Studi Desain Dalam Epidemiologi
Studi Desain Dalam Epidemiologi
A. Pendahuluan
Investigasi Epidemiologi bertujuan untuk menjawab fenomena kejadian kesehatan yang ada
di populasi. Secara garis besar desain penelitian dalam epidemiologi terbagi menjadi dua
kelompok besar yaitu penelitian eksperimental dan penelitian observasi. Tujuan dari penelitian
eksperimen/uji klinis adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu
yang diprediksi sebelumnya. Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi
baru misal, efek dari obat X dan Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu
program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
Contoh lainnya, peneliti ingin mengetahui faktor apakah yang berkaitan dengan kejadian
bunuh diri di daerah X. Peneliti bisa mengumpulkan data dari keluarga yang salah satu anggota
keluarganya melakukan bunuh diri kemudian dibandingkan dengan data dari keluarga yang
tidak ada anggota keluarganya bunuh diri untuk menyelidiki penyebabnya. Penyelidikan
fenomena bunuh diri bisa dengan mengumpulkan informasi mengenai socioeconomic status
pernikahan, perilaku minum alkohol, kekerasan dalam rumah tangga atau pertanyaan lainnya
pada dua kelompok tersebut lalu membandingkannya.
B. Studi Observasional.
Secara umum, studi observasi terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu studi deskriptif dan studi
analitik. Studi deskriptif umumnya paling sering digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan
untuk mengukur kejadian dari faktor resiko untuk penyakit atau pajanan pada suatu populasi.
Sedangkan jika kita ingin mengetahui asosiasi antara kejadian penyakit dan faktor risikonya, maka studi
analitik dilakukan. Ada beberapa tipe studi observasional secara umum antara lain :
Studi Deskriptif merupakan langkah awal dalam melakukan investigasi epidemiologi. Studi
ini menjawab pertanyaan berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi ‘orang,tempat
dan waktu’ dan aspek ini dipergunakan untuk menjawab pertanyaan ‘siapa?, apa?, dimana? Dan
ketika?’. Termasuk sebagai studi deskriptif adalah survei prevalensi, studi migrant dan kasus
berurutan. Survey prevalensi digunaakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan suatu
populasi atau factor resiko kesihatan, misalnya Riset Kesehatan Dasar (Risdakes) di Indonesia,
dilakukan secara rutin setiap dua-tiga tahun sekali, untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat
di Indonesia dan berguna untuk perencanaan kesehatan.
Studi migrant dilakukan jika kita ingin melihat perbedaan kondisi kesehatan atau penyakit
pada masyarakat berebeda etnik, suku dan negara. Studi ini juga melihat perubahan pola
penyakit pada etnik yang berbeda jika mereka bermigrasi ke negara lainnya. Sedangkan, case
series (studi kasus berturut-turut) dilakukan jika kita ingin melihat karakteristik suatu penyakit
yang terjadi di suatu populasi. Misal, kejadian Flu Burung pada manusia Indonesia. Kita bias
mempelajari karakteristik pasien Flu Burung di Rumah Sakit X di Indonesia dengan
memperhatikan perbedaan karakteristik pasien, gejala umum dan spesisfik flu burung pada
beberapa pasien yang positif ataupun terduga (suspect) menderita flu burung.
Studi lainnya misalnya kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia di Indonesia, ketika
kita melakukan studi deskriptif apa yang bias kita investigasi? Kita bias investigasi beberapa
pertanyaan seperti :
2. Prevalensi patah tulang pinggul pada wanita lansia pada desa da kota di 10 provinsi terbesar
di Indonesia.
3. Trend kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia dari tahun 2005-2014 di Indonesia.
4. Proporsi konsumsi vitamin D, kalsium dan penggunaan hormone steroid pada wanita lansia.
3. Desain Kohort
Ketika peneliti mempunyai waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup dan telah banyak
penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan desain potong lintang dan kasus kontrol,
maka pilihan selanjutnya adalah desain kohort. Kelebihan studi kohort adalah kita bisa menilai
kausalitas karena faktor paparan terjadi sebelum responden sakit, sehingga adanya tingkat alur
jelas antara faktor paparan kemudian baru terjadi sakit. Oleh karena itu, tingkat bias bisa
diminimalisir terutama bias informasi, karena respon yang diikuti oleh peneliti ke depan
(retrospektif). Kemudian faktor perancu bisa dikontrol dan memungkinkan beberapa otom hasil
penelitian dapat dihasilkan dalam penelitian ini. Studi ini juga sangat baik untuk faktor paparan
yang jarang terjadi dan memungkinkan peneliti menghitung angka insiden.
Kelemahan studi dengan desain kohort adalah memerlukan waktu yang panjang terutama
untuk mengetahui efek dari beberapa faktor paparan karena desain ini umumnya untuk
menginvestigasi penyakit kronik desain ini juga membutuhkan jumlah sampel penelitian dalam
cukup besar yang bisa bermanfaat jika adanya banyak sampel yang hilang sepanjang penelitian
berlangsung dalam periode tertentu biaya yang dibutuhkan juga tidak murah pada desain ini.
DAFPUS :