Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Akhlakul karimah Dalam Menjaga Lingkungan Hidup.

=== ‫=== السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Orang bilang tanah kita tanah surga Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Gemah Ripah Loh Jinawi, Indonesiaku. Negara yang terkenal dengan kekayaan alam
yang berlimpah. Bertapa indah dan hebatnya sumber daya alam yang kita miliki. Negara kaya
raya , sumberdaya potensisal, tanah yang amat subur. Namun kenyataannya masih banya rakyat
yang berada dibawah garis kemiskinan, bayi-bayi kekurangan gizi, pelajar putus sekolah, bahkan
rakyat mati menderita kelaparan. Mengapa hal ini terjadi? Ini disebabkan Sumber daya alam
yang kita miliki belum dimanfaatkan oleh bangsa kita sendiri, melainkan dieksploitasi dikikis
habis oleh bangsa-bangsa lain sebagai aksi penjajahan gaya modern. Bahkan akhir-akhir ini
akibat kecongkakan tangan-tangan manusia itu sendiri yang dibungkus sains dan teknologi telah
mengikis habis keramahan alam sehingga yang nampak adalah krisis lingkungan. Berdasarkan
data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2017 terdapat 2.175 kejadian bencana
Indonesia kerusakan alam yang meliputi, seperti tanah longsor, banjir, kekeringan dan kebakaran
hutan dan lahan. Peristiwa- peristiwa tersebut di atas terjadi atas campur tangan manusia, bukan
hanya fenomena alam semata ataupun kehendak Allah swt. Oleh karena itu ia (manusia) harus
bertanggungjawab di dunia dan akhirat. Melihat fenomena tersebut pada kesempatan ini,
perkenankan kami menguraikan syahril quran yang berjudul Pentingnya Akhlakul karimah
Dalam Menjaga Lingkungan Hidup.

Firman allah Qs. al Rum 30 :41

َ‫ض الَّذِي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أ َ ْيدِي الن‬


َ ‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫ساد ُ فِي ْالبَ ِر َو ْالبَحْ ِر ِب َما َك‬
ْ َ‫سب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ

Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia,supaya allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka agar mereka
kembali ke jalan yang benar.
Kondisi masyarakat sekarang sangat memprihatinkan seperti korupsi semakin merajelela
semakin banyak diberantas semakin banyak yang terdakwa. Ilegal Logging masih merajelela,
menebang hutan sembarangan akibatnya hutan menjadi gundul bukan tuyul saja yang gundul
hutanpun ikut-ikutan gundul oleh orang –orang yang bermental tuyul. Naudzubillah tsuma
naudzubillah.

Islam mengajarkan manusia untuk berlaku shaleh terhadap alam, shaleh bermakna
memberikan penghargaan tinggi terhadap alam, pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan
persaudaraan semua makhluk, serta menunjukkan bahwa akhlak harus menjadi landasan setiap
prilaku dan penalaran manusia. Abuddi Nata mengutip M. Quraish Shihab bahwa ruang lingkup
akhlak Islami sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan
dengan hubungan akhlak diniah mencakup berbagai aspek. Berbagai bentuk dan ruang lingkup
akhlak Islami yaitu:

1) Akhlak TerhadapAllah

Sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada Tuhan sebagai khalik yang memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu,
jangankan manusia, malaikat pun tidak dapat menjangkaunya.
2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Diantara sesama muslim yang lain adalah bersaudara. Oleh sebab itu, kita harus
bersikap baik terhadap sesama muslim. Mereka itu bagaikan satu anggota badan, bilamana
yang satu sakit, maka yang lain ikut merasakannya.

3) Akhlak Terhadap Lingkungan


Seruan dan berupa larangan untuk dilakukan oleh manusia selama hidup di dunia.
Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu
sama lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan
Allah swt di muka bumi ini.
Sehingga peran akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting
untuk kehidupan sosial maupun agama. Seseorang yang berakhlak tersebut menyadari akan
tanggung jawab terhadap kelestarian alam dan kerusakannya, karena alam serta lingkungan
hidup sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang, memetik bunga sebelum mekar, karena hal
tersebut berarti tidak memberikan kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya. Manusia dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan
kepada semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian akan menghantar manusia
bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakkan. Bahkan Allah SWT telah melarang
manusia untuk berbuat kerusakan pada lingkungan alam.

Dalam hal ini Allah swt berfirman Qs. Al- Qashash (28): 77 :

‫ض ۖ ِإ َّن‬ ِ ‫سادَ فِي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫ّللاُ ِإ َليْكَ ۖ َو َل تَبْغِ ْالف‬ َ ْ‫َصي َبكَ ِمنَ الدُّ ْن َيا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َّار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو َل تَ ْن‬
ِ ‫سن‬ َّ َ‫َوا ْبت َغِ فِي َما آتَاك‬
َ ‫ّللاُ الد‬
َ‫ّللاَ َل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِين‬
َّ
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan

Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ri‟ayatul Biah fi Syariatil Islam (menjaga
lingkungan dalam syari‟at Islam). Dalam buku ini Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa
menjaga lingkungan sama dengan menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta.

Pada hakikatnya berakhlak baik terhadap lingkungan dalam Islam diajarkan kepada
manusia untuk mencapai kemuliaan yang tinggi yang memiliki tujuan untuk mengembalikan
posisi manusia yang didasari dengan kesadaran pada diri masing-masing sehingga memiliki
akhlȃqul Karȋmah, sebagai pancaran akhlak dari Allah swt. Kecenderungan untuk berbuat
baik akan didapat dengan usaha membersihkan jiwa, dan kebersihan jiwa tersebut dapat
diperoleh dengan ketaatan manusia dalam menjalankan peribadatan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadis.

Anda mungkin juga menyukai