Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun Oleh:

1. Sintiya Mukholif (A1L014023)


2. Bilan Nuramadhan (A1L014052)
3. Devia Puspitasari G. (A1L014109)
4. Mochaad Sofyan A. (A1L014139)
5. Dini Rahmawati (A1L014165)
6. Ahmad Fairus Tsalis (A1L014219)

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSTAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

PURWOKWERTO

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini, banyak perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
mapun budaya-budaya dari berbagai negara di belahan dunia yang masuk ke negara
Indonesia. Berkembangan tersebut secara otomatis akan mengakibatkan perubahan
besar pada berbagai bangsa dan negara di dunia. Gelombang besar kekuatan
internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam bahkan
menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan termasuk Indonesia. Akibatnya, akan
terjadi pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan
kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Nilai-nilai baru yang masuk,
baik secara subjektif maupun secara objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di
tengah masyarakat pada akhirnya akan mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa
masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the
founding fathers) diabstrasikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara. Dengan
demikian, Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia, saat ini mengalami
ancaman dengan munculnya nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nila yang
terjadi. Harus disadari bahwa sesungguhnya suatu masyarakat suatu bangsa senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda
dengan bangsa lainnya.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar dighormati, dihargai, dijaga dan dijalankan
setiap nilai yang terkandung dalam sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana hakikat pancasila sebagai sistem filsafat hidup bangsa Indonesia?
1.2.2 Apa yang membuktikan bahwa Pancasila sebagai sitem filsafat?
1.2.3 Bagaimana kesatuan sila-sila Pancasila sebagai sistem fisafat?
1.2.4 Apa fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara?
1.2.5 Mengapa Pancasila dijadikan sebagai filsafat pendidikan nasional?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hakekat Pancasila sebagai sistem filsafat.
1.3.2 Menunjukan bukti Pancasila sebagai sistem filsafat.
1.3.3 Mengetahui kesatuan sila-sila Pancasia sebagai system filsafat.
1.3.4 Mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila.
1.3.5 Mengetahui alasan Pancasila dijadikan sebagai filsafat pendidikan nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pancasila Sebagai Filsafat Hidup Bangsa Indonesia

Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia”


yang tersusun dari kata “philos” yang berarti cinta atau “philia” yang berarti
persahabatan, tertarik kepada, dan dari kata “sophos” yang berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, intelegensi. Dengan demikian,
philosophia secara harfiah berarti kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut,
maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi
peradaban manusia.
Berdasarkan lingkup bahasanya filsafat terdiri dari dua makna yaitu:
a. Filsafat dalam arti produk, yaitu sebagai suatu jenis problema yang dihadapi
manusia. Sehingga manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan
yang bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep,
dan pemikiran dari para filsuf misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme.
b. Filsafat dalam arti proses, diartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara metode
tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
a. Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang
meliputi bidang-bidang, ontologi, kosmologi, dan antropologi.
b. Epistemology, bekaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
c. Logika, berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus, dan dalil-
dalil berfikir yang benar.
d. Metodologi, berkaitan dengan persioalan hakikata metode dalam ilmu
pengetahuan.
e. Etika, berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
f. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keinahan.
Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
fiilsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu. Sistem
lazimnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkunngan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asa sendiri-sendiri,


fungsi sendiri-sendiri. Namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan
yang sistematis dengan tujuan bersama yaitu suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Paancasila.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam berita Negara Republik Indonesia tahun II No.7
bersama dengan UUD 1945. Ada empat macam sebab yang dapat digunakan untuk
menetapkan Pancaila sebagai dasar filsafat negara, yaitu sebab berupa materi (causa
material), sebab berupa bentuk (causa formalis), sebab berupa tujuan (causa finalis)
dan sebab berupa asal mula karya (cause efficient).Nilai-nilai yang tertuang dalam
rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar,
paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara
Kesatuan Repulik Indonesia.
Bentuk filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut:
1. Bersifat religius, yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal
mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan
sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.
2. Memiliki arti praktis, yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari agar mencapai kebahagiaan lahir dan batin
(pancasialis).
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan bangsa Indonesia
dan dasar Negara. Disamping menjadi tujuan hidup banngsa Indonesia, Pancasila
juga merupakan kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai
puncak kebahagian jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik
dalam hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk social dalam mengejar
hubungan denngan masyarakat, alam, Tuhannya maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Oleh karena itu, seluruh masyarakat Indonesia perlu memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segi kehidupan. Tanpa upaya itu, Pancasila hanya
akan menjadi rangkaian kata-kata indah rumusan yang beku dan mati serta tidak
mempunyai arti bagi kehidupan bangsa Indonesia.

2.2 Bukti Bahwa Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai landasan dan falsafah dasar Negara telah membuktikan


bahwa Pancasila sebagai wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan Pancasila
bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu negara.
Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila


tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur yang bersifat hirarkis dan berbentuk
piramidal

Susunan secara hirarkis mengandung pengertian bahwa sila-sila Pancasila


memiliki tingkatan berjenjang, yaitu sila yang ada di atas menjadi landasan sila
yang ada di bawahnya. Pengertian matematiika pyramidal digunakan untuk
menggambarkan hubungan hirarkis sila-sila Pancasila menurut urutan-urutan luas
dan juga dalam hal urutan-urutan sifatnya. Dengan demikian diperoleh pengertian
bahwa menurut urutannya setiap sila Pancasila merupakan pengkhususan dari sila-
sila yang ada dimukanya. Dalam susunan hirarkis dan pyramidal, sila Ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuaan, kerakyatan dan keadilan
social. Sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusian, yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan
Indonesia, yang berkerakyatan dan bereadilan social. Demikian seterusnya,
sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila lainnya.

2. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling


mengkualifikasi
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap sila
terkandung keempat sila lainnya. Rumusan sila-sila Pancasila yang saling mengisi
dan mengkualifikasi:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berperisatuan Indonesia, , berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila keempat, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
e. Sila kelima, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil
dan beradab,berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan atau
sebagai sistem filsafat.
3. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila bersifat organis
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya
setiap sila-sila Pancasila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila
lainnya serta diantara sila atau dan lainnya tidak saling bertentangan.
2.3 Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja. Secara filosofis Pancasila sebagai suatu
kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar
aksiologis dari sila-sila sendiri yang berbeda dengan system filsafat yang lainnya
misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain
paham filsafat di dunia.
1. Dasar epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, dan validalitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagia upaya untuk mencari hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistemologis Pancasila terkait dengan sumber
dasar pengetahuan Pancasila. Sumber pengetahuan Pancasila dapat ditelusuri
melalui sejarah terbentuknya Pancasila.

Epistemologis sosial Pancasila dicirikan dengan adanya upaya


masyarakat bangsa Indonesia yang berkeinginan untuk membebaskan diri
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dan berKetuhanaYan Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2. Dasar ontologis Pancasila


Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada,
keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Dasar
ontologism Pancasipada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopularis, atau monodualis, oleh karena iu juga disebut sebagai
asar antropologis. Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Dasar-dasar ontologism Pancasila itu benar-benar ada dalam realitas
dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan filsafat, dasar ontologis
Pancasila mengungkap status istilah yang digunakan, isi dan susunan sila-sila, tata
hubungan, serta kedudukannya.
3. Dasar aksiologis Pancasila
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau
yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, yait unilai-nilai yang terkandung pada Pancasila pada hakikatnya
juga merupakan suatu kesatuan.
Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkata nilai yaitu nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praktis. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
Ketuhanan, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma social dan norma hokum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
lembaga Negara. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itubenar-benar hdup dalam masyarakat.

2.4 Fungsi Utama Filsafat Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Keberadan Pancsila telah terbukti mampu mampersatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dalam konsep bhineka tnggal ika,
Pancasila menjadi rujukan kebersamaan atas beragam budaya budaya dan etnis dari
sabang samapi merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila
meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidupyang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bagsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembanguan
i. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila
2.5 Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional
Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan memang mempunyai peranan yang
amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa
yang bersangkutan. Oleh karena itu pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh
pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional, sebagaimana yang tertuang
dalam Undan-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2.
Tujuan pendidikan sama halnya dengan tujuan didirikannya suatu negara.
Begitu juga dengan Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ingin
menciptakan manusia bijaksana untuk menjaga agar pembentukan manusia liberal
yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia.
Kemudian, atas intruksi menteri pengajaran dan Budaya mengenai “Sapta Usaha
Tama dn Pancardhana” yang isinya antara lain bahwa Pancala merupakan asas
pendidikan nasional.
Dengan memerhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi negara
dan bangsa, khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
ada akhirnya menentukan eksistensi serta martabat negara dan bangsa, maka system
pendidikan nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila seyogyanya terbina
mantap. Dengan kata lain, filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah
atau spiritual system pendidikan nasional. Dengan demikian, tidak mungkin sistem
pendidikan nasional dijiwai dan didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang lain
selain Pancasila.
BAB III

KESIMPULAN

Filsafat Pancasila merupakan hasil berfikir atau pemikiran dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar
aksiologis dari sila-sila sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat lainnya seperti
materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di
dunia
DAFTAR PUSTAKA

Andi, 2013, Pancasila Sebagai Filsafat, [online] di unduh dari

http://andicvantastic.blogspot.com/2013/10/makalah-pancasila-sebagai-
filsafat.html?m=1 [di akses tanggal 21 Noveber 2014].

Bagus, Rolens, 1996, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta.

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Rauf, Abdul, 2011, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat,[online] di unduh dari

http://mentarivision.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat.html?m=1 [di akses tanggal 21 Novmber 2014].

Salam, H.Buranudin, 1998, Filsafat Pancasonalisme, Rineka Cipta, Jakarta.

Tim Penulis Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, 2012, Materi Ajar Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai