Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Ny.

S
DENGAN DIAGNOSA DISPEPSIA
DI IGD RS. PRATAMA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gawat Darurat Dan
Manajemen Bencana

Dosen Pembimbing Linda Widyarani.,M.Kep

Disusun Oleh :

Grace Putri Pranoto 2720162902

III B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik


Keperawatan (PKK Keperawatan Gawat Darurat Dan Manajemen Bencana)
pada Ny. S dengan diagnosa Dispepsia di IGD RS. Pratama

Yogyakarta, Desember 2018

Praktikan

(Grace Putri Pranoto)

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Klinik Akademik

( ) (Linda Widyarani.,M.Kep)
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak
lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2007)
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari
kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian
atas, perih, mual, yang kadang - kadang disertai rasa panas di dada dan
perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak
mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).
Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, dkk (2008) dispepsia
merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.

2. Etiologi
Menurut Djojoningrat (2006), etiologi dispepsia terdiri dari:

a. Perubahan pola makan.


b. Pengaruh konsumsi obat-obatan.
c. Alkohol.
d. Nikotin.
e. Kafein.
f. Stress.
g. Adanya gangguan atau penyakit pada saluran cerna.
h. Gangguan motilitas.
i. Kuman Helicobacter Pylori.
j. Makanan yang merangsang peningkatan HCL (pedas dan asam).

3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yg tak teratur, obat-obatan yg tak jelas, zat-
zat seperti nikotin & alkohol serta adanya keadann kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi minus sehingga lambung mau kosong,
kekosongan lambung bisa membuat dampak erosi pada lambung
dampak gesekan antara dinding-dinding lambung, keadann demikian
bisa membuat dampak peningkatan produksi HCL yg mau merangsang
terjadinya keadann asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tak
adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi, 2012)
4. Pathway

(Djojoningrat, 2006)

5. Tanda dan Gejala


Dalam (Nurarif & Kusuma, 2013) tanda gejala dispepsia, yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

6. Pemeriksaan Penunjang
Dalam (Soedarto, 2007) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada
dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas,
dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional,
gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik
dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek
samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien
yang beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet
radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan
lambung pada 30 – 40 % kasus.
7. Komplikasi
Menurut Corwin (2008), komplikasi dispepsia diantaranya:
a. Perdarahan gastrointestinal
b. Stenosis pylorus
c. Perforasi

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan
yang dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia
meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-
kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas didada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari
lambung secara tiba-tiba).
Adapun proses pengkajian gawat darurat yaitu pengkajian primer.
A. Data subjektif
a) Keluhan utama : nyeri pada perut dan mengeluh mual muntah.
b) Keluhan penyakit saat ini : Mekanisme terjadinya.
c) Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau
riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan minum alcohol,
konsumsi medikasi anticoagulant atau agen antiplatelet,
adanya alergi, dan status imunisasi.
B. Data objektif
a) Airway
Perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilaso). Napas berbunyi stridor, ronki, mengi positif
(kemungkinan karena aspirasi).
b) Breathing
Auskultasi dada terdengar stridor/ronki/mengi.
RR > 24x/menit.
c) Circulation
Perubahan tekanan darah atau normal (hipotensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan
bradikardi disritmia).
d) Disability
Lemah/letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan
kasadaran bisa sampai koma.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iritasi pada
mukosa lambung).
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa
tidak enak setelah makan, anoreksia.
c. Risiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan
volume cairan aktif.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(NOC) (NIC)

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan dengan keperawatan selama…x24jam a. Lakukan pengkajian nyeri
agen cidera biologis klien dapat teratasi dengan secara komprehensif
(iritasi pada mukosa kriteria hasil: termasuk lokasi,
lambung). karakteristik, durasi
a. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi
mampu menggunakan tehnik b. Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk nonverbal dan
mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan) c. Gunakan teknik
b. Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui
menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri d. Kaji kultur yang
c. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon
(skala, intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) e. Evaluasi pengalaman
d. Menyatakan rasa nyaman nyeri masa lampau
setelah nyeri berkurang f. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau
g. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
m. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri

2. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


kebutuhan tubuh keperawatan selama …x24jam a. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan pasien mampu teratasi dengan makanan
rasa tidak enak kriteria hasil : b. Kolaborasi dengan ahli
setelah makan, gizi untuk menentukan
a. Adanya peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
anoreksia. badan sesuai dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
b. Berat badan ideal sesuai c. Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
c. Mampu mengidentifikasi d. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
d. Tidak ada tanda-tanda vitamin C
malnutrisi e. Berikan substansi gula
e. Menunjukkan peningkatan f. Yakinkan diet yang
fungsi pengecapan dan dimakan mengandung
menelan tinggi serat untuk
f. Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
berat badan yang berarti g. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
i. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
3. Risiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama …x24jam
dengan faktor resiko volume cairan adekuat dengan a. Pertahankan catatan
kehilangan volume kriteria hasil: intake dan output yang
cairan aktif. akurat
a. Mempertahankan urine b. Monitor status dehidrasi
output sesuai dengan usia (kelembaban membrane
dan BB, BJ urine normal, mukosa, nadi adekuat,
HT normal tekanan darah ortostatik)
b. Tekanan darah, nadi, suhu c. Monitor asupan
tubuh dalam batas normal makanan/ cairan dan
c. Tidak ada tanda- tanda hitung intake kalori
dehidrasi, elastisitas turgor harian
kulit baik, membrane d. Lakukan terapi IV
mukosa lembab, tidak ada e. Monitor status nutrisi
rasa haus yang berlebihan. f. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
g. Dorong masukan oral
h. Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
i. Anjurkan minum kurang
lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
j. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
k. Atur kemungkinan
transfuse
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan identifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24jam serta luruskan informasi
perubahan status ansietas klien/keluarga hilang yang dimiliki
kesehatannya dengan kriteria hasil: klien/keluarga mengenai
hipertermi
a. Klien/keluarga mau b. Berikan informasi pada
berpartisipasi dalam setiap klien/keluarga yang
tidakan yang dilakukan akurat tentang penyebab
b. Klien/keluarga hipertermi
mengungkapkan c. Validasi perasaan
penurunan cemas yang klien/keluarga dan
berhubungan dengan yakinkan klien/keluarga
hipertermi, proses penyakit bahwa kecemasan
merupakan respon yang
normal
d. Diskusikan dengan
klien/keluarga rencana
tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan
hipertermi dan keadaan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2008. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC

Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan medikal Bedah Sistem


Pencernaan.Yogyakarta. Goysen Publishing.

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015 – 2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai