Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Teknologi Membran
Membran merupakan lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada
diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa permeat. Sifat selektif dari membrane ini
dapat digunakan dalam proses pemisahan Teknologi pemisahan dengan menggunakan
membran senantiasa berkembang sepanjang waktu. Hal ini disebabkan karena teknologi
membrane memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknologi pemisahan
konvensional seperti destilasi, ekstraksi dan lain-lain (Armedi & Angela, 2011).
Istilah membran didefinisikan sebagai lapisan tipis, pembatas antara dua fasa
yang bersifat semipermeabel. Teknologi membran banyak dikembangkan,
karenamempunyai beberapa keunggulan dibanding proses pemisahan yang
lain.Keunggulannya yaitu pemisahan (separation) dapat berlangsung secara kontinyu,
energi yang digunakan umumnya rendah, proses membran dapat dikombinasikan
dengan proses pemisahan yang lain, sifat-sifat dan variabel membran dapat disesuaikan,
zat aditif yang digunakan tidak terlalu banyak, pemisahan larutan-larutan yang peka
terhadap suhu (misalnya larutan biologis dan organik), energinya tergolong hemat dan
bersih, serta relatif tidak menimbulkan limbah (Nunes, 2001).
Membran merupakan alat pemisah berupa penghalang yang bersifat selektif yang
dapat memisahkan dua fase dari berbagai campuran. Campuran tersebut dapat bersifat
homogeny atau heterogen dan dapat berupa padatan, cairan atau gas. Transportasi pada
membran terjadi karena adanya driving force yang dapat berupa konveksi atau difusi
dari masing-masing molekul, adanya tarik menarik antar muatan komponen atau
konsentrasi larutan, dan perbedaan suhu atau tekanan (Pabby et al, 2009).
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis, bersifat
semipermeabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran molekuler
(spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari
pori membran akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori
membran akan lolos menembus pori membrane (Kesting, 2000).
Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya perbedaan
ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai
membran semipermiable, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat
melewatkan spesi yang lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan
(feed), hasil pemisahan disebut sebagai permeat (Pratomo, 2003).
Teknologi pemisahan menggunakan membran merupakan teknik pemisahan
komponen dengan cara yang sangat spesifik, yaitu menahan dan melewatkan salah satu
komponen lebih cepat dari komponen penyusun lainnya . Teknologi pemisahan dengan

II-1
Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
membran memiliki keunggulan diantaranya membran tidak membutuhkan bahan kimia
tambahan, dapat dikombinasikan dengan proses lain, tidak mengalami perubahan fase,
kebutuhan energi rendah, proses dapat berlangsung secara kontinyu, dan tidak
memerlukan ruang instalasi yang besar. Membran terbagi atas membran organik dan
membran anorganik (Rosnelly, 2010).

II.1.2 Klasifikasi Membran


Membran yang digunakan dalam pemisahan molekul dapat diklasifikasikan
berdasarkan morfologi, kerapatan pori, fungsi, struktur, dan bentuknya.
 Berdasarkan morfologinya
Dilihat dari morfologinya, membran dapat digolongkan dalam dua bagian
(Kesting, RE, 2000) yaitu :
a. Membran Asimetrik
Membran asimetrik adalah membran yang terdiri dari lapisan tipis yang
merupakan lapisan aktif dengan lapisan pendukung dibawahnya. Ukuran dan
kerapatan pori untuk membran asimetris tidak sama, dimana ukuran pori
dibagian kulit lebih kecil dibandingkan pada bagian pendukung. Ketebalan
lapisan tipis antara 0,2-1,0 dan lapisan pendukung sublayer yang berpori dengan
ukuran antara 50-150 .
b. Membran Simetrik
Membran simetris adalah membran yang mempunyai ukuran dan
kerapatan pori yang sama disemua bagian, tidak mempunyai lapisan kulit.
Ketebalannya berkisar antara 10-200 . Membran ultrafiltrasi terdiri atas struktur
asimetris dengan lapisan kulit yang rapat pada suatu permukaan. Struktur
demikian mengakibatkan solut didalam umpan tertahan dipermukaan
membrandan mencegah terjadinya pemblokiran didalam pori.
 Berdasarkan kerapatan pori
Dilihat kerapatan porinya, membran dapat dibedakan dalam dua bagian (Kesting,
RE, 2000) yaitu :
a. Membran rapat (Membran tak berpori)
Membran rapat ini mempunyai kulit yang rapat dan berupa lapisan tipis
dengan ukuran pori dari 0,001 dengan kerapatan lebih rendah. Membran ini
sering digunakan untuk memisahkan campuran yang memiliki molekul-molekul
berukuran kecil dan ber BM rendah, sebagai contoh untuk pemisahan gas dan
pervaporasi. Permeabilitas dan permselektifitas membran ini ditentukan oleh
sifat serta type polimer yang digunakan.
b. Membran berpori
Membran ini mempunyai ukuran lebih besar dari 0,001 dan kerapatan
pori yang lebih tinggi. Membran berpori ini sering digunakan untuk proses

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
ultrafiltrasi, mikrofiltrasi, hyperfiltrasi. Selektifitas membran ini ditentukan oleh
ukuran pori dan pengaruh bahan polimer.
 Beradasarkan fungsinya
Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya gaya dorongan
(Δ ) yang mengakibatkan adanya perpindahan massa melalui membran. Berdasarkan
fungsinya membran dibagi menjadi tujuh macam, yaitu membrane yang digunakan pada
proses reverse osmosis, ultrafiltrasi, mikrofiltrasi, dialisa, dan elektrodialisa .
(Wenten, 1995)
a. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan proses perpindahan pelarut dengan gaya dorong perbedaan
tekanan, dimana beda tekanan yang digunakan harus lebih besar dari beda tekanan
osmosis. Ukuran pori pada proses osmosa balik antara 1-20 dan berat molekul solut
yang digunakan antara 100-1000. Dengan adanya pengembangan membran
asimetrisproses osmosis balik menjadi sempurna, terutama digunakan untuk
memproduksi air tawar dari air laut.
b. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi mempunyai dasar kerja yang sama dengan osmosa balik, tetapi berbeda
dengan ukuran porinya. Untuk ultrafiltrasi ukuran diameter pori yang digunakan yaitu
0,01-0,1 dengan BM solut antara 1000-500.000 g/mol. Proses pemisahannya ukuran
molekul yang lebih kecil dari diametr pori akan menembus membran, sedangkan ukuran
molekul yang lebih besar akan tertahan oleh membran.
c. Mikrofiltrasi
Milkrofiltrasi mempunyai prinsip kerja yang sama dengan ultrafiltrasi, hanya berbeda
pada ukuran molekul yang akan dipisahkan. Pada mikrofiltrasi ukuran molekul yang
akan dipisahkan 500-300.000 , dengan BM solut dapat mencapai 500.000 g/mol, karena
itu proses mikrofiltrasi sering digunakan untuk menahan partikel-partikel dalam larutan
suspensi.
d. Dialisa
Dialisa merupakan proses perpindahan molekul (zat terlarut atau solut) dari suatu
cairan ke cairan lain melalui membran yang diakibatkan adanya perbedaan potensial
kimia dari solut. Membran dialisa berfungsi untuk memisahkan larutan koloid yang
mengandung elektrolit dengan berat molekul kecil. Proses secara dialisa sering
digunakan untuk pencucian darah pada penderita penyakit ginjal.
e. Elektrodialisa
Elektrodalisa merupakan proses dialisa dengan menggunakan bantuan daya
dorong potensial listrik. Elektrodalisa berlangsung relatif lebih cepat
dibandingkan dengan dialisa. Pemakaian utamanya adalah desalinasi (penurunan
kadar garam) dari juice.

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
f. Pervaporasi
Pervaporasi merupakan proses perpindahan massa melalui membran dengan
melibatkan perubahan fasa didalamnya dari fasa cair ke fasa uap. Gaya dorong proses
pervaporasi adalah perbedaan aktifitas pada kedua sisi membran yang menyebabkan
terjadinya penguapan karena tekanan parsial lebih rendah daripada tekanan uap jenuh.
Pada umumnya selektifitas pervaporasi adalah tinggi, proses pervaporasi sering
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak tahan panas dan campuran yang
mempunyai titik azeotrop. Proses pemisahan secara pervaporasi menggunakan
membran non pori/dense dan asimetris. Keunggulan proses pervaporasi penggunaan
energi relatif rendah.
 Berdasarkan strukturnya
Berdasarkan strukturnya, membran dibedakan menjadi dua golongan (Mulder,1996 ),
yaitu :
a. Membran Homogen
Membran Homogen merupakan membran yang tidak berpori, mempunyai sifat sama
setiap titik, tidak ada internal layer dan dalam perpindahan tidak ada hambatan
b. Membran Heterogen
Membran Heterogen adalah suatu membran berpori atau tidak berpori, tersusun secara
seri dari type yang berbeda, sehingga dalam perpindahan mengalami hambatan.
II.1.3 Teknik Pembuatan Membran
Teknik-teknik yang digunakan pada proses pembuatan membran antara lain
sintering, stretching, track-etching, template-Leaching, dan inversi fasa (Widayanti, 2013).
1. Sintering
Sintering adalah teknik yang sangat sederhana, bisa dilakukan baik pada bahan
anorganik maupun organik. Bubuk dengan ukuran tertentu dikompresi dan disintering
pada temperatur tinggi. Selama sintering antar muka antara partikel yang berkontak
hilang membentuk pori. Teknik ini menghasilkan membran dengan ukuran pori 0,1
sampai 10 μm.
2. Stretching
Stretching adalah suatu metode pembuatan membran dimana film yang telah
diekstrusi atau foil yang dibuat dari bahan polimer semi kristalin ditarik searah proses
ekstruksi sehingga molekul-molekul kristalnya akan terletak paralel satu sama lain. Jika
stress mekanik diaplikasikan maka akan terjadi pemutusan dan terbentuk struktur pori
dengan ukuran 0,1 sampai 0,3 μm.
3. Track-Etching
Track-Etching merupakan metode dimana film atau foil ditembak oleh parikel
radiasi berenergi tinggi tegak lurus ke arah film. Partikel akan merusak matriks polimer
dan membentuk suatu lintasan. Film kemudian dimasukkan ke dalam bak asam atau
basa dan matriks polimer akan membentuk goresan sepanjang lintasan untuk
selanjutnya membentuk pori silinder yang sama dengan distribusi pori yang sempit.
Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
4. Template-Leaching
Template-Leaching merupakan suatu teknik lain untuk membuat membran
berpori yaitu dengan cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Membran gelas
berpori dapat dibuat dengan cara ini.
5. Inersi Fasa
Inversi fasa merupakan salah satu metode pembuatan membran. Inversi fasa
adalah suatu proses pengubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi padatan dengan
kondisi terkendali. Proses pemadatan (solidifikasi) ini diawali dengan transisi dari fasa
cair ke fasa dua cairan (liquid-liquid demixing). Tahap tertentu selama proses demixing,
salah satu fasa cair (fasa polimer konsentrasi tinggi) akan memadat sehingga akan
terbentuk matriks padat. Pada metode ini polimer membran dilarutkan dalam suatu
pelarut sampai terbentuk larutan homogen (disebut sebagai larutan polimer atau larutan
casting). Larutan polimer yang homogen ini kemudian dicetak (casting) dan dipisahkan
menjadi dua fasa dengan cara dikoagulasikan/dipadatkan menggunakan medium
tertentu.
Proses koagulasi ini menghasilkan fasa padat yang kaya polimer dan fasa cair
yang miskin polimer. Mekanisme pemisahan fasa yang terjadi dapat dijelaskan dengan
diagram tiga fasa dengan tiga komponen utama yaitu polimer, pelarut dan nonpelarut.

Gambar II.1 Diagram fasa pembuatan membrane metode Inersi Fasa.

Metode phase inversion ini sering juga disebut metode phase separation.
Pembuatan membran dengan metode phase inversion dibedakan menjadi beberapa
metode, salah satunya metode non-solvent induced phase separation. Pada metode ini,
proto membran (hasil cetakan dari larutan polimer sebelum dipadatkan)
dicelupkan/direndam kedalam bak yang berisi non-solvent (biasanya air). Proses
demixing dan pengendapan terjadi karena pertukaran pelarut (dari larutan polimer) dan
non-solvent (dari bak koagulasi). Oleh karena itu, antara pelarut dan non pelarut harus
saling bercampur (miscible). Pembuatan membran polimer dengan metode phase
inversion dengan teknik non-solvent induced phase separation (NIPS).

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas

Gambar II.2 Diagram fasa proses pembuatan membran dengan teknik NIPS.

Selama proses pembentukan membran, komposisi membran mengalami


perubahan mulai dari titik A sebagai kondisi mula-mula ( komposisi larutan casting)
menuju titik D (komposisi akhir membran setelah terbentuk. Titik S menunjukkan fase
padat (kaya polimer) yang membentuk matriks membran akhir. Titik L menunjukkan
fase cair yang miskin polimer. Proses pengendapan larutan casting secara keseluruhan
ditunjukkan oleh titik A-D. Titik B menunjukkan dimana larutan casting mulai
mengendap. Kemudian, dengan semakin banyaknya solven yang hilang, viskositas
larutan semakin meningkat dan mulai membentuk fase padat (ditunjukkan oleh titik C).
Agar terjadi pertukaran fase, proses difusi didukung dengan proses pencelupan dan
pengendapan, kondisi termodinamika dan kinetika. Konsentrasi polimer, waktu
penguapan, humiditas, temperatur dan komposisi larutan polimer harus diperhatikan
karena akan berpengaruh terhadap kinerja membran.

II.1.4 Kinerja Membran


Driving force pada pemisahan𝐴 = 𝜋𝑟 2 menggunakan membran ada 4 macam.
Kinerja (performance) instalasi membran tergantung pada jenis driving force yang
digunakan (Mulder, 1996). Macam – macam aplikasi pemisahan dengan membran
berdasarkan driving force dan kinerja instalasinya antara lain:
1. Driving force gradien tekanan (∆P)
Aplikasi penggunaan antara lain : mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, reverse
osmosis. Kinerja instalasi membran berupa fluks (J) dan rejeksi (R) dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
𝑄𝑝
𝐽𝑣 =
𝐴𝑚
.................................Persamaan II.1

𝐶𝑝
𝐽𝑣 = 1 −
.................................Persamaan II.2
𝐶𝑓

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas

Dimana :
Jv = volume fluks (liter/m2.sec)
QP = laju alir permeate (liter/sec)
Am = luas permukaan membran (m2)
R = rejeksi / retensi (span = 0–1)
Cp = konsentrasi permeate
Cf = konsentrasi umpan
Besarnya fluks dihitung dari besarnya laju alir yang melewati setiap luas
permukaan membran. Semakin besar laju alir permeate dan semakin kecil luas
permukaan membran maka fluks yang dihasilkan semakin besar. Rejeksi merupakan
ukuran perbandingan konsentrasi permeate dan retentate yang berhasil dipisahkan.
2. Driving force gradien Konsentrasi (∆C)
Aplikasi penggunaan : pervaporasi, permeasi gas, permeasi uap, dialisis, dialisis –
difusi.
3. Driving force gradien Temperatur (∆T)
Aplikasi penggunaan: thermo-osmosis, distilasi membran. Kinerja instalasi
berupa fluks dan selektivitas.
4. Driving force gradien Potensial Listrik (∆E)
Aplikasi penggunaan : elektrodialisis, elektro-osmosis, membran-elektrolisis.
Kinerja instalasi berupa fluks dan selektivitas.

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas

II.2 Aplikasi Industri


KAJIAN SIFAT KONDUKTANSI MEMBRAN KITOSAN PADA BERBAGAI VARIASI
WAKTU PERENDAMAN LARUTAN Pb
Mella Roza, Gusnedi, dan Ratnamulan
2013
Peningkatan jumlah industri akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah,
baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Masalah utama yang ditimbulkan dari
perkembangan indsutri saat ini adalah masalah pencemaran lingkungan oleh limbah
industri. Salah satu limbah berbahaya yang dihasilkan industri adalah logam berat.
Masuknya limbah ini ke perairan laut telah menimbulkan pencemaran terhadap
perairan. Mengingat ancaman yang begitu besar dari pencemaran logam berat, maka
dikembangkan berbagai metode alternatif untuk mengurangi konsentrasi logam berat
yang dibuang ke perairan. Salah satu logam berat yang dikaji dalam penelitian ini adalah
logam Pb. Penelitian ini mengkaji adsorpsi ion logam berat Pb pada kitosan dalam
bentuk membran.
Persiapan eksperimen yang dilakukan antara lain adalah persiapan bahan
Pembuatan bahan membran kitosan dilakukan dengan menimbang 7,5 gram bubuk
kitosan dan dilarutkan kedalam 250 mL asam asetat 1%.Membran kitosan berupa
lembaran dipotong menjadi bagian kecil dengan ukuran 7 x 3,5 cm. Menyediakan larutan
Pb dengan konsentrasi 10 ppm yang diletakkan dalam botol yang berbeda masing-
masing 100 mL. Merendam membran kitosan dengan variasi waktu perendaman 0,5
jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, 2,5 jam, 3 jam. Pengukuran arus-tegangan (I-V) dan
koduktansi dilakukan dengan menggunakan metoda empat titik (penggunaan dan
penancapan dua pasang elektroda pada empat titik. Dua elektroda sebagai pembaca
tegangan dan dua elektroda lainnya untuk mengalirkan sumber arus tegangan.
Pengukuran arus-tegangan (I-V) sampel dilakukan dengan mengukur tegangan referensi
(Vs), dan kuat arus referensi (Is) dihitung dari perbandingan tegangan referensi Vs
terhadap resistor acuan (Rs). Tegangan arus yang diukur merupakan tegangan membran
Vm. Pengukuran ini berlangsung ketika membran diletakkan dalam chamber.
Penelitian ini telah mengkaji perubahan-perubahan sifat listrik dari mem-bran
kitosan sebagai adsorpsi ion logam Pb. Larutan tersebut memberikan pengaruh yang
signifikan Dari pembahasan dan analisia grafik sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan bahwa: Karakteristik arus tegangan membran kitosan sebagai adsorpsi ion
logam Pb pada variasi waktu perendaman adalah linier. Semakin kecil tegangan
membran kitosan maka kuat arus yang diperoleh semakin besar. Karakteristik arus
tegangan membran kitosan sebagai adsorpsi ion logam Pb pada variasi waktu
perendaman. Semakin lama waktu perendaman dalam larutan ion logam Pb maka
semakin besar harga konduktansi membran kitosan. Dari karakteristik arus-tegangan
dan harga konduktansi yang diperoleh dapat ketahui bahwa membran kitosan mampu
mengadsorpsi ion logam Pb.

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019

Anda mungkin juga menyukai