Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KONSEP MEDIS

1. DEFINISI GASTROENTERITIS (GEA)


Gastroenteritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja) lebih dari biasanya ( >3 kali
dalam sehari ) dengan frekuensi sering dan konsistensi encer terjadi tiba-tiba
dalam waktu yang singka dan kalau tidak mendapat penanganan serius dapat
menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya.

2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.

A. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan


dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.

B. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan


kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang.

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata


yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik.

D. Lambung

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui


otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting yaitu lendir, Asam Klorida dan Prekursor pepsin (enzim
yang memecahkan protein).

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran


pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta.

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus


antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

1. Kolon asendens (kanan)

2. Kolon transversum

3. Kolon desendens (kiri)

4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi


mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K.
G. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam


istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).

I. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)


adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses.

J. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki


dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan


melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak..
K. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan


manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.

L. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ


berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama


haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
3. ETIOLOGI
1.Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran


dimasak kutang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi
inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang
menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus
menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit
ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor
makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun
alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus.
Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan
adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan
motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas.
Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit,
sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya
peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan
bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit
tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi
penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam
hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya.
Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita
merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang
menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah
terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal
terjadi ketidakseimbangan nutrisi.

5 . MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2. Nafsu makan berkurang
3. Perut kembung
4. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
5. Diare
6. Demam
7. Membran mukosa mulut dan bibir kering
8. Lemah

6 . KOMPLIKASI
1. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit.
2. Syok Hipovolemik
3. Kejang Demam
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.

2. Pemeriksaan tinja.

3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila


memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.

4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Medis
a. Pemberian cairan, jenis, cara dan jumlah pemberian cairan
b. Dietetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan :
1). Memberikan asi.

2). Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,


vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.

2. Keperawatan

Penyakit diare walaupun semua tidak menular (misal diare karena faktor
malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan
perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi (selalu tersedia disinfektan
dan air bersih) serta tempat pakaian kotor sendiri. Ini bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan.
9. PENCEGAHAN
Beberapa cara yang dapat diakukan untuk mencegah penyakit gastroenteritis antara
lain :

1. Melakukan vaksinasi terhadap rotavirus. Yaitu virus yang menyebabkan


gastroenteritis.

2. Memberikan ASI untuk bayi.

3. Cuci tangan dengan baik menggunakan sabun dan air.

4. Tidak membawa anak yang sedang diare ke tempat umum.

5. Bayi dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah sebaiknya tidak
terpapar reptil, burung, atau binatang amfibi. Karena binatang-binatang tersebut
umumnya membawa bakteri salmonella.

6. Cuci tangan sebelum menyentuh makanan.

7. Jangan menelan air kolam berenang saat sedang berenang


BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pasien
Identitas pasien : meliputi nama lengkap, umur, asal suku
bangsa,pekerjaan,pendidikan,No MRS.
Identitas penanggung jawab : nama, umur,pekerjaan,pendidikan,hubungan dengan
klien.
1. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3x sehari dengan frekuensi sering dan konsistensi
encer.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, dan diare.
b. Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah
c. Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan ssudah diare
e. Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
3. Riwayat kesehatan meliputi
a. Riwayat imunisasi
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
4. Riwayat nutrisi
a. Asupan makanan
b. Keluhan nyeri abdomen
c. Mual dan muntah
d. Berat badan biasanya turun
5. Pola eliminasi
a. Frekuensi defekasi sering 3x sehari
b. Feses cair, mengandung lendir dan darah
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah (dehidrasi ringan
dan sedang). Lesu atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
b. Berat badan : klien dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan:dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 5%
c. Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%. Dehidrasi
berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%
d. Kulit : untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
e. Mulut atau lidah : biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan lidah kering
(dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan lidah sangat kering (
dehidrasi berat)
f. Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat.
B. Diagnosa perawatan
1. Diare b.d factor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor situasional
( keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan melalui selang efek
samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi,
proses infeksi, iritas, parasit)

2. Hipertermi b.d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi, medikasi

3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif, kegagalan dalam
mekanisme pengaturan.

4. PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi

5. Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya

6. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi, keterbatasan


kognisi, tidak familiar dengan sumber informasi

7. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

8. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen


C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC/TUJUAN NIC/INTERVENSI

1 Diare b/d faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor yang
(sterss,cemas),faktor selama ...x24 jam pasien tidak mungkin menyebabkan
situasional(keracunan),kontamin mengalami diare/diare berkurang dengan diare(bakteri,obat,makanan,dl
asi pemberian makanan melalui kriteria hasil :
l)
selang,efek samping 1. Frekuensi baba normal <3x/hari
2. Evaluas efek samping obat
obat travelling, malabsorbsi,pr 2. Konsistensi fases normal
3. Dorong klien makan sedikit
oses infeksi, parasit (infeksi). 3. Gerakan usus tidak meningkat
tapi sering
Batasan karakteristik : (terjadi setiap 10 dalam 30
4. Anjurkan klien menghindari
- Bab 3 xsehari detik)
- Konsistensi encer/cair 4. Warna fases normal makanan yang berbumbu.
- Suara usus hiperaktif 5. Monitoring tanda dan gejala
- Nyeri perut diare.

2. Hipertermi b/d dehidrasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitoring suhu sesuai
peningkatan metabolik, dan selama ..x24 jam suhu badan klien kebutuhan
inflamasi usus normal, dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan intake cairan dan
Batasan karakteristik : - Suhu kulit normal
nutrisi yang adekuat
- Suhu tubuh normal - Suhu badan 35,9-37,3
3. Berikan obat antipiretik
- Kejang - Tidak ada sakit kepala
4. Berikan obat untuk mencegah
- Takikardi - Tidak ada nyeri otot
atau mengontrol menggigil
- Respirasi meningkat - Tidak ada perubahan warna kult 5. Ajarkan klien bagaiman
- Diraba hangat mencegah panas yang tinggi.
3 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Tentukan riwayat jenis dan
b.d intake kurang, kehilangan selama … X 24 jam kebutuhan cairan banyaknya intake cairan dan
volume cairan aktif, kegagalan dan elektrolit adekuat, dengan kriteria kebiasaan eleminasi
dalam mekanisme pengaturan - Hidrasi kulit adekuat
2. Tentukan faktor resiko yang
- Tekanan darah dalam ba-tas normal
menyebabkan ketidakseimbangan
Batasan karakteristik : - Nadi teraba
cairan (hipertermi, diu-retik,
- Kelemahan - Membran mukosa lembab
kelainan ginjal, muntah, poliuri,
- Haus - Turgor kulit normal
- Penurunan turgor kulit - Berat badan stabil dan dalam batas
diare, diaporesis, terpapar panas,

- Membran mucus / kulit kering normal infeksi)


- Nadi meningkat, te-kanan 3. Menimbang BB secara teratur
darah menu-run, tekanan nadi 4. Monitor kehilangan elektrolit
menurun lewat suc-tion nasogastrik, diare,
- Perubahan status mental diaphoresis
5. Monitor membrane mukosa, turgor
kulit dan rasa haus.

4 PK: Syok hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindak-an / 1. Kaji dan catat status perfusi
dehidrasi penanganan selama 1 jam diharapkan perifer. Laporkan temuan
klien mempunyai perfusi yang adekuat, bermakna : ekstremitas dingin dan
dengan criteria :
pucat, penurunan amplitude nadi,
pengisian kapiler lambat.
Kriteria hasil :
2. Pantau tekanan darah pada
- Amplitudo nadi perifer meningkat
interval sering ; waspadai pada
- Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
- Tekanan darah dalam rentang normal
pembacaan lebih dari 20 mmHg
- CVP > atau = 5 cm H2O di bawah rentang normal klien
- Frekuensi jantung teratur atau indicator lain dari hipotensi :
- Berorientasi terhadap waktu, tempat, pusing, perubahan mental,
dan orang
keluaran urin menurun.
- Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
3. Observasi terhadap indicator
- Akral hangat
perfusi serebral menurun :
gelisah, konfusi, penurunan
tingkat kesadaran. Bila indicator
positif terjadi, lindungi klien dari
cidera dengan meninggikan
pengaman tempat tidur dan
menempatkan tempat tidur pada
posisi paling rendah.
5 Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji respon cemas orang tua
perkembangan penyakit selama … X per-temuan 2. Jelaskan orang tua tentang proses
anaknya (diare, muntah, panas, kecemasan orang tua berkurang, penyakit anaknya
kembung) dengan criteria:
3 Bantu orang tua untuk mengenali
Batasan karakteristik : - Tidur adekuat
penyebab diare.
- Orang tua sering bertanya - Tidak ada manifestasi fisik
4.Terangkan orang tua tentang
- Orang tua meng-ungkapkan - Tidak ada manifestasi perilaku
prosedur pemeriksaan dan
perasaan cemas - Mencari informasi untuk mengurangi
pengobatan
- Khawatir cemas
- Kewaspadaan me-ningkat 5. Beritahu dan jelaskan setiap
- Mudah tersinggung perkem-bangan penyakit anaknya
- Gelisah 6. Dorong penggunaan sumber
- Wajah tegang, me-merah spiritual
6 Kurang pengetahuan klien / Setelah dilakukan penjelasan selama … 1. Berikan penilaian tentang tingkat
orang tua tentang diare b.d X 24 jam pertemuan klien / orang tua pengetahuan klien / orang tua
kurang informasi, keterbatasan mengetahui dan memahami tentang tentang proses penyakitnya
kognisi, tak familier dengan penya-kitnya, dengan criteria :
2. Jelaskan patofisiologi diare dan
sumber informasi. - Mengetahui jenis / nama penyakitnya
bagaimana hal ini berhubungan
- Mampu menjelaskan pro-ses penyakit
dengan anatomi dan fisiologi
Batasan Karakteristik : - Mampu menjelaskan fak-tor resiko
dengan cara yang sesuai.
- Mengungkapkan ma-salah - Mampu menjelaskan efek penyakit
- Tidak tepat mengiku-ti - Mampu menjelaskan tan-da dan gejala
3. Gambarkan tanda dan gejala yang

perintah penyakit biasa muncul pada diare dengan


- Tingkah laku yang berlebihan - Mampu menjelaskan komplikasi cara yang sesuai
(histeris, bermusuhan, agitasi, 4. Gambarkan proses penyakit diare
apatis) dengan cara yang sesuai
5. Bantu klien / orang tua mengenali
faktor penyebab diare

7 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan perawatan 1 . Buka jalan napas, gunakan teknik
b.d hiperventilasi selama … X 24 jam pola nafas efektif, chin lift atau jaw thrust bila perlu
dengan criteria : 2 Posisikan klien untuk
Batasan karakteristik : - Suara napas bersih
memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan inspirasi / - Tidak ada sianosis
3. Identifikasi pasien perlunya
ekspirasi - Tidak sesak napas
pemasangan jalan napas buatan
- Penurunan ventilasi per menit - Irama napas dan frekuensi napas
4. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Penggunaan otot nafas dalam rentang nor-mal
tambahan - Pasien tidak merasa ter-cekik
5. Keluarkan secret dengan batuk

- Dispneu - Tidak ada sianosis atau suction


- Ortopneu - Tidak gelisah 6. Auskultasi suara napas , catat
- Penyimpangan dada - Sputum berkurang adanya suara tambahan
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan
ketidakseimbangan suplai dan selama … x 24 jam,
klien 1 . Catat frekuensi jantung irama,
kebutuhan O2, kelemahan mampu mencapai : activity toleransi ,
perubahan tekanan darah sebelum,
Batasan Karakteristik : dengan indikator :
selama, setelah beraktivitas sesuai
- Laporan kerja : kele-lahan dan - Saturasi oksigen dalam batas normal
indikasi
kelemahan ketika beraktivitas
2.Tingkatkan istirahat, batasi
- Respon terhadap akti-vitas - Respirasi dalam batas normal saat
menunjukkan na-di dan beraktivitas
aktivitas dan berikan aktivitas

tekanan darah abnormal - Tekanan darah sistolik dalam batas senggang yang tidak berat
- Perubahan EKG me-nunjukkan normal saat beraktivitas 3. Batasi pengunjung
aritmia / disritmia - Tekanan darah diastolik dalam batas 4 . Monitor / pantau respon emosi,
- Dispneu dan ketidak- normal saat beraktivitas fisik, sosial dan spiritual
nyamanan yang sangat - EKG dalam batas normal 5. Jelaskan pola peningkatan
- Gelisah - Warna kulit aktivitas secara bertahap
- Usaha bernafas saat beraktivitas
- Berjalan di ruangan
D. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. (Doenges Marilynn E, 2000,
Rencana Asuhan Keperawatan)

E. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
LAMPIRAN

A. Penyimpangan KDM
B. Daftar Pustaka
Bilotta Kamberly A.J.2009. kapita selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan:Buku kedokteran

Kusuma Hariadi.2015.Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis


dan nanda nic-noc edisi revisi jilid 2:Medication jogja.

Mutakin arif,kumala sari. Gangguan gastroentestinal aplikasi asuhan


keperawatan medical bedah.salemba medika.jakarta 2011

Anda mungkin juga menyukai