OLEH
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang masalah
Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial kesejahteraan,
pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan (Tamher, 2009).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum
lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial,
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak ((Maryam,
2008).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Pranaka, 2010).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Sedangkan menurut UU No. 12 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia
diatas 60 tahun (Stanley, 2006).
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk
Proses Menua
Peningkatan radikal
bebas
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley, (2016) Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien
lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif dan perilaku sosial
pada lansia
1. Perubahan fisiologis
a. Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji:
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang
terpajan sinar matahari, pucat meskipun
tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan
perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi
berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada
ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam, & angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan, pendengaran
kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi papilla
ujung lateral lidah
leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & paru- Peningkatan diameter antero-posterior,
paru peningkatan rigitas dada, peningkatan RR
dengan penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan DJJ saat
vascular istirahat, nadi perifer mudah dipalpasi,
ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan mengendur
Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva, peristatik,
enzim digestif, konstppasi
Sist reproduksi wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus, atropi
vagina
pria Penurunan testosteron, jumlah sperma,
testis
Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,
penurunan kapasitas kandung kemih,
inkontenensia
wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
pria Sering berkemih & retensi urine.
Sist Penurunan masa & kekuatan otot,
muskoloskeletal demineralisasi tulang, pemendekan fosa
karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
rentang gerak
Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap stimulus
ganda, insomia, periode tidur singkat
b. Pengkajian status fungsional:
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz
adalah alat yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat
fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki
fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
c. Tingkat Kemandirian Lansia:
1) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi.
2) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tambahan.
3) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
4) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
5) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
6) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil.
2. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur
dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan
adaptif & fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari
10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh dan kemam[uan matematis.
C. Intervensi keperawatan
benar. tepat.
R/meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan klien tentang penyakit.
4. Informasikan diit yang tepat untuk klien.
R/ untuk membantu proses penyembuhan
dan menjaga status kesehatan agar tetap
optimal.
Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakukan NIC :
lebih dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan
Weight Management
b.d Intake yang berlebih selama 1x7 jam, Ketidak
terhadap kebutuhan seimbangan nutrisi lebih
1. Diskusikan bersama pasien mengenai
metabolism tubuh teratasi dengan kriteria
hubungan antara intake makanan, latihan,
hasil:
dan penurunan BB
R/ meningkatkan motivasi dan
a. Mengerti factor
pengetahuan klien.
yang meningkatkan
2. Diskusikan bersama pasien mengenai
berat badan
kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
b. Mengidentfifikasi
yang dapat mempengaruhi BB.
tingkah laku
R/ mengetahui faktor penyebab obesitas
dibawah kontrol
yang dialami klien
klien
3. Diskusikan bersama pasien mengenai
c. Memodifikasi diet
risiko yang berhubungan dengan BB
dalam waktu yang
berlebih dan penurunan BB
lama untuk
R/ meyakinkan pasien tentang pentingnya
mengontrol berat
BB ideal
badan
4. Perkirakan BB badan ideal pasien
d. Penurunan berat
R/ mengetahui target penurunan BB klien
badan 1-2
5. Beri pujian/reward saat pasien
pounds/mgg
beraktivitas/olahraga untuk menurunkan
e. Menggunakan
BB
energy untuk
R/ meningkatkan motivasi klien
aktivitas sehari hari
6. Anjurkan klien untuk melakukan olahraga
rutin
R/ membantu menurunkan BB klien
DAFTAR PUSTAKA
Maryam RS, ekasari, MF, dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Salemba medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stockslager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Tamher, s, noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Jakarta: salemba medika