Anda di halaman 1dari 11

BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No.

1 Juni 2012

KAPASITAS ADSORPSI MERKURI MENGGUNAKAN


ADSORBEN Sargassum crassifolium TERAKTIVASI
(Adsorption Capacity of Mercury Using Sargassum crassifolium
Activated Adsorbent)

Imelda H. Silalahi, Titin Anita Zahara dan Henry Martua Tampubolon


Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak
E-mail: imelda222@yahoo.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas adsorpsi maksimum


merkuri menggunakan adsorben Sargassum crassifolium teraktivasi. Sargassum
crassifolium diaktivasi melalui protonasi menggunakan asam sulfat (H2SO4) 1 M
dilanjutkan dengan pemanasan selama 24 jam pada suhu 100OC. Kondisi optimum
adsorpsi ditentukan berdasarkan pH larutan dan waktu kontak terhadap kapasitas
adsorpsi senyawa merkuri. Hasil analisis menunjukkan bahwa adsorpsi optimum pada
pH 7 dengan waktu kontak 60 menit. Berdasarkan persamaan isoterm Langmuir
diperoleh kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 2,90 mmol/g.
Kata Kunci: adsorpsi, merkuri, Sargassum crassifolium

ABSTRACT. This study aims to determine the maximum adsorption capacity of Hg


using activated Sargassum crassifolium adsorbent. Sargassum crassifolium was
activated by protonation using sulfuric acid (H2SO4) 1 M followed by heating for 24
hours at 100OC. Optimum conditions of adsorption was discovered through various of
pH and contact time to the Hg(II) concentration decrease. The analysis showed that the
optimum pH was 7 and contact time was 60 minutes. Finally the maximum adsorption
capacity of Hg(II) using activated Sargassum crassifolium adsorbent was 2,90 mmol/g
determined by Langmuir Isotherm equation.
Keywords : adsorption, mercury, Sargassum crassifolium

1. PENDAHULUAN
Merkuri merupakan salah satu logam merkuri dalam tubuh umumnya
logam berat toksik yang dapat mencemari bersifat permanen (Palar, 1994).
lingkungan. Merkuri dapat ditemukan Merkuri atau air raksa (Hg) muncul
melalui pembuangan berbagai peralatan di lingkungan secara alamiah dan berada
seperti komponen baterai, termometer, dalam beberapa bentuk yang pada
barometer, cermin cair pada teleskop, prinsipnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk
maupun melalui aktivitas penambangan utama yaitu merkuri metal (Hg0), senyawa
emas (Martaningtyas, 2006). Merkuri merkuri anorganik dan merkuri organik
dapat terakumulasi dalam mikroorganisme (Sugiyarto, 2004). Sebagai merkuri
yang hidup di air (sungai, danau, laut) anorganik misalnya garam merkurous
melalui proses metabolisme. Bahan-bahan (Hg2Cl2) dan garam merkurik (HgCl2).
yang mengandung merkuri yang terbuang Merkuri (II) klorida sangat larut dalam air
ke dalam sungai atau laut dimakan oleh dan sangat toksik, sebaliknya Hg2Cl2 tidak
mikroorganisme tersebut dan secara larut dan kurang toksik (Alfian,2006). Sifat
kimiawi berubah menjadi senyawa metil senyawa HgCl2 yang lain adalah sangat
merkuri yang kemudian dapat terakumulasi larut dalam alkohol, eter dan larut dalam
dalam tubuh manusia melalui rantai asam asetat (Kaye, 1973). Merkuri (II)
makanan (Ghaedi et al, 2006; Stwertka, klorida dapat terbentuk oleh campuran dua
1998). Kerusakan yang diakibatkan oleh

28
Kapasitas Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben
Sargassum crassifolium Teraktivasi (Imelda H. Silalahi)

