Karya Tulis
Karya Tulis
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan meminta
ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya. Sebaliknya,
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul“Sistem
Politik di Indonesia” sebagai analisis untuk melihat bagaimana system politik di
Indonesia.
Didalam makalah ini, saya akan membahas tentang system Politik di Indonesia dilihat dari
beberapa pendekatan teori system politik, sejarah dan pemerintahan yang sedang berjalan di Indonesia.
Saya hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. saya sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah
ini. Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.
Billahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Medan, Oktober 2009
Andriansyah
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
iDAFTAR ISI .……………………………………………………………………..
ii
BAB I : PENDAHULUAN….……………………………………………………
1BAB II : PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK …...…..……………
3
A.Teori Behavioral Sistem Politik ...……………………………………….
3
B.Teori Struktural- fungsional Sistem Politik .………………………….…
6
C.Peran Sejarah dalam Sistem Politik di Indonesia ..……………………..
9
BAB III : SISTEM POLITIK INDONESIA…………………….…………
12
A.Pengertian Sistem Politik…………………………………………………
12
B.Proses Plitik di Indonesia ………..….……………………………………
13
C.Sejarah Sistem Politik di Indonesia.……………………………….…
16
D.Perbedaan sistem Politik di berbagai Negara………………………..
2
18
BAB IV : KESIMPULAN……………………………………………………….....
20
LITERATUR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.1 Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu system, yakni suatu unit yang
relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen
pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan
menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat
kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-
kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka
sistem
1 Lihat kamus Politik oleh Amir Taat Nasution, Energie, 1953, hlm. 92
3
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku
politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem
politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan
biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai
keputusan dan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan
bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk
Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-
elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Pengaruh
sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada pembentukan sistem politik disuatu negara.
Seperti halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu
mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik Indonesia akan
berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan
atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga
melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik
Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana sistem politik Indonesia adalah melalui
pengembangan wawasan dengan melibatkan institusi- institusi nasional dan internasional. Artinya
lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem politik Indonesia harus dipahami
terlebih dahulu.
Lingkungan internal akan sangat dipengaruhi oleh budaya politik bangsa Indonesia. Sedangkan
budaya politik sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa- peristiwa sejarah yang telah mengkristal dalam
kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun berupa tatanan nilai dan norma perilaku. Sementara itu,
lingkungan eksternal sedikit banyak mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya
berlangsung akibat peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bentuk “penjajahan” budaya pop
Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri sendiri dari sistem
politik negara lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan David Easton melalui pendekatan
analisa sistem terhadap sistem politik. Sampai kemudian, Gabriel Almond meneruskannya ke dalam
turunan teori sistem politik yang lebih konkrit, yaitu menggabungkan teori sistem ke dalam struktural-
fungsional, barulah kita mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik, maka layaknya suatu
sistem, kami akan ciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu mengenalkan kedua pendekatan
terhadap sistem politik baru kemudian menganalisis sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih
dahulu kami akan membahas pendekatan sistem politik dari teori behavioral. kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan pendekatan sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti
Adalah David Easton (1953)2, seorang ilmuwan politik dari Harvard University, memperkenalkan
pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam memahami politik. Di kalangan ilmuwanpolitik
yang menganut tradisi pluralis, teori Easton yang bersifat abstrak berpengaruh sampai akhir tahun 1960-an.
Sedangkan ilmuwanpolitik
kontemporer berkeinginan untuk menciptakan teori umum dengan melihat masalah lebih konstekstual.
Sebagai pendukung setia aliran behavioralisme, Easton berusaha keras
mengantarkan politik menjadi ilmu setara dengan ilmu alam dengan
2 Easton “The Political system” (1964), hlm. 52-54
5
mengembalikannya ke dalam kaidah-kaidah saintifik seperti generalisasi, abstrak, validitas, dan sebagainya
untuk mengukur tingkah laku politik seseorang. Hasrat kuat untuk memunculkan politik sebagai ilmu
pengetahuan (science) ditempuh dengan cara menciptakan model abstrak, mempolakan rutinitas dan proses
politik secara umum. Model seperti ini menurut Easton, memiliki tingkat abstraksi saintifik sangat tinggi,
sehingga generalisasi politik sebagai ilmu akan tercapai. Menurut Easton, politik harus dilihat secara
keseluruhan, bukan hanya berdasarkan kumpulan dari beberapa masalah yang harus dipecahkan.
Easton menganggap politik sebagai organisme, memperlakukannya sebagai mahluk hidup. Teori
Easton berisi pernyataan tentang apa yang membuat sistem politik beradaptasi, bertahan dan bereproduksi,
dan terutama, berubah. Easton menggambarkan politik dalam keadaan selalu bergejolak, menolak ide
“equilibrium,” yang mempengaruhi teori politik masa kini (lihat teori institusionalisme).3
Lebih
jauh, Easton menolak ide bahwa politik dapat dipelajari dengan melihat berbagai tingkatan analisis. Oleh
karena itu, abstraksi Easton dapat diterapkan untuk kelompok apapun pada waktu kapanpun.
Fokus perhatian Easton bersumber pada pertanyaan mengenai bagaimana mengelola sistem
politik agar tetap utuh dalam situasi dunia yang penuh gejolak dan rentan pada perubahan. Dalam
menjawab pertanyaan ini, Easton meyakini akan pentingnya melakukan penelitian akan bagaimana sistem
politik berinteraksi dengan lingkungannya, baik di dalam maupun di luar lingkup masyarakat.,
Secara sederhana Easton mengungkapkan bahwa memahami sistem politik sama seperti halnya
memahami sistem lain seperti ekonomi, yang kesemuanya merupakan subsistem dari sistem yang lebih
besar. Namun demikian, sistem politik menurut pandangan Easton bersifat khusus, karena memiliki
Perbedaan satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat dipisahkan melalui tiga
dimensi: polity,4 politik,5 dan policy (kebijakan).6 Easton berpendapat bahwa definisi politik dari ketiga
dimensi ini terbukti lebih efektif, terutama untuk memahami realitas politik dalam upaya memberikan
pendidikan politik.
Fokus pendekatan sistem berawal pada adanya tuntutan, harapan, dan dukungan, sebagai
prasyarat sebelum memasuki proses konversi dalam sistem politik. Setelah melalui proses konversi barulah
keluar keputusan mengikat seluruh anggota masyarakat dalam bentuk hukum ataupun perundangan.
Hukum dan perundangan tersebut, pada gilirannya, akan menciptakan reaksi berupa opini dalam
masyarakat, menghasilkan masukan baru, dan kembali menciptakan tuntutan dan atau dukungan baru.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki batasan
dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa
tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan (conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem
Tahap 1 : Di dalam sistem politik akan terdapat “tuntutan” untuk “output” tertentu (misal: kebijakan), dan adanya orang
Tahap 4 : Ketika kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan menghasilkan tuntutan baru dan kelompok
Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan
kepentingan. Dimensi ini melingkupi beberapa isu klasik yang berkaitan dengan ilmu politik, seperti siapa yang dapat memaksakan
kepentingannya? mekanisme seperti apa yang berlangsung dalam menangani konflik? Dan sebagainya.
6
Policy sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan
tugas yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.
7
input dan output senantiasa berada dalam keadaan tetap, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem.
Proses
penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik yang rumit dan
kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan politik yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain
karena:
1. Sifatnya yang mutlak;
2. Teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa
sistem dapat hancur atau konflik;
3. teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan kata lain,
pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat
otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem
yang timbul akibat variasi.7
B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
7
Systems theory in political science. Diakses tanggal 19 Februari 2007,
dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Systems_theory_in_political_science
8
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem politik, tidak hanya
melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi mereka masing-masing. Keduanya juga
menekankan bahwa institusi-institusi tersebut harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna
dan bergerak dinamis, agar pemahaman dapat lebih jelas. Ide ini berseberangan dengan pendekatan yang
muncul dalam lingkup perbandingan politik seperti: teori negara-masyarakat dan teori dependensi.
Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat
digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu. Sedangkan sistem politik
merupakan suatu kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan
melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari teori sistem Easton
dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan struktural- fungsional merupakan suatu
pandangan mekanis yang melihat seluruh sistem politik sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum
“stimulus dan respon” yang sama —atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan perhatian
kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut
Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut.
Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan nilai dan kepercayaan
untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga, sekolah, media, perkumpulan religius, dan
aneka macam struktur politik yang membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku
politik dalam masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses, dimana
masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip kebiasaan menjadi warga negara
yang efektif. Rekrutmen mewakili proses dimana sistem politik menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan
memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas politik dan duduk dalam kantor pemerintahan.
Dan komunikasi mengacu pada bagaimana suatu sistem menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui
Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai dari membangun dan
mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam
peperangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah memiliki lembaga-lembaga khusus yang
disebut struktur, seperti parlemen, birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang melakukan
fungsi khusus pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa merumuskan, melaksanakan, dan
menegakan kebijakan.
Agar lebih jelas, sistem politik Almond dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini.
Pengetahuan mengenai keenam macam struktur politik tersebut belum dapat menerangkan sistem
politik apapun, selain memperlakukannya sebagai entitas yang berdiri sendiri, namun belum mencapai
tahap interaksi. Untuk itu, lingkungan perlu tercipta lebih dahulu sebagai konteks memahami keberadaan
Interaksi tiap bagian dalam struktur akan memunculkan kekhasan corak dan perilaku dalam
menyikapi lingkungannya, yang disebut fungsi. Tidak ada dua negara identik dalam menjalankan fungsi
tiap struktur, seperti halnya Amerika Serikat dan Cina memiliki parlemen, namun cara kerja parlemen
mereka amatlah berlainan. Agar lebih jelas, interaksi antar berbagai fungsi dalam struktur kelembagaan di
dalam sistem politik Indonesia dengan sistem politik negara lain dapat disimak pada ilustrasi berikut:
Struktur harus dikaitkan
dengan fungsi, sehingga kita
8
Structural functionalism. Diakses pada 19 Februari 2007, http://en.wikipedia.org/wiki/Structural-
functionalism
9
Almond, Strom (1999)
10
SISTEMP
Ilustrasi 2. Struktural Fungsional Sistem Politik Almond
dapat memahami bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan
kinerja.
Fungsi proses terdiri dari urutan aktifitas yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan dan
implementasinya dalam tiap sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan,
pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan kebijakan. Proses fungsi perlu dipelajari karena
mereka memainkan peranan dalam mengarahkan pembuatan kebijakan. Sebelum kebijakan dirumuskan,
beberapa individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan apa yang
mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika kepentingan tersebut
Agar bekerja efektif, proses harus memadukan tuntutan (agregasi) ke dalam alternatif pilihan,
seperti pajak lebih tinggi atau rendah atau jaminan sosial lebih tinggi atau kurang, dimana dukungan politik
dapat dimobilisasi. Alternatif pilihan kebijakan kemudian disertakan. Siapapun yang mengawasi
pemerintahan akan mendukung salah satu, baru kemudian pembuatan kebijakan mendapatkan legitimasi.
Kebijakan harus ditegakkan dan diimplementasikan, dan apabila ada yang mempertanyakan ataupun
Almond kemudian
mencontohkan hasil penelitian Theda Scokpol, mengenai studi sistem politik mencari penyebab terjadinya
revolusi dengan mengamati perubahan politik di berbagai negara melalui perbandingan lembaga-lembaga
yang ada pada periode historis ataupun rejim pemerintahan yang berbeda,12 sebagai alternatif, disamping
menjelaskan fenomena perubahan politik yang ada. Faktor budaya politik (political culture) sebagai bagian
penting dari sistem politik yang sangat berkaitan erat dengan sejarah perjalanan suatu bangsa. Terpisah
dari siapa yang memaknai dan mendominasi bahasa sejarah, tetap nilai-nilai historis akan berperan
12Lihat Theda Scokpol, States and Social Revolutions (New York: Cambridge University Press,
1979), melanjutkan teori mengenai terjadinya revolusi Tocqueville yang membandingkan masa sebelum dan setelah revolusi di
Perancis, dengan membandingkan sebab-sebab terjadinya revolusi pada old regime di negara seperti Perancis, Russia, dan Cina.
11
penting sebagai pertanda lahirnya suatu peradaban ataupun budaya masyarakat
tertentu.
Oleh karena itu penggabungan antara pendekatan analisa sistem, pendekatan struktural-
fungsional dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang
dipelajari. Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang: partai politik; kelompok
kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan13 dapat kita
Peran penting sejarah dalam memahami sistem politik sangat berkaitan dengan faktor lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai batas ruang lingkup sistem politik merupakan hasil bentukan budaya yang
Budaya sendiri merupakan peristiwa sejarah yang menggambarkan pola perilaku, cita rasa, yang
dirasakan, ditanamkan, diwariskan, dari generasi satu ke generasi lainnya. Dengan demikian sangatlah naif
apabila kita menganalisa sistem politik sekarang tanpa paham akar sejarahnya. Karena yang akan kita
dapatkan hanyalah analisa sempit yang tidak dapat memberikan sumbangsih bagi kepentingan perbaikan
Scockpol (2000), ilmuwan politik dari Harvard University, merupakan alternatif pendekatan teori politik
behavioralisme dan rasionalisme yang sangat mengutamakan metodologi empirik dalam mengamati
perubahan pada pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Menurut Scockpol, ciri dari pendekatan
historical institutionalisme terletak pada upaya mencari jawaban terhadap pertanyaan besar dan substantif
Sebagai contoh, behavioralis terkadang luput mengamati bahwa keseragaman pola tingkah laku
individu dalam berpartisipasi secara sukarela dalam suatu organisasi atau mencoblos dalam pemilihan
Berbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, historical institusional memandang penting penting
artinya waktu, mengkhusukan pada alur berpikir dan melacak transformasi dan proses dari berbagai ukuran
dan waktu. Pendekatan ini mengalanisis konteks dan hipotesis makro tentang perpaduan dampak dari
institusi dan proses daripada hanya mempelajari satu institusi pada satu periode waktu saja dalam rangka
memahami pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Oleh karena itu, pendekatan historical institusional
tidak ragu untuk menggali sejarah sebagai pelengkap pendekatan yang fokus pada analisis data dalam
Pentingnya sejarah juga diakui oleh para Indonesianis (ahli Indonesia) seperti Herbert Feith,
dalam mempelajari sistem politik Indonesia. Dalam mengaplikasikan sejarah dalam sistem politik
Indonesia, Feith menggunakan teori sistem struktural- fungsional dengan empat pendekatan, antara lain:
1. Masa sebelum tahun 1950-an, mempelajari Indonesia dari sudut politik dan administrasi kolonial, termasuk
2. Masa pemerintahan Soekarno, tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960- an, ahli politik Indonesia asal
Amerika Serikat, J. Kahin, menawarkan konsep baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum
3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz, mempelajari sifat-sifat dari tingkah laku
politik anggota masyarakat yang lebih luas. Konsep Geertz mengaplikasikan pendekatan sosio-kultural
terhadap budaya masyarakat jawa dan kaitannya dengan partai politik, melahirkan konsep “politik aliran,”
4. Feith pada akhirnya menggabungkan pendekatan Kahin dengan “mempelajari perkembangan tingkah laku
politik elit Indonesia dalam kerangka sejarah, dengan analisa semi-fungsional terhadap pertanyaan pokok,
mengapa
14Historical Institutionalism In Contemporary Political Science , Paul Pierson And Theda Skocpol
Harvard University,
13
lembaga-lembaga politik Barat tidak berjalan dengan baik dan akhirnya
berantakan.”15
Sehingga, dalam mempelajari sistem politik Indonesia masa sekarang, perlu mengetahui peranan
institusi-institusi dalam masa transisi pemerintahan Indonesia. Kegagalan sistem dalam pendekatan yang
menggabungkan struktural-fungsional dan sejarah, bukan merupakan tanggung jawab individu sebagai
aktor penggerak suatu lembaga, akan tetapi lebih karena pola yang terus menerus diwariskan atau lebih
Pada akhirnya, apabila sistem politik harus berubah, institusi-institusi yang ada perlu dirumuskan
kembali tingkat kepentingan dan fungsinya di masa depan dengan memperhatikan kegagalan-kegagalan
mereka di masa lalu sebagai input. Singkat kata, input berupa desakan, tuntutan, dan dukungan lingkungan
nasional dan internasional, seyogyanya memperhatikan latar belakang sejarah mengapa input tersebut ada.
BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik
14
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.17
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses
yang langggeng
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara
kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara
suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan
(Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik
(Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan
inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses
pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah
Masa prakolonial
-
Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :
-
Penyaluran tuntutan
-
Pemeliharaan nilai
-
Kapabilitas
-
Integrasi vertikal
-
Integrasi horizontal
-
Gaya politik
-
Kepemimpinan
-
Partisipasi massa
-
Keterlibatan militer
-
Aparat negara
-
Stabilitas20
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan)
19 Lihat Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008, hlm. 14-28
20 Lihat Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991, hlm. 8-11
16
-
Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
-
Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
-
Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
-
Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
-
Stabilitas – instabil
C. Sejarah Sistem Politik di Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun
dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis
sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu
proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena
sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan.21
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari
sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi
sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam
menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles
dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut
moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance
level) yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan
lingkungan internasional.
21 Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 17
19
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari
elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes
mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemampuan SDA
biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti
pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan
memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa untuk dapat
didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya
keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok
maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti
ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan
masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan
yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output berupa
kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai
inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah
negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara
yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi, peniadaan hak-haak sipil
dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok; pembatasan kekuasaan;
khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem
pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai system demokrasi, di
mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan Negara Indonesia, setelah
tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal
dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah
payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan
federal di bawah Republik Indonesia Serikat (RIS) selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus
1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997),
pemerintah merespon desakan daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat
sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.
22
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang mengatur
kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara; kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-
lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga
negara. Lembaga legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden, yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
seorang wakil presiden dan kabinet. Di tingkat regional, pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang
Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA)
sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada di bawahnya.
Fungsi MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, memberi nasehat, dan fungsi
adminsitrasi. Saat ini UUD 1945 telah mengalami beberapa kali amandemen, yang telah memasuki tahap
amandemen keempat. Amandemen konstitusi ini mengakibatkan perubahan mendasar terhadap tugas dan
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra,
bandung, 1999
Uploaded:
10/17/2009
Category:
Creative Writing>Fan Fiction
Rated:
4.2 5 false false 0
(5 Ratings)
makalah ini berbicara bagaimana sistem politik di dipakai di Indonesia
pendekatan ilmu
kelembagan
indonesia melalui
macam partai
harus dimiliki
melalui pendekatan
Related Documents
PreviousNext
Scribd
Upload a Document
Top of Form
Documents
• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories
•
• Featured
• Recent
People
• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories
•
• Most Followed
• Popular
• Putri Yulianti
/ 24
Sections not available
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode
View Mode
BookSlideshowScroll
Top of Form
Search w ithin
Bottom of Form
Readcast
Add a Comment
Embed & Share
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what
you're reading. Select the sites below and start sharing.
Link account
Readcast this Document
Readcast Complete!
Click 'send' to Readcast!
edit preferences
Set your preferences for next time...Choose 'auto' to readcast without being prompted.
Top of Form
Putri Yulianti
Putri Yulianti
Link account
Advanced Cancel
Bottom of Form
Top of Form
35c886e56a7fd6
Add a Comment
View comments
1 document_comme 4gen
Bottom of Form
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan meminta
ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya. Sebaliknya,
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul“Sistem
Politik di Indonesia” sebagai analisis untuk melihat bagaimana system politik di
Indonesia.
Didalam makalah ini, saya akan membahas tentang system Politik di Indonesia dilihat dari
beberapa pendekatan teori system politik, sejarah dan pemerintahan yang sedang berjalan di Indonesia.
Saya hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. saya sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah
ini. Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.
Billahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Medan, Oktober 2009
Andriansyah
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
iDAFTAR ISI .……………………………………………………………………..
ii
BAB I : PENDAHULUAN….……………………………………………………
1BAB II : PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK …...…..……………
3
A.Teori Behavioral Sistem Politik ...……………………………………….
3
B.Teori Struktural- fungsional Sistem Politik .………………………….…
6
C.Peran Sejarah dalam Sistem Politik di Indonesia ..……………………..
9
BAB III : SISTEM POLITIK INDONESIA…………………….…………
12
A.Pengertian Sistem Politik…………………………………………………
12
B.Proses Plitik di Indonesia ………..….……………………………………
13
C.Sejarah Sistem Politik di Indonesia.……………………………….…
16
D.Perbedaan sistem Politik di berbagai Negara………………………..
2
18
BAB IV : KESIMPULAN……………………………………………………….....
20
LITERATUR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.1 Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu system, yakni suatu unit yang
relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen
pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan
menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat
kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-
kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka
sistem
1 Lihat kamus Politik oleh Amir Taat Nasution, Energie, 1953, hlm. 92
3
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku
politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem
politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan
biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai
keputusan dan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan
bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk
Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-
elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Pengaruh
sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada pembentukan sistem politik disuatu negara.
Seperti halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu
mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik Indonesia akan
berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan
atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga
melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik
Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana sistem politik Indonesia adalah melalui
pengembangan wawasan dengan melibatkan institusi- institusi nasional dan internasional. Artinya
lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem politik Indonesia harus dipahami
terlebih dahulu.
Lingkungan internal akan sangat dipengaruhi oleh budaya politik bangsa Indonesia. Sedangkan
budaya politik sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa- peristiwa sejarah yang telah mengkristal dalam
kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun berupa tatanan nilai dan norma perilaku. Sementara itu,
lingkungan eksternal sedikit banyak mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya
berlangsung akibat peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bentuk “penjajahan” budaya pop
Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri sendiri dari sistem
politik negara lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan David Easton melalui pendekatan
analisa sistem terhadap sistem politik. Sampai kemudian, Gabriel Almond meneruskannya ke dalam
turunan teori sistem politik yang lebih konkrit, yaitu menggabungkan teori sistem ke dalam struktural-
fungsional, barulah kita mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik, maka layaknya suatu
sistem, kami akan ciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu mengenalkan kedua pendekatan
terhadap sistem politik baru kemudian menganalisis sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih
dahulu kami akan membahas pendekatan sistem politik dari teori behavioral. kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan pendekatan sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti
Adalah David Easton (1953)2, seorang ilmuwan politik dari Harvard University, memperkenalkan
pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam memahami politik. Di kalangan ilmuwanpolitik
yang menganut tradisi pluralis, teori Easton yang bersifat abstrak berpengaruh sampai akhir tahun 1960-an.
Sedangkan ilmuwanpolitik
kontemporer berkeinginan untuk menciptakan teori umum dengan melihat masalah lebih konstekstual.
Sebagai pendukung setia aliran behavioralisme, Easton berusaha keras
mengantarkan politik menjadi ilmu setara dengan ilmu alam dengan
2 Easton “The Political system” (1964), hlm. 52-54
5
mengembalikannya ke dalam kaidah-kaidah saintifik seperti generalisasi, abstrak, validitas, dan sebagainya
untuk mengukur tingkah laku politik seseorang. Hasrat kuat untuk memunculkan politik sebagai ilmu
pengetahuan (science) ditempuh dengan cara menciptakan model abstrak, mempolakan rutinitas dan proses
politik secara umum. Model seperti ini menurut Easton, memiliki tingkat abstraksi saintifik sangat tinggi,
sehingga generalisasi politik sebagai ilmu akan tercapai. Menurut Easton, politik harus dilihat secara
keseluruhan, bukan hanya berdasarkan kumpulan dari beberapa masalah yang harus dipecahkan.
Easton menganggap politik sebagai organisme, memperlakukannya sebagai mahluk hidup. Teori
Easton berisi pernyataan tentang apa yang membuat sistem politik beradaptasi, bertahan dan bereproduksi,
dan terutama, berubah. Easton menggambarkan politik dalam keadaan selalu bergejolak, menolak ide
“equilibrium,” yang mempengaruhi teori politik masa kini (lihat teori institusionalisme).3
Lebih
jauh, Easton menolak ide bahwa politik dapat dipelajari dengan melihat berbagai tingkatan analisis. Oleh
karena itu, abstraksi Easton dapat diterapkan untuk kelompok apapun pada waktu kapanpun.
Fokus perhatian Easton bersumber pada pertanyaan mengenai bagaimana mengelola sistem
politik agar tetap utuh dalam situasi dunia yang penuh gejolak dan rentan pada perubahan. Dalam
menjawab pertanyaan ini, Easton meyakini akan pentingnya melakukan penelitian akan bagaimana sistem
politik berinteraksi dengan lingkungannya, baik di dalam maupun di luar lingkup masyarakat.,
Secara sederhana Easton mengungkapkan bahwa memahami sistem politik sama seperti halnya
memahami sistem lain seperti ekonomi, yang kesemuanya merupakan subsistem dari sistem yang lebih
besar. Namun demikian, sistem politik menurut pandangan Easton bersifat khusus, karena memiliki
Perbedaan satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat dipisahkan melalui tiga
dimensi: polity,4 politik,5 dan policy (kebijakan).6 Easton berpendapat bahwa definisi politik dari ketiga
dimensi ini terbukti lebih efektif, terutama untuk memahami realitas politik dalam upaya memberikan
pendidikan politik.
Fokus pendekatan sistem berawal pada adanya tuntutan, harapan, dan dukungan, sebagai
prasyarat sebelum memasuki proses konversi dalam sistem politik. Setelah melalui proses konversi barulah
keluar keputusan mengikat seluruh anggota masyarakat dalam bentuk hukum ataupun perundangan.
Hukum dan perundangan tersebut, pada gilirannya, akan menciptakan reaksi berupa opini dalam
masyarakat, menghasilkan masukan baru, dan kembali menciptakan tuntutan dan atau dukungan baru.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki batasan
dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa
tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan (conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem
Tahap 1 : Di dalam sistem politik akan terdapat “tuntutan” untuk “output” tertentu (misal: kebijakan), dan adanya orang
Tahap 4 : Ketika kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan menghasilkan tuntutan baru dan kelompok
Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan
kepentingan. Dimensi ini melingkupi beberapa isu klasik yang berkaitan dengan ilmu politik, seperti siapa yang dapat memaksakan
kepentingannya? mekanisme seperti apa yang berlangsung dalam menangani konflik? Dan sebagainya.
6
Policy sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan
tugas yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.
7
Ilustrasi 1. Model Analisa Sistem Politik
Apabila sistem berfungsi seperti tahapan
yang
digambarkan,
kita
input dan output senantiasa berada dalam keadaan tetap, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem.
Proses
penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik yang rumit dan
kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan politik yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain
karena:
1. Sifatnya yang mutlak;
2. Teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa
sistem dapat hancur atau konflik;
3. teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan kata lain,
pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat
otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem
yang timbul akibat variasi.7
B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
7
Systems theory in political science. Diakses tanggal 19 Februari 2007,
dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Systems_theory_in_political_science
8
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem politik, tidak hanya
melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi mereka masing-masing. Keduanya juga
menekankan bahwa institusi-institusi tersebut harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna
dan bergerak dinamis, agar pemahaman dapat lebih jelas. Ide ini berseberangan dengan pendekatan yang
muncul dalam lingkup perbandingan politik seperti: teori negara-masyarakat dan teori dependensi.
Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat
digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu. Sedangkan sistem politik
merupakan suatu kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan
melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari teori sistem Easton
dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan struktural- fungsional merupakan suatu
pandangan mekanis yang melihat seluruh sistem politik sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum
“stimulus dan respon” yang sama —atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan perhatian
kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut
Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut.
Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan nilai dan kepercayaan
untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga, sekolah, media, perkumpulan religius, dan
aneka macam struktur politik yang membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku
politik dalam masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses, dimana
masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip kebiasaan menjadi warga negara
yang efektif. Rekrutmen mewakili proses dimana sistem politik menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan
memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas politik dan duduk dalam kantor pemerintahan.
Dan komunikasi mengacu pada bagaimana suatu sistem menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui
Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai dari membangun dan
mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam
peperangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah memiliki lembaga-lembaga khusus yang
disebut struktur, seperti parlemen, birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang melakukan
fungsi khusus pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa merumuskan, melaksanakan, dan
menegakan kebijakan.
Agar lebih jelas, sistem politik Almond dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini.
Pengetahuan mengenai keenam macam struktur politik tersebut belum dapat menerangkan sistem
politik apapun, selain memperlakukannya sebagai entitas yang berdiri sendiri, namun belum mencapai
tahap interaksi. Untuk itu, lingkungan perlu tercipta lebih dahulu sebagai konteks memahami keberadaan
Interaksi tiap bagian dalam struktur akan memunculkan kekhasan corak dan perilaku dalam
menyikapi lingkungannya, yang disebut fungsi. Tidak ada dua negara identik dalam menjalankan fungsi
tiap struktur, seperti halnya Amerika Serikat dan Cina memiliki parlemen, namun cara kerja parlemen
mereka amatlah berlainan. Agar lebih jelas, interaksi antar berbagai fungsi dalam struktur kelembagaan di
dalam sistem politik Indonesia dengan sistem politik negara lain dapat disimak pada ilustrasi berikut:
Struktur harus dikaitkan
dengan fungsi, sehingga kita
8
Structural functionalism. Diakses pada 19 Februari 2007, http://en.wikipedia.org/wiki/Structural-
functionalism
9
Almond, Strom (1999)
10
SISTEMP
Ilustrasi 2. Struktural Fungsional Sistem Politik Almond
dapat memahami bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan
kinerja.
Fungsi proses terdiri dari urutan aktifitas yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan dan
implementasinya dalam tiap sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan,
pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan kebijakan. Proses fungsi perlu dipelajari karena
mereka memainkan peranan dalam mengarahkan pembuatan kebijakan. Sebelum kebijakan dirumuskan,
beberapa individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan apa yang
mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika kepentingan tersebut
Agar bekerja efektif, proses harus memadukan tuntutan (agregasi) ke dalam alternatif pilihan,
seperti pajak lebih tinggi atau rendah atau jaminan sosial lebih tinggi atau kurang, dimana dukungan politik
dapat dimobilisasi. Alternatif pilihan kebijakan kemudian disertakan. Siapapun yang mengawasi
pemerintahan akan mendukung salah satu, baru kemudian pembuatan kebijakan mendapatkan legitimasi.
Kebijakan harus ditegakkan dan diimplementasikan, dan apabila ada yang mempertanyakan ataupun
Almond kemudian
mencontohkan hasil penelitian Theda Scokpol, mengenai studi sistem politik mencari penyebab terjadinya
revolusi dengan mengamati perubahan politik di berbagai negara melalui perbandingan lembaga-lembaga
yang ada pada periode historis ataupun rejim pemerintahan yang berbeda,12 sebagai alternatif, disamping
menjelaskan fenomena perubahan politik yang ada. Faktor budaya politik (political culture) sebagai bagian
penting dari sistem politik yang sangat berkaitan erat dengan sejarah perjalanan suatu bangsa. Terpisah
dari siapa yang memaknai dan mendominasi bahasa sejarah, tetap nilai-nilai historis akan berperan
12Lihat Theda Scokpol, States and Social Revolutions (New York: Cambridge University Press,
1979), melanjutkan teori mengenai terjadinya revolusi Tocqueville yang membandingkan masa sebelum dan setelah revolusi di
Perancis, dengan membandingkan sebab-sebab terjadinya revolusi pada old regime di negara seperti Perancis, Russia, dan Cina.
11
penting sebagai pertanda lahirnya suatu peradaban ataupun budaya masyarakat
tertentu.
Oleh karena itu penggabungan antara pendekatan analisa sistem, pendekatan struktural-
fungsional dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang
dipelajari. Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang: partai politik; kelompok
kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan13 dapat kita
Peran penting sejarah dalam memahami sistem politik sangat berkaitan dengan faktor lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai batas ruang lingkup sistem politik merupakan hasil bentukan budaya yang
Budaya sendiri merupakan peristiwa sejarah yang menggambarkan pola perilaku, cita rasa, yang
dirasakan, ditanamkan, diwariskan, dari generasi satu ke generasi lainnya. Dengan demikian sangatlah naif
apabila kita menganalisa sistem politik sekarang tanpa paham akar sejarahnya. Karena yang akan kita
dapatkan hanyalah analisa sempit yang tidak dapat memberikan sumbangsih bagi kepentingan perbaikan
Scockpol (2000), ilmuwan politik dari Harvard University, merupakan alternatif pendekatan teori politik
behavioralisme dan rasionalisme yang sangat mengutamakan metodologi empirik dalam mengamati
perubahan pada pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Menurut Scockpol, ciri dari pendekatan
historical institutionalisme terletak pada upaya mencari jawaban terhadap pertanyaan besar dan substantif
Sebagai contoh, behavioralis terkadang luput mengamati bahwa keseragaman pola tingkah laku
individu dalam berpartisipasi secara sukarela dalam suatu organisasi atau mencoblos dalam pemilihan
Berbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, historical institusional memandang penting penting
artinya waktu, mengkhusukan pada alur berpikir dan melacak transformasi dan proses dari berbagai ukuran
dan waktu. Pendekatan ini mengalanisis konteks dan hipotesis makro tentang perpaduan dampak dari
institusi dan proses daripada hanya mempelajari satu institusi pada satu periode waktu saja dalam rangka
memahami pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Oleh karena itu, pendekatan historical institusional
tidak ragu untuk menggali sejarah sebagai pelengkap pendekatan yang fokus pada analisis data dalam
Pentingnya sejarah juga diakui oleh para Indonesianis (ahli Indonesia) seperti Herbert Feith,
dalam mempelajari sistem politik Indonesia. Dalam mengaplikasikan sejarah dalam sistem politik
Indonesia, Feith menggunakan teori sistem struktural- fungsional dengan empat pendekatan, antara lain:
1. Masa sebelum tahun 1950-an, mempelajari Indonesia dari sudut politik dan administrasi kolonial, termasuk
2. Masa pemerintahan Soekarno, tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960- an, ahli politik Indonesia asal
Amerika Serikat, J. Kahin, menawarkan konsep baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum
3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz, mempelajari sifat-sifat dari tingkah laku
politik anggota masyarakat yang lebih luas. Konsep Geertz mengaplikasikan pendekatan sosio-kultural
terhadap budaya masyarakat jawa dan kaitannya dengan partai politik, melahirkan konsep “politik aliran,”
4. Feith pada akhirnya menggabungkan pendekatan Kahin dengan “mempelajari perkembangan tingkah laku
politik elit Indonesia dalam kerangka sejarah, dengan analisa semi-fungsional terhadap pertanyaan pokok,
mengapa
14Historical
Institutionalism In Contemporary Political Science , Paul Pierson And Theda Skocpol
Harvard University,
13
lembaga-lembaga politik Barat tidak berjalan dengan baik dan akhirnya
berantakan.”15
Sehingga, dalam mempelajari sistem politik Indonesia masa sekarang, perlu mengetahui peranan
institusi-institusi dalam masa transisi pemerintahan Indonesia. Kegagalan sistem dalam pendekatan yang
menggabungkan struktural-fungsional dan sejarah, bukan merupakan tanggung jawab individu sebagai
aktor penggerak suatu lembaga, akan tetapi lebih karena pola yang terus menerus diwariskan atau lebih
Pada akhirnya, apabila sistem politik harus berubah, institusi-institusi yang ada perlu dirumuskan
kembali tingkat kepentingan dan fungsinya di masa depan dengan memperhatikan kegagalan-kegagalan
mereka di masa lalu sebagai input. Singkat kata, input berupa desakan, tuntutan, dan dukungan lingkungan
nasional dan internasional, seyogyanya memperhatikan latar belakang sejarah mengapa input tersebut ada.
BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik
14
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.17
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses
yang langggeng
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara
kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara
suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang
Documents
• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories
•
• Featured
• Recent
People
• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories
•
• Most Followed
• Popular
• Putri Yulianti
/ 24
Sections not available
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode
View Mode
BookSlideshowScroll
Top of Form
Search w ithin
Bottom of Form
Readcast
Add a Comment
Embed & Share
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what
you're reading. Select the sites below and start sharing.
Link account
Readcast this Document
Readcast Complete!
Click 'send' to Readcast!
edit preferences
Set your preferences for next time...Choose 'auto' to readcast without being prompted.
Top of Form
Putri Yulianti
Putri Yulianti
Link account
Advanced Cancel
Bottom of Form
Top of Form
35c886e56a7fd6
Add a Comment
View comments
1 document_comme 4gen
Bottom of Form
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan meminta
ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya. Sebaliknya,
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul“Sistem
Politik di Indonesia” sebagai analisis untuk melihat bagaimana system politik di
Indonesia.
Didalam makalah ini, saya akan membahas tentang system Politik di Indonesia dilihat dari
beberapa pendekatan teori system politik, sejarah dan pemerintahan yang sedang berjalan di Indonesia.
Saya hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. saya sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah
ini. Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.
Billahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Medan, Oktober 2009
Andriansyah
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
iDAFTAR ISI .……………………………………………………………………..
ii
BAB I : PENDAHULUAN….……………………………………………………
1BAB II : PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK …...…..……………
3
A.Teori Behavioral Sistem Politik ...……………………………………….
3
B.Teori Struktural- fungsional Sistem Politik .………………………….…
6
C.Peran Sejarah dalam Sistem Politik di Indonesia ..……………………..
9
BAB III : SISTEM POLITIK INDONESIA…………………….…………
12
A.Pengertian Sistem Politik…………………………………………………
12
B.Proses Plitik di Indonesia ………..….……………………………………
13
C.Sejarah Sistem Politik di Indonesia.……………………………….…
16
D.Perbedaan sistem Politik di berbagai Negara………………………..
2
18
BAB IV : KESIMPULAN……………………………………………………….....
20
LITERATUR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.1 Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu system, yakni suatu unit yang
relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen
pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan
menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat
kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-
kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka
sistem
1 Lihat kamus Politik oleh Amir Taat Nasution, Energie, 1953, hlm. 92
3
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku
politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem
politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan
biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai
keputusan dan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan
bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk
Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-
elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Pengaruh
sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada pembentukan sistem politik disuatu negara.
Seperti halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu
mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik Indonesia akan
berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan
atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga
melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik
Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana sistem politik Indonesia adalah melalui
pengembangan wawasan dengan melibatkan institusi- institusi nasional dan internasional. Artinya
lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem politik Indonesia harus dipahami
terlebih dahulu.
Lingkungan internal akan sangat dipengaruhi oleh budaya politik bangsa Indonesia. Sedangkan
budaya politik sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa- peristiwa sejarah yang telah mengkristal dalam
kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun berupa tatanan nilai dan norma perilaku. Sementara itu,
lingkungan eksternal sedikit banyak mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya
berlangsung akibat peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bentuk “penjajahan” budaya pop
Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri sendiri dari sistem
politik negara lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan David Easton melalui pendekatan
analisa sistem terhadap sistem politik. Sampai kemudian, Gabriel Almond meneruskannya ke dalam
turunan teori sistem politik yang lebih konkrit, yaitu menggabungkan teori sistem ke dalam struktural-
fungsional, barulah kita mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik, maka layaknya suatu
sistem, kami akan ciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu mengenalkan kedua pendekatan
terhadap sistem politik baru kemudian menganalisis sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih
dahulu kami akan membahas pendekatan sistem politik dari teori behavioral. kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan pendekatan sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti
Adalah David Easton (1953)2, seorang ilmuwan politik dari Harvard University, memperkenalkan
pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam memahami politik. Di kalangan ilmuwanpolitik
yang menganut tradisi pluralis, teori Easton yang bersifat abstrak berpengaruh sampai akhir tahun 1960-an.
Sedangkan ilmuwanpolitik
kontemporer berkeinginan untuk menciptakan teori umum dengan melihat masalah lebih konstekstual.
Sebagai pendukung setia aliran behavioralisme, Easton berusaha keras
mengantarkan politik menjadi ilmu setara dengan ilmu alam dengan
2 Easton “The Political system” (1964), hlm. 52-54
5
mengembalikannya ke dalam kaidah-kaidah saintifik seperti generalisasi, abstrak, validitas, dan sebagainya
untuk mengukur tingkah laku politik seseorang. Hasrat kuat untuk memunculkan politik sebagai ilmu
pengetahuan (science) ditempuh dengan cara menciptakan model abstrak, mempolakan rutinitas dan proses
politik secara umum. Model seperti ini menurut Easton, memiliki tingkat abstraksi saintifik sangat tinggi,
sehingga generalisasi politik sebagai ilmu akan tercapai. Menurut Easton, politik harus dilihat secara
keseluruhan, bukan hanya berdasarkan kumpulan dari beberapa masalah yang harus dipecahkan.
Easton menganggap politik sebagai organisme, memperlakukannya sebagai mahluk hidup. Teori
Easton berisi pernyataan tentang apa yang membuat sistem politik beradaptasi, bertahan dan bereproduksi,
dan terutama, berubah. Easton menggambarkan politik dalam keadaan selalu bergejolak, menolak ide
“equilibrium,” yang mempengaruhi teori politik masa kini (lihat teori institusionalisme).3
Lebih
jauh, Easton menolak ide bahwa politik dapat dipelajari dengan melihat berbagai tingkatan analisis. Oleh
karena itu, abstraksi Easton dapat diterapkan untuk kelompok apapun pada waktu kapanpun.
Fokus perhatian Easton bersumber pada pertanyaan mengenai bagaimana mengelola sistem
politik agar tetap utuh dalam situasi dunia yang penuh gejolak dan rentan pada perubahan. Dalam
menjawab pertanyaan ini, Easton meyakini akan pentingnya melakukan penelitian akan bagaimana sistem
politik berinteraksi dengan lingkungannya, baik di dalam maupun di luar lingkup masyarakat.,
Secara sederhana Easton mengungkapkan bahwa memahami sistem politik sama seperti halnya
memahami sistem lain seperti ekonomi, yang kesemuanya merupakan subsistem dari sistem yang lebih
besar. Namun demikian, sistem politik menurut pandangan Easton bersifat khusus, karena memiliki
Perbedaan satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat dipisahkan melalui tiga
dimensi: polity,4 politik,5 dan policy (kebijakan).6 Easton berpendapat bahwa definisi politik dari ketiga
dimensi ini terbukti lebih efektif, terutama untuk memahami realitas politik dalam upaya memberikan
pendidikan politik.
Fokus pendekatan sistem berawal pada adanya tuntutan, harapan, dan dukungan, sebagai
prasyarat sebelum memasuki proses konversi dalam sistem politik. Setelah melalui proses konversi barulah
keluar keputusan mengikat seluruh anggota masyarakat dalam bentuk hukum ataupun perundangan.
Hukum dan perundangan tersebut, pada gilirannya, akan menciptakan reaksi berupa opini dalam
masyarakat, menghasilkan masukan baru, dan kembali menciptakan tuntutan dan atau dukungan baru.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki batasan
dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa
tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan (conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem
Tahap 1 : Di dalam sistem politik akan terdapat “tuntutan” untuk “output” tertentu (misal: kebijakan), dan adanya orang
Tahap 4 : Ketika kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan menghasilkan tuntutan baru dan kelompok
Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan
kepentingan. Dimensi ini melingkupi beberapa isu klasik yang berkaitan dengan ilmu politik, seperti siapa yang dapat memaksakan
kepentingannya? mekanisme seperti apa yang berlangsung dalam menangani konflik? Dan sebagainya.
6
Policy sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan
tugas yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.
7
Ilustrasi 1. Model Analisa Sistem Politik
Apabila sistem berfungsi seperti tahapan
yang
digambarkan,
kita
input dan output senantiasa berada dalam keadaan tetap, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem.
Proses
penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik yang rumit dan
kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan politik yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain
karena:
1. Sifatnya yang mutlak;
2. Teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa
sistem dapat hancur atau konflik;
3. teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan kata lain,
pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat
otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem
yang timbul akibat variasi.7
B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
7
Systems theory in political science. Diakses tanggal 19 Februari 2007,
dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Systems_theory_in_political_science
8
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem politik, tidak hanya
melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi mereka masing-masing. Keduanya juga
menekankan bahwa institusi-institusi tersebut harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna
dan bergerak dinamis, agar pemahaman dapat lebih jelas. Ide ini berseberangan dengan pendekatan yang
muncul dalam lingkup perbandingan politik seperti: teori negara-masyarakat dan teori dependensi.
Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat
digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu. Sedangkan sistem politik
merupakan suatu kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan
melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari teori sistem Easton
dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan struktural- fungsional merupakan suatu
pandangan mekanis yang melihat seluruh sistem politik sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum
“stimulus dan respon” yang sama —atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan perhatian
kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut
Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut.
Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan nilai dan kepercayaan
untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga, sekolah, media, perkumpulan religius, dan
aneka macam struktur politik yang membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku
politik dalam masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses, dimana
masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip kebiasaan menjadi warga negara
yang efektif. Rekrutmen mewakili proses dimana sistem politik menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan
memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas politik dan duduk dalam kantor pemerintahan.
Dan komunikasi mengacu pada bagaimana suatu sistem menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui
Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai dari membangun dan
mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam
peperangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah memiliki lembaga-lembaga khusus yang
disebut struktur, seperti parlemen, birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang melakukan
fungsi khusus pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa merumuskan, melaksanakan, dan
menegakan kebijakan.
Agar lebih jelas, sistem politik Almond dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini.
Pengetahuan mengenai keenam macam struktur politik tersebut belum dapat menerangkan sistem
politik apapun, selain memperlakukannya sebagai entitas yang berdiri sendiri, namun belum mencapai
tahap interaksi. Untuk itu, lingkungan perlu tercipta lebih dahulu sebagai konteks memahami keberadaan
Interaksi tiap bagian dalam struktur akan memunculkan kekhasan corak dan perilaku dalam
menyikapi lingkungannya, yang disebut fungsi. Tidak ada dua negara identik dalam menjalankan fungsi
tiap struktur, seperti halnya Amerika Serikat dan Cina memiliki parlemen, namun cara kerja parlemen
mereka amatlah berlainan. Agar lebih jelas, interaksi antar berbagai fungsi dalam struktur kelembagaan di
dalam sistem politik Indonesia dengan sistem politik negara lain dapat disimak pada ilustrasi berikut:
Struktur harus dikaitkan
dengan fungsi, sehingga kita
8
Structural functionalism. Diakses pada 19 Februari 2007, http://en.wikipedia.org/wiki/Structural-
functionalism
9
Almond, Strom (1999)
10
SISTEMP
Ilustrasi 2. Struktural Fungsional Sistem Politik Almond
dapat memahami bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan
kinerja.
Fungsi proses terdiri dari urutan aktifitas yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan dan
implementasinya dalam tiap sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan,
pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan kebijakan. Proses fungsi perlu dipelajari karena
mereka memainkan peranan dalam mengarahkan pembuatan kebijakan. Sebelum kebijakan dirumuskan,
beberapa individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan apa yang
mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika kepentingan tersebut
Agar bekerja efektif, proses harus memadukan tuntutan (agregasi) ke dalam alternatif pilihan,
seperti pajak lebih tinggi atau rendah atau jaminan sosial lebih tinggi atau kurang, dimana dukungan politik
dapat dimobilisasi. Alternatif pilihan kebijakan kemudian disertakan. Siapapun yang mengawasi
pemerintahan akan mendukung salah satu, baru kemudian pembuatan kebijakan mendapatkan legitimasi.
Kebijakan harus ditegakkan dan diimplementasikan, dan apabila ada yang mempertanyakan ataupun
Almond kemudian
mencontohkan hasil penelitian Theda Scokpol, mengenai studi sistem politik mencari penyebab terjadinya
revolusi dengan mengamati perubahan politik di berbagai negara melalui perbandingan lembaga-lembaga
yang ada pada periode historis ataupun rejim pemerintahan yang berbeda,12 sebagai alternatif, disamping
menjelaskan fenomena perubahan politik yang ada. Faktor budaya politik (political culture) sebagai bagian
penting dari sistem politik yang sangat berkaitan erat dengan sejarah perjalanan suatu bangsa. Terpisah
dari siapa yang memaknai dan mendominasi bahasa sejarah, tetap nilai-nilai historis akan berperan
12Lihat Theda Scokpol, States and Social Revolutions (New York: Cambridge University Press,
1979), melanjutkan teori mengenai terjadinya revolusi Tocqueville yang membandingkan masa sebelum dan setelah revolusi di
Perancis, dengan membandingkan sebab-sebab terjadinya revolusi pada old regime di negara seperti Perancis, Russia, dan Cina.
11
penting sebagai pertanda lahirnya suatu peradaban ataupun budaya masyarakat
tertentu.
Oleh karena itu penggabungan antara pendekatan analisa sistem, pendekatan struktural-
fungsional dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang
dipelajari. Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang: partai politik; kelompok
kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan13 dapat kita
Peran penting sejarah dalam memahami sistem politik sangat berkaitan dengan faktor lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai batas ruang lingkup sistem politik merupakan hasil bentukan budaya yang
Budaya sendiri merupakan peristiwa sejarah yang menggambarkan pola perilaku, cita rasa, yang
dirasakan, ditanamkan, diwariskan, dari generasi satu ke generasi lainnya. Dengan demikian sangatlah naif
apabila kita menganalisa sistem politik sekarang tanpa paham akar sejarahnya. Karena yang akan kita
dapatkan hanyalah analisa sempit yang tidak dapat memberikan sumbangsih bagi kepentingan perbaikan
Scockpol (2000), ilmuwan politik dari Harvard University, merupakan alternatif pendekatan teori politik
behavioralisme dan rasionalisme yang sangat mengutamakan metodologi empirik dalam mengamati
perubahan pada pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Menurut Scockpol, ciri dari pendekatan
historical institutionalisme terletak pada upaya mencari jawaban terhadap pertanyaan besar dan substantif
Sebagai contoh, behavioralis terkadang luput mengamati bahwa keseragaman pola tingkah laku
individu dalam berpartisipasi secara sukarela dalam suatu organisasi atau mencoblos dalam pemilihan
Berbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, historical institusional memandang penting penting
artinya waktu, mengkhusukan pada alur berpikir dan melacak transformasi dan proses dari berbagai ukuran
dan waktu. Pendekatan ini mengalanisis konteks dan hipotesis makro tentang perpaduan dampak dari
institusi dan proses daripada hanya mempelajari satu institusi pada satu periode waktu saja dalam rangka
memahami pemerintahan, politik, dan kebijakan publik. Oleh karena itu, pendekatan historical institusional
tidak ragu untuk menggali sejarah sebagai pelengkap pendekatan yang fokus pada analisis data dalam
Pentingnya sejarah juga diakui oleh para Indonesianis (ahli Indonesia) seperti Herbert Feith,
dalam mempelajari sistem politik Indonesia. Dalam mengaplikasikan sejarah dalam sistem politik
Indonesia, Feith menggunakan teori sistem struktural- fungsional dengan empat pendekatan, antara lain:
1. Masa sebelum tahun 1950-an, mempelajari Indonesia dari sudut politik dan administrasi kolonial, termasuk
2. Masa pemerintahan Soekarno, tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960- an, ahli politik Indonesia asal
Amerika Serikat, J. Kahin, menawarkan konsep baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum
3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz, mempelajari sifat-sifat dari tingkah laku
politik anggota masyarakat yang lebih luas. Konsep Geertz mengaplikasikan pendekatan sosio-kultural
terhadap budaya masyarakat jawa dan kaitannya dengan partai politik, melahirkan konsep “politik aliran,”
4. Feith pada akhirnya menggabungkan pendekatan Kahin dengan “mempelajari perkembangan tingkah laku
politik elit Indonesia dalam kerangka sejarah, dengan analisa semi-fungsional terhadap pertanyaan pokok,
mengapa
14Historical
Institutionalism In Contemporary Political Science , Paul Pierson And Theda Skocpol
Harvard University,
13
lembaga-lembaga politik Barat tidak berjalan dengan baik dan akhirnya
berantakan.”15
Sehingga, dalam mempelajari sistem politik Indonesia masa sekarang, perlu mengetahui peranan
institusi-institusi dalam masa transisi pemerintahan Indonesia. Kegagalan sistem dalam pendekatan yang
menggabungkan struktural-fungsional dan sejarah, bukan merupakan tanggung jawab individu sebagai
aktor penggerak suatu lembaga, akan tetapi lebih karena pola yang terus menerus diwariskan atau lebih
Pada akhirnya, apabila sistem politik harus berubah, institusi-institusi yang ada perlu dirumuskan
kembali tingkat kepentingan dan fungsinya di masa depan dengan memperhatikan kegagalan-kegagalan
mereka di masa lalu sebagai input. Singkat kata, input berupa desakan, tuntutan, dan dukungan lingkungan
nasional dan internasional, seyogyanya memperhatikan latar belakang sejarah mengapa input tersebut ada.
BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik
14
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.17
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses
yang langggeng
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara
kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara
suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan
(Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik
(Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan
inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses
pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah
Masa prakolonial
-
Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :
-
Penyaluran tuntutan
-
Pemeliharaan nilai
-
Kapabilitas
-
Integrasi vertikal
-
Integrasi horizontal
-
Gaya politik
-
Kepemimpinan
-
Partisipasi massa
-
Keterlibatan militer
-
Aparat negara
-
Stabilitas20
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan)
19 Lihat Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008, hlm. 14-28
20 Lihat Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991, hlm. 8-11
16
-
Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
-
Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
-
Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
-
Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
-
8 p.
6 p.
1.
9 p.
16 p.
7 p.
2.
65 p.
10 p.
23 p.
3.
30 p.
61 p.
18 p.
4.
17 p.
23 p.
47 p.
5.
76 p.
15 p.
60 p.
6.
34 p.
14 p.
6 p.
7.
1 p.
2 p.
4 p.
8.
9 p.
1 p.
1 p.
9.
1 p.
3 p.
0 p.
10.
15 p.
1 p.
14 p.
11.
1 p.
186 p.
7 p.
12.
27 p.
2 p.
1 p.
13.
3 p.
127 p.
24 p.
121 p.
2.
11 p.
32 p.
Recent Readcasters
Add a Comment
Top of Form
35c886e56a7fd6
Submit
document_comme
4gen
Bottom of Form
Name:
Description:
public - locked
Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it
Save collection
Cancel
Bottom of Form
Name:
Description:
public - locked
Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it
Save collection
Cancel
Bottom of Form
Bottom of Form
• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd
• About
• Press
• Blog
• Partners
• Scribd 101
• Web Stuff
• Scribd Store
• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms
• Copyright
• Privacy
scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd.