 2008 yang diperoleh dari
Stasiun Pengamatan Cuaca dan Meteorologi Jeffman maka tipe iklim di wilayah
perencanaan termasuk tipe sangat basah, karena setiap bulannya merupakan bulan
basah. Sedangkan secara umum berdasarkan Klasifikasi Köppen, wilayah perencanaan
termasuk ke dalam iklim hutan hujan tropis (Af). Wilayah perencanaan memiliki curah
hujan yang cukup tinggi pada setiap bulannya. Dalam periode waktu antara tahun 2005 –
2008 curah hujan tahunan berkisar antara 2000 – 4300 mm/tahun dengan jumlah hari
hujan setiap tahunnya berkisar antara 156 – 286 hari. Puncak hujan umumnya terjadi
pada bulan Maret sampai Oktober, yaitu berkisar antara 200 an mm/bulan hingga lebih
dari 300 mm/bulan. Seluruh bulan merupakan bulan basah karena setiap bulannya terjadi
lebih dari 100 mm/bulan.
Suhu udara suatu daerah dipengaruhi oleh tinggi rendahnya letak daerah tersebut dari
permukaan laut. Faktor lain yang mempengaruhi suhu udara adalah faktor lama dan arah
penyinaran matahari terhadap suatu daerah. Berdasarkan data suhu udara yang yang
ada, wilayah perencanaan memiliki rata-rata suhu udara bulanan berkisar antara 23 –
31,5oC. Kisaran rata-rata suhu udara tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut relatif
cukup tinggi.
Ketersediaan air di wilayah perencanaan dapat dibagi dua sumber yaitu air tanah adan air
permukaan. Berdasarkan keberadaannya air tanah dapat dibagi 3 yaitu air tanah bebas,
tertekan, dan mata air.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-5


1) Air tanah bebas dapat dilihat pada sumur-sumur penduduk. Muka air tanah
berkisar antara 0,5 hingga 2 m di bawah muka tanah setempat, ketebalan kolom
air sekitar 0,5 - 1 m..
2) Air tanah tertekan belum diketahui Karena belum ada data sekunder sehingga
memerlukan penelitian khusus potensi air tanah.
Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah karena akuifer terpotong oleh
topografi. Pemanfaatan air tanah ini untuk keperluan sehari-hari dengan cara menyadap
di hilir sungai tempat mata air bersumber.

Tabel 1.1
Distrik di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010
No Distrik Ibukota Distrik Keterangan
1 Waigeo Selatan Saonek
2 Kota Waisai Waisai Pemekaran dari Distrik Waigeo Selatan
3 Waigeo Timur Urbanisopen
4 Waigeo Barat Waisilip
5 Waigeo Barat Kepulauan Manyaifun
6 Waigeo Utara Kabare
7 Supnin Rauki Pemekaran dari Distrik Waigeo Utara
8 Warwarbom Warwanai
9 Teluk Mayalibit Warsamdim
10 Tiplol Mayalibit Go Pemekaran dari Distrik Teluk Mayalibit
11 Meos Mansar Yenbekwan
12 Kepulauan Ayau Dorehkar
13 Ayau Abidon Pemekaran dari Distrik Kepulauan Ayau
14 Misool Waigama
15 Misool Selatan Dabatan
16 Misool Barat Lilinta
17 Misool Timur Foley
18 Kepulauan Sembilan Weijam Barat
19 Kofiau Mikiran
20 Salawati Utara Samate
21 Salawati Tengah Kalobo Pemekaran dari Distrik Salawati Utara
22 Batanta Selatan Yenanas
23 Batanta Utara Yensawai Timur Pemekaran dari Distrik Batanta Selatan
24 Salawati Barat Wayom Pemekaran dari Distrik Batanta Selatan
Sumber :
 Perda No. 3 Th. 2006 tentang Pemekaran dan Perubahan Nama serta Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Distrik di Lingkungan Pemerintah Kab. Raja Ampat
 Perda No. 7 Th. 2008 tentang Pembentukan Distrik dan Kampung di Kab.Raja Ampat
 Perda No. 2 Th. 2010 tentang Pembentukan Distrik, Kelurahan, dan Kampung di Kabupaten
Raja Ampat

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-6


Gambar 1.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Raja Ampat

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-7


Sedangkan untuk air permukaan berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai-sungai
besar. Sungai-sungai besar ini merupakan induk dari beberapa sungai kecil. Sungai-
sungai besar umumnya terdapat di Pulau Waigeo, Pulau Salawati, dan Pulau Misool.
Sungai-sungai berukuran besar rata-rata tidak mengalami kekeringan pada musim
kemarau.Pada umumnya muara sungai berperairan payau tetapi terdapat beberapa
sungai yang muaranya berperairan tawar, diantaranya muara Kalitoko di Distrik Teluk
Mayalibit, muara Asukweri di Distrik Waigeo Utara, muara Say di Distrik Waigeo Barat,
muara Wartandip di Distrik Waigeo Selatan, muara Walal, muara Gu dan muara Kasim di
Distrik Misool, muara Dokter dan muara Tepin di Distrik Samate.
Kabupaten Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan, maka memiliki wilayah daratan yang
relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah
perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai
memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai
berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih
perawan, pantai dalam dan hutan mangrove. Kemiringan lahan wilayah perencanaan
merupakan lahan dengan kemiringan antara 0% sampai dengan di atas 40%. Sebagian
wilayah berupa pegunungan daerah lereng-lereng yang curam seperti di Pulau Batanta,
Pulau Waigeo, dan Pulau Salawati. Daerah pegunungan ini dapat mencapai 100 – 300
meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian di bawah 100 meter dpl.
umumnya terdapat pada Pulau Salawati bagian selatan. Jika dilihat dari fisiografinya,
maka Kabupaten Raja Ampat bagian utara, yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau
Batanta didominasi oleh pegunungan. Sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau
Salawati cukup luas daerah datarnya. Untuk Pulau Misool walaupun sebagian besar
daerahnya pegunungan, tetapi pada bagian tengah pulau terdapat daerah yang datar.
Lebih rinci mengenai topografi Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten raja Ampat cukup besar, yaitu meliputi
minyak bumi, nikel, tembaga, emas dan perak. Minyak bumi terdapat di Pulau Yanggelo
dan minyak lepas pantai terdapat di sekitar Pulau Salawati. Untuk sumberdaya nikel dan
kobalt ditemukan di Pulau Gag, Pulau Manyaugia, Pulau Wayag, Pulau Waigeo (Teluk
Sampa dan Kabare). Sedangkan sumberdaya mineral berupa tembaga tersebar di Pulau
Salawati, Pulau Batanta, Pulau Manyaugia, Pulau Gag, Pulau Wayag, dan di Pulau
Waigeo bagian utara. Untuk sumberdaya mineral emas dan perak kandungan terbesar
terdapat di Pulau Salawati dan Pulau Batanta.
Pergerakan subduksi lempeng Samudera Indo-Australia yang menyusup lempeng Pasifik
menjadikan wilayah ini sebagai zona sumber gempabumi lajur penunjaman Indonesia
Timur. Besarnya intensitas atau tingginya tingkat kerusakan akibat gempabumi sangat
tergantung kepada jarak tempat tersebut terhadap sumber gempabumi dan kondisi
geologi setempat. Pulau-pulau yang digolongkan ke dalam kategori daerah dengan nilai
Intensitas Skala Modified Mercalli Intensity (MMI) V antara lain P. Waigeo, P. Gag, P.
Gam, P. Kawe dan sekitarnya, dan P. Misool dan sekitarnya, MMI VI - VII mencakup P.
Batanta, Kofiau dan sekitarnya.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-8


Gambar 1.2. Peta Topografi Wilayah Kabupaten Raja Ampat

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-9


Pengunaan lahan di Kabupaten Raja Ampat meliputi persawahan, pemukiman,
tegalan/ladang, perkebunan rakyat serta untuk kegiatan lainnya. Pengggunaan lahan di
beberapa pulau sebagian besar masih berupa hutan alami yang belum terjamah.
Beberapa pulau seperti Pulau Salawati, Pulau Saonek, Pulau Waigeo, Pulau Mansuar,
dan Pulau Misool telah berdiri bangunan permanen dan fasilitas umum (sekolah,
puskesmas, balai desa, kantor kecamatan). Lahan yang telah digunakan untuk
permukiman secara keseluruhan berada di dekat pantai.
Untuk beberapa lokasi status tanah masih merupakan tanah adat atau biasa disebut
tanah ulayat. Karena masih kuatnya sistem adat ini, maka setiap akan dilakukan
terjadinya perubahan peruntukan lahan pimpinan adat atau kepala suku setempat yang
mempunyai hak atas tanah dimaksud harus meminta persetujuannya terlebih dahulu.

1.3.2 Sumber Daya Kelautan


Kedalaman laut (batimetri) terdalam, yaitu lebih dari 200 m, terdapat di tengah-tengah laut
lepas antara pulau-pulau Waigeo, Kofiau dan Misool (Dishidros, 1992). Sedangkan laut
antara Pulau Misool dengan Salawati dan pulau-pulau sekitar memiliki kedalaman kurang
dari 200 m, sedangkan laut di sekitar Pulau Waigeo pada daerah teluk berkisar antara 3
hingga 55 m, dan di daerah tanjung yang bertebing kedalamannya dapat mencapai 118
m.
Wilayah pantai dan pesisir di Kabupaten Raja Ampat memiliki karakteristik yang beragam
seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang
yang sudah mulai terganggu sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan
hutan mangrove. Sebagai daerah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan relatif masih
alami, maka Kabupaten Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat
kaya akan berbagai jenis ikan dan moluska. Hasil penelitian LIPI dan lembaga lainnya
telah mengidentifikasi 450 jenis terumbu karang, 950 jenis ikan karang dan 600 jenis
moluska disekitar Pulau Batanta, Waigeo dan Pulau Gam.
Salah satu sumber daya kelautan yang dominan di wilayah perairan Kabupaten Raja
Ampat adalah perikanan. Banyak jenis ikan yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, yaitu diantaranya : Ikan Pelagis antara lain Tuna,
Cakalang, Kembung, Tongkol dan Tenggiri; Ikan Karang antara lain Ikan ekor Kuning,
Ikan Pisang Pisang, Ikan Napoleon, Ikan kakatua, Kerapu, Kakap, dan Baronang; dan
udang, kepiting dan Rajungan. Hutan Mangrove merupakan habitat yang sangat baik
bagi sumberdaya ikan sebagai daerah pemijahan, persemaian serta daerah mencari ikan
dari berbagai biota perairan seperti udang, ikan, kepiting dan kerang–kerangan baik yang
hidup diperairan pantai maupun yang dilepas pantai. Pemanfaatan hutan mangrove pada
waktu ini dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan dengan memanfaatkan hasil
kayu untuk bahan kontruksi, kayu bakar, serta bahan arang.
Terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat tersebar diseluruh Kepulauan Raja Ampat.
Terumbu Karang yang terbesar terdapat di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau,
Samate dan Misool Selatan. Terumbu karang di Pulau Ayau seluas 168.380 Ha,
Kepulauan Asia 125.750 Ha., Pulau Sayang 96.000 Ha., Pulau Aljui 25.750 Ha, Pulau

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-10


Kofiau 16.676 Ha, dan Pulau Sausapor 10.405 Ha. Sedangkan terumbu karang lainnya
seperti Pulau Matan, Pulau Senapan, dan Pulau Jefman luasnya dibawah 10.000 ha.
Komoditas andalan ekspor lainnnya adalah rumput laut dan mutiara di daerah ini sangat
menjanjikan, karena laut di daerah ini di kelilingi pulau-pulau kecil yang berpenghuni,
sehingga memudahkan dalam pengawasan dan pemantauan.
Potensi untuk wisata bahari yang memanfaatkan sumber daya perairan (banyaknya pulau
dan pantai termasuk terumbu karangnya) sangat berpotensi untuk dikembangan di
wilayah Kabupaten Raja Ampat ini. Bahkan keunggulan potensi ini dapat menjadikan
wilayah perencanaan sebagai obyek unggulan Indonesia untuk level internasional.

1.3.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat hasil sensus penduduk tahun 2010 berjumlah
42.471 jiwa, 53,38% adalah penduduk laki-laki dan sisanya 46,62 adalah perempuan.
Jumlah ini jika dibandingkan jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2009 telah mengalami
peningkatan sebesar 1,46% atau naik sejumlah 611 jiwa.
Pertumbuhan penduduk yang sangat signifikan dari tahun ke tahun adalah di Distrik
Waisai, hal ini karena adanya pembangunan besar-besaran Kota Waisai sebagai ibukota
kabupaten, pertumbuhan penduduk ini lebih karena imigrasi penduduk khususnya
pegawai pememerintah daerah, tenaga kerja sektor bangunan serta sektor pedagangan
dan jasa. Distribusi penduduk tersebar di kampung-kampung yang hampir semua
kampung berada di tepi pantai baik yang di pulau besar seperti P. Salawati, P. Batanta, P.
Waigeo maupun P. Misool maupun di pulau-pulau kecil seperti P. Saonek, P. Gag, P.
Deer, P. Fani dll. Jumlah penduduk tiap desa mayoritas masih dibawah satu ribu jiwa.
Luas wilayah Kabupaten Raja Ampat mencapai 6.084.500 Km2 sedangkan jumlah
penduduk hanya 42.471 jiwa, maka kepadatan penduduk baru 6,88 Jiwa/Km2. Secara
lengkap kepadatan penduduk menurut distrik dapt dilihat pada Tabel 1.2.
Di Kabupaten Raja Ampat terdapat 3 suku besar yaitu Suku Moi yang terdiri dari suku
Moi, Modik, Klaba dan Karon yang mendiami Pulau Salawati, Suku Biak yang terdiri dari
suku Biak, Nufor, dan Beser yang mendiami daerah Waigeo Selatan, Misool dan
sebagian Salawati; Suku Amer terdiri dari suku Amer, Fiawat, Kipil, Petrip, Mayo, Kawe,
dan Kaldarum yang mendiami Salawati, Misool, Waigeo Selatan dan Waigeo Utara. Tiap
Sukubangsa mempunyai lembaga adat istiadat dan budaya sendiri yang berbeda satu
sama lain. Ciri-ciri budaya masyarakat lokal tersebut antara lain :
 Hidupnya berkelompok dan berpencar berdasarkan sukunya serta bergantung
pada alam, sehingga hidupnya ada yang sering berpindah kecuali yang mengenal
budaya modern.
 Tali persaudaraan sesama suku yang sangat kuat.
 Menganut sistem keturunan garis ayah dan garis ibu.
 Mengenal kepercayaan magis.
 Memiliki tata cara adat.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-11


Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010
Kpdt
No Distrik Ibukota Distrik Luas (km2) Pddk (jiwa)
(jiwa/km2)
1 Waigeo Selatan Saonek 276.9 2728 9.9
2 Kota Waisai Waisai Pemekaran dari Distrik Waigeo Selatan
3 Waigeo Timur Urbanisopen 122.2 1708 14.0
4 Waigeo Barat Waisilip 1.264.6 1247 1.0
5 Waigeo Barat Kepulauan Manyaifun 711.3 2537 3.6
6 Waigeo Utara Kabare 120.1 2232 18.6
7 Supnin Rauki Pemekaran dari Distrik Waigeo Utara
8 Warwarbom Warwanai 46.7 1419 30.4
9 Teluk Mayalibit Warsamdim 207.4 1829 8.8
10 Tiplol Mayalibit Go Pemekaran dari Distrik Teluk Mayalibit
11 Meos Mansar Yenbekwan 169.7 2243 13.2
12 Kepulauan Ayau Dorehkar 256.8 2773 10.8
13 Ayau Abidon Pemekaran dari Distrik Kepulauan Ayau
14 Misool Waigama 318.7 2339 7.3
15 Misool Selatan Dabatan 469.1 2614 5.6
16 Misool Barat Lilinta 203.1 1111 5.5
17 Misool Timur Foley 403.1 1925 4.8
18 Kepulauan Sembilan Weijam Barat 123.9 2341 18.9
19 Kofiau Mikiran 640.0 2675 4.2
20 Salawati Utara Samate 405.5 3951 9.7
21 Salawati Tengah Kalobo Pemekaran dari Distrik Salawati Utara
22 Batanta Selatan Yenanas 345.4 5498 15.9
23 Batanta Utara Yensawai Timur Pemekaran dari Distrik Batanta Selatan
24 Salawati Barat Wayom Pemekaran dari Distrik Salawati Utara
Sumber :
 BPS,: Hasil Sensus Penduduk Th. 2010
 Perda No. 3 Th. 2006 tentang Pemekaran dan Perubahan Nama serta Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Distrik di Lingkungan Pemerintah Kab. Raja Ampat
 Perda No. 7 Th. 2008 tentang Pembentukan Distrik dan Kampung di Kab.Raja Ampat
 Perda No. 2 Th. 2010 tentang Pembentukan Distrik, Kelurahan, dan Kampung di Kabupaten
Raja Ampat

Adat istiadat suatu suku bangsa merupakan wujud dari nilai kebudayaannya, yang
merupakan suatu aturan atau tatacara yang mendasari tingkah laku. Adat istiadat yang
berkembang di Kabupaten Raja Ampat tergantung dari adat istiadat kesukuan yang ada
dikawasan tersebut. Adat istiadat yang memberatkan warga lainnya yaitu berhubungan
dengan adat istiadat untuk membayar mas kawin yang ditanggunga bersama oleh suatu
keluarga suku tertentu sehingga memberatkan bagi anggota keluarga lainnya.
Peran tokoh kepala suku mempunyai peran yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan untuk pembangunan di kawasan Raja Ampat. Kepala Suku atau tokoh adat
masyarakat lokal secara umum mempunyai wilayah adat sendiri-sendiri sehingga perlu
dilibatkan dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah. Karena tanpa
musyawarah akan sulit mendapatkan kesepakatan bersama.
Bahasa di Kabupaten Raja Ampat terdiri dari bahasa Ma,ya, Matbat, Biga, Butleh
(Fiawat), Laganyan, Wauyai, Kawe, dan Ambel. Bahasa yang paling banyak digunakan

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-12


oleh masyarakat Raja Ampat adalah bahasa Ma’ya dengan jumlah penutur asli sekitar
4.000 pada tahun 1981 dengan dialek Salawati, Misool dan Waigeo. Dialek Waigeo
sendiri terdiri dari dialek: Laganyan, Wauyai, Kawe. Sementara bahasa besar kedua
adalah bahasa Matbat dengan jumlah penutur asli antara 1000-1500 orang (th. 1981).
Bahasa ini terbagi dalam beberapa dialek yang tersebar pada wilayah sebagai berikut:
 West Misool Barat – dialek dari Desa Salafen dan Aduwey;
 Northeast Misool – dialek dari Desa Atkiri, Lenmalas, Polle dan Tomolol;
 Southeast Misool – dialek dari Desa Mage and Kapacol.

1.3.4 Perekonomian Wilayah


Perekonomian Kabupaten Raja Ampat tumbuh positif selama kurun waktu 2006 – 2009.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2000. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 yang terjadi pada
tahun 2009 adalah sebesar 2,75 persen. Angka tersebut meningkat sedikit dibandingkan
yang terjadi pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,23 persen di tahun 2008. Sektor
yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun 2009 adalah sektor
Pertanian dengan berkontribusi 1,24 persen dari total angka pertumbuhan 2,75 persen
tersebut. Sedangkan sektor berikutnya adalah sektor Jasa, dimana sektor ini berkontribusi
sebesar 0,64 persen dari total angka pertumbuhan tahun 2009. Adapun sektor Bangunan
merupakan sektor yang terbesar ketiga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi kabupaten
di tahun 2009.
Tabel 1.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Raja Ampat 2006 - 2009
Sektor 2006 2007 2008 2009
Pertanian 165,350.26 170,484.17 173,981.35 180,665.86
Pertambangan & Penggalian 304,697.29 305,155.25 307,860.46 308,303.51
Industri Pengolahan 970.27 1,034.83 1,080.94 1,154.32
Listrik, Gas & Air Bersih 131.81 139.44 162.60 201.06
Bangunan 11,911.79 14,200.68 15,398.35 18,103.70
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,505.88 10,427.85 12,195.74 13,375.69
Pengangkutan & Komunikasi 4,986.28 5,269.10 5,534.95 5,771.65
Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 519.78 535.15 745.71 811.85
Jasa 17,170.99 22,120.31 24,211.76 27,681.18
PDRB 515,244.35 529,366.78 541,171.86 556,068.82
Sumber: PDRB Kabupaten Raja Ampat, 2008

Perekonomian Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2009 di dominasi oleh sektor
Pertambangan dan Penggalian. Lebih dari 54 persen pendapatan regional kabupaten ini
diperoleh dari sektor tersebut. Berdasarkan data statistik dapat dilihat bahwa subsektor
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi merupakan subsektor yang memiliki kontribusi
tebesar terhadap pembentukan nilai tambah bruto kabupaten ini di tahun 2008.
Sektor selanjutnya yang juga berkontribusi besar adalah sektor Pertanian yang
menyumbang sebesar 31,2 persen dari total PDRB kabupaten. Tercatat bahwa subsektor

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-13


Perikanan merupakan subsektor yang berkontribusi terbesar terhadap sektor Pertanian
secara keseluruhan.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kabupaten Raja
Ampat merupakan perekonomian yang berbasiskan pada sektor primer. Sektor sekunder
dan sektor tersier belum menunjukkan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi
kabupaten.
Tabel 1.4
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Raja Ampat 2006 - 2009
Sektor 2006 2007 2008 2009

Pertanian 229,911.59 247,151.98 263,235.48 280,618.81


Pertambangan & Penggalian 435,574.20 462,891.96 484,124.11 487,464.25
Industri Pengolahan 1,358.72 1,513.15 1,713.11 1,872.44
Listrik, Gas & Air Bersih 303.97 352.75 408.90 492.97
Bangunan 16,659.35 21,444.06 28,251.03 35,749.15
Perdagangan, Hotel & Restoran 13,786.41 16,368.28 19,835.92 23,433.07
Pengangkutan & Komunikasi 6,390.82 7,035.94 7,629.79 8,068.79
Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 665.92 715.81 1,198.75 1,419.66
Jasa 27,803.24 38,719.50 49,470.08 57,591.36
PDRB 732,454.22 796,193.43 855,867.17 896,710.50
Sumber: PDRB Kabupaten Raja Ampat, 2009

Berikutnya adalah pembahasan mengenai pendapatan per kapita yang menjadi salah
satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.
Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian
merupakan sektor yang sangat dominan terhadap perekonomian Kabupaten Raja Ampat.
Oleh karena itu pembahasan berikut dilakukan dengan membedakan antara pendapatan
perkapita dengan kontribusi subsektor Migas dan tanpa kontribusi subsektor tersebut.
Nampak perbedaan yang sangat besar diantara kedua hal tersebut. Pendapatan per
kapita dengan menyertakan kontribusi subsektor Migas menjadikan pendapatan per
kapita kabupaten ini cukup tinggi. Sedangkan bila mencermati dengan mengeluarkan
kontribusi subsektor Migas maka pendapatan per kapita tersebut menjadi kurang dari
separuhnya. Namun yang cukup penting dalam pembahasan ini adalah kenyataan bahwa
pendapatan per kapita tersebut menunjukkan peningkatan selama kurun waktu 2006 –
2009.
Tabel 1.5
Pendapatan Per Kapita Kabupaten Raja Ampat 2006 - 2009
2006 2007 2008 2009

Jumlah Penduduk 39,087.00 40,654.00 41,170.00 41,860.00


PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 18,739,074.88 19,584,627.10 20,788,612.34 21,421,655.37
PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 (Rp) 13,181,987.62 13,021,271.71 13,144,810.78 12,248,013.97
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) Tanpa
Migas 7,627,367.16 8,236,556.55 9,070,974.01 9,820,739.08
PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 (Rp)
Tanpa Migas 5,411,562.67 5,543,231.66 5,697,661.16 5,949,467.31
Sumber: PDRB Kabupaten Raja Ampat, 2009

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-14


1.3.5 Transportasi
Sejak dibentuk sebagai kabupaten baru, Kabupaten Raja Ampat terus mengalami
pemekaran distrik. Dari sekitar 13 distrik yang ditetapkan pada tahun 2006, bertambah
menjadi 17 distrik tahun 2008 dan tahun 2010 dimekarkan kembali menjadi 24 distrik.
Pemekaran ini mau tidak mau akan membawa dampak pada perubahan rencana pola
jaringan transportasi yang diharapkan dapat mendukung pembentukan struktur ruang
yang direncanakan.
Tabel 1.6
Prasarana Transportasi
Pddk Kpdt Jl.
No Distrik Ibukota Distrik Bandara Dermaga
(jiwa) (jiwa/km2) Kab.
1 Waigeo Selatan Saonek 2728 9.9 0 0 1
2 Waisai Waisai 119,5 1 1
3 Waigeo Timur Urbanisopen 1708 14.0 0 0 0
4 Waigeo Barat Waisilip 1247 1.0 0 0 0
5 Waigeo Barat Manyaifun 2537 3.6 0 1 0
Kepulauan
6 Waigeo Utara Kabare 2232 18.6 0 1 1
7 Supnin Rauki
8 Warwarbom Warwanai 1419 30.4 0 0 0
9 Teluk Mayalibit Warsamdim 1829 8.8 0 0 0
10 Tiplol Mayalibit Go
11 Meos Mansar Yenbekwan 2243 13.2 0 0 0
12 Kepulauan Ayau Dorehkar 2773 10.8 0 1 0
13 Ayau Abidon
14 Misool Waigama 2339 7.3 0 1 1
15 Misool Selatan Dabatan 2614 5.6 0 0 0
16 Misool Barat Lilinta 1111 5.5 0 0 0
17 Misool Timur Foley 1925 4.8 0 0 1
18 Kepulauan Sembilan Weijam Barat 2341 18.9 0 0 0
19 Kofiau Mikiran 2675 4.2 0 0 1
20 Salawati Utara Samate 3951 9.7 0 1 1
21 Salawati Tengah Kalobo
22 Batanta Selatan Yenanas 5498 15.9 0 1 1
23 Batanta Utara Yensawai Timur
24 Salawati Barat Wayom
Sumber : Bappeda Kabupaten Raja Ampat, 2010

Sebagai kabupaten kepulauan, maka transportasi yang paling dominan adalah moda
angkutan laut, hanya dengan moda inilah biaya perpindahan atau pergerakan barang dan
manusia antar pulau dapat terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Sehingga peran
perhubungan laut demikian fital, oleh karena itu sarana pendukung untuk terjadinya
tranportasi laut yang memadai perlu disediakan oleh pemerintah sebagai sarana
percepatan pembangunan. Sarana dermaga yang hanya terdapat pada sejumlah distrik
sudah barang tentu dimasa yang akan datang sangat tidak memadai.
Dengan dibukanya Bandara Sorong daratan, maka pertumbuhan angkutan penumpang
(speedboat) dari Sorong - Waisai meningkat pesat. Hampir setiap hari ada kapal cepat
dari Sorong – Waisai, bahkan hari Jumat ada 2 kapal. Kapal yang melayani rute Sorong –
Waisal pp antara lain : Fajar Mulia, Bunda Maria, Marina Express (I dan II), Ave Maria,

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-15


Getsemani, Geovani. Selain itu, Pemkab Raja Ampat juga menyediakan KM Raja Ampat
yang keliling pulau-pulau yang telah dilayani dermaga. Kapal yang menghubungkan
dengan luar Kabupaten dan provinsi antara lain : KM Jatim yang menghubungkan
Kabare, Ayau, Waigeo, Waigeo Barat dengan Surabaya. Dengan Provinsi Maluku Utara
dihubungkan dengan KM Kieraha I dan II yang melewati Kabare dan Saonek.
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan
menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Hingga saat ini, jalan
yang dibangun di pulau-pulau yang tersebar di Raja Ampat masih sangat terbatas.
Ketergantungan pada transportasi air sangat tinggi karena jalan antar desa dalam satu
pulau kadang-kadang belum terbangun. Jalan yang dibangun pada umumnya merupakan
jalan akses dari dermaga pelabuhan ke perkampungan penduduk dan sebagagian besar
masih jalan tanah atau sirtu.
Sementara itu perhubungan udara dapat dilakukan melalui pelabuhan udara Jeffman
yang dapat didarati oleh pesawat jenis Fokker F-28, dengan panjang landasan 1.650 m
dan berlokasi di pulau Jeffman dan merupakan pelabuhan udara terbesar di daerah ini.
Dulunya, bandara ini melayani penerbangan nasional maupun regional dengan route
Sorong - Ambon - Ujung Pandang – Jakarta - Bandung; Sorong – Jayapura; Sorong-
Menado dlsb.nya. Setelah bandara Sorong daratan beroperasi, bandara ini diserahkan ke
AL sebagai bandara militer. Disamping bandar udara Jeffman terdapat pula bandar udara
kecil di Dorekar yang berada di pulau-pulau kecil perbatasan (di Kepulauan Ayau), dan di
Pulau Gag (bandara bekas tambang Nikel).

1.3.6 Prasarana Wilayah


Infrastuktur wilayah memegang peranan penting dalam proses pencapaian tujuan
pembangunan daerah. Ketersediaan infrastruktur akan mempermudah kegiatan dari
seluruh sektor untuk melakukan aktifitas dengan lebih efisien dan efektif. Saat ini
kebutuhan listrik dipasok dari 7 unit pembangkit listrik yang terdapat di Kalobo,Saonek,
Wagimana, Waisai dan Kabare. Untuk kapasitas terpasang saat ini adalah 172 KW
dengan kemampuan mesin 162 KW.
Untuk sarana telekomunikasi masih terbatas, yang pada tahun 2000 sambungan telepon
di Kabupaten Raja Ampat hanya terdapat di Distrik Samate sebanyak 361 SST.
Sedangkan untuk penyediaan kebutuhan air bersih di Kabupaten Raja Ampat saat ini
dipenuhi dari hasil penampungan air dan dari sumur selain dengan memanfaatkan
sumber air yang ada. Cara lain dalam pengadaan sumber air bersih dapat dilakukan
dengan pembuatan sumur artesis dan sumur pompa.
Saat ini saluran pembuangan air hujan masih berupa tanah terbuka mengikuti pola
jaringan jalan lingkungan perumahan dengan ukuran lebar 40 cm. Saluran pembuangan
air hujan ini kondisinya sangat buruk karena tidak terawat dan telah ditumbuhi oleh ilalang
sehingga tidak terlihat secara jelas arah aliran dari saluran hujan yang ada. Anak-anak

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-16


sungai yang ada merupakan saluran pembuangan air hujan yang bersifat sekunder yang
bermuara ke laut.
Air limbah yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat sebagian besar berasal dari limbah
rumah tangga. Sedangkan air limbah dari kegiatan lainnya seperti pasar dan industri
masih relatif kecil. Sampai saat ini sebagian besar air limbah yang dihasilkan langsung di
buang ke selokan atau sungai tanpa melalui instalasi pengolahan air limbah.
Pengelolaan sampah banyak dilakukan penduduk dengan cara membuat lubang
penampungan sampah atau dibakar. Sumber penghasil sampah berasal dari rumah
tangga (domestik), dan sampah non domestik dari pusat kegiatan perdagangan, fasilitas
pelayanan sosial, pelayanan umum dan perkantoran, serta sampah jalan atau kegiatan
industri.

1.3.7 Fasilitas Umum


Infrastruktur pendidikan sebagai penunjang kegiatan pendidikan yang penting bagi
pembangunan daerah perlu dicermati. Dari pendataan yang dilakukan oleh BPS pada
tahun 2008 tercatat bahwa terdapat 6 Taman Kanak-Kanak. Sekolah Dasar sebanyak 93
unit sekolah dan terdapat di setiap distrik. Jumlah murid aktif yang tercatat di tahun 2008
adalah sebanyak 8.169 murid. Seluruh distrik memiliki sekolah lanjutan untuk tingkat
pertama atau SLTP, kecuali di Distrik Misool Barat. Jumlah SLTP di seluruh kabupaten
adalah 21 unit dengan 1.680 murid dan 171 guru yang bertugas. Adapun untuk SLTA
tercatat sebanyak 7 unit yang terdapat di beberapa distrik yaitu Misool, Kofiau, Waigeo
Selatan, Waigeo Utara, Misool Selatan, Misool Barat dan Salawati Utara.
Di Kabupaten Raja Ampat terdapat 1 unit rumah sakit yang berlokasi di Distrik Waigeo
Selatan. Sedangkan fasilitas Puskesmas terdapat di hampir seluruh distrik kecuali Distrik
Kep. Sembilan dan Distrik Warwabomi. Di seluruh kabupaten terdapat 16 unit
Puskesmas. Adapun Puskesmas Pembantu terdapat 33 unit Puskesmas Pembantu.
Puskesmas Pembantu ini berlokasi di 14 distrik. Untuk Balai Pengobatan, hanya terdapat
1 unit di Distrik Misool. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di seluruh distrik telah
terdapat fasilitas kesehatan baik itu Puskesmas ataupun Puskesmas Pembantu.

1.4 ISU-ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN WILAYAH


Sehubungan dengan kondisi wilayah yang telah dibahas sebelumnya, terdapat isu
strategis Kabupaten Raja Ampat dalam duapuluh tahun mendatang (2011-2030) sebagai
berikut:
1) Kawasan Raja Ampat adalah kawasan yang memiliki fungsi dominan kawasan
konservasi. Fungsi ini dituangkan salah satunya dalam RTRWN 2005-2025 melalui
PP No 26 tahun 2007. Selain sebagai kawasan andalan nasional bidang lingkungan
hidup, kawasan Raja Ampat juga merupakan salah satu kawasan konservasi dunia
untuk keanekaragaman hayati dan kelautan. Kawasan Laut Kepulauan Raja Ampat
merupakan jantung dari keanekaragaman hayati laut, yang mengandung hampir
60% karang pembentuk terumbu di dunia (lebih dari 500 spesies yang telah
diidentifikasi) dan paling sedikit 1,074 jenis spesies ikan. Konservasi

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-17


keanakaragaman hayati laut di kawasan ini merupakan prioritas utama dan
kepentingan masyarakat dunia. Oleh karena itu pengembang wilayah Kabupaten
Raja Ampat tidak dapat terlepas dari peran dan fungsinya secara nasional dan
internasional tersebut.
2) Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah yang relatif tertinggal dibandingkan
wilayah lainnya. Hal ini terjadi karena wilayah ini merupakan hasil pemekaran
Kabupaten Sorong yang selama ini menempatkan wilayah Raja Ampat sebagai
kawasan konservasi. Beberapa indikasi ketertinggalan tersebut antara lain :
 Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
 Belum adanya transportasi laut yang bersifat reguler untuk menghubungan antar
pulau dan menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi serta layanan
masyarakat.
 Jumlah penduduk yang sedikit dan tersebar mengakibatkan sulitnya pelayanan
masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan.
 Sebagian besar penduduk masih melakukan kegiatan ekonomi secara subsistem
dan tergantung pada kekayaan alam yang ada.
3) Luasnya wilayah menjadi hambatan bagi pengawasan eksploitasi laut dan hutan
oleh pihak luar secara ilegal.
4) Kabupaten Raja Ampat ditetapkan menjadi Pemeritah Kabupaten otonom baru pada
tahun 2003 melalui undang-undang. Konsekuensi logis dari pengembangan daerah
otonom adalah semakin pesatnya pembangunan fisik di kawasan tersebut.
Damapak pembangunan fisik yang terjadi dikhawatirkan dapat mengakibatkan
menurunnya daya dukung lingkungan wilayah tersebut sekaligus mengganggu
ekosistem wilayah Raja Ampat. Oleh karena itu penataan ruang yang baik perlu
diterapkan di wilayah ini guna menghindari kerusakan lingkungan sekaligus dapat
mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah Kabupaten Raja
Ampat.
5) Pemanfaatan potensi kelautan yang saat ini perlu ditingkatkan mengarah pada
peningkatan nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh sektor–sektor yang berkaitan
dengan potensi tersebut, seperti sektor Perikanan dan juga sektor Industri
Pengolahan
6) Kualitas Sumber Daya Manusia yang perlu ditingkatkan untuk dapat berperan aktif
dalam proses pembangunan.
7) Potensi pariwisata bahari yang saat ini sudah dikenal di mancanegara perlu
ditingkatkan dengan memperhatikan daya dukung kawasan untuk mencegah
terjadinya degradasi lingkungan sebagai akibat kegiatan pariwisata.
8) Pelestarian lingkungan, khususnya terumbu karang yang menjadi basis
pengembangan pariwisata bahari. Pelestarian ini menjadi sangat penting karena
tidak saja berkaitan dengan masalah lingkungan itu sendiri, namun lebih dari itu
menjadi modal bagi pendapatan masyarakat yang berasal dari sektor pariwisata
bahari.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-18


9) Pengembangan kawasan perbatasan yang saat ini menjadi isu nasional mengingat
kabupaten ini berbatasan dengan negara lain.
10) Belum adanya keterpaduan sistem transportasi antara darat-sungai-udara yang
membentuk satu kesatuan pola sistem transportasi untuk menghubungkan seluruh
wilayah sehingga diperlukan membangun infrastruktur transportasi untuk
menunjang pengembangan sentra ekonomi di seluruh distrik.
11) Pendapatan daerah masih belum mampu mendukung pembiayaan pembangunan
sehingga perlu dibuka peluang investasi dengan mempermudah regulasi
penanaman modal.
12) Potensi pemanfaatan sumberdaya energi yang belum dapat belum mampu
mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat dan industri sehingga perlu dibangun
energi alternatif/listrik di seluruh distrik.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat I-19

Anda mungkin juga menyukai