unsur dasar, Hg dan Cl2 menurut Pada dasarnya logam berat dalam air
persamaan reaksi (Sugiyarto, 2004): buangan dapat dipisahkan dengan berbagai
cara, yaitu dengan proses fisika, kimia dan
Hg(l) + Cl2(g) HgCl2(s)
biologi. Proses pengambilan logam berat
Pada air permukaan, merkuri tidak yang terlarut dalam suatu larutan biasanya
terdapat dalam bentuk ion bebas Hg2+ dilakukan dengan cara presipitasi, reverse
tetapi pada fase terlarut yang terutama osmosis, pertukaran ion, dan adsorpsi
terdapat sebagai campuran senyawaan (Veglio dan Beolchini, 1997).
hidroksida (Hg(OH)2, [Hg(OH)]+, Adsorpsi logam terjadi karena
[Hg(OH)3] ), kompleks klorida ([HgCl4]2-,
-
interaksi ion logam yang bermuatan positif
HgCl2, HgOHCl, [HgCl3]-) yang tergantung dengan pusat aktif yang bermuatan negatif
pada pH dan konsentrasi ion klorida serta pada permukaan dinding sel atau dalam
karbon organik terlarut (dissolve organic polimer-polimer ekstraseluler, seperti
carbon) maupun dissolve organic matter protein dan polisakarida sebagai sumber
yang berikatan dengan merkuri. Pada pH gugus fungsi yang berperan penting dalam
rendah spesi yang dominan adalah HgCl2. mengikat ion logam. Proses penyerapan ini
Spesi netral Hg(OH)2 dan HgOHCl adalah berlangsung cepat dan terjadi pada sel
dua spesi penting dalam larutan hanya jika hidup maupun sel yang telah mati
kandungan klorida rendah dan pH nya (Volesky, 2000). Selain itu adsorpsi juga
tinggi (>8) (Morel, et al, 1998). terjadi karena adanya peristiwa
Merkuri dalam larutan berair dapat pertukaran ion dimana ion monovalen
+ 2+ 2+ +
berada pada spesi yang berbeda dan divalen seperti Na , Mg , Ca , K
bergantung pada tingkat keasaman larutan. pada dinding sel digantikan oleh ion-ion
Gambar 1 menunjukkan distribusi spesi logam berat (Suhendrayatna, 2001).
Hg(II) pada berbagai pH: Spesies Sargassum merupakan salah
satu adsorben logam berat yang
mengandung polisakarida pada dinding sel
berupa asam alginat. Asam alginat disusun
oleh dua monomer yaitu ß-D-asam
manuronat dan α-L-asam guluronat.
Alginat juga dapat berupa heteropolimer
jika monomer penyusunnya adalah
gabungan kedua jenis monomer tersebut
(Winarno,1990). Ruliatima (2008)
melaporkan Sargassum crassifolium
memiliki gugus fungsi karboksil, hidroksil,
Gambar 1 Grafik distribusi spesi Hg(II) peptida, sulfonat dan sulfonil. Gugus-
(%) pada berbagai pH. gugus fungsi tersebut berperan dalam
mengadsorpsi logam-logam berat melalui
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa mekanisme pertukaran ion maupun
pada pH 2 hingga pH 5 spesi yang paling pembentukan kompleks. Sargassum
dominan yaitu HgCl2 sekitar hampir 100% crassifolium yang diaktivasi menggunakan
tetapi pada pH di atas 5 jumlah spesi H2SO4 1 M dilanjutkan dengan pemanasan
HgCl2 menurun tajam seiring dengan telah diuji kapasitas adsorpsi maksimum
peningkatan jumlah spesi Hg(OH)2 hingga terhadap Cr(III). Hasilnya menunjukkan
paling dominan pada pH di atas 8, dimana bahwa kapasitas adsorpsi maksimum
jumlah spesi tersebut hampir 80%. Pada Sargassum crassifolium teraktivasi
pH 6-8 terdapat 3 spesi Hg yang berperan meningkat signifikan dibandingkan
signifikan yaitu spesi HgCl2 sekitar 40- Sargassum crassifolium yang tidak
80%, spesi Hg(OH)2 sekitar 60% dan spesi teraktivasi.
Hg(OH)Cl sekitar 20% (Herero et al, Beberapa penelitian sudah dilakukan
2005). dalam mengadsorpsi merkuri

