1
2
3
BAB I
KATA SULIT
a. Vokal Fremitus
Getaran suara dari saluran nafas
b. SIK V LMCS
Spatium interkostalis ke-5 linea mid klavikularis sinistra
c. Timpani
Bunyi bernada lebih tinggi dari resonan pada pemeriksaan abdomen
d. Osteoblastik
Peningkatan jumlah sel pembentuk tulang
e. Fluid Level
Tinggi cairan pada sudut cavum pleura, bila tinggi ditemukan sudutnya tumpul
f. Sinus Kostofrenikus
Sudut pertemuan antara diafragma dengan costae
g. SGOT
Serum Glutamit Oksaloasetat Transaminase, paling banyak ditemukan di hati dan
digunakan untuk mencerna protein dalam tubuh
h. SGPT
Serum Glutamit Piruvat Transaminase, paling ditemukan di hati dan digunakan
untuk mencerna protein dalam tubuh
i. IVFD RL 20 tpm
Intra Vena Fluid Drip Ringet Lactat 20 tetes per menit
j. Hilus Prominen
Pembengkakan hilus (pintu masuk udara ke paru-paru)
k. Fibroinfiltrat
Pada foto rontgen terlihat bercak-bercak putih
l. Scar
Bekas luka
m. Bronkovaskuler
Corakan pembuluh darah pada paru-paru
n. Kavitas
4
Keadaan patologis dengan gambaran gas atau bentuk masa yang mengisi zona
konsolidasi paru
o. Osteolitik
Peningkatan jumlah sel destruksi tulang
p. Hemidiafragma
Setengah dari diafragma (setengah bagian)
5
BAB II
DAFTAR MASALAH
2.1 Mengapa pasien mengeluh batuk berdahak dengan dahak kental dan berbau
amis?
2.2 Mengapa dada bawah kanan pasien terasa nyeri dan tertusuk-tusuk?
2.3 Apakah ada kaitan antara riwayat merokok dan keluhan pasien? Bagaimana
mekanismenya?
2.4 Mengapa pasien mengeluhkan sesak napas yang tidak dipengaruhi cuaca dan
aktivitas?
2.5 Mengapa konjungtiva pasien anemis?
2.6 Mengapa pada pemeriksaan fisik, laboratorium, rontgen, dan penunjang
didapatkan hasil tersebut?
2.7 Mengapa pasien diberikan terapi tersebut?
6
BAB III
BRAINSTORMING
3.1 Mengapa pasien mengeluh batuk berdahak dengan dahak kental dan berbau
amis?
Karena ada mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran napas bawah. Maka,
terjadilah inflamasi yang memicu pembentukan granulasi. Lama kelamaan sel menjadi
nekrosis dan menyebabkan produksi sputum berlebih. Tubuh mengompensasi hal
tersebut melalui refleks batuk yang mengeluarkan dahak untuk membersihkan saluran
napas dari sputum
3.2 Mengapa dada bawah kanan pasien terasa nyeri dan tertusuk-tusuk?
Karena ada rangsangan pada nosiseptor yang menimbulkan persepsi nyeri
3.3 Apakah ada kaitan antara riwayat merokok dan keluhan pasien? Bagaimana
mekanismenya?
Masuknya asap rokok pada saluran napas memicu peningkatan produksi mucus
sehingga menurunkan pergerakan silia
3.4 Mengapa pasien mengeluhkan sesak napas yang tidak dipengaruhi cuaca dan
aktivitas?
Karena terjadi peningkatan produksi sputum yang menyebabkan terganggunya
proses difusi dan ventilasi (terutama proses ekspirasi)
3.5 Mengapa konjungtiva pasien anemis?
Dapat disebabkan oleh tiga penyebab, yaitu:
a. Akibat dari penurunan hemoglobin
b. Akibat penurunan kadar O2 sehingga tidak ada pengikatan heme dan oksigen
c. Bakteri yang menginfeksi bersifat hemolisis
3.6 Mengapa pada pemeriksaan fisik, laboratorium, rontgen, dan penunjang
didapatkan hasil tersebut?
a. Gerakan dinding dada tertinggal karena ada cairan yang menumpuk di salah satu
diafragma
b. Vokal fremitus turun karena terdapat cairan
c. Nyeri ketuk akibat perangsangan nosiseptor
3.7 Mengapa pasien diberikan terapi tersebut?
7
a. Oksigen 2 L diberikan karena pasien sesak napas dan diberikan dalam ukuran
normal karena melihat kondisi klinis pasien
b. IVFD RL 20 tpm sebenarnya tidak dibutuhkan karena pasien lebih butuh glukosa,
tapi penting untuk menjaga kadar elektrolit
c. Ciprofloksasin diberikan injeksi supaya cepat mengenai organ target
d. Ranitidin untuk mencegah efek samping berupa kenaikan asam lambung
8
BAB IV
PETA MASALAH
9
Laki2 usia 50 tahun
DDx : SUSPECT :
Tatalaksana :
Farmakologi :
10
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
5.1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan klasifikasi abses
paru
5.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi abses paru
5.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi abses paru
5.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor resiko abses paru
5.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi abses paru
5.6 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis abses paru
5.7 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang abses paru
5.8 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kriteria diagnosis abses paru
5.9 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding abses paru
5.10 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tatalaksana abses paru
5.11 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis abses paru
5.12 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi abses paru
5.13 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan abses paru
11
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan klasifikasi abses
paru
1. Definisi Abses Paru
Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisasi
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah atau pus dalam parenkim paru pada
satu lobus atau lebih
2. Klasifikasi Abses Paru
a. Klasifikasi berdasarkan klinis
1) Abses paru akut (gejala < 2 minggu)
2) Abses paru subakut (gejala 2 minggu- < 1 bulan)
3) Abses paru kronis (gejala > 1 bulan)
4) Abses paru primer (murni)
5) Abses paru sekunder (ada faktor komorbid seperti obstruksi saluran nafas,
neoplasma, imunosupresi, dan lain-lain)
b. Klasifikasi berdasarkan penyebaran
1) Bronkogenik (penyebaran melalui jalan nafas)
2) Hematogenik (penyebaran melalui darah)
c. Klasifikasi berdasarkan lokasi lesi (radiologis)
1) Upper zone
2) Middle zone
3) Lower zone
12
6.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi abses paru
Kuman atau bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi. 46% abses
paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri
anaerob dan aerob. Abses primer yaitu infeksi yang diakibatkan aspirasi atau
pneumonia yang terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder apabila
infeksi terjadi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti
obstruksi, bronkektasis dan gangguan imunitas.
Sekunder Aerob
Anaerob
13
Peptostreptococcus constellatus,
intermedius,
saccharolyticus
Veillonella sp., alkalenscenens
Bacteroides melaninogenicus, oralis, fragilis,
corrodens, distasonis, vulgatus, ruminicola,
asaccharolyticus
Fusobacterium necrophorum, nucleatum
Bifidobacterium sp.
Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara, yaitu aspirasi dan
hematogen.Yang paling sering ditemukan adalah abses paru bronkogenik akibat
aspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan anatomis, sumbatan bronkus
maupun tumor. Sedangkan abses paru melalui hematogen biasanya berhubungan
dengan infeksi
Burkholdaria pseudomallei
Obstruction (neoplasm, foreign
Pulmonary contusion
Fungi
Aspergillus spp, Mucoraceae,
Carcinoma
Histoplasma capsulatum,
Pneumocystis carinii, Coccidioides
14
immitis, Blastocystis hominis
Parasites
Entamoeba histolytical, Paragonimus
westermani, Stronglyoides
stercoralis (post-obstructive)
Empyema (with air-fluid level)
Septic embolism (endocarditis)
6.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor resiko abses paru
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan atau mendorong terjadinya abses
paru. Beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor terkait, diantaranya :
Faktor Predisposisi
1. Alkoholik (50%)
2. Ca Bronkogenik (25%)
3. Karies gigi (20%)
4. Miscellaneous (tidak teridentifikasi) 23,3%
5. Penyalahgunaan obat (cth : steroid) 3,3%
6. Epilepsi (6,6%)
15
Burns
Prematur
Leukimia
Hepatitis
Disgammaglobulinemia
Sindroma nefrotik
Penyakit granulomatosa kronik
Terapi steroid
Malnutrisi
Aspirasi berulang Defisiensi mental
Perubahan kesadaran
Disfagia
Penyakit dental
Yang lain {miscellaneous Fibrosis kistik
jarang) Misplaced central nervouse catheter
Defisiensi alpha-antitrypsin
Benda asing pada saluran pernafasan
Benda asing yang bersifat erosi di esofagus
16
Penyakit gingival
Infeksi faringeal Pouch
Infeksi trakeoesofagal Striktur
Fistula trakeoesofagal
6.6 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis abses paru
Pada kasus yang tipikal adalah gejala timbul 1 sampai 3 hari setelah aspirasi bahan
infeksius dengan malaise, demam, menggigil diikuti dengan batuk dan sering dengan
sakit dada. Bila tidak dlobati keadaan tambah buruk dengan nyeri pleural, sesak napas
dan sianosis. Pada hari ke 10 biasanya timbul batuk dengan nanah yang banyak berbau
busuk dan campur darah. Pada kasus yang tidak khas gejala seperti pneumonia dengan
batuk sputum purulen dan batuk darah berulang kali. Abses yang pecah ke dalam
kavum pleura menimbulkan nyeri pleural hebat, sesak napas dengan tanda - tanda
empiema atau piopneumotoraks.
Kuman yang paling sering menyebabkan pneumonia dengan abses paru adalah
stafilokokus aureus. Kuman lain yang dapat ditemukan antara lain haemofilus
influenza, klebsiella pneumonia dan pseudomonas aeruginosa.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penderita yanq sakit berat, anemis, toksik,
demam, sputum, purulent den busuk berwarna kecoklatan. Bila sputum diendapkan
tampak 3 lapis. busa, cairan dan bagian padat paling bawah. Pemeriksaan jasmani
paling sering dijumpai redup dangan suara napas bronkial, krepitasi dan “pleural
friction" di daerah abses.
Secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gejala predmoral :
a. Demam
b. Batuk (+)
18
c. Malaise
d. BB menurun
e. Sputum berbau busuk
2. Sianosis
3. Batuk berdarah
4. Anoreksia
19
c. Tanda-tanda konsolidasi : redup pada perkusi,suara bronchial dengan ronkhi
basah atau krepitasi di tempat abses, mungkin ditambah tanda-tanda efusi
pleura
d. Pemeriksaan Bakteriologis
1) Sputum
2) Kultur bakteri
3) Darah
4) Sekresi pernafasan rendah
5) Cairan empyema
3. Pemeriksaan Penunjang
a. CT scan thorax
b. Bronkoskopi
c. Sitologi sputum
d. Indikasi pemeriksaan dilakukan pada pasien yang tidak respon terhadap
antibiotik atau disertai dengan hemoptisis
e. Lung Ultrasound
f. Echocardiogram
6.8 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kriteria diagnosis abses paru
1. Anamnesis
Dari anamnesis ditemukan adanya faktor resiko pada pasien abses paru yaitu:
a. Predisposisi aspirasi
b. Riwayat cabut gigi
c. Imunosupresi
d. Penyakit kronis
e. Extra pulmonar sepsis
f. Pneumonia
Utamanya pasien mengeluh batuk disertai dahak yang bisa berbau busuk
ataupun amin dan biasanya dikeluarkan dalam jumlah yang cukup banyak
tergantung tingkat keparahan penyakit. Bisa juga disertai dengan sesak dan nyeri
dada.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri tekan lokal
b. Suara redup pada pemeriksaan perkusi
20
c. Suara ronkhi basah
d. Tanda-tanda efusi pleura
e. Pergerakan dinding dada tertinggal di tempat lesi
f. Fremitus vokal menghilang
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto x-ray thoraks dengan gambaran konsolidasi berwarna opaque dengan
kavitas dan air-fluid level. Dinding kavitas biasanya terbentuk tebal dan
berbentuk irreguler.
b. Tes darah lengkap biasanya menunjukkan hasil leukositosis dan anemia.
c. Kultur bakteri dari sputum untuk menentukan secara spesifik bakteri penyebab
abses.
6.9 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding abses paru
22
1. Menjaga kebersihan, terutama mulut
2. Membiasakan hidup sehat
3. Meminimalisasi kontak dekat dengan penderita penyakit pernapasan saat
kondisi tubuh lemah
4. Menghindari faktor risiko eksternal
23
BAB VII
PETA KONSEP
24
SOAP
Identitas
Nama :-
Usia : 50 tahun
Subjective
Riwayat peny. lain : dahak kental bau amis, nanah (-), darah (-)
nyeri dada kanan bawah setiap batuk, nyeri seperti ditusuk, tidak
menyebar.
Objective
Kesadaran : composmentis
Thoraks
25
Pulmo : Inspeksi: gerakan dada sebelah kanan tertinggal dari yang sebelah kiri.
Perkusi : Redup pada paru kanan, nyeri ketok paru kanan setinggi SIC V.
Auskultasi: vesikuler, suara napas melemah pada kanan bawah, ronkhi (-/-
), wheezing (-/-).
Perkusi : timpani.
Asessment
Planning
Pdx : Rontgen, cek darah lengkap, kultur bakteri sputum, cek elektrolit.
Ptx :
Oksigen 2L/menit
IVFD RL 20 tpm
26
Infus metronidazol 500mg/8 jam
PKIE :
Banyak istirahat
27
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Kuhadja, Ivan, et al. Lung abcess-etiology, diagnostic and treatment options. Annals of
Translational Medicine Journal. 2015;3(13):183. DOI: 10.3978/j.issn.2305-
5839.2015.07.08
Alsagaff,H., dkk. 2006. Abses Paru dalam Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru: Airlangga University
Press, Surabaya. Halaman 136-140
Stauffer, John L. Lung. Dalam: McPhee S, penyunting. Current Medical Diagnosis and
Treatment. Edisi ke-37. Stamford: Appleton &
28