Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULAN

GERONTIK PADA USIA LANJUT (LANSIA)

OLEH

ANDREI ROMARTHO PUNUF

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NURSE


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA, 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang masalah
Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial kesejahteraan,
pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan (Tamher, 2009).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum
lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial,
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak ((Maryam,
2008).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Pranaka, 2010).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Sedangkan menurut UU No. 12 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia
diatas 60 tahun (Stanley, 2006).
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk

B. Batasan atau Pembagian Lanjut Usia


Adapun beberapa pendapat mengenai pembagian atau batasan-batasan Lanjut Usia, yakni:
1. Menurut WHO, Lanjut Usia meliputi:
a. Middle Age : 45-59 tahun
b. Elderly : 60-70 tahun
c. Old : 75-90 tahun
d. Very Old : Di atas 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Perkembangan manusia dibagi
sebagai berikut:
a. Masa Bayi : 0-1 tahun
b. Masa Pra sekolah : 1-6 tahun
c. Masa Sekolah : 6-10 tahun
d. Masa Pubertas : 10-20 tahun
e. Masa Dewasa : 20-40 tahun
f. Masa Setengah Umur : 40-65 tahun
g. Masa Lanjut Usia : 65 tahun ke atas
3. Menurut UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1
Menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan Lanjut Usia setelah mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

C. Teori-teori Proses Menua


Adapun teori-teori menua, yaitu:
1. Teori-teori Biologis
a. Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Contohnya, mutasi daripada sel-sel kelamin.
b. Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi
dari produk sisa
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap: Radiasi, Penyakit dan Kekurangan Gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
2. Teori-teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas dan kegiatan:
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.
b. Kepribadian berlanjut
1) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.
c. Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
dengan individu lainnya.
D. Mitos-mitos Lansia dan Kenyataannya
Menurut Pranaka (2010):
1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataannya:
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit.
b. Depresi.
c. Kekhawatiran.
d. Paranoid.
e. Masalah psikotik
2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran
a. Pandangan bahwa Lanjut Usia pada umumnya:
b. Konservatif
c. Tidak kreatif
d. Menolak inovasi
e. Berorientasi ke masa silam
f. Merindukan masa lalu
g. Kembali ke masa anak-anak
h. Susah berubah
i. Keras kepala dan Cerewet
Kenyataannya: Tidak semua Lansia bersikap dan berpikir demikian.
3. Mitos Berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (Lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Kenyataannya:
a. Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan terhadap penyakit.
b. Tetapi banyak penyakit masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos Senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu dari
otak.
Kenyataannya: Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan
kerusakan bagian otak (banyak yang masih sehat dan segar)
5. Mitos Seksualitas
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lansia normal saja. Memang frekuensi
hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
6. Mitos Ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataannya: Tidak demikian, banyak Lansia yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktifitas mental dan material pada Lanjut Usia.

E. Penurunan-penurunan dari Sistem-sistem yang Terjadi pada Lansia


Penurunan-penurunan itu meliputi:
1. Sistem Persyarafan
a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
c. Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
2. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.
b. Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
3. Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
d. Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
d. Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
5. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.
d. O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.
e. CO2 pada arteri tidak berganti.
f. Kemampuan untuk batuk berkurang.
g. Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih
berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas
menurun.
6. Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi.
b. Indera pengecap menurun.
c. Oesophagus melebar.
d. Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorpsi melemah.
g. Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
7. Sistem Genito Urinaria
a. Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun
sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b. Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.
c. Pembesaran prostat.
d. Atrofi vulva.
e. Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun,
permukaannya menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali, terjadi perubahan-perubahan warna.
f. Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap
tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
8. Sistem Endokrin
a. Produksi hamper dari semua hormone menurun.
b. Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
c. Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate),
menurunnya daya pertukaran zat.
d. Menurunnya produksi aldosteron.
e. Menurunnya sekresi hormone kelamin: Progesteron, Estrogen, Testosteron.
9. Sistem Kulit
a. Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Kulit kapala dan rambut menipis, berwarna kelabu.
c. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
d. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
e. Kuku manjadi keras dan rapuh.
f. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
10. Sistem Muskuluskletal
a. Tulang kehilangan density dan makin rapuh.
b. Kifosis.
c. Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
d. Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.
e. Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
menjadi kram dan menjadi tremor.
F. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 sudah berkurang
estrogen) % hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-sel DNA


(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti: penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause), pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley, (2016) Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien
lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif dan perilaku sosial
pada lansia
1. Perubahan fisiologis
a. Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji:
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang
terpajan sinar matahari, pucat meskipun
tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan
perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi
berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada
ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam, & angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan, pendengaran
kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi papilla
ujung lateral lidah
leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & paru- Peningkatan diameter antero-posterior,
paru peningkatan rigitas dada, peningkatan RR
dengan penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan DJJ saat
vascular istirahat, nadi perifer mudah dipalpasi,
ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan mengendur
Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva, peristatik,
enzim digestif, konstppasi
Sist reproduksi wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus, atropi
vagina
pria Penurunan testosteron, jumlah sperma,
testis
Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,
penurunan kapasitas kandung kemih,
inkontenensia
wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
pria Sering berkemih & retensi urine.
Sist Penurunan masa & kekuatan otot,
muskoloskeletal demineralisasi tulang, pemendekan fosa
karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
rentang gerak
Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap stimulus
ganda, insomia, periode tidur singkat
b. Pengkajian status fungsional:
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz
adalah alat yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat
fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki
fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
c. Tingkat Kemandirian Lansia:
1) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi.
2) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tambahan.
3) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
4) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
5) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
6) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil.
2. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur
dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan
adaptif & fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari
10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh dan kemam[uan matematis.

b. MMSE (mini mental state exam)


Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi
adalaha 30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.
c. Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan
dengan depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk
menandakan intensitas gejala
3. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
a. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan
untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument
disesuaikan untuk digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih
intim dengan teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan
disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
b. Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak
adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor
lingkungan yang harus diperhatikan:
1) Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
2) Jalan bersih
3) Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
4) Alas kaki stabil dan anti slip
5) Kain anti licin atau keset
6) Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
B. Diagnosa keperawatan
1. Kurangpengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, kurang informasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang berlebih terhadap kebutuhan metabolisme tubuh

C. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa keperawatan TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL


KRITERIA HASIL
1. Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan NIC:
Kurangnya keinginan untuk pertemuan sebanyak 1x
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.
mencari informasi, kurang pengetahuan klien dapat
R/ mengetahui sejauh mana
informasi bertambah dengan KH:
pengetahuaqn klien tentang penyakit.

a. Klien menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

pemahaman tentang bagaimana hal ini berhubungan dengan

penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

prognosis dan tepat.

program pengobatan R/memberikan pemahaman kepada klien

b. Klien mampu bagaimana suatu penyakit bisa terjadi

melaksanakan dan organ apa yang terkait.

prosedur yang 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

dijelaskan secara muncul pada penyakit, dengan cara yang

benar. tepat.
R/meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan klien tentang penyakit.
4. Informasikan diit yang tepat untuk klien.
R/ untuk membantu proses penyembuhan
dan menjaga status kesehatan agar tetap
optimal.
Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakukan NIC :
lebih dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan
Weight Management
b.d Intake yang berlebih selama 1x7 jam, Ketidak
terhadap kebutuhan seimbangan nutrisi lebih
1. Diskusikan bersama pasien mengenai
metabolism tubuh teratasi dengan kriteria
hubungan antara intake makanan, latihan,
hasil:
dan penurunan BB
R/ meningkatkan motivasi dan
a. Mengerti factor
pengetahuan klien.
yang meningkatkan
2. Diskusikan bersama pasien mengenai
berat badan
kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
b. Mengidentfifikasi
yang dapat mempengaruhi BB.
tingkah laku
R/ mengetahui faktor penyebab obesitas
dibawah kontrol
yang dialami klien
klien
3. Diskusikan bersama pasien mengenai
c. Memodifikasi diet
risiko yang berhubungan dengan BB
dalam waktu yang
berlebih dan penurunan BB
lama untuk
R/ meyakinkan pasien tentang pentingnya
mengontrol berat
BB ideal
badan
4. Perkirakan BB badan ideal pasien
d. Penurunan berat
R/ mengetahui target penurunan BB klien
badan 1-2
5. Beri pujian/reward saat pasien
pounds/mgg
beraktivitas/olahraga untuk menurunkan
e. Menggunakan
BB
energy untuk
R/ meningkatkan motivasi klien
aktivitas sehari hari
6. Anjurkan klien untuk melakukan olahraga
rutin
R/ membantu menurunkan BB klien
DAFTAR PUSTAKA

Maryam RS, ekasari, MF, dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Salemba medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stockslager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Tamher, s, noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Jakarta: salemba medika

Anda mungkin juga menyukai