29
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 1 Juni 2012

menggunakan spesies Sargassum, 100°C selama 24 jam kemudian


diantaranya adsorpsi ion Hg(II) didinginkan. Metode ini merupakan hasil
menggunakan Sargassum cristaefolium optimasi yang telah dilakukan oleh
yang diaktivasi melalui pemanasan, Ruliatima (2008). Kemudian sampel
optimum pada pH 4 dengan kapasitas diayak 40 mesh untuk memperoleh
adsorpsi maksimum 0,22 mmol/g keseragaman bentuk.
(Alcantara, 2007). Sobral et al (2005)
Karakterisasi Adsorben Hasil Preparasi
menunjukkan hasil adsorpsi ion Hg(II)
Sampel adsorben hasil preparasi
menggunakan Sargassum Sp yang
yang dihasilkan dari langkah 3.3.2
diaktivasi melalui pemanasan, optimum
dikarakterisasi menggunakan
pada pH 6 dengan waktu kontak 2 jam
Spektrofotometer Infra Merah (IR).
menghasilkan kapasitas adsorpsi
Karakterisasi dengan Spektrofotometer
maksimum 0,41 mmol/g. Adsorpsi Hg(II)
Infra Merah (IR) bertujuan untuk
dalam bentuk molekul juga telah dilakukan
mengetahui keberadaan gugus aktif yang
menggunakan Cystoseira baccata yang
terdapat pada adsorben hasil preparasi.
diaktivasi melalui pemanasan dimana
hasilnya menunjukkan bahwa adsorpsi Penentuan Kondisi pH Optimum
optimum pada pH 6 dengan kapasitas Adsorpsi
adsorpsi maksimum 1,64 mmol/g (Herero Sebanyak 0,1 gram adsorben hasil
et al, 2005). preparasi dimasukkan ke dalam botol
Pada penelitian ini dilakukan plastik yang berisi masing-masing 120 mL
adsorpsi Hg(II) menggunakan Sargassum larutan Hg(II) dengan konsentrasi 1 mg/L
crassifolium teraktivasi pada kondisi dimana pH larutan tersebut yang
optimum pH dan waktu kontak kemudian divariasikan, kemudian diaduk dengan
ditentukan kapasitas adsorpsi maksimum. rotary shaker kecepatan 200 rpm dengan
waktu kontak yang konstan. Variasi pH
2. METODE PENELITIAN larutan Hg(II) yang digunakan adalah 4, 6,
7 dan 8 dan waktu kontak yang digunakan
Pengambilan Sampel Sargassum adalah 30 menit. Pengaturan pH
crassifolium menggunakan larutan HNO3 dan larutan
Sargassum crassifolium diambil dari NaOH. Selanjutnya didiamkan selama 15
Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten menit. Larutan merkuri yang telah
Bengkayang, Kalimantan Barat. Data diinteraksikan dengan adsorben kemudian
mengenai pH dan kedalaman air dicatat. disaring. Konsentrasi Hg(II) pada filtrat
Kemudian sampel dibersihkan dan ditentukan menggunakan Spektrofotometer
dilakukan determinasi di Laboratorium Serapan Atom (SSA). Semua perlakuan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu dilakukan secara duplo.
Pengetahuan Alam, Universitas Data yang diperoleh dari hasil
Tanjungpura Pontianak. Spektrofotometer Serapan Atom yaitu
Preparasi Adsorben konsentrasi Hg(II), yang teradsorpsi
Sampel dicuci dan dibersihkan (selisih konsentrasi Hg(II) awal dan
dengan akuabides, kemudian dikeringkan- konsentrasi sisa dalam larutan Hg(II)).
anginkan selama tiga hari. Setelah itu, Kandungan Hg yang teradsorpsi dihitung
sampel dihaluskan dan proses aktivasi alga dengan menggunakan persamaan:
menjadi adsorben terprotonasi dilakukan
dengan merendam sampel yang telah qe 
C i  Ce 
xV
dihaluskan dalam larutan H2SO4 1 M W
selama 24 jam. Setelah sampel direndam Dengan qe : kapasitas adsorpsi (mg/g), Ci :
selama 24 jam kemudian dicuci dengan konsentrasi awal logam (mg/L), Ce :
akuabides sampai pH konstan dan konsentrasi akhir logam (mg/L), W : massa
dikeringkan-anginkan. Setelah itu sampel dari adsorben (g) dan V : volume larutan
tersebut dipanaskan dalam oven pada suhu logam (L).

30
Kapasitas Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben
Sargassum crassifolium Teraktivasi (Imelda H. Silalahi)

Penentuan Waktu Kontak Optimum Data yang diperoleh dari hasil


Adsorpsi Spektrofotometer Serapan Atom yaitu
Sebanyak 0,1 gram adsorben hasil konsentrasi Hg(II), yang teradsorpsi
preparasi dimasukkan ke dalam botol (selisih konsentrasi Hg(II) awal dan
plastik yang berisi masing-masing 120 mL konsentrasi sisa dalam larutan Hg(II)).
larutan Hg(II) dengan konsentrasi 1 mg/L Kandungan Hg yang teradsorpsi dihitung
dimana pH larutan diatur sesuai pH dengan menggunakan persamaan:
optimum, kemudian diaduk dengan rotary
shaker kecepatan 200 rpm. Variasi waktu qe 
C i  Ce 
xV
kontak yang digunakan adalah 30 menit, W
60 menit, 90 menit, 120 menit. Pengaturan
Dengan qe : kapasitas adsorpsi (mg/g), Ci :
pH menggunakan larutan HNO3 dan
konsentrasi awal logam (mg/L), Ce :
larutan NaOH. Selanjutnya didiamkan
konsentrasi akhir logam (mg/L), W : massa
selama 15 menit. Larutan merkuri yang
dari adsorben (gr) dan V : volume larutan
telah diinteraksikan dengan adsorben
logam (L). Kapasitas adsorpsi maksimum
kemudian disaring. Konsentrasi Hg(II)
ditentukan berdasarkan persamaan
pada filtrat ditentukan menggunakan
Langmuir yaitu
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Semua perlakuan dilakukan secara duplo. 1 1 1 1
Data yang diperoleh dari hasil  x 
q e q max b C e q max
Spektrofotometer Serapan Atom yaitu
konsentrasi Hg(II), yang teradsorpsi dengan qe adalah kapasitas adsorpsi
(selisih konsentrasi Hg(II) awal dan (mg/g), Ce adalah konsentrasi
konsentrasi sisa dalam larutan Hg(II)). kesetimbangan ion logam dalam larutan
Kandungan Hg yang teradsorpsi dihitung (mg/l), qmax adalah kapasitas adsorpsi
dengan menggunakan persamaan: maksimum (mg/g); dan b adalah konstanta
kesetimbangan adsorpsi.
qe 
C i  Ce 
xV
W 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan qe : kapasitas adsorpsi (mg/g), Ci : Preparasi dan Karakterisasi Adsorben
konsentrasi awal logam (mg/L), Ce : Sargassum crassifolium
konsentrasi akhir logam (mg/L), W : massa Sampel diambil dari perairan Pulau
dari adsorben (g) dan V : volume larutan Lemukutan dengan kedalaman sekitar 45
logam (L). cm, dengan pH air yaitu 8. Titik
pengambilan sampel terletak di LU=
Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Sebanyak 0,1 gram adsorben hasil 0"45'37,26 dan BT = 108'42'52,39. Sampel
preparasi dimasukkan ke dalam botol diambil seluruh bagian tanaman kemudian
plastik yang berisi masing-masing 25 mL dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
larutan Hg(II), dimana divariasikan dipisahkan sebagian untuk dideterminasi.
konsentrasi larutan Hg(II) yang digunakan Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
yaitu 30 mg/L; 80 mg/L; 130 mg/L, 180 sampel alga tersebut adalah spesies
Sargassum crassifolium.
mg/L; 380 mg/L; dan 580 mg/L.
Kemudian diaduk dengan rotary shaker Sampel yang telah diambil
kecepatan 200 rpm dengan pH dan waktu kemudian dicuci dengan air kemudian
dibilas dengan akuabides yang bertujuan
kontak yang optimum. Selanjutnya
didiamkan selama 15 menit. Larutan untuk menghilangkan pengotor-pengotor
merkuri yang telah diinteraksikan dengan yang menempel pada alga, sehingga
adsorben kemudian disaring. Konsentrasi didapatkan alga yang bersih. Kemudian
Hg(II) pada filtrat ditentukan alga tersebut dikeringanginkan dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan udara terbuka selama 3 hari yang bertujuan
Atom (SSA). Semua perlakuan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat
pada alga sehingga diperoleh alga yang
secara duplo.

31
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 1 Juni 2012

kering. Alga yang telah kering kemudian utama struktur rangka sel Sargassum
dihaluskan untuk memperoleh ukuran yang crassifolium sedangkan pemanasan pada
halus dan selanjutnya diaktivasi. T=100 OC selama 24 jam akan
Proses aktivasi alga dilakukan mengaktifkan gugus fungsi pada
dengan dua tahap yaitu aktivasi kimia yang Sargassum crassifolium yaitu munculnya
dilanjutkan dengan aktivasi fisika. Aktivasi gugus sulfonat (RS(O)2O-) dan sulfonil
secara kimia dilakukan dengan merendam (RS(O)2R') (Ruliatima, 2008). Pengaktifan
alga yang telah dihaluskan dalam larutan gugus fungsi sulfonat (RS(O)2O-)dan
H2SO4 1 M selama 24 jam yang sulfonil (RS(O)2R') diharapkan akan
menyebabkan terjadinya protonasi. meningkatkan kapasitas adsorpsi logam
Protonasi bertujuan untuk berat.
mendekomposisikan garam-garam mineral Spektr FTIR adsorben Sargassum
seperti natrium, kalium, magnesium yang crassifolium yang tidak teraktivasi dan
berikatan dengan alginat sebagai penyusun yang teraktivasi terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Spektra infra merah Sargassum crassifolium (A) tidak teraktivasi dan (B)
teraktivasi.

Secara umum pola serapan gelombang 1620,21 cm-1 menunjukkan


Sargassum crassifoluim tanpa teraktivasi adanya vibrasi regangan gugus C=O dari
dan teraktivasi adalah sama. Pada adsorben natrium alginat (Fourest and Volesky,
yang tidak teraktivasi muncul pita serapan 1996)
pada bilangan gelombang 3425,58 cm-1 Pada spektrum adsorben yang
yang menunjukkan adanya vibrasi teraktivasi terjadi pergeseran bilangan
regangan dari gugus –OH dan vibrasi gelombang ke arah yang lebih besar. Pada
regangan gugus –NH dari amina. Serapan vibrasi regangan dari gugus –OH dan
pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1 vibrasi regangan gugus –NH dari amina
menunjukkan adanya vibrasi regangan C-H bilangan gelombang bergeser menjadi
dari gugus metilen (-CH2) (Park et al, 3448 cm-1. Bilangan gelombang dari
2004). Kemudian bilangan gelombang vibrasi regangan C-H dari gugus metilen (-
1033,85 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi CH2) bergeser menjadi 2970 cm-1.
regangan dari gugus C-O Kemudian pada bilangan gelombang
(Sastrohamidjojo, 1991). Pada bilangan vibrasi regangan C-O bergeser menjadi

32
Kapasitas Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben
Sargassum crassifolium Teraktivasi (Imelda H. Silalahi)

1103,28 cm-1 dan vibrasi C=O bergeser (RS(O)2R'). Hal ini dikarenakan pada
menjadi 1635,64 cm-1. Pergeseran bilangan adsorben yang tidak teraktivasi gugus
gelombang serapan FTIR pada spektrum sulfonat dan gugus sulfonil masih
adsorben yang teraktivasi dikarenakan ion berikatan dengan senyawa organik volatil
H+ dari larutan asam sulfat menyebabkan dalam air laut. Pita serapan pada bilangan
kation logam yang terikat pada gugus gelombang 1103,28 cm-1 dan 1373,32 cm-1
fungsi pada alga akan larut dan mengalami muncul akibat pemanasan 100OC. Menurut
protonasi. Akibatnya gugus fungsi pada Ruliatima (2008) pemanasan
alga akan memerlukan energi yang besar mengakibatkan lepasnya senyawa-senyawa
untuk bervibrasi. Hal ini menyebabkan organik yang bersifat volatil tersebut
terjadinya pergeseran intensitas serapan ke sehingga pemanasan dapat mengaktifkan
arah yang lebih besar (Chen and Yang, gugus fungsional yaitu gugus sulfonat dan
2006). gugus sulfonil pada adsorben yang
Spektra pada Gambar 2 juga teraktivasi.
menunjukkan terjadi perbedaan puncak Berdasarkan hasil karakteristik
serapan pada bilangan gelombang 1103,28 menggunakan Spektrofotometer Infra
cm-1 dan 1373,32 cm-1. Pada adsorben Merah (IR) maka dapat disimpulkan
tidak teraktivasi serapan pada bilangan bahwa Sargassum crassifolium
gelombang 1103,28 cm-1 dan 1373,32 cm-1 mengandung gugus-gugus fungsi amina (-
tidak muncul sedangkan pada adsorben NH), hidroksil (-OH), karbonil (C=O).
yang teraktivasi muncul pita serapan pada Selain itu, Sargassum crassifolium juga
bilangan gelombang tersebut. Pita serapan mengandung gugus fungsi sulfonat
dari adsorben yang teraktivasi pada (RS(O)2O-) dan sulfonil (RS(O)2R’).
bilangan gelombang 1103,28 cm-1 dan
pH Optimum Adorpsi Hg(II)
1373,32 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi
Grafik yang menunjukkan pengaruh
regangan simetri dan asimetri dari gugus –
pH terhadap kapasitas adsorpsi Hg(II) oleh
SO2 (Sastrohamidjojo,1991). Pita serapan
adsorben Sargassum crassifolium terdapat
tersebut muncul diduga berasal dari gugus
pada Gambar 3.
sulfonat (RS(O)2O-) dan sulfonil

Gambar 3 Grafik pH terhadap kapasitas adsorpsi.

Gambar 3 menunjukkan bahwa dimana pada kondisi asam, ion H+ pada


kapasitas adsorpsi meningkat dari pH 4 larutan akan berkompetisi dengan Hg(II)
sampai optimum pada pH 7 sedangkan di dalam berikatan dengan gugus fungsi di
atas 7 kapasitas adsorpsi mulai menurun. permukaan dinding sel alga. Namun, pada
Fenomena tersebut dapat dijelaskan pH 7 kapasitas adsorpsi relatif tinggi. Hal
berdasarkan tinjauan kualitatif keberadaan ini dikarenakan ion OH- dalam larutan
spesi logam dan adsorben di dalam larutan. lebih banyak, sehingga kompetisi ion H+
Pada pH rendah yaitu pH 4-6 dengan Hg(II) akan berkurang dalam
kapasitas adsorpsi Hg(II) relatif kecil, berikatan dengan gugus aktif dari
33
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 1 Juni 2012

adsorben. Selain itu, pada pH 7 spesi 120 menit kapasitas adsorpsi menunjukkan
molekul Hg(OH)Cl mencapai jumlah nilai yang tidak jauh berbeda dan
maksimum sedangkan jumlah molekul cenderung konstan. Hal ini diduga karena
HgCl2, dan Hg(OH)2 telah berkurang gugus aktif dari adsorben sudah mencapai
dibandingkan dengan pada pH di bawah 7 kejenuhan untuk berinteraksi dengan
atau di atas 7 (Gambar 1). Molekul Hg(II).
Hg(OH)Cl lebih mudah berinteraksi
dengan gugus aktif pada alga dibandingkan
dengan kompleks HgCl2 dan Hg(OH)2
sehingga berdampak pada meningkatnya
kapasitas adsorpsi pada pH 7. Selanjutnya
pada pH lebih dari 7 kapasitas adsorpsi
mulai menurun karena spesi Hg(II) akan
mulai membentuk endapan (Tuzen, 2009).
Uji statistik menggunakan analisis
ANOVA menunjukkan bahwa rata-rata
kapasitas adsorpsi pada berbagai variasi
pH larutan berbeda secara signifikan. Uji Gambar 4 Grafik waktu kontak terhadap
least significant difference (LSD) kapasitas adsorpsi.
menunjukkan bahwa pada derajat Penetapan waktu kontak optimum
kepercayaan 95 %, pH 4 tidak berbeda dilakukan dengan uji statistik
signifikan dengan pH 6, begitu pula menggunakan analisis ANOVA yang
dengan pH 6 tidak berbeda signifikan menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas
dengan pH 8. Sedangkan pada pH 7 adsorpsi terhadap variasi waktu kontak
berbeda signifikan (tidak identik) dengan berbeda secara signifikan. Uji least
pH 4, 6 dan 8 pada kapasitas adsorpsi. significant difference (LSD) menunjukkan
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bahwa pada derajat kepercayaan 95%,
pH optimum dalam penelitian ini adalah waktu kontak selama 30 menit berbeda
pH 7. secara signifikan terhadap semua waktu
Waktu Kontak Optimum Adsorpsi kontak yaitu 60, 90 dan 120 menit.
Hg(II) Sedangkan pada waktu kontak 60 menit
Waktu kontak merupakan salah satu tidak berbeda secara signifikan terhadap
faktor yang dapat mempengaruhi nilai waktu kontak 90 dan 120 menit, tetapi
kapasitas adsorpsi, dimana waktu kontak pada waktu kontak 60, 90 dan 120 menit
diperlukan untuk mencapai kesetimbangan berbeda signifikan terhadap waktu kontak
adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan 30 menit. Berdasarkan uji statistik maka
bahwa pada waktu kontak lebih dari 120 disimpulkan bahwa waktu kontak optimum
menit hingga 240 menit kapasitas adsorpsi dalam penelitian ini yaitu pada waktu
cenderung menurun. Grafik yang kontak 60 menit.
menunjukkan pengaruh waktu kontak Kapasitas Adsorpsi Maksimum Hg(II)
terhadap kapasitas adsorpsi Hg(II) terdapat Kapasitas adsorpsi maksimum
pada Gambar 4. Hg(II) ditentukan melalui persamaan
Grafik pada gambar 4 menunjukkan isoterm adsorpsi dengan variasi
bahwa kapasitas adsorpsi pada waktu konsentrasi awal dengan proses adsorpsi
kontak 30 menit lebih rendah dilakukan pada pH dan waktu kontak
dibandingkan dengan 60 menit. Hal ini optimum yaitu pH 7 dan 60 menit. Kurva
dimungkinkan karena waktu kontak yang isoterm adsorpsi yang menunjukkan
belum cukup bagi gugus aktif dari hubungan antara jumlah Hg(II) yang
adsorben berinteraksi dengan logam dalam teradsorpsi pada adsorben Sargassum
larutan, artinya belum banyak gugus aktif crassifolium dengan konsentrasi Hg(II)
yang berperan mengadsorpsi Hg(II). setelah adsorpsi mencapai kesetimbangan
Kemudian pada waktu kontak 60, 90, dan terlihat dalam Gambar 5.

34
Kapasitas Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben
Sargassum crassifolium Teraktivasi (Imelda H. Silalahi)

Selanjutnya berdasarkan kurva


isoterm adsorpsi garis yang cenderung
linier menunjukkan keadaan transisi dari
monolapis ke multilapis. Hal ini
mengindikasikan terjadinya mekanisme
adsorpsi selain pertukaran ion yang diduga
adalah pembentukan kompleks. Hal ini
didukung oleh data pH akhir setelah
adsorpsi yang cenderung meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi awal.
Gambar 5 Kurva isoterm adsorpsi Hg(II) Meskipun pH akhir meningkat seiring
Kurva pada Gambar 5 menunjukkan dengan bertambahnya konsentrasi awal
bahwa pola isoterm adsorpsi terbentuk dari namun kapasitas adsorpsinya meningkat
monolapis diikuti dengan pembentukan dengan signifikan.
multilapis. Hal ini dapat dilihat pada Meningkatnya kapasitas adsorpsi
konsentrasi awal yang rendah ditunjukkan seiring dengan peningkatan konsentrasi
oleh nilai konsentrasi kesetimbangan yang awal dapat pula dijelaskan berdasarkan
rendah dan kapasitas adsorpsi yang sama rapatan partikel. Pada pH optimum 7 spesi
cenderung membentuk monolapis. Pada yang terbentuk yaitu HgCl2, Hg(OH)Cl,
konsentrasi awal yang semakin besar, nilai Hg(OH)2 berbentuk molekuler, sehingga
konsentrasi kesetimbangan juga semakin dengan bertambahnya konsentrasi,
besar dan menyebabkan kapasitas adsorpsi kerapatan partikel semakin besar dan akan
meningkat dengan sedikit tajam. terjadi interaksi antar molekul Hg(II)
Gambaran kurva tersebut menunjukkan membentuk multilapis.
terjadinya interaksi lanjutan antara Model isoterm adsorpsi dapat
adsorbat dengan adsorben yang digunakan untuk memberikan
memungkinkan terjadi pembentukan karakterisitik adsorpsi pada permukaan
multilapis. adsorben. Model isoterm adsorpsi
Langmuir mengasumsikan bahwa
Tabel 1. pH awal dan pH setelah permukaan adsorben membentuk lapisan
adsorpsi pada variasi monolapis. Sedangkan model isoterm
konsentrasi awal Freundlich mengasumsikan bahwa
Konsentrasi Awal pH Awal pH Akhir permukaan adsorben membentuk lapisan
(mmol/L)
yang multilapis. Evaluasi parameter
0,158 7,0 2,8 adsorpsi dapat dilakukan dengan
0,421 7,0 2,8 menetapkan model isoterm Langmuir dan
0,684 7,0 2,9 Freundlich. Grafik linier isoterm Langmuir
0,958 7,0 3,1 dapat diperoleh dengan membuat
1,987 7,0 3,3 hubungan linier antara 1/Ce dan1/qe seperti
2,848 7,0 3,4 terlihat pada Gambar 6, sedangkan grafik
linier isoterm adsorpsi Freundlich dapat
Pada keadaan monolapis yaitu pada diperoleh dengan membuat hubungan
konsentrasi akhir 0,158 hingga 0,421 antara log Ce dan log qe (Gambar 7).
mmol/L, diduga mekanisme adsorpsi Berdasarkan Gambar 6 dan 7, adsorpsi
adalah pertukaran ion H+ dengan Hg(II). Hg(II) oleh Sargassum crassifolium
Data pengukuran pH akhir setelah adsorpsi cenderung mengikuti pola isoterm adsorpsi
(Tabel 1) menunjukkan bahwa terjadi Langmuir dan Freundlich. Hal ini dapat
pelepasan ion H+ dari gugus aktif adsorben dilihat dari harga koefisien korelasi (R2)
ke dalam larutan sehingga terjadi (Tabel 2). Data tersebut sesuai dengan
penurunan pH setelah adsorpsi pada variasi model isoterm adsorpsi yang menunjukkan
konsentrasi ditandai oleh menurunnya pH bahwa adsorpsi terjadi secara monolapis
setelah adsorpsi. dan diikuti dengan multilapis.

35
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 1 Juni 2012

Gambar 6 Kurva linier berdasarkan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir.

Gambar 7 Kurva linier berdasarkan persamaan isoterm adsorpsi Freundlich.

Berdasarkan Gambar 6 dan 7, adsorpsi (Tabel 2). Data tersebut sesuai dengan
Hg(II) oleh Sargassum crassifolium model isoterm adsorpsi yang menunjukkan
cenderung mengikuti pola isoterm adsorpsi bahwa adsorpsi terjadi secara monolapis
Langmuir dan Freundlich. Hal ini dapat dan diikuti dengan multilapis.
dilihat dari harga koefisien korelasi (R2)

Tabel 2. Persamaan korelasi model adsorpsi Isoterm Langmuir dan Freundlich pada
adsorpsi Hg(II) oleh Sargassum crassifolium teraktivasi.

Isoterm Adsorpsi Langmuir Isoterm Adsorpsi Freundlich


Persamaan garis R2 Persamaan garis R2
y= 7,4897x + 0,3437 0,9992 y= 0,9484x – 0,9006 0,9959

Berdasarkan persamaan dari kurva Penelitian yang sudah dilakukan


isoterm Langmuir pada Gambar 6, maka dalam mengadsorpsi Hg(II) dalam bentuk
diperoleh nilai kapasitas adsorpsi molekul yaitu adsorpsi Hg(II)
maksimum (qmax) Hg(II) menggunakan menggunakan Cystoseira baccata yang
Sargassum crassifolium sebesar 2,90 diaktivasi melalui pemanasan
mmol/g. Besarnya nilai kapasitas adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi optimum
suatu adsorben bergantung dari jumlah pada pH 6 dengan kapasitas adsorpsi
gugus-gugus ion yang dapat ditukarkan maksimum sebesar 1,64 mmol/g (Herero,
yang terkandung dalam setiap gram et al, 2005). Hasil penelitian tersebut lebih
adsorben tersebut. Semakin besar jumlah kecil bila dibandingkan dengan hasil
gugus-gugus tersebut semakin besar pula penelitian ini. Perbedaan ini diduga karena
nilai kapasitas adsorpsinya (Day dan pada penelitian sebelumnya adsorben yang
Underwood, 2002). digunakan hanya melalui tahapan aktivasi
36
Kapasitas Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben
Sargassum crassifolium Teraktivasi (Imelda H. Silalahi)

dengan pemanasan, sehingga kapasitas Sargassum fluitans. Environ. Sci.


adsorpsi maksimum yang dihasilkan lebih Technol. 30: 277-282.
rendah, sedangkan pada penelitian ini
Ghaedi, M., M.R. Fathi, A. Shokrollahi, F.
adsorben yang digunakan terlebih dulu
Shajarat. 2006. Highly Selective
diaktivasi melalui protonasi yang
And Sensitive Preconcentration Of
dilanjutkan dengan pemanasan.
Mercury Ion And Determination By
Cold Vapor Atomic Absorption
4. KESIMPULAN Spectroscopy. Anal. Lett. 39:1171–
Berdasarkan hasil penelitian yang 1185.
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
Herero, R., P. Lodeiro, C. Rey-Castr, T.
bahwa kondisi optimum adsorpsi Hg(II)
Vilarino dan M.E. Sastre de Vicente.
menggunakan Sargassum crassifolium
2005. Removal of Inorganic
teraktivasi adalah pada pH 7 dan waktu
Mercury From Aqueous Solutions
kontak 60 menit, sedangkan kapasitas
by Biomass of The Marine
adsorpsi maksimum ion Hg(II)
Macroalga Cystoseira Baccata.
menggunakan Sargassum crassifolium
Water Res. 39:3199-3210.
teraktivasi adalah 2,90 mmol/g.
Kaye, G.W. dan T.H. Laby. 1973. Tables
UCAPAN TERIMA KASIH of Physical and Chemical Constans.
Terima kasih kepada London and New York, Longman.
DIT.LITABMAS, DIKTI yang telah Martaningtyas, D. 2006. Logam Berat
menyediakan dana penelitian ini. Merkuri. Dalam Pikiran Rakyat
Cyber Media. Edisi 2006. Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Morel, F.M.M., Anne M.L.K., dan Marc
Alcantara, R.T. Apodaca, D.C. dan De K. 1998. The Chemical Cycle and
Guzman, M.R. 2007. The Effect Of Bioaccumulation of Mercury.
The Presence Of Cu2+ And Fe3+ Annual Review of Ecology and
Metal Ions On The Sorption Of Systematics. Vol 29, Pp. 543-566
Mercuric Ion (Hg2+) By Sargassum
cristaefolium. A. J. Ch. E. 7: 147- Palar, H., 1994. Pencemaran Dan
156. Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta. Jakarta.
Alfian, Z. 2006. Merkuri Antara Manfaat
dan Efek Penggunaannya Bagi Park, D., Yun, Y.S., dan Park, J.M. 2004.
Kesehatan Manusia dan Studies of Hexavalent Chromium
Lingkungannya. Repository. Biosorption by Chemically-treated
Universitas Sumatera Utara. Biomass of Ecklonia sp. J.
Chemosphere. 60 (2005) 1356-1364,
Chen, Paul, J., and Yang, L. 2006. Study South Korea.
of a Heavy Metal Biosorption onto
Raw and Chemically Modified Ruliatima. 2008. Kinetika Dan Kapasitas
Sargassum sp. Via Spectroscopic Adsorpsi Ion Cr(III) Oleh
and Modelling Analysis. J. Sargassum crassifolium
Langmuir. (22):8906-8914. Teraktivasi. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Day, R.A. dan Underwood, A. 2002, Alam, Universitas Tanjungpura.
Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke- Pontianak.
6. Erlangga. Jakarta.
Sastrohamidjodjo, H. 1991. Spektroskopi.
Fourest, E., dan Volesky, B. 1996, Edisi ke-2. Liberty. Yogyakarta.
Contribution of Sulfonate Groups
and Alginate to Heavy Metal Sobral, L.G.S., Fernandes, A.L.V. dan
Biosorption by The Dry Biomass of Lima, R.B., Polishing Treatment Of
Mercury-Bearing Liquid Effluent

37
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 3 No. 1 Juni 2012

From The Chlor-Alkali Industry By Tuzen, M., Ahmet, S., Durali, dan M.,
Using The Biomass Sargassum Sp. Mustafa, S. 2009. Biosorptive
Dalam International Conference on Removal of Mercury(II) from
Mercury. By Global Polutant Aqueous Solution Using Lichen
(Icmgp). Slovenia. (Xanthoparmelia conspersa)
Biomass: Kinetic and Equilibrium
Stwertka, A. 1998, Guide To The
Studies. Journal of Hazardous
Elements. Oxford University Press.
Materials. 169 (2009)263-270,
New York.
Turkey.
Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam
Veglio, F dan F. Beolchini. 1997. Removal
Berat Dengan Menggunakan
of Metals By Biosorption: A
Mikroorganisme: Suatu Kajian
Review. Hydrometallurgy. 44:301–
Kepustakaan. Dalam Seminar
316.
Bioteknologi. Sinergi Forum-Institut
Of Technology. Tokyo. Volesky, B. 2000. Biosorption Of Heavy
Metals. CRC Press. Boston.
Sugiyarto, K.H. 2004. Kimia Anorganik
II. Universitas Negeri Yogyakarta. Winarno, F.G. 1990. Teknologi
Yogyakarta Pengolahan Rumput Laut. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai