Pengkajian Eliminasa
Pengkajian Eliminasa
Di susun oleh :
1. Dewi Fatmawati (200801474)
2. Ito Yuwono (200801488)
3. Noor Izza A (200801498)
4. Putri Hapsari (200801502)
5. Siti Nurul H (2008014....)
A. DEFINISI
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
dapat melalui urine atau bowel. (Tarwoto&Wartonah, 2006)
B. KLASIFIKASI ELIMINASI
1. Eliminasi Urine
a. Konsep dasar
BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung kencing.
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah
Suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara normal.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.
Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine kebladder.
Dalam bladder ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan
melalui uretra.
b. Refleks Miksi
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3). Saraf
sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral 2 sampai dengan
sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi
mengirimkan sinyal kepada otot kandung kemih (destrusor) untuk berkontraksi. Pada saat
destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah kontrol
kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat miksi otot
abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya tidak lebih
dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut urine residu.
c. Pola eliminasi urine normal
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja,
makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
d. Karakteristik urine normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome. Namun
demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya
menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obat tertentu seperti multivitamin dan
preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea
oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan memengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan status
kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau 150 sampai 600 ml
per sekali miksi.
e. Faktor – faktor yang memengaruhi eliminasi urine
1) Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat memengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut
volume bladder berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga
akan lebih sering.
2) Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.
3) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4) Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat berkemih
dengan menggunakan pot urine.
5) Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen, dan pelvis untuk
berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.
6) Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan
pembuangan dan ekskresi urine.
7) Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena banyak cairan
yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi
urine.
8) Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine akan
menurun.
9) Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan antihipertensi
menimbulkan retensi urine.
10) Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema lokal pada uretra,
spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
f. Etiologi
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK disebabkan oleh :
1) Obstruksi
2) Infeksi
3) Calculi
4) Pertumbuhan jaringan yang abnormal
5) Masalah sistemik
2) Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
(1) Definisi : kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.
(2) Kemungkinan berhubungan dengan :
(a) Gangguan neuromuskuler
(b) Spasme bladder
(c) Trauma pelvic
(d) Infeksi saluran kemih
(e) Trauma medulla spinalis
(3) Kemungkinan data yang ditemukan :
(a) Inkontinensia
(b) Keinginan berkemih yang segera
(c) Sering ke toilet
(d) Menghindari minum
(e) Spasme bladder
(f) Setiap berkemih kurang gizi dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
(4) Tujuan yang diharapkan :
(a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
(b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
(c) Klien berkemih dalam keadaan rileks
(5) Intervensi
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 Rasional : membantu mencegah
jam distensi atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan Rasional : meningkatkan kekuatan
kolaborasi dokter/fisioterapi otot ginjal dan fungsi bladder.
3. Kolaborasi dalam bladder training Rasional : menguatkan otot dasar
pelvis
4. Hindari faktor pencetus Rasional : mengurangi /
inkontinensia urine seperti cemas menghindari inkontinensia
Penyebab
Tindakan lainnya
b) Retensi urine
(1) Definisi : kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
(2) Kemungkinan berhubungan dengan :
(a) Obstruksi mekanik
(b) Pembesaran prostat
(c) Trauma
(d) Pembedahan
(e) Kehamilan
(3) Kemungkinan data yang ditemukan :
(a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine
(b) Distensi bladder
(c) Hipertropi prostat
(d) Kanker
(e) Infeksi saluran kemih
(f) Pembedahan besar abdomen
(4) Tujuan yang diharapkan :
(a) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam
(b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada
(5) Intervensi
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 Rasional : Menentukan masalah
jam
2. Ukur intake dan output cairan Rasional : memonitor
setiap 4 jam keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2.000 ml/hari Rasional : menjaga defisit cairan
dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 Rasional : mencegah nokturia
malam
5. Kaji dan monitor analisis urine Rasional : membantu memonitor
elektrolit dan berat badan keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan Rasional : meningkatkan fungsi
ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk Rasional : relaksasi pikiran dapat
berkemih meningkatkan kemampuan
berkemih.
8. Ajarkan teknik latihan dengan Rasional : menguatkan otot pelvis
kolaborasi dokter/fisioterapi
9. Kolaborasi dalam pemasangan Rasional : mengeluarkan urine
kateter
2. Eliminasi Bowel
a. Konsep Dasar
1) Anatomi dan Fisiologis
a) Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan
dilambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam
bentuk chyme didorong ke usus halus.
b) Saluran gastrointestinal bagian bawah
Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri
atas duodenum, jejenum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm.
Usus besar terdiri atas cecum, colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang
usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan
yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien
dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di
usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum normalnya diperlukan waktu 12 jam.
Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu haustral shuffing adalah gerakan
mencampur chyme untuk membantu absorpsi air, kontraksi haustral adalah gerakan untuk
mendorong materi cair dan semipadat sepanjang kolon, gerakan peristaltik adalah berupa
gelombang, gerakan maju ke anus.
2) Proses Defekasi
Defekasi adalah proses atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang
berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :
3) Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena
absorpsi cairan yang meningkat.
4) Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
5) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan
diare.
6) Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
7) Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air
besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8) Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
9) Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10) Anastesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat
menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.
11) Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, episiotomi
akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
12) Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik
untuk defekasi.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah.
2) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
3) Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
4) Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang
dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
5) Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
6) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7) Kegiatan yang spesifik.
8) Penggunaan medikasi : obat-obatan yang memengaruhi defekasi.
9) Stress : stress berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana
menerima.
10) Pembedahan/penyakit menetap.
b. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, tenderness.
Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemorroid, adanya
massa, tenderness.
c. Keadaan Feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Anuskopi
Proktosigmoidoskopi
Rontgen dengan kontras