Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Di susun Oleh :

1. Agus Setiawan (151611913006)


2. Diana Yuli Rohmawati (151611913028)
3. Dita Ardyana Dwi C. (151611913029)
4. Dwi Damayanti (151611913031)
5. Dwi Nur Anugrah Putri (151611913032)
6. Fifi Linda Fatmawati (151611913043)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018/2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Nyeri

Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruang Arofah

Tempat : Rs Muhammadiyah Lamongan

Hari / Tanggal : Sabtu, 04 April 2019

Waktu : 30 Menit

I. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, pasien dan


keluarga mengetahui dan dapat menerapkan pentingnya pencegahan dan
pengendalian infeksi

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :

1. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian dari


pencegahan dan pengendalian infeksi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari pencegahan dan
pengendalian infeksi
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan apa saja macam-macam dari
pencegahan dan pengendalian infeksi

c. Sasaran
Keluarga dan Pasien Ruang Arofah
d. Pokok Bahasa
1. Pengertian Pencegahan Infeksi
2. Tujuan Pencegahan Infeksi
3. Macam-Macam Pencegahan Infeksi
II. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demontrasi
III. Media
a. Leaflet
b. Banner
IV. Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien di Ruang Arofah Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan
V. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyaji
: Moderator
: Audiens
: Fasilitator
: Observer
: Notulen

VI. Pengorganisasian
1. Moderator : Agus Setiawan
2. Penyaji : Fifi Linda Fatmawati
Dwi Damayanti
3. Notulen : Dita Ardyana D.C
4. Fasilitator : Dwi Nur Anugrah Putri
5. Observer : Diana Yuli Rohmawati
VII. Uraian Tugas
1. Moderator
 Membuka Penyuluhan
 Memperkenalkan anggota kelompok
 Melakukan Kontrak Waktu
 Mengontrol kegiatan penyuluhan
 Membantu dalam proses evaluasi
2. Penyaji
 Menerangkan materi
 Menjawab pertanyaan peserta
 Melakukan evaluasi bagi peserta
3. Notulen
 Mencatat topik permasalah
 Mencatat waktu dan tempat penyuluhan
 Mencatat jumlah peserta
 Mencatat pertanyaan dari audiens
 Menuliskan kesimpulan dan hasil penyuluhan
4. Fasilitator
 Memfasilitasi peserta untuk bertanya
 Mensupport peserta untuk bertanya
 Menjalankan absensi audien
 Membagikan leaflet di akhir acara
5. Observer
 Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
 Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
 Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP

VIII. Kegiatan

Langkah –
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
langkah

1 Pendahuluan 5 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam


 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan  Menjawab
 Menyampaikan kontrak waktu
pertanyaan
2 Penyajian 15 menit Menjelaskan materi penyuluhan mengenai :
 Mendengarkan
 Menjelaskan tentang pengertian dengan seksama
pencegahan infeksi  Mengajukan
 Menjelaskan tentang tujuan pencegahan pertanyaan
infeksi
 Menjelaskan tentang macam-macam
pencegahan infeksi
3 Evaluasi 5 menit  Memberikan pertanyaan akhir sebagai  Menjawab
 mendemonstrasika
evaluasi
n
4 Penutup 5 menit  Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan  mendengarkan
 menjawab salam
penyuluhan
 Menutup penyuluhan
 Mengucapkan salam

IX. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis Tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-Butir Pertanyaan
a. Sebutkan Pengertian pencegahan infeksi
b. Sebutkan tujuan pencegahan infeksi
c. Sebutkan macam-macam pencegahan infeksi
X. Materi
1. Pengertian
Pencegahan Infeksi adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mencegah
penularan penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan
(Minnesota Department of Health, 2014)
2. Tujuan Pencegahan Infeksi
Mengidentifikasi dan mengurangi resiko penularan atau transmisi infeksi
diantara pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan dan pengunjung.
3. Macam – Macam Pencegahan Infeksi
1.1. Cuci Tangan
1.1.1. Pengertian Cuci Tangan

1) Kebersihan tangan adalah salah satu cara untuk mengurangi


infeksi yang berkaitan dengan perawatan kesehatan (Huis
A, 2012).
2) Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
tangan 2 dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun
ngan tujuan untuk menjadi bersih (Jeong, 2010).
3) Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan
sabun untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman (Rose, 2012)
1.1.2. Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling
mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam
tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1) Supaya tangan bersih
2) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
4) Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS

1.1.3. Waktu Mencuci Tangan


Lima waktu penting cuci tangan cuci tangan pakai sabun:

1) Sebelum menyentuh pasien


2) Sebelum melakukan prosedur/tindakan
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4) Setelah menyentuh atau kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
1.1.4. Peralatan Cuci Tangan
1) Air mengalir / air bersih
2) Sabun cair / batangan
3) Lap / tisu kering
1.1.5. Langkah Cuci Tangan
Basahi sampai bersih dan rata tangan kita dengan air bersih
yang mengalir, Sabun telapak tangan kita sampai berbusa
secukupnya dengan sabun batang / cair yang dapat membunuh
kuman. Langkah-langkahnya :
1) Gosok telapak dengan telapak
2) Gosok Telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan
telapak kiri diatas punggung tangan kanan, sebaliknya.
3) Gosok telapak dengan telapak dan jari saling terkait
4) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
5) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri, dan
sebaliknya
6) Jari kiri menguncup, gosok memutar, ke kanan dan ke kiri
pada telapak kanan, dan sebaliknya.
Durasi cuci tangan dengan handrub 20-30 detik

Durasi cuci tangan dengan air mengalir dan sabun 40-60 detik

1.2. Pemakaian Masker


1.2.1. Pengertian Pemakaian Masker
Masker merupakan salah satu alat utama untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui udara dan liur seperti
influenza, tuberculosis dan sebagainya.
1.2.2. Cara Penggunaan Masker
Perlu diingat bahwa masker hanya boleh dipergunakan
sekali pakai dan harus menggantinya dengan yang baru ketika
sudah mulai kotor atau berdebu. Berikut langkah-langkah
penggunaan masker biasa/bedah yang benar :
1) Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran
atau lubang/sobekan pada setiap sisi masker.
2) Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya
kawat hidung (nose piece) dan tempatkan pada bagian atas.
3) Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi
luar biasanya ditandai dengan bagian yang berwarna dan
memiliki permukaan yang lebih kasar serta arah lipatan
menghadap ke bawah, sedangkan sisi dalam biasanya
berwarna putih dan memiliki permukaan yang lebih halus.
4) Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang
digunakan:
Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan
melingkarkan karet pada setiap telinga.

Masker dengan tali pengikat: Letakkan sisi atas masker


pada batas atas hidung dan ikatkan tali bagian atas pada
belakang atas kepala Anda.

5) Tempelkan dan bentuk kawat hidung (nose piece)


mengikuti lekuk hidung Anda.
6) Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan
tali bagian bawah pada belakang leher.
7) Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh
mulut dan dagu Anda.
8) Perhatian kawat masker posisi diatas dan lipatan dibawah

1.3. Etika
Batuk
1.3.1. Penege
rtian Etika
Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar,
dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan
baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke
orang lain.
1.3.2. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui
udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di
sekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius
yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui udara
pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan
disebut “air borne disease”.
1.3.3. Cara Etika Batuk yang Baik dan Benar
1.4. Pengelolaan Limbah
1.4.1. Pengertian Limbah
Limbah dibagi menjadi dua yaitu limbah medis dan non medis.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan,
perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-
bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes, 2009).
Limbah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi
kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari
ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain)
(Arifin, 2009).
1.4.2. Jenis Jenis Limbah
1) Limbah Medis:
a. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan
cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda
tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif.

b. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai
yaitu; limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
intensif), Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota
badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan
pada saat pembedahan atau otopsi.

d. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat
limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc
e. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang
karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang
oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat
yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
produksi obat-obatan.

f. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari
penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran
nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat
berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
h. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang
oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.

2) Limbah Non Medis


Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar
sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan,
seperti berikut (Anies, 2006: 43):
a) Kantor/administrasi
b) Unit perlengkapan
c) Ruang tunggu
d) Ruang inap
e) Unit gizi atau dapur
f) Halaman parkir dan taman
g) Unit pelayanan

1.4.3. Pengelolaan Limbah


Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang
pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan
berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak
hanya meliputi bagaimana cara mengolah limbah sebagai by
product (output), tetapi juga mengembangkan strategi-strategi
manajemen dengan pendekatan sistematis untuk meminimasi
limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan
meningkatkan performa lingkungan. Hal ini berarti menghemat
biaya untuk remediasi pencemaran lingkungan ( Adisasmito,
2008:1).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan
sebagai berikut (Adisamito, 2009) :
a) Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
b) Minimisasi limbah
c) Produksi bersih dan teknologi bersih
d) Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total
Quality Environmental Management/TQEM)
e) Continous Quality Improvement (CQI)
Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi
hal-hal sebagai berikut: pemilahan pada sumber, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pemilahan, pemotongan,
pengolahan dan pembuangan akhir.
a) Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan
hal-hal yaitu kelancaran penanganan dan penampungan,
pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan
khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,
diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia
non B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari
berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga
kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya
dari semua limbah pada tempat penghasil limbah akan
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan
penanganan (Adisasmito, 2009).
b) Pengumpulan (Penampungan)
Sarna penampungan harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman, dan higienis. Pemadatan
merupakan cara yang paling efisien dalam penyimpanan
limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak
boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam
(Adisasmito, 2009).
c) Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah
dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya
dengan kode berwarna). Kode berwarna yaitu kantong
warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah
tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah
yang akan dibakar (limbah infeksius), kuning dengan
strip hitam untuk jenis limbah yang sebaiknya dibakar
tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan
pembuangan, biru muda atau transparan dengan strip
biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan sejenis)
sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

NO Kategori Warna Lambang Keterangan


Kontainer

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal


dengan simbol
radioaktif

2 Sangat Kuning Kantong plastik kuat,


Infeksius anti bocor, atau
kontainer yang dapat
disterilisasi dengan
otoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat


infeksius, dan anti bocor, atau
patologi dan kontainer
anatomi

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat


dan anti bocor

5 Limbah kimia Coklat Kantong plastik atau


-
dan farmasi kontainer
DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi mencegah dan


Menanggulangi Penyakit Menular, Elex Media Komputendo, Jakarta
Arifin M. 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.
blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Maret 2012
Depkes RI 2009 , 'Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya'. Jakarta
Depkes RI, 2001. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I,
Jakarta: Penerbit EGC.
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id
Silfa, AB. 2013. Pengelolaan Sampah Limbah Rumah Sakit dn Permasalahannya.
http://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-
sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/
Wiku Adisasmito, 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta :
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai