Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS

PENEMUAN KASUS DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KEMRANJEN II

Pembimbing Lapangan :
dr. Muhammad Amir Fuad

Disusun Oleh
Ghalia Yasmin
G4A018046

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019
2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………………………………..... 2

Daftar Isi………………………………………………………………....... 3

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..... 4
B. Tujuan Penulisan………………………………………………...... 6
C. Manfaat Penulisan……………………………………………........ 6
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi ....................……………………..... 7
B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar.....……………...... 11
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi ....................……………………............................ 19
B. Identifikasi Isu Strategis....................................................................22
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu………………………………………………….. 25
B. Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 29

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah (Riskesdas, 2013). Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan
derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di
negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya
angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih
dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di
dunia dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare. Kejadian Diare
dapat terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari semua kematian dan
5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan kecacatan. Faktor risiko untuk
diare akut bervariasi berdasarkan konteks dan memiliki implikasi penting
ununtuk mengurangi beban penyakit. Gejala yang paling berbahaya dari diare
infeksi adalah dehidrasi, yang merupakan penyebab langsung banyak diare
kematian, terutama pada bayi dan anak kecil (Hartati & Nurazila, 2018).
Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat
diare pada balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan
sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia tejadi pada
anak-anak dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak
dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya (WHO,
2017). Sedangkan pada profil kesehatan Indonesia menyebutkan tahun 2016
jumlah penderita diare semua umur yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak
3.176.079 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu menjadi
4.274.790 penderita atau 60,4% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.
Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk
(Kemenkes, 2018).
Berdasarkan pusat data dan informasi kesehatan Indonesia tahun 2018
cakupan pelayanan diare di Jawa Tengah sebesar 62,68% (Kemenkes, 2018).
Sedangkan berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2017
menunjukkan bahwa proporsi kasus diare yang ditangani di Jawa Tengah tahun

4
2017 sebesar 55,8%, menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2016 yaitu
68,9%. Hal ini menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu
ditingkatkan. Kasus yang ditemukan dan ditangani di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Berdasarkan
jenis kelamin, kasus terbanyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 58,6
persen, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan dengan
faktor risiko diare, yang penularannya melalui vekal oral, terutama
berhubungan dengan sarana air bersih, cara penyajian makanan dan PHBS.
Kasus diare yang ditangani tertinggi adalah Kota Magelang sebesar 175%,
Kota Tegal 158,9% dan Kendal 141,5%. Dengan persentase kasus diare yang
ditangani terendah adalah Wonogiri sebesar 5,2%. Sedangkan pada Kabupaten
Banyumas pada tahun 2017 penemuan kasus diare sebesar 13,4%, menurun
bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 85,7% (Dinkes Jateng, 2017).
Menurut laporan bulanan diare pergolongan umur Kabupaten
Banyumas, angka kejadian diare tertinggi terjadi pada usia >15 tahun
sebanyak 7.719 kasus (45,19%), pada umur 1-4 tahun sebanyak 4.639 kasus
(27,15%, pada umur 5-14 tahun sebanyak 3.170 kasus (18,55%), dan pada
umur <1 tahun sebanyak 1.553 kasus (9,09%) (Setyowati dan Setiyabudi,
2016). Salah satu program pokok Puskesmas yaitu program pemberantasan
penyakit menular (P2M) dimana diare merupakan salah satu Program P2M di
Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum
dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan adanya keterbatasan dan
hambatan baik di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program
pokok Puskesmas.
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Kemranjen II pada bulan
Januari hingga Desember 2018 angka kejadian diare didapatkan sebanyak 515
kasus. Angka kejadian diare tertinggi terjadi di Desa Grujugan sebanyak 144
kasus (27,9%), Desa Pageralang 94 kasus (18,2%), Desa Kebarongan 89 kasus
(17,2%), Desa Sirau 58 kasus (15,7%), Desa Sidamulya 55 kasus (10,6%),
Desa Nusamangir 37 kasus (7,1%), dan Desa Alasmalang 15 kasus (2,9%).
Permasalahan di Puskesmas Kemranjen II adalah belum tercapainya target
program P2M dalam penemuan penderita diare, tingkat pencapaian target

5
Puskesmas Kemranjen II tahun 2018 hanya 46,31%, sedangkan target tahun
2018 adalah 80%. Berdasarkan masalah diatas maka perlu dilakukan analisis
mengenai permasalahan dalam program penemuan penderita diare.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program pokok di
Puskesmas Kemranjen II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program dan cakupan program penemuan
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II
b. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program penemuan
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
penemuan penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat
terutama yang berhubungan dengan diare.
2. Manfaaat Praktis
a. Manfaat bagi puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya
bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M)
dalam melakukan evaluasi dalam kinerja program penemuan kasus
diare untuk perbaikan program guna mengoptimalkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
b. Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan
pemecahan permalahan kesehatan dalam 5 program esensial
Puskesmas Kemranjen II.

6
II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi


1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kemranjen terletak di bagian selatan Kabupaten
Banyumas dan dibatasi oleh Kecamatan Banyumas dan Kecamatan
Somagede disebelah utara, Kabupaten Cilacap disebelah selatan,
Kecamatan Sumpiuh di sebelah timur dan Kecamatan Kebasen di
sebelah barat. Kecamatan Kemranjen memiliki 15 desa, yaitu Desa
Alasmalang, Desa Grujugan, Desa Karanggintung, Desa Karangjati,
Desa Karangsalam, Desa Kebarongan, Desa Kecila, Desa
Kedungpring, Desa Nusamangir, Desa Pageralang, Desa Petar
angan, Desa Sibalung, Desa Sibrama, Desa Sidamulya dan Desa
Sirau.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kemranjen


Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Kemranjen yaitu
Puskesmas Kemranjen I dan Puskesmas Kemranjen II. Puskesmas
Kemranjen II merupakan puskesmas yang berada di Jalan Raya Buntu,
Desa Sidamulya, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
Puskesmas Kemranjen II memiliki luas wilayah kerja sekitar 249.8
km2, yang terdiri atas wilayah Desa Sirau (44.3 km2), Desa

7
Kebarongan (47.3 km2), Desa Grujungan (25.6 km2), Desa Sidamulya
(21.7 km2), Desa Pageralang (59.2 km2), Desa Alasmalang (30.2 km2)
dan Desa Nusamangir (21.5 km2). Batas wilayah Puskesmas
Kemranjen II sebelah utara adalah Desa Karangrau, Kecamatan
Banyumas; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mujur Lor,
Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap; sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Karangjati, Kecamatan Kemranjen; sedangkan sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Adisana, Kecamatan Kebasen.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Kemranjen
a. Pertumbuhan penduduk
Data dari Puskesmas Kemranjen II menunjukkan pada akhir
tahun 2018 di bulan Desember, jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas Kemranjen II adalah 41.176 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 21.025 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 20.151 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi
berada di Desa Pageralang yaitu sebesar 10.675 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk terendah berada di Desa Nusamangir yaitu
sebesar 3.085 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Kemranjen II
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur pada tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan


Kelompok Umur diWilayah Puskesmas Kemranjen IITahun 2018
Jumlah penduduk
Kelompok
No Laki-laki +
umur (tahun) Laki-laki Perempuan
perempuan
1 0-4 1.357 1.264 2.621
2 5-9 1.436 1.279 2.715
3 10-14 1.534 1.474 3.008
4 15-19 1.568 1.474 3.042
5 20-24 1.601 1.518 3.119
6 25-29 1.659 1.580 3.239
7 30-34 1.618 1.647 3.265
8 35-39 1.820 1.657 3.477

8
9 40-44 1.662 1.654 3.316
10 45-49 1.467 1.489 2.956
11 50-54 1.283 1.378 2.661
12 55-59 1.101 1.066 2.167
13 60-64 889 849 1.738
14 65-69 691 634 1.325
15 70-74 471 533 1.004
16 75+ 868 655 1.758
Jumlah 21.025 20.151 41.176
Sumber :Data Sekunder Puskesmas Kemranjen II Tahun 2018
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok
umur 35 – 39 tahun adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 3.477
jiwa.
c. Kepadatan penduduk
Penduduk diwilayah Puskesmas Kemranjen II adalah
bervariasi kepadatanya. Desa dengan jumlah penduduk terpadat
berada di Desa Alasmalang dengan tingkat kepadatan sebesar
50,66 jiwa setiap kilometer persegi, sedangkan wilayah dengan
tingkat kepadatan yang paling rendah berada di Desa Sirau yaitu
sebesar 29,71 jiwa setiap kilometer persegi.
d. Tingkat Pendidikan
Data tingkat pendidikan penduduk di wilayah Puskesmas
Kemranjen II menurut tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan tercatat pada tahun 2018 dapat diamati pada tabel
berikut :
Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kemranjen IIpada Tahun 2018

Jumlah
Pendidikan Laki- Laki-laki + Persentase
Perempuan
laki perempuan
Tanpa ijazah 2.591 2.462 5.053 15,62
SD/ MI 6.219 6.468 12.687 39,22
SMP/ MTs 3.266 3.153 6.419 19,84
SMA/ MA 2.273 1.958 4.231 13,08
SMK 1.136 895 2.031 6,28
D1/ D2 149 130 279 0,86

9
D3 143 144 287 0.89
D4/ S1 375 354 729 2,25
S2/ S3 24 11 35 0,11
Jumlah 16.176 15.575 31.751
Sumber :Data Sekunder Puskesmas Kemranjen II Tahun 2018

e. Tingkat Pekerjaan Penduduk


Data tingkat pekerjaan penduduk di wilayah Puskesmas
Kemranjen II tercatat pada tahun 2018 dapat diamati pada tabel
berikut:
Tabel 2.3 Tingkat Pekerjaan Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kemranjen II pada Tahun 2018

Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


Petani 18.951 47,19
PNS 6.035 15,03
TNI 566 1,41
Pedagang 7.128 17,75
Buruh 7.489 18,65
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2016

3. Sumber Pelayanan Kesehatan


a. Tempat Pelayanan Kesehatan
Puskesmas :1
Puskesmas Pembantu :1
PKD :7
BPM : 13
Posyandu Balita : 59
Posyandu Lansia : 33
RS Swasta :1
BP Swasta :1
Dokter Praktek Swasta :1
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kemranjen II
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Kemranjen II tahun
2018 didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut :
Dokter umum PNS/Kontrak : 3 orang

10
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan Puskesmas : 8 orang
Bidan Desa : 11 orang
Perawat PNS/Kontrak : 9 orang
Perawat Gigi : 1 orang
Petugas Laboratorium : 1 orang
TU dan Staf Administrasi : 7 orang
Petugas Farmasi : 2 orang
Petugas Gizi : 2 orang
Petugas Imunisasi/Bidan : 1 orang
Petugas Kesling/Promkes : 2 orang
Epidemiolog : 1 orang
Petugas Cleaning Service/Supir/Penjaga Malam : 4 orang

B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Angka Kematian (Mortalitas)
Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada
periode yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah Lahir Hidup
Jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II pada
tahun 2018 sebanyak 575 jiwa, dengan 309 jiwa berjenis kelamin
laki-laki dan 266 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah
kelahiran hidup sebanyak 556 jiwa, dan jumlah kelahiran mati
sebanyak 6 jiwa.
b. Angka Kematian Bayi
Data profil Puskesmas Kemranjen II menunjukkan angka kematian
bayi laki-laki dan perempuan sebesar 3 per 1000 kelahiran hidup,
yaitu berjumlah kasus kematian.
c. Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di Puskesmas
Kemranjen II adalah 0.
2. Angka Kesakitan
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate (non polio) < 15 tahun

11
Acute Flaccid Paralysis non polia merupakan kasus kelumpuhan
ekstremitas bawah yang tidak disebabkan oleh penyakit polio.
Jumlah kasus AFP (non polio) pada tahun 2018 adalah 1 kasus.
b. TB Paru
Jumlah perkiraan TB Paru kasus baru di Puskesmas Kemranjen II
pada tahun 2018 adalah 56 kasus dengan jumlah kasus TB Paru
yang ditemukan sebanyak 18 kasus. Hal ini menunjukkan angka
penemuan kasus TB paru BTA positif mencapai 32,14%. Angka
kesembuhan dan pengobatan lengkap pada kasus TB Paru sebesar
100%. Jumlah kasus TB Paru kasus lama sebanyak 0 kasus. Hal ini
menunjukkan penemuan kasus baru pasien TB paru di Puskesmas
Kemranjen II sudah berjalan dengan baik.
c. Pneumonia pada Balita
Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2018
sebanyak 143 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan
dan ditangani di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II adalah
sebanyak 17 kasus atau sebesar 11,88% dengan 12 kasus pada laki-
laki dan 5 kasus pada perempuan. Hal ini menunjukkan pencapaian
kasus pneumonia pada balita masih rendah dari target 100% dan
yang tercapai baru 11,88%.
d. Diare
Jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2018
sebanyak 515 kasus.
e. Demam Berdarah Dengue
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada tahun 2018.
Sebanyak 14 kasus ditemukan di Desa Kebarongan 2 kasus, SIrau
9 kasus, Sidamulya 1 kasus, Pageralang 2 kasus. Pasien DBD yang
ditangani sebanyak 14kasus yang berarti pencapaian pengobatan
pasien DBD mencapai 100%.
f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Data di Puskesmas Kemranjen II menunjukkan jumlah kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang

12
meliputi difteri, pertusis, tetanus neonatorum, campak, polio dan
hepatitis B sebanyak 0 kasus. Hal ini didukung pula dengan
pencapaian standar pelayanan minimal Puskesmas Kemranjen II
terhadap imunisasi sudah berjalan maksimal.
g. Hipertensi
Kasus penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen
II pada tahun 2018 sebanyak 673 kasus.
3. Upaya Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan puskesmas sebagai
pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat
diatasi. Kegiatan pokok Puskesmas biasa dikenal dengan istilah basic
six atau enam program pokok puskesmas yang meliputi: Promosi
Kesehatan (Promkes), Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan
Anak termasuk KB, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular, dan Pengobatan.
a. Promosi kesehatan
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas Kemranjen II
khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan adalah melalui
kegiatan-kegiatan berikut :

1) Penyuluhan PHBS
Upaya penyuluhan PHBS yang dilakukan oleh Puskesmas
Kemranjen II pada tahun 2018 meliputi rumah tangga, Jumlah
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di wilayah
kerja Puskesmas Kemranjen II sebanyak 8.700 rumah namun
yang dipantau hanya sebanyak 4.963 rumah yaitu dari cakupan
tatanan rumah tangga ber PHBS 57% dengan target 67%
Wilayah kerja PuskesmasKemranjen II mencakup 7 desa, yaitu
desa Kebarongan, desa Sirau, desa Grujuran, desa Sidamulya,
desa Pageralang, desa Alasmalang dan desa Nusamangir.

13
2) Bayi mendapat ASI eksklusif
Salah satu promosi kesehatan yang gencar dilakukan di
Puskesmas Kemranjen II adalah nasehat untuk memberikan
ASI ekslusif oleh ibu kepada bayinya. Berdasarkan data
Puskesmas Kemranjen II tahun 2016, target bayi yang
mendapat ASI ekslusif yaitu 80% cakupan dengan pencapaian
83.3%. Hal ini menunjukkan program sudah berjalan dengan
baik.
3) Mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber
masyarakat
Untuk mendorong terbentuknya upaya kesehatan yang
bersumber dari masyarakat, Puskesmas Kemranjen II
mencanangkan strata posyandu program pratama, madya,
purnama, dan mandiri. Keempat cakupan tersebut terlaksana
pada tahun 2018 dengan pencapaian 39 posyandu (65%) terdiri
dari target cakupan, 0 pratama 0%, 22 madya (36,07%), 38
purnama (62,30%), dan 1 mandiri (1,64%). Posyandu aktif
39 dengan porsentasi 65% yang menunjukan program belum
berjalan dengan baik.
4) Penyuluhan Napza
Berdasarkan dat Puskesmas Kemranjen II tahun 2018, salah
satu upaya promosi kesehatan yang dilakukan di wilayah
kerja puskesmas adalah melakukan upaya penyuluhan
Napza dengan sasaran iswa-siswi SD, SMP, SMA.
Cakupan program penyuluhan Napza di Puskesmas
Kemranjen II mencapai 100% cakupan 40 target
penyuluhan institusi pendidikan formal dengan pencapaian
100%. Hal ini menujukkan program sudah berjalan dengan
maksimal.

14
b. Kesehatan Lingkungan
Program – program yang dilakukan Puskesmas Kemranjen
II khususnya dalam bidang Kesehatan Lingkungan adalah melalui
kegiatan-kegiatan berikut :

i. Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga


Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas adalah
67,1% dari target sebesar 91%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa cakupan rumah sehat diwilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II belum memenuhi target
ii. Penyehatan air
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
jumlah keluarga dengan sanitasi air bersih adalah 50% dari
target sebesar 43%. Pencapaian tersebut dapat disimpulkan
sudah memenuhi target.
iii. Sanitasi makanan dan minuman
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
jumlah tempat pengelolaan makanan yang terdata di
Puskesmas Kemranjen II adalah sebanyak 45 tempat. Dari
pemeriksaan terhadap sanitasi makanan dan minuman pada
tahun 2018, didapatkan hasil sebesar 73,6% dari 45 tempat
makanan yang diperiksa. Target TPM tahun 2018 sebesar
67%, sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian TPM
pada tahun 2018 sudah memenuhi target.
iv. Sanitasi tempat umum
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian sanitasi tempat-tempat umum yang terdata di
Puskesmas Kemranjen II sebanyak 62,7% dengan target
72%. Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi pada wilayah
kerja Puskesmas Kemranjen II masih belum mencapai
target.

15
c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas
Kemranjen II tahun 2018 khususnya dalm bidang kesehatan
ibu dan anak termasuk KB adalah melalui kegiatan-
kegiatan berikut:

1) Ksehatan ibu
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun
2018, pelayanan kesehatan bagi ibu hamil sesuai
standart kunjungan lengkap mencapai 100% dari target
sbesar 100%. Pe;ayanan persalinan oleh tenaga
kesehatan sesuai standart mencapai 100% dari terget
sebesar 100%, pelayanan nifas lengkap (ibu dan
neonatus) sesuai standart (KN3) mencapai 94,3% dari
target 100%. Dari data yang dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan sudsah memenuhi target, sedangkan cakupan
pelayanan nifas lengkap belum memenuhi target.
2) Kesehatan bayi
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun
2018, capaian BBLR yang ditangani adalah 100%
dari target 100%. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan cakupan kesehatan bayi telah
memenuhi target.
3) Upaya kesehatan balita dan anak pra-sekolah
Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas
Kemranjen II dalam rangka meningkatkan
kesehatan balita dan anak pra-sekolah meliputi
pelayanan deteksi dini dan stimulasi dini tumbuh
kembang balita (kontak pertama), dan pelayanan
deteksi dan stimulasi dini tumbang anak pra-
sekolah. Berdarkan data Puskesmas Kemranjen II
tahun 2016, capaian pelayanan kesehatan bagi balita

16
(minimal 8 kali) adalah 100% dari target 100%
sedangkan capaian penjaringan kesehatan siswa SD
dan setingkat adalah 100% dari terget sebesar
100%. Dari data yang telah dipparkan, dapat
disimpulkan, bahwa target 2016 untuk pelayanan
kesehatan balita dan penjaringan kesehatan siswa
SD dan setingkat telah terpenuhi.
4) Pelayanan KB
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun
2018, capaian peserta akseptor KB aktif mencapai
74,3% dari terget sebesar 70%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa capaian akseptor KB aktif
di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II sudah
memenuhi target
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan umum upaya perbaikan gizi puskesmas adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap
keluarga di wilayah Puskesmas Kemranjen II untuk mencapai
Keluarga Sadar Gizi agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya melalui program:
1) Pemberian kapsul vitamin A
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian pemberian kapsul vitamin A mencapai 100% dari
target 100%. Hal ini menunjukkan target telah terpenuhi.
2) Pemberian tablet besi pada ibu hamil
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian pemberian tablet besi pada ibu hamil mencapai
97,98% dari target 99%. Hal ini menunjukkan target
belum terpenuhi.
3) Pemberian PMT pemulihan bayi gizi buruk pada gakin
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian pemberian PMT pemulihan bayi gizi buruk pada
gakin mencapai 100% dari target 100%. Hal ini
menunjukkan target telah terpenuhi.
4) Balita dibawah garis merah/KEP

17
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian balita dibawah garis merah/KEP mencapai 1,1%.
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Program-program yang dilakukan oleh Puskesmas
Kemranjen II khususnya dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular adalaah melalui kegiatan-
kegiatan berikut:
1) Pencegahan dan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Beradasarkan data dari programer Tuberkulosis Paru
Puskesmas Kemranjen II dapat diketahui bahwa pada tahun
2018, target penemuan TB paru 100% dengan capaian 33%.
Hal ini menunjukkan upaya puskesmas mengobati TB paru
belum berjalan dengan baik.
2) Pelayanan Imunisasi
Berdasarkan data puskesmas kemranjen II tahun 2018,
capaian desa / kelurahan universal child imunization (UCI)
sebanyak 100%. Capaian program imunisasi meilupti
imunisasi HB1 pada bayi <7 hari 99,28 % dengan target
100%. Capaian imunisasi BCG 98,75% dengan target
100%. Capaian imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-HIB3 pada
bayi 99% dengan target 100%. Capaian imunisasi Polio4
pada anak 98,61% dengan target 100%. Capaikan imunisasi
campak pada anak 95,83% dengan target 100%. Capaian
imunisasi dasar lengkap 93,5% dengan target >95%.
3) Diare
Berdasarkan data Puskesmas Kemranjen II tahun 2018,
capaian penemuan kasus dan penanganan diare 46,31%
dengan target 80%. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa program diare belum memenuhi target.
f. Pelayanan UKM Pengembangan
Program-proram yang dilakukan oleh Puskesmas
Kemranjen II khususnya dalamm bidang UKM Pengembangan
adalah melalui kegiatan-kegiatan berikut:
1) Kesehatan Jiwa
Terdapat masyarakat dengan gangguan jiwa yaitu sebanyak 54
penderita. Tidak terdapat penderita gangguan jiwa yang di pasung.
2) Kesehatan Lanjut Usia
Peningkatan jumlah kunjungan penyakit degeneratif usia
lanjut. Kunjungan lansia pada tahun 2014 sebanyak 7.560 orang.
Kunjungan lansia pada tahun 2015 sebanyak 8.067 orang dan tahun
2016 sebanyak 8.367 orang. Cukup tingginya permasalahan terkait
usia lanjut ini sehingga kesehatan usia lanjut masuk ke dalam 10
besar penyakit.

18
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Potensi
1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
Tenaga kesehatan merupakan kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas II Kemranjen sebanyak 53 orang dengan
rincian sebagai berikut :
1) Dokter umum PNS/Kontrak : 3 orang
2) Dokter Gigi : 1 orang
3) Bidan Puskesmas : 8 orang
4) Bidan Desa : 11 orang
5) Perawat Gigi : 1 orang
6) Perawat PNS/Kontrak : 9 orang
7) Petugas Laboratorium : 1 orang
8) TU dan Staf Administrasi : 7 orang
9) Petugas Farmasi : 2 orang
10) Petugas Gizi : 2 orang
11) Petugas Imunisasi/Bidan : 1 orang
12) Petugas Kesling/Promkes : 2 orang
13) Petugas Epidemiolog : 1 orang
14) Petugas C S/Supir/Penjaga : 4 orang

b. Money
Dana untuk operasional puskesmas diperoleh dari Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD), sedangkan untuk operasional
kegiatan tiap program diperoleh dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana
dari pemerintah melalui kementerian kesehatan dalam membantu
pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota melaksanakan
pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).

19
Sedangkan untuk dana P2M diare sendiri dana berasal dari dana
operasional puskesmas dan BOK.

c. Material
Puskemas II Kemranjen merupakan puskesmas dengan 1 Pustu, 7
PKD, 1 ruang bersalin, 4 ruang konsultasi, 13 BPM, 59 Posyandu Balita,
dan 33 Posyandu Lansia. Puskesmas II Kemanjen sudah dilengkapi
dengan fasilitas rawat inap, Ruang Gawat Darurat (RGD), 2 mobil
ambulans dan laboratorium yang cukup lengkap. Sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan pelayanan untuk Program P2M sudah
memadai, seperti akomodasi dan ruang untuk konsultasi mengenai diare.
d. Method
1) Tempat Kegiatan
Program P2M Diare di Puskesmas Kemranjen II meliputi
kegiatan yang dilakukan didalam puskesmas maupun diluar
puskesmas. Kegiatan di dalam Puskesmas seperti penemuan kasus
diare dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai pengobatan
umum Puskesmas atau pasien rawat inap. Kegiatan diluar
puskesmas meliputi pelaporan dari pustu, dan PKD. Penyuluhan
diare ke desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II dan
home visite untuk pendataan jamban sehat serta edukasi terhadap
pasien diare dan anggota keluarga.
2) Administrasi
Pendataan dilakukan oleh badan pelayanan di puskesmas,
pustu, bidan desa dan PKD kemudian diserahkan ke seorang
penanggung jawab kegiatan menggunakan buku catatan ditulis
tangan berisi identitas, usia, alamat ,dan hasil pemeriksaan,
kemudian data dimasukan ke dalam komputer.
3) Kegiatan
Konsultasi mengenai penyakit Diare meliputi tanda dan
gejala, penularan, serta pencegahan penularan. Dapat dikatakan
metode yang digunakan oleh Puskesmas Kemranjen II adalah
metode pasif, yaitu menunggu masyarakat datang ke penyedia

20
layanan kesehatan dengan keluhan kesehatan tertentu. Home visite
dijadwalkan 3 kali dalam sebulan untuk pendataan jamban sehat
yang bekerja sama dengan promosi kesehatan dan kesling serta
penyuluhan ke desa-desa biasanya dilakukan pasca terjadinya
kejadian luar biasa (KLB) diare.

e. Minute
Waktu pelaksanaan kegiatan tidak ada jadwal khusus yang
diterapkan. Bagian P2M hanya menunggu pasien yang datang kemudian
dijaring. Hal itu merupakan metode pasif karena hanya menunggu pasien
yang datang berobat ke puskesmas. Sedangkan untuk home visite
dilakukan setiap 3 kali dalam sebulan. Dan penyuluhan diare hanya
dilakukan pasca terjadinya KLB diare.
f. Market
Sasaran masyarakat pada program P2M diare adalah seluruh
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Arah sesuai dengan visi Puskesmas Kemranjen II, yaitu
“Pelayanan Kesehatan Dasar Paripurna Menuju Masyarakat Sehat
Mandiri”. Sementara misi Puskesmas Kemranjen II yaitu mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan kinerja
dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan profesionalisme
sumber daya manusia, meningkatkan kerjasama lintas program dan
linstas sektoral, serta meningkatkan tertib administrasi dan
keuangan.
b. Pengorganisasian (P2)
Penggalangan kerjasama dengan Lintas Program di
Puskesmas Kemranjen II bekerja sama dengan pemegang program
Gizi, Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program (P2)
Pasien yang memiliki gejala diare datang ke Puskesmas.
Pasien yang terdiagnosis diare didata oleh tenaga kesehatan terkait

21
kemudian data dilaporkan oleh tenaga kesehatan setiap 1 bulan
sekali ke pemegang program P2M diare di Puskesmas.
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
Pengawasan terhadap penemuan penderita diare dilakukan
oleh pemegang program P2M dan petugas promosi kesehatan .
3. Output
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian data dari bulan Januari
hingga Desember 2018, hanya 515 kasus (46,31%) angka cakupan
penemuan penderita diare. Target penemuan penyakit diare adalah 80%.
Target penemuan penyakit diare (n) didasarkan pada penghitungan
berikut :
270
n= 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝐼𝐼 𝐾𝑒𝑚𝑟𝑎𝑛𝑗𝑒𝑛
1000
270
= 1000 𝑥 41176 𝑥 10%

= 1112
Jumlah kasus diare Januari-Desember 2018 yang ditemukan
515
= 1112 𝑥 100% = 46,31%

4. Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya angka
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular khusunya diare di
Puskesmas Kemranjen II. Jumlah penemuan kasus penderita diare pada
tahun 2018 sebanyak 515 kasus dari tujuh desa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II.
B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis Strength, Weakness, Opportunity,
Threat)
1. Strength
Aspek kekuatan dan kelebihan yang menjadi titik tumpu
keberhasilan program kunjungan pasien diare dijabarkan sebagai berikut:
a. Input
1) Man

Puskesmas Kemranjen II memiliki 3 orang dokter umum, 9


perawat yang dapat melakukan deteksi dini atau mendiagnosa gejala

22
atau tanda diare di ruang pemeriksaan umum. Terdapat satu
pemegang program P2M diare yang memiliki kapabilitas dalam
bidang penemuan kasus diare.
2) Money
Terdapat alokasi dana yang bersumber dari BOK untuk
melakukan penyuluhan diare, home visite. Anggaran pada program
kunjungan pasien diare tidak menjadi masalah bagi
keberlangsungan program ini, dikarenakan prinsip ada atau tidak
adanya dana program kunjungan pasien diare tetap harus berjalan
optimal.
3) Material
Terdapat sarana transportasi yang memadai yaitu dua unit
mobil Puskesmas yang dapat digunakan untuk merujuk atau
menjaring pasien Diare.
4) Method
Kegiatan pendataan penemuan diare dilakukan di dalam
Puskesmas. Kegiatan di dalam Puskesmas seperti penemuan kasus
diare dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai pengobatan umum
Puskesmas dan dikoordinasikan dengan klinik sanitasi bagian
Promosi Kesehatan. Kegiatan ini bekerjasama dengan program
kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, P2M. Terdapat kegiatan
evaluasi program yang diikuti oleh kepala puskesmas, pemegang
Program Penemuan Penderita Diare, dokter, perawat, bidan dan
karyawan puskesmas.
5) Minute
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
penunjang keberhasilan kujungan pasien diare sudah mencukupi
yaitu konsultasi mengenai promosi kesehatan dibuka setiap hari
kerja. Waktu yang diperlukan untuk home visite dilakukan 3 kali
setiap bulan.

23
6) Market
Sasaran kegiatan program promosi kesehatan meliputi
seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen.
b. Proses
1) Pendataan yang telah dilakukan rutin setiap bulan oleh pemegang
program diare.
2) Adanya pemantauan dari kepala Puskesmas dalam bentuk rapat
koordinasi setiap bulan untuk melakukan monitoring dan evaluasi rutin.

2. Weakness
a. Informasi mengenai data kasus diare di masyarakat masih kurang lengkap
dimana kasus tidak semua terdata karena tidak semua pasien berobat di
puskesmas, pustu dan PKD.
b. Sistem pendataan penyakit diare masih dilakukan secara pasif, yaitu hanya
mengandalkan pasien yang datang ke balai pengobatan puskesmas.
C. Opportunity
Terdapat fasilitas kesehatan lain selain puskesmas kemranjen II di wilayah
kerja puskesmas kemranjen II. Seperti praktik dokter, praktik bidan desa dan
rumah sakit swasta.
D. Threat
a. Adanya praktik swasta (dokter) yang kurang optimal dalam pelaporan data
terkait temuan kejadian diare dikarenakan belum adanya kerjasama antara
puskesmas dengan praktik swasta.
b. Belum ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan tenaga
kesehatan dan kader desa terkait pencatatan penemuan penderita diare.

24
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
A. Pembahasan Isu Strategis
Berdasarkan surat keputusan dari Kepala Dinas Kabupaten Banyumas
Nomor : 440/21.B/2018 tentang Indikator Kinerja Puskesmas, target
penemuan kasus diare adalah 80%. Cakupan kunjungan pasien diare dari
bulan Januari-Desember 2018 adalah sebesar 46,31%. Berdasarkan hasil
analisis SWOT, dalam praktik program kunjungan pasien diare belum berjalan
dengan baik. Hal ini terlihat dari beberapa weakness dan threat yang
mempengaruhi terhadap pelaksanaan program.
Dari sisi strength, Penanggung jawab program ini sudah sangat baik
dalam menjalankan program ini. Programmer rutin mengambil data selain
dari puskesmas, juga mengambil data dari pustu, PKD dan bidan desa sebulan
sekali. Dan melaporkannya setiap sebulan sekali pada rapat koordinasi di
puskesmas Kemranjen II. Kekuatan lain yang dimiliki program ini adalah
home visite yang sudah dilakukan dengan bekerjasama dengan bidang promosi
kesehatan serta kesehatan lingkungan untuk pendataan jamban sehat dan
edukasi pada pasien serta anggota keluarganya.
Dari sisi opportunity, terdapat fasilitas kesehatan lain selain puskesmas
kemranjen II di wilayah kerja puskesmas kemranjen II. Seperti praktik dokter,
praktik bidan desa dan rumah sakit swasta.
Pembahasan selanjutnya dititikberatkan pada analisis weakness dan
threat karena baik weakness dan threat merupakan penyebab angka cakupan
kunjungan pasien diare tidak memenuhi target. Pendataan selama ini hanya
berupa jumlah kunjungan pasien diare yang datang ke fasilitas kesehatan.
Sedangkan threat atau kendala yang dihadapi dilapangan, salah
satunya karena belum terdapatnya kerjasama antara praktik swasta dalam
melaporkan temuan kejadian diare. Kerjasama yang belum optimal antara
masyarakat dengan kader desa terkait pencatatan yang mengakibatkan
penemuan penderita diare tidak mencapai target.

25
B. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Menjalin kerjasama dengan praktik swasta, memberikan lembar
persetujuan untuk melaporkan kasus diare setiap bulannya, memberikan
formulir pengisian data penyakit diare yang datang ke praktik swasta,
untuk selanjutnya formulir tersebut dilaporkan kepada petugas yang
memegang program P2M diare.
2. Kader atau petugas puskesmas menyebarkan selebaran atau leaflet
mengenai diare hingga komplikasinya saat ada pertemuan seperti di
Posyandu, rapat RT atau pertemuan rutin lainnya
3. Menjalin kerjasama dengan kader untuk melakukan pendataan di setiap
desanya dan dilaporkan setiap minggunya ke pemegang program.

26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian data dari bulan Januari hingga


Desember 2018, hanya 46,31% angka cakupan penemuan penderita diare.
Angka tersebut belum memenuhi target cakupan yaitu 80% pada tahun
2018. Dari semua kasus tersebut sudah ditangani oleh Puskesmas
Kemranjen II di wilayah masing-masing sesuai standar pelayanan.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut
antara lain:
a. Kurang optimalnya kerjasama lintas sektoral (Kepala Desa, kader desa)
dan Praktik swasta (dokter) dalam pelaporan kasus diare.
b. Belum terjalinnya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan
tenaga kesehatan dan kader desa, sehingga pencatatan penemuan
penderita diare tidak mencapai target.
3. Kekuatan yang dimiliki program P2M diare Puskesmas Kemranjen II
adalah:
a. Pemantauan dari pihak dinas kesehatan tentang pencegahan dan
pengendalian diare dan dukungan penuh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas.
b. Kesempatan seluas-luasnya kepada puskesmas untuk menyusun
program Penemuan dan Penanganan diare dalam bentuk pemberian
dana Bantuan Operasional Kesehatan.
c. Memiliki tenaga kesehatan yang loyal, keterampilan dan koordinasi
satu sama lain yang baik serta motivasi yang kuat.
d. Memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang cukup lengkap.
e. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik, tanggap, dan
terampil.
B. Saran
1. Puskesmas dapat bekerjasama dengan bidan dan kader kesehatan untuk
melakukan penemuan aktif kasus Diare sekaligus memberikan pelatihan-
pelatihan tambahan.

27
2. Melakukan kerjasama dengan kader untuk melakukan pendataan di setiap
desanya dan dilaporkan setiap minggunya ke pemegang program.
3. Meningkatkan kerjasama dengan praktik swasta.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2017. Semarang. Diakses di http://www.dinkesjateng.go.id.
Diakses pada 17 April 2019.
Hartati, Susi & Nurazila. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal
Endurance.

Kementerian Kesehatan Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017.


Jakarta: Kemenkes.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Laporan Nasional 2013.


Setyowati V dan Setiyabudi R. 2016. Penyediaan Air Bersih, Penggunaan Jamban
Keluarga, Pengelolaan Sampah, Sanitasi Makanan dan Kebiasaan Mencuci
Tangan Berpengaruh terhadap Kejadian Diare Umur 15-50 tahun.
Medisains Jurnal Ilmu Kesehatan. 14(2): 38-45.
Word Health Organization. 2017. Global Report of Diarhea.

Anda mungkin juga menyukai