Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan penduduk kota-kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun
akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang serius. Diantaranya,
timbulnya permukiman kumuh. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, kebutuhan
akan perumahan, penyediaan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat pula, baik melalui
peningkatan maupun pembangunan baru.
Kekurang siapan kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang tepat, dalam
mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan keragaman nampaknya menjadi
penyebab utama yang memicu timbulnya permasalahan permukiman. Pemenuhan akan kebutuhan
prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang
terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan oleh masyarakat sendiri maupun
pemerintah. Sehingga, daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai
menurun dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya permukiman kumuh
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi salah satu isu utama yang cukup
kompleks, baik dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan prasarananya. Determinan
Faktor dalam konteks penanganan kawasan permukiman kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh
kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam prosesnya kemudian berdampak pada kondisi
kawasan perkotaan secara umumdan di identifikasi akan memerlukan penanganan dari waktu ke waktu
secara berkelanjutan. Secara khusus dampak perkembangan permukiman kumuh perkotaan berimplikasi
terhadap paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan citra negatif
akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan dan
penghidupan warganya. Pada sisi yang lain khususnya terkait dengan tatanan sosial budaya masyarakat,
dan komunitas yang bermukim pada lingkungan permukiman kumuh, mengindikasikan bahwa secara
ekonomi termasuk kategori masyarakat ekonomi lemah dan berpenghasilan rendah, yang merekondisi
penyebab terjadinya degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik pada tingkat struktur sosial, sistem
sosial, dinamika sosial, pola kultural, konflik sosial dan fenomena urban crime.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 1
BAB 1
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman kumuh sudah
secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah terciptanya kota
bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun 2015 dan target nol
persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 3 (tiga) tahun dengan ragam
persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal dalam mengejar target kota bebas
kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta
Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data
kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta
pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Kabupaten Bantaeng adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang juga mengalami permasalahan
permukiman kumuh akibat rendahnya tingkat perekonomian, budaya masyarakat yang tidak peduli
terhadap lingkungan permukiman serta terbatasnya ketersediaan lahan untuk permukiman. Adapun
beberapa isu strategi permukiman kumuh di Kabupaten Bantaeng adalah sebagian besar sarana
infrastruktur pada sector limbah belum terkelolah dengan baik, hanya 69 % jumlah KK yang memiliki
jamban sehat, limbah rumah tangga (grey water) yang dihasilkan sebagian besar yaitu 65 % rumah
tangga tidak memiliki akses saluran septic tank, dimana masyarakat urban yang tinggal disepanjang
bantaran sungai lebih banyak membuang limbah cair rumah tangga mereka ke sungai. Hal ini dipicu oleh
adanya permasalahan ekonomi maupun tidak tersedianya lahan, jika permukiman kumuh ini tidak segera
dikendalikan maka akan memberikan dampak menjamurnya kantong-kantong permukiman kumuh yang
tidak teratur dan tidak terkendali, peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir, peningkatan
potensi kerawanan dan konflik social, penurunan tingkat kesehatan masyarakat dan penurunan kualitas
pelayanan prasarana dan sarana permukiman.
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng sesuai dengan SK. Bupati tahun 2014,
ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain Kecamatan Bantaeng, Pajukukang dan
Bisappu dengan total luasan 39.36 Ha. Kawasan kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng meliputi;
Kelurahan Pallantikang, Tappanjeng, Lamalaka, Letta, Bontosunggu, Bontorita, dan Desa Rappoa.
Melalui dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng yang kemudian dapat digunakan untuk mengatasi permasalah kumuh
yang ada hingga mecapai target 0% kumuh tahun 2019.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 2
BAB 1
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng, adalah sebagai berikut :
Melakukan identifikasi potensi dan akar permasalahan kawasan permukiman dalam penyajian
suatu profil kawasan yang mengacu kepada hasil penetapan SK Kabupaten Bantaeng terkait
kawasan permukiman kumuh.
Melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan melalui keterpaduan program semua sektor
ke-Cipta Karya-an yang di wadahi dalam Pokja PKP, sebagai acuan pelaksanaan penanganan
kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang bersifat menyeluruh, tuntas,
dan berkelanjutan (konsep delivery system).
Menyusun strategi penanganan kumuh secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi program dan
kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan nota kesepakatan
bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan bersama selama jangka waktu
berjalan.
Menyusun Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai bentuk perkuatan
kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dengan kelompok masyarakat (komunitas masyarakat
BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di
lingkungannya.
Menyusun Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) , berupa Rencana Aksi Penanganan Kawasan
Kumuh dan DED kegiatan tahun pertama, Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000,
Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan.
Tersedianya model penanganan (pilot projek) kawasan permukiman prioritas untuk kemudian
dimatangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi satu
kesatuan sistem perencanaan yang memiliki keterkaitan dengan SPPIP/RP2KP, RTRW, dan
RP3KP Kabupaten Bantaeng.
Merumuskan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan
permukiman, bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
lokal kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng dengan memperhatikan keserasian
dengan alam sekitarnya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 3
BAB 1
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai berikut:
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng, adalah sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 4
BAB 1
c. Tersedianya Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai bentuk perkuatan
kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan kelompok masyarakat (komunitas
masyarakat/BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di
lingkungannya.
d. Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) dengan kelengkapan Peta Perencanaan skala
1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan, serta DED
rencana penanganan kumuh kegiatan tahun pertama (1:200, 1:100, 1:50) untuk pelaksanaan tahun
2017.
e. Tersusunnya Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya peningkatan fungsi dan peningkatan
vitalitas kawasan permukiman, yang dilakukan bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
f. Tersusunnya program investasi pembangunan sesuai hasil dokumen RP2KP-KP yang telah disetujui
semua pihak yang terkait dan sebagai bagian upaya peningkatan kualitas ruang dengan menyertakan
masyarakat sebagai bagian integral dari upaya pembangunan kawasan permukiman.
g. Menata kawasan permukiman kumuh untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;
h. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan permukiman kumuh
berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng;
i. Tersedianya rencana aksi program penanganan yang bersifat strategis dan berdampak pada
penyelesaian pembangunan yang lebih luas, dan
j. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investasi
pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang dapat mendukung dan
mempercepat penanganan persoalan pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan di
Kabupaten Bantaeng.
Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaaan(RP2KP-KP) Kota Bantaeng dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 5
BAB 1
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 6
BAB 1
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 7
BAB 1
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 8
BAB 1
Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam penyusunan dokumen RP2KP-KP adalah wilayah
administratif Kota Bantaeng, yang terdiri dari 2 kecamatan. Ruang lingkup wilayah Kota Bantaeng ini
dipersempit wilayahnya mengacu kepada kategori wilayah kumuh berdasarkan SK Kumuh Bupati
tahun 2014 dan dokumen perencanaan RPJMD Kabupaten Bantaeng dengan masa perencanaan
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Wilayah yang termasuk dalam kategori wilayah kumuh pada kota Bantaeng terdapat pada 2
kecamatan yaitu kecamatan Bantaeng, dan kecamatan Bisappu dengan total 8 kelurahan.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 9
BAB 1
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah
mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampubertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Dalam hal
penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menyediakan rumah bagi
MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak
program pemerintah pusat. Untuk kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah
hanya pada kasus bencana provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
dampak program pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan
izin pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus bencana
kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program
pemerintah kabupaten/kota.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 10
BAB 1
UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahkan bahwa
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di
seluruh wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan
permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan
peraturan dan perundang-undangan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk
mengentaskan permukiman kumuh dengan target 0 % kumuh hingga tahun 2019, sebagaimana
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target 0% kumuh ini sudah dimulai
sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta
Karya melalui penyusunan Road Map penanganan kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang
dilaksanakan secara koordinatif dengan kementerian/ lembaga terkait serta dengan pemerintah
daerah di seluruh Indonesia.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 11
BAB 1
12
BAB 1
Kedudukan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP)
dalam dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Bantaeng, sebagai berikut :
1. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) adalah
produk Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
3. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) akan
bersinergi dengan produk perencanaan, baik skala kota maupun skala kawasan
4. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) menjadi
acuan perencanaan penanganan perumahan dan permukiman kumuh perkotaan bagi seluruh
pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng.
2. Sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman
kumuh perkotaan yang tersebar pada beberapa dokumen perencanaan lainnya; dan
3. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman kumuh perkotaan.
Untuk mewujudkan rencana pembangunan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng yang
terencana, meyeluruh, terpadu dan berkelanjutan, oleh karena itu dokumen RP2KP-KP yang disusun
harus sesuai dengan RTRW Kabupaten Bantaeng. Mengacu pada amanah UU No. 26 Tahun 2007
tentang penataan ruang nasional. RTRW Kabupaten Bantaeng merupakan acuan spasial dalam
perumusan kebijakan pokok, arah pemanfaatan ruang dan sinergitasnya terhadap penyusunan rencana
aksi penanganan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng. Dalam hal ini zona permukiman
akan menjadi dasar penentuan strategi permukiman dalam lahan yang legal dan illegal. Hasil acuan
spasial tersebut menjadi arah pelaksanaan lintas sektor di Kota Bantaeng khususnya pembangunan
sarana dan prasarana perkotaan.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 13
BAB 1
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memahami substansi Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng, penyajian dokumen ini dibagi
kedalam substansi pembahasan, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini menyajikan materi mengenai Latar Belakang Penyusunan RP2KP-KP Kota
Bantaeng, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan, Ruang Lingkup Kegiatan, Kedudukan RP2KP-KP
Kota Bantaeng Dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bantaeng.
Bagian ini menyajikan materi mengenai Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan
Kabupaten Bantaeng, Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Bantaeng,
Kebijakan Penanganan Pembangunan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Bantaeng.
Bagian ini menyajikan materi mengenai Sebaran dan Gambaran Umum Kawasan-Kawasan
Kumuh Perkotaan Kota Bantaeng, Profil Kawasan Permukiman Kumuh, Kriteria Dan Indikator
Penilaian Penentuan Klasifikasi Dan Skala Prioritas Penanganan, Perumusan Kebutuhan
Penanganan dan Pola Kontribusi Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan.
Bagian ini meyajikan materi mengenai Konsep Dan Strategi Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Dalam Skala Kota, Konsep Dan Strategi Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kawasan danStrategi Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai Dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh
Dalam Skala Kota
Bagian ini meyajikan materi mengenai Program Dan Kegiatan Penanganan Kumuh Terkait
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman, Program Penanganan Kawasan
Pembangunan Tahap 1, Rencana Aksi Dan Memorandum Program Pencegahan Dan
Peningkatan Permukiman Kumuh Skala Kota Dan Skala Kawasan dan Rencana Aksi
Masyarakat (CAP) Dan Prioritas Kebutuhan
Bahagian ini meyajikan materi mengenai Rencana Pembangunan Kawasan Prioritas Tahap 1,
Konsep Desain Di Kawasan Penanganan Permukiman Tahap 1 dan Rencana Teknis (Detail
Engineering Desain)Kawasan Prioritas.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 14
BAB 2
BAB II
KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
Kabupaten Bantaeng merupakan wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak dibagian
tengah memanjang dari utara ke selatan pada pesisir barat. Pembentukan Provinsi Sulawesi Selatan
memberikan peluang besar tehadap Kabupaten Bantaeng untuk mengembangkan wilayahnya,selain itu
kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang
Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan peluang
bagi Kabupaten Bantaeng untuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pembangunan yang
bertumpu pada kemampuan prakarsa, inisiatif, dan kreativitas masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan segenap potensi sumberdaya pembangunan yang tersedia.
1. Visi Pembangunan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun 2013-2018, Visi
Pembangunan Kabupaten Bantaeng yaitu :
“Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi dibagian selatan Sulawesi Selatan Tahun 2018”
Visi ini merupakan penjabaran dari visi pembangunan jangka panjang Sulsel yang tercantum pada RPJPD
sulsel 2008-2028, yaitu “Wilayah Terkemuka Di Indonesia Melalui Pendekatan Kemandirian Lokal Yang
Bernafaskan Keagamaan” Serta Visi Pembangunan RPJMD Sulsel 2008-2014 : “Sulawesi Selatan Sebagai
Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Kesejahteraan Masyarakat” Dalam mewujudkan
Visi tersebut, ditetapkan misi sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 15
BAB 2
Kawasan permukiman dibagi atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan permukiman
perkotaan. Rencana pengembangan kawasan pemukiman baik perdesaan dan perkotaan adalah
berdasarkan standar kecukupan dan kelayakan ruang, dimana satu keluarga menempati satu unit
rumah.
Permukiman perkotaan diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun di ibukota kecamatan
terutama pada pusat-pusat wilayah pengembangan
Pengarahan pemanfaatan ruang perkotaan ditinjau agar struktur ruang linier di setiap ibukota
kecamatan diubah menjadi struktur ruang konsentris yang lebih terpadu dan kompak
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 16
BAB 2
Secara bertahap agar dilakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan ibukota kecamatan
untuk ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat wilayah pengembangan, yang mempunyai
perkembangan perkotaan yang pesat.
Peningkatan sarana dan prasarana permukiman, terutama sarana sosial, air bersih, drainase,
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi.
Istilah yang lazim dipergunakan dalam pedoman penyusunan RP2KPKP mengacu pada pengertian
sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
beserta segenap peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang
dimaksud dengan :
a. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan,penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan
dan perbaikan,pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat.
b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
c. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
d. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu
satuan permukiman.
e. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunianyang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
f. Penyelenggaraan perumahan dan kawasanpermukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peranmasyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 17
BAB 2
g. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
h. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
i. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.
j. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
k. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
l. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri.
m. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
n. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat
hunian.
o. Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta
prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan lingkungan
hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.
p. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah yang fisiknya
serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan
perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan bagian dari kawasan siap
bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
q. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yangtelah dipersiapkan untuk rumah sesuai
dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, rencana rinci tata ruang,
serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
r. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah
untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas
lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat.
s. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran pendapatan
dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau sumber dana lain yang
dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
t. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap pengeluaran
yang akan diterima kembali untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
baik yang berasal dari dana masyarakat, tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 18
BAB 2
u. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu
untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
v. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
w. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
x. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnyadisingkat MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.
Beberapa istilah lain yang juga sering dipergunakan, masih memerlukan redefinisi kembali dan kajian
ilmiah, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penafsiran, antara lain :
a. Dipergunakannya perumahan dan permukiman dalam satu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan. Artinya perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan pengertian yang
memberikan gambaran suatu ruang kegiatan berkehidupan dan penghidupan, dengan fungsi
utama sebagai tempat tinggal/bermukim.
Bina Sosial atau Bina Manusia, pada dasarnya merupakan suatu proses yang diupayakan
untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya manusia,
sehingga mereka mampu menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya akan rumah layak
dalam lingkungan sehat dan lestari.
Bina Lingkungan yang diharapkan dapat mendorong terbentuknya lingkungan perumahan dan
permukiman untuk mendukung berkembangnya kegiatan usaha produktif.
Bina Usaha, yaitu upaya yang dapat mendorong terjadinya proses berkembangnya usaha
produktif dalam kawasan perumahan dan permukiman.
c. Rumah layak dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan sebagai suatu
kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial,
budaya, ekonomi dan kualitas teknis, yang dikelola secara benar terus menerus, dengan
mempertimbangkan dan memperhatikan sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air
dan usaha konservasi sumberdaya alam, pengelolaan dan pemanfaatannya. Secara umum
berdasarkan prinsif dasar perumahan dan permukiman terdapat 3 kategori layak, sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 19
BAB 2
Layak huni terkait dengan pencapaian persyaratan fisik, kesehatan dan kesusilaan, sebagai
kelompok manusia berbudaya.
Layak usaha, terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang kondusif bagi
berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi dan
Layak berkembang terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang mendukung
terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat (prospektif dan produktivitas).
d. Rencana Tata Ruang Wilayah (termasuk penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan
udara, penatagunaan sumberdaya alam lainnya serta penataan bangunan) harus secara jelas
menetapkan fungsi dan pemanfaatannya, sehingga :
Golongan fakir, yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok lainnya.
Golongan miskin produktif, yang mempunyai penghasilan tetap tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
f. Jaringan primer prasarana lingkungan, yaitu jaringan dasar yang memenuhi kebutuhan dasar
suatu lingkungan perumahan dan permukiman mencakup 3 kepentingan:
Kawasan Perdesaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 20
BAB 2
Kawasan Perkotaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan Permukiman, yaitu sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pengembangan
permukiman, didominasi tempat hunian, dilengkapi dengan prasarana dan sarana, serta
tempat kerja yang memberikan layanan dan kesempatan kerja untuk mendukung
penghidupan, perikehidupan sehingga fungsi kawasan dapat berdaya dan berhasil guna.
Secara umum, isu strategis pembangunan permukiman perkotaan antara lain sebagai berikut:
Isu strategis dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan sesungguhnya tidak
terlepas dari dinamika yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat, dan kondisi kebijakan
pemerintah di dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman perkotaan yang ada, sebagai
berikut :
Isu kesenjangan pelayanan muncul karena terbatasnya peluang untuk memperoleh pelayanan dan
kesempatan berperan di bidang perumahan dan permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat
miskin dan berpendapatan rendah. Di samping itu juga dapat dikarenakan adanya konflik
kepentingan akibat implementasi kebijakan yang relatif masih belum sepenuhnya dapat memberikan
perhatian dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karenanya ke
depan perlu dikembangkan instrumen penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan yang
lebih berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan sosial;
peningkatan dan pengembangan kapasitas profesional di bidang perumahan dan permukiman
perkotaan baik bagi aparat pemerintah Kota Bantaeng maupun bagi pelaku pembangunan
permukiman lainnya; dan pengembangan fungsi, sistem dan jejaring informasi serta diseminasi
mengenai hidup bermukim yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya yang bermukim di
kawasan perkotaan.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 21
BAB 2
2. Isu Lingkungan
Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman perkotaan umumnya muncul karena
dipicu oleh tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan
teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan
memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman yang ada, dan masih rendahnya kualitas
permukiman baik secara fungsional, lingkungan, maupun visual wujud lingkungan, merupakan isu
utama bagi upaya menciptakan lingkungan permukiman perkotaan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan. Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya
secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman yang berbasis
indeks pembangunan berkelanjutan.
Isu manajemen pembangunan muncul umumnya karena dipengaruhi oleh keterbatasan kinerja tata
pemerintahan di seluruh tingkatan, sehingga berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan
yang telah ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman,
dan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan. Disamping itu terjadinya proses marjinalisasi
sektor lokal oleh sektor nasional dan global juga berdampak potensial terhadap meningkatnya
kemiskinan serta tersisihnya komunitas informal setempat berikut terbatasnya peluang usaha.
Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat juga merupakan tantangan bagi pemerintah, baik nasional
maupun lokal, untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih merata, termasuk dalam upaya pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman khususnya di kawasan perkotaan. Dengan demikian,
pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman harus memungkinkan berkembangnya
prakarsa masyarakat melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan
membangun perumahan dan permukiman oleh komunitas harus direspon secara lebih tepat oleh
pemerintah di dalam kerangka tata pemerintahan yang baik, sehingga kebutuhan akan identitas lokal
masih tetap dapat terjaga di dalam kerangka pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih
menyeluruh.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 22
BAB 2
Kebijakan pembangunan permukiman perkotaan Kota Bantaeng yang tertuang didalam RPJPD, RPJMD,
RTRW dan Kebijakan Sektoral terkait pembangunan permukiman Kota Bantaeng , antara lain :
Kebijakan dalam RPJPD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng
terdapat didalam misi pembangunan daerah, yakni : Misi ke 2;
Berdasarkan capaian pembangunan pada tahapan sebelumnya, sebagai tahapan kedua dalam rangka
mencapai visi jangka panjang daerah difokuskan pada upaya optimalisasi penyediaan fasilitas
pelayanan untuk pemenuhan hak-hak dasar masyarakat diharapkan semakin membaik, yang antara
lain mewujud dalam bentuk peningkatan standar pelayanan minimal untuk kesehatan dan
pendidikan, termasuk untuk perumahan, sanitasi dan air bersih.
Penataan ruang wilayah yang sesuai dengan peruntukannyaakan mempererat keterkaitan spasial
antar desa dan antar kawasan (daerah sekitar Bantaeng). Di samping itu, prasarana dan sarana
transportasi dimaksud akan membuat jangkauan pelayan an sosial-ekonomi menjadi semakin besar
dan merata, The New Bantaeng terus dikembangkan untuk meningkatkan perannya sebagai pusat
pelayanan jasa sosial ekonomi, mencakup pula sebagai kawasan hunian, perdagangan, pelabuhan
dan wisata bahari (pusat pertumbuhan ekonomi).
Kebijakan dalam RPJMD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng
terdapat didalamprogram prioritas, yakni; Peningkatan Jaringan Perdagangan, Industri dan
Pariwisata berupa Meningkatnya kapasitas jalan dan jembatan.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 23
BAB 2
Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berijin, harus segera mengurus perijinan.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini, tapi telah mempunyai ijin dapat tetap dipertahankan
asal tidak ada perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan ada perubahan fisik bangunan, harus mengacu
pada aturan ini.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan tidak mempunyai ijin dapat diterbitkan dengan
pencabutan ijin, pembongkaran bangunan, perlengkapan perijinan, denda atau kurungan
Pengembangan jaringan air bersih/minum dan jaringan irigasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk,
kebutuhan irigasi pertanian, dan areal tambak.
Penelitian potensi sumberdaya air untuk keperluan pertanian, perikanan dan keperluan air minum,
untuk mendukung peningkatan produksi.
Pengembangan prasarana jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan potensi pertanian.
Pengadaan prasarana telekomunikasi untuk meningkatkan interaksi antar wilayah.
Pembangunan dan pengembangan jasa pos dan telekomunikasi untuk mendukung proses
pembangunan, baik untuk kepentingan pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat pada
umumnya
Sesuai hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan, kawasan potensil untuk dikembangkan
sebagai kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bantaeng sebagai barikut :
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayanan 1 (PP1) berlokasi
di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bisappu dan Kecamatan Pa’jukukang;
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayan 2 (PP2) berlokasi di
Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Gantarang Keke;
Pengembangan kawasan permukiman biasa atau perdesaan berlokasi di Kecamatan Ulu Ere,
Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Sinoa;
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 24
BAB 2
H. Kebijakan SSK
Dalam menentukan tahapan pengembangan air limbah domestik maka, dilakukan analisis penentuan
zona dan sistem sanitasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi di masing-masing kawasan.
Adapun faktor yang menjadi indikator permasalahan dalam penentuan zona dan sistem sanitasi sub
sektor air limbah yaitu : jumlah penduduk dan luas wilayah, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan (Center of Business Development/), kondisi fisik wilayah
serta resiko kesehatan lingkungan.
merupakan kawasan dengan klasifikasi wilayah peri urban dengan tingkat kepadatan penduduk > 100
org/ha. Adapun wilayah yang dalam pengembangannya dapat diterapkan pengelolaan limbah
domestik sistem off-site medium berada di wilayah perkotaan yaitu sebagian berada di Kecamatan
Bissapu (kelurahan Bonto Lebang, Bonto Sunggu dan Bonto Rita) serta di Kecamatan Bantaeng
(Kelurahan Tappanjeng, Pallantikang, Letta dan Kelurahan Mallillingi) yang memiliki penduduk yang
cukup padat. Sistem ini dikembangkan di jangka menengah ke jangka panjang
Dalam menentukan tahapan pengembangan persampahan ada 2 faktor yang menjadi indicator yaitu :
tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan
kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya
yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 25
BAB 2
merupakan area dengan tingkat kepadatan penduduk > 100 org/ha (peri urban) dengan meliputi
daerah perkotaan yaitu : Kecamatan Bissappu (kelurahan Bonto Lebang dan Bonto Rita) serta di
Kecamatan Bantaeng (Kelurahan Teppanjeng, Pallantikang, Letta dan Mallilingi). Sistem ini
dilaksanakan dalam jangka pendek/mendesak untuk dilaksanakan dengan meningkatkan cakupan
pelayanan pengangkutan sampah dari 2 (dua) kecamatan tetap menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu
Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Bantaeng cuma jumlah kelurahan yang ditambah.
Dalam pengembangan sub sektor drainase lingkungan memerlukan analisis yang tepat. Ada 5 (Lima)
indikator yang menjadi acuan dalam menentukan zona dan sistem sanitasi yang tepat agar
pengembangan sistem drainase untuk jangka pendek, menengah dan panjang dapat berjalan efektif
dan berkelanjutan. 5 (lima) indikator tersebut yaitu : kepadatan penduduk, tata guna lahan (kawasan
CBD/komersil atau permukiman), daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan, serta
tingkat resiko kesehatan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka sistem sanitasi pengembangan drainase lingkungan
terbagi menjadi 2 (dua) klasifikasi wilayah yaitu rural area (kepadatan < 25 org/ha) dan peri urban
area (kepadatan 25-100 org/ha) yang dibagi dalam 2 (dua) zona sistem sanitasi yaitu :
Zona I dan II
merupakan area komersil dan padat penduduk (peri urban) serta resiko kesahatan lingkungan cukup
tinggi. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam zona ini harus ditangani dalam jangka pendek atau
harus segera dilakukan untuk mengatasi genangan. Zona ini mencakup wilayah perkotaan yang
meliputi : Kecamatan Bissappu (Kel. Bonto Lebang) serta di Kecamatan Bantaeng yaitu (Kel.
Teppanjeng, Letta dan Mallillingi).
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 26
BAB 3
BAB III
PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA BANTAENG
Kota Bantaeng merupakan wilayah yang terletak disepanjang pantai yang terdiri dari 2 kecamatan yaitu
Kecamatan Bantaeng, dan Bisappu, Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kota Bantaeng
berada pada koordinat 50 21’ 13”– 50 35’26” Lintang Selatan dan 1990 51”42”– 1200 05’27” Bujur Timur.
Luas Wilayah Kota Bantaeng 12.73 Km2, terdiri luas daratan 250,85 Km2
Kota Bantaeng terdiri dari 8 wilayah kelurahan diantaranya yaitu Kelurahan Lamalaka, Lembang, Malilingi,
Letta, Pallantikang, Tappanjeng yang berada di wilayah Kecamatan Bantaeng, dan Kelurahan Bonto
Sungguh, Kelurahan Bontorita berada di wilayah Kecamatan Bisappu, dengan mempunyai batas sebagai
berikut:
Wilayah Kota Bantaeng pada umumnya memiliki topografi dan kelerengan berada pada ketinggian 0-10
meter dari permukaan air laut. Bentuk permukaan datar hal tersebut dapat terlihat dari kemiringan lereng
dengan kisaran 0–2%. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam menetapkan dan
mengalokasikan berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan.
Sumberdaya air di Kota Bantaeng secara konvensional dapat dikelompokkan sebagai air permukaan dan
air tanah. Sumber air tanah umumnya berasal dari air tanah dangkal dengan kedalaman antara 5-10
meter, atau sumur dalam hasil pengeboran dengan kedalaman antara 15-40 meter.
Sebagian besar daerah Kota Bantaeng merupakan bagian dari wilayah datar, pantai, perbukitan dan
pegunungan. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdiri dari jenis tanah alluvial, gromosol,
latosol, regosol, andosil dan mediteran. Penyebaran jenis tanah tersebut terdapat diseluruh wilayah
Kabupaten Bantaeng.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 27
BAB 3
Letak geografis Kota Bantaeng yang strategis memiliki alam dua dimensi, yakni lembah dataran dan
pesisir pantai. Dengan dua musim dan perubahan iklim setiap tahunnya yang dikenal di daerah ini dengan
nama musim Barat antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim Timur antara bulan April
sampai bulan September.
Iklim di Kota Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan
71,8 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 64 hari. Musim hujan dengan angin Barat jatuh pada bulan
Oktober sampai Maret, sedangkan musim hujan dengan angin Timur jatuh pada bulan April sampai
september. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan untuk sektor pertanian.
Pemanfaatan lahan di Kabupaten Bantaeng terdiri dari perumahan dan permukiman, sawah, tegal/kebun,
padang rumput, tambak, tanah yang sementara tidak diusahakan, hutan dan berbagai pemanfaatan
lainnya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 28
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 29
BAB 3
JUMLAH 39,36
Sumber : SK Bupati Tahun 2014
C. Sebaran Kawasan Kumuh, Peta Deliniasi Kumuh, Lokasi Beserta Luasannya Kota
Bantaeng Hasil Verifikasi
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 30
BAB 3
1. Bantaeng Jambua 6
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 31
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 32
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 33
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 34
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 35
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 36
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 37
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 38
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 39
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 40
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 41
BAB 3
Definisi permukiman kumuh mengacu kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, yaitu: “Permukiman kumuh merupakan permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.” Dengan penjabaran sebagai berikut:
a) Ketidakteraturan Bangunan :
Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur
Tidak adanya Garis Sempadan Bangunan (GSB) atau GSB yang tidak teratur.
Orientasi bangunan tidak tertib atau tidak ada pola tata letak bangunan.
Struktur pembentuk lingkungan yang tidak teratur (tidak berpola) dan pola pemanfaatan ruang
dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola jalan serta infrastruktur.
Ketidakteraturan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisik binaan di kawasan
tersebut.
b) Kepadatan Bangunan yang tinggi:
Menunjukkan banyaknya bangunan (jumlah) bangunan dalam suatu luas lahan tertentu =
bangunan/ha.
Kesesuaian koefisien dasar bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh setiap daerah (berbeda untuk kelas kota yang ditinjau).
Berpengaruh terhadap nilai kepadatan penduduk per satuan luas.
c) Penurunan Kualitas Bangunan dan Sarana Prasarana :
PenurunanKualitas Bangunan ditandai dengan kondisi teknis yang tidak aman, tidak nyaman,
tidak sehat, tidak ada kemudahan serta tidak adanya keindahan.
Penurunan Kualitas Bangunan Terkait dengan Kriteria Rumah Tidak Layak Huni:
Secara umum Rumah Tidak Sehat diartikan sebagai kondisi kemampuan bangunan rumah
yang berada di bawah standar kelayakan untuk dihuni. Kondisi ini dicirikan oleh kualitas
bangunan dengan material yang sub standar dan kapasitas huni dari bangunan (luas
dibutuhkan per jiwa) berada di bawah standar rumah sehat yang ditetapkan.
Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.
Jenis lantai tanah.
Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang memadai baik pribadi
maupun komunal.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 42
BAB 3
Sarana sosial, budaya, ekonomi dan pelayanan umum seperti air bersih, air kotor, dan
persampahan tidak memadai baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kriteria maupun indikator yang digunakan untuk menetapkan kondisi kekumuhan pada perumahan
ataupun permukiman kumuh berdasarkan klasfikiasinya dapat dirujuk dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat No. 2 Tahun 2016 dapat ditinjau dari:
b) Jalan Lingkungan
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
Ketidaktersediaan akses aman air minum dimana masyarakat tidak dapat mengakse air
minum yang memenuhi syarat kesehatan
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku yaitu
minimal sebanyak 60 liter/orang/hari..
d) Drainase Lingkungan
Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan
genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak mampu
mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm
selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 43
BAB 3
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran lokal
tidak tersedia
Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran lokal
tidak terhubung dengan saluran pada hierarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak
dapat mengalir dan menimbulkan genangan
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya merupakan
kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik berupa :
o pemeliharaan rutin
o pemeliharaan berkala
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupamerupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau
permukiman dimana:
o Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik
o Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat
f) Pengelolaan Persampahan
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis kondisi dimana
prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak
memadai sebagai berikut:
o Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga
o Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan
o Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan;
o Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi
dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 44
BAB 3
g) Proteksi Kebakaran
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 45
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 46
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 47
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 48
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 49
BAB 3
NILAI 8
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 50
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 51
BAB 3
Tabel. 3.5 Katergori Tingkat Kekumhan Dan Klasifikasinya di 9 Kawasan pada Kota Bantaeng
LEGALITAS
TINGKAT KEKUMUHAN PERTIMBANGAN LAIN
LAHAN
JUMLAH NILAI
TIDAK LEGAL
PENILAIAN
RENDAH
SEDANG
SEDANG
RINGAN
SKALA
KUMUH
KUMUH
KUMUH
TINGGI
BERAT
LEGAL
NO KAWASAN KRITERIA DAN KLASIFIKASI
PRIORITAS
INDIKATOR
KEKUMUHAN
(11- (6- Nilai
(71-95) (45-70) (19-44) (1-5) Nilai (-)
15 10) (+)
Sungai
1 35 X X x C1 3
Pabinneang
2 Lantebung 39 X X x C5 9
3 Lamalaka 1 31 X X x C3 6
4 Jambua 43 X X x C6 9
5 Ujung Labbu 31 X X x C5 9
6 Sungai Calendu 43 X X x C5 9
Lembang-
7 33 X X x C1 3
Lembang
8 Borkal 31 X X x C1 3
9 Kayangan 37 X X x C1 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 52
BAB 3
Program Nasional Penanganan Permukiman Kumuh dengan target pencapaian 100 – 0 – 100 di tahun
2019 berupaya untuk mengimplementasikan program kolaborasi sebagai platform dalam penanganan
kumuh, sehingga terjadi keterpaduan antarsektor pembangunan. Dalam program tersebut, sesuai dengan
amanat UU No.1 Tahun 2011, Pemerintah Daerah (Pemda) akan jadi pelaku utama dalam penanganan, di
mana seluruh pemetaan kebutuhan, rencana program, hingga rencana investasi akan disusun oleh
Pemda. Program-program yang ada di pemerintah pusat kemudian hanya akan menjadi pendamping
daerah dalam penyusunan rencana dan menjalankan program, di mana program yang ada di pusat pun
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan daerah. Dalam mendukung upaya penanganan
permukiman kumuh terdapat dua bentuk penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan, yaitu
Pencegahan dan Peningkatan kualitas.
Tindakan pencegahan ditujukan untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru. Tindakan pencegahan dilaksanakan melalui Pengawasan dan Pengendalian
yang dapat dilakukan berdasarkan kesesuaian terhadap perizinan (seperti izin prinsip, izin lokasi, izin
penggunaan pemanfaatan tanah, dan izin mendirikan bangunan), standar teknis, dan kelaikan fungsi.
Selain itu, pembimbingan bertujuan memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai cara mengerjakan
kegiatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh
baru. Pembimbingan dapat ditujukan kepada orang perseorangan, kelompok masyarakat, dan kelompok
dunia usaha.
Bantuan teknis, bertujuan untuk memberikan dukungan yang bersifat teknis yang dilakukan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Bantuan teknis yang dapat diberikan dapat berupa penyusunan
perencanaan pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penguatan kapasitas
kelembagaan, pengembangan alternatif pembiayaan, persiapan pelaksanaan kerjasama pemerintah
swasta, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan serta pemanfaatan.
Pelayanan Informasi, bertujuan untuk memberikan informasi terkait upaya pencegahan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh kepada masyarakat. Pelayanan informasi yang dapat dilakukan berupa
pemberian informasi mengenai rencana tata ruang, penataan bangunan dan lingkungan, perizinan, serta
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 53
BAB 3
standar perumahan dan permukiman. Tindakan peningkatan kualitas dengan cara pemugaran juga
dilakukan untuk perbaikan dan pembangunan kembali, perumahan kumuh dan permukiman kumuh
menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.
Selain itu pula, revitalitasi kawasan permukiman merupakan jenis penanganan untuk meningkatkan
vitalitas kawasan permukiman melalui peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan
yang berarti dari struktur fisik kawasan permukiman tersebut. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki dan
mendorong ekonomi kawasan dengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana eksisting yang
ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari prasarana dan sarana melalui program perbaikan dan
peningkatan tanpa melakukan pembongkaran berarti.
Disamping itu pula, peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan untuk mewujudkan
kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan dengan cara pembangunan
kembali perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh, meliputi rumah dan
prasarana, sarana, dan fasilitas umum perumahan dan permukiman. Pelaksanaan peremajaan harus
dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat dengan memenuhi norma
dan standar teknis yang berlaku. Peremajaan diterapkan pada permukiman kumuh yang secara struktur
ruang, ekonomi dan perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga tidak dapat ditangani hanya
dengan perbaikan dan peningkatan fisik. Kondisi buruk secara struktur dapat mendorong terciptanya
pemanfaatan ruang yang tidak efisien dan optimal sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.
Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya ditandai dengan tidak adanya
kejelasan baik pola struktur prasarana lingkungan, tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan
ruang, struktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak ditunjang dengan kemampuan
pengembangan ekonomi kawasan permukiman, tidak dapat beradaptasi dengan kawasan sekitar. Secara
keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan fungsi yang maksimal sesuai dengan
potensi lahannya. Peremajaan wajib dilakukan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan klasifikasi kumuh berat dan status tanah legal.
Jenis-jenis penanganan renewal (peremajaan) merupakan jenis penanganan yang bersifat menyeluruh
dengan melakukan pembongkaran segaian atau seluruh komponen permukiman, kemudian merubah
secara struktural dan membangun kembali di lahan yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
nilai pemanfaatan lahan optimal sesuai dengan potensi lahan, dan diharapkan dapat memberikan nilai
tambah secara ekonomi dan vitalitas baru. Juga cara lain, yakni redevelopment. Hal ini merupakan upaya
penataan kembali suatu permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana
dan prasarana, pada sebagian atau seluruh kawasan yang telah dinyatakan tidak dapat lagi
dipertahankan kehadirannya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 54
BAB 3
Perubahan secara struktural dan peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya
yang mengatur pembangunan baru biasanya terjadi. Restorasi merupakan jenis penanganan untuk
mengembalikan kondisi suatu permukiman kumuh pada kondisi asal sesuai dengan persyaratan yang
benar, menghilangkan tambahan atau komponen yang timbul kemudian mengadakan kembali unsur-
unsur permukiman, yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru. Disamping itu peran pelaku,
juga didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar dalam mengambil
keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen program. Sedangkan peran pemerintah,
pemerintah daerah, dan pelaku lain (swasta) akan lebih banyak dalam mendukung program.
Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng dapat dilihat pada penjelasan
Tabel di bawah ini:
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 55
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 56
BAB 3
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 57
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL
PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Sungai Pabbineang Bangunan 203 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis Tipekal Rumah
Jalan 672.5 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 239 unit rumah tangga Sosialisasi Air bersih dan layak Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak Perlindungan area tangkapan air
Drainase 941.4 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum yang sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase yang
Sosialisasi dan Pemberdayaan rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 102 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang Septick tank plus
dengan persyaratan teknis memadai IPAL
Program sanitasi berbasis
masyarakat
Pengelolaan 129 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan
Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 58
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL
PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lantebung Bangunan 84 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis
Jalan 594 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 96 unit rumah tangga belum Sosialisasi Air bersih dan layak Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum minum
yang layak Perlindungan area tangkapan air
Drainase 1.188 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum yang sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase yang
Sosialisasi dan Pemberdayaan rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 26 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang Septick tank plus
dengan persyaratan teknis memadai
Program sanitasi berbasis
masyarakat
Pengelolaan 96 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan
Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 59
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL
PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lamalaka 1 Bangunan 182 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak Rehabilitasi RTLH
teratur sesuai persyaratan teknis Pemb. Rusun
Jalan 3.311 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 460 unit rumah tangga Sosialisasi Air bersih dan layak Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air minum
minum yang layak Perlindungan area tangkapan air
Drainase 739.21 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum yang sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase yang
Sosialisasi dan Pemberdayaan rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 313 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang Septick tank plus
dengan persyaratan teknis memadai
Program sanitasi berbasis
masyarakat
Pengelolaan 535 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan untuk ikut berperan aktif dalam yang memadai
pengangkutan sampah min. sistem pengelolaan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali persampahan
Pembentukan KSM untuk
mengelola dan mengangkut
sampah skala lingkungan
Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan kebakaran
pemadaman api Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 60
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Jambua Bangunan 8 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 575.8 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 5 unit rumah tangga belum Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum Perlindungan area tangkapan air
yang layak
Drainase 0 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 63 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat
Pengelolaan 70 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 61
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Ujung Labbu Bangunan 118 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 380 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 97 unit rumah tangga belum Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum Perlindungan area tangkapan air
yang layak
Drainase 146 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 14 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat
Pengelolaan 129 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 62
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Sungai Calendu Bangunan 129 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 1.495 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 149 unit rumah tangga Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air Perlindungan area tangkapan air
minum yang layak
Drainase 975 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 96 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat
Pengelolaan 64 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 63
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Lembang- Bangunan 127 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
Lembang teratur persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 590 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 138 unit rumah tangga Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air Perlindungan area tangkapan air
minum yang layak
Drainase 216 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 46 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat IPAL
Pengelolaan 58 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 64
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Borkal Bangunan 110 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 826 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 125 unit rumah tangga Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
belum terlayani sumber air Perlindungan area tangkapan air
minum yang layak
Drainase 110.3 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 45 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat IPAL
Pengelolaan 88 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 65
BAB 3
KEBUTUHAN PENANGANAN
NAMA
NO ASPEK KONDISI FAKTUAL
KAWASAN PENCEGAHAN PENINGKATAN
1. Kayangan Bangunan 60 Unit bangunan tidak Pendataan bangunan yang tidak sesuai Rehabilitasi RTLH
teratur persyaratan teknis Pembangunan Rusun
Jalan 187 meter jalan mengalami Sosialisasi dan Pemberdayaan Peningkatan Kualitas jaringan jalan
kerusakan Masyarakat lingkungan
Pendampingan Masyarakat Pembangunan Jalan lingkungan
Air Minum 83 unit rumah tangga belum Sosialisasi Air bersih dan layak minum Penyediaan jaringan air bersih
terlayani sumber air minum Perlindungan area tangkapan air
yang layak
Drainase 209.5 meter drainase tidak Pemeliharaan jaringan drainase yang Peningkatan kapasitas volume daya
Lingkungan memenuhi kualitas minimum sudah ada tampung
Normalisasi sungai/kali mati Rekonstruksi Jaringan drainase
Sosialisasi dan Pemberdayaan yang rusak
Masyarakat
Pengelolaan Air 48 unit rumah tangga tidak Sosialisasi hidup sehat Pembangunan septick tank komunal
Limbah memiliki jamban sesuai Penyediaan sarana yang memadai Septick tank plus
dengan persyaratan teknis Program sanitasi berbasis masyarakat IPAL
Pengelolaan 19 unit rumah tangga tidak Pemberdayaan masyarakat untuk ikut Penyediaan sarana dan prasarana
Sampah terjangkau pelayanan berperan aktif dalam sistem yang memadai
pengangkutan sampah min. pengelolaan persampahan Penyediaan biaya operasional
2 minggu sekali Pembentukan KSM untuk mengelola
dan mengangkut sampah skala
lingkungan
Proteksi Belum tersedia sarana Sosialisasi kepada warga Penyediaan jalur mobil pemadam
Kebakaran prasana proteksi kebakaran Pemberian ketrampilan pemadaman api kebakaran
Pembentukan unit pemadam
kebakaran skala lingkungan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 66
BAB 1
BAB IV
KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN
DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
Konsep dan strategi ini pada dasarnya merupakan amanat dari UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman, yang diturunkan atau di jabarkan oleh Permen PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 tentang
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dimana Pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan
berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau setiap orang.
A. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Kumuh Dalam Skala Kota
Konsep Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota ini diangkat dari kondisi
aktual yang ada di Kota Bantaeng disertai issue-issue strategis apa saja yang berpengaruh dalam
pembangunan infrastruktur di wilayah Kota Bantaeng, dengan demikian akan diketahui kebutuhan
penanganan, konsep penanganan dan strategi penanganan sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 67
BAB 4
Tabel. 4.1. Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kota
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 68
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 69
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 70
BAB 4
B. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala
Kawasan
Kawasan kumuh di Kota Bantaeng terdiri atas 2 kawasan yaitu Kawasan Lamalaka, dan Kawasan Sungai
Pabbineang. Dari dua kawasan tersebut dua diantaranya memiliki karakteristik permasalahan yang
hampir sama dan tipologi, sehingga dalam upaya perumusan konsep, sehingga dalam upaya perumusan
konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan akan di sajikan tiap
permasalahan di kawasan kumuh tersebut dan nantinya akan di jadikan dasar perumusan program
penanganan tiap kawasan kumuh tersebut. Berikut konsep pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kawasan sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 71
BAB 4
Tabel. 4.2 Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 72
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 73
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 74
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 75
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 76
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 77
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 78
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 79
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 80
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 81
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 82
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 83
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 84
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 85
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 86
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 87
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 88
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 89
BAB 4
Dalam upaya mencapai terwujudnya program bebas kumuh di tahun 2020 di Kota Bantaeng, maka
Strategi Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) Kota Bantaeng yaitu:
Terkait dengan hal tersebut dibutuhkan komitmen bersama diantara stakeholder di Kota Bantaeng untuk
bersama-sama membangun permukiman dan infrastruktur permukiman di seluruh wilayah Kota Bantaeng
agar tercapai masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera, sehingga setiap tahapan pembangunan
permukiman dan infrastruktur permukiman harus jelas arah atau sasaran. Mengingat target utama
penanganan kawasan kumuh ini 0% pada tahun 2019, maka perlu ada target atau sasaran yang harus
tercapai dalam tiap tahun perencanaanya sehingga apa yang menjadi dari tujuan perencanaan
pembangunan permukiman dan infrastruktur dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan bersama.
Adapun target atau sasaran yang hendak di capai dalam program tiga tahunan sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 90
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 91
BAB 4
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 92
BAB 5
BAB V
RENCANA AKSI PENATAAN DAN PENINGKATAN
KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
Rencana Aksi (Action Plan) adalah suatu rencana kegiatan yang lebih terperinci untuk menterjemahkan
konsep dan strategi-stretegi serta arahan pembangunan yang telah diindikasikan dalam rencana penataan
dan penigkatan kualitas permukiman kumuh.
Sehubungan dengan itu maka pada Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
(RP2KP-KP) Kota Bantaeng tahun 2017, khususnya di kawasan kumuh akan menguraikan lebih detail
terhadap program dan kegiatan.
Rencana aksi terdiri dari aspek fisik dan non-fisik kawasan kumuh, sebagai berikut :
Adapun rencana aksi penanganan kumuh pada masing-masing kawasan sebagaimana dimaksud adalah
sebagai berikut :
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 93
BAB 5
C. Rencana Aksi Penataan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kota Bantaeng
Pengadaan Bak Sampah Rumah Lamalaka 535 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 133.750.000
Tangga Bahan Drum
E. Prasarana Kebakaran
Prasarana Pencegahan Pengadaan Hidrant Air (Proteksi Lamalaka 3 unit Dinas Lingk.Hidup APBD 45.000.000
Kebakaran Kebakaran) dan PDAM
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 94
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 95
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 96
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 97
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 98
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 99
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 100
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 101
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 102
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 103
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 104
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 105
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 106
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 107
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 108
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 109
BAB 5
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 110
BAB 5
REKAPITULASI
TOTAL JUMLAH ASPEK FISIK 22.336.048.750
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 111
BAB 5
Tabel 5.10. Skala Prioritas Penataan dan Peningkatan Kualitas Kumuh Kota Bantaeng
1 Kawasan Lantebung
2 Kawasan Jambua
KETIGA
3 Kawasan Ujung Labbu
4 Kawasan Calendu
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 112
BAB 6
BAB VI
RENCANA DETAIL KONSEP DESAIN
KAWASAN PENANGANAN RIORITAS
Secara umum penyusunan dokumen DED RP2KPKP Kota Bantaeng merupakan penyusunan laporan
pekerjaan yang berupa gambar kerja secara lengkap dan terdiri dari berbagai skala gambar. Dalam
pelaksanaan penyusunan DED, tahapan kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan mobilisasi personil, peninjauan lokasi kegiatan (survey
pendahuluan), penyusunan rencana kerja yang meliputi waktu dan lama pengukuran lokasi, dan
memantapkan rencana kerja dalam pelaksanaan perencanaan. Pada pekerjaan persiapan ini juga
dilakukan penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan direncanakan, yang meliputi :
2. Survey Lapangan
Untuk lebih memahami permasalahan dan perencanaan, maka perlu diadakan survey lapangan di
lokasi kegiatan. Survey lapangan juga dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survey yang akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
kriteria dari DED yang akan disusun.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil survey kemudian dilakukan analisis untuk pengambilan
keputusan didalam perencanaan suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat dibutuhkan
data – data yang akurat sehingga nantinya akan sesuai dengan diharapkan.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 113
BAB 6
4. Penyusunan DED
• Menyusun Disain Teknis Beserta Gambar Teknisnya, Meliputi kegiatan perencanaan teknis DED
yaitu perencanaan sesuai dengan jenis masing-masing kegiatan yang berhubungan langsung
dengan masalah-masalah teknis, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan gambar
kerja/rencana teknis. Gambar kerja ini disusun berdasarkan hasil yang didapat dari perencanaan
teknis DED dan dibuat rapi dalam satu bentuk album gambar.
• Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan, Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi teknis dari
bahan bangunan dan syarat pelaksanaan yang berhubungan dengan desain teknis.
Pada dasarnya anggaran biaya merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan suatu kegiatan.
Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan
untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut,
seperti digambarkan sebagai berikut:
Analisa Satuan
Tenaga Kerja Pekerjaan
RAB
Harga Bahan
Volume Pekerjaan
Berdasarkan hasil diskusi (FGD) maupun dengan internal Tim Pokja Kabupaten Bantaeng, maka telah
disepakati 3 Kawasan pembangunan tahap 1 yang terdiri dari 4 Kawasan 11.18 Hektar. Detail Kawasan
tersebut adalah :
Dengan mengetahui jumlah kawasan beserta jumlah luasan yang sudah disepakati bersama, maka akan
ditindak lanjuti dengan melakukan pengukuran untuk perencanaan kegiatan fisik pembangunannya,
dengan menghitung panjang, lebar dan volumenya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 114