Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA


GRANULASI BASAH
I. Nama dan Kekuatan Sediaan
1.1.Nama Dagang
a. Paranutab
b. Cetetab
1.2.Kekuatan Sediaan
Paracetamol 250 mg/tablet

II. Prinsip Percobaan


Proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang
lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.

III. Tujuan Percobaan


1. Membuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah
2. Mengevaluasi granulasi
3. Mengetahui metode terbaik pada pembuatan granulasi basah

IV. Preformulasi Zat Aktif


Parasetamol (Acetaminophen) (Dirjen POM, 2014: 99; codex, 1994, Rawe
et,al, 2019)

Rumus molekul: C8H9NO2


Berat molekul: 15,1-16
Pemerian: Serbuk hablur, putih, tidak berbau. Rasa sedikit pahit.
Kelarutan: Larut dalam air mendidih, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian
etanol(95%) 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol P. 9 bagian
PPG P. Larut dalam larutan alkali hidroksida.
Titik Leleh: 1690 - 1700C
pH: 5,3 - 6,5
Stabilitas: Terhidrolisis pada pH minimal 5-7, stabil pada suhu 450C, dapat
terdegradasi oleh quenominim dan terbentuk warna pink. Coklat
dan hitam: mudah terurai dengan cahaya-relatif stabil terhadap
oksidasi menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada
suhu 250C dan kelembaban 90% terhadap udara mudah terurai.
Inkompatibilitas: tidak tercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan
hidrogen dan beberapa antasida.
Indikasi: meredakan sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam yang
menyertai flu dan demam pasca vaksinasi, migran, meredakan
nyeri.
Dosis dan aturan pakai: dewasa 300 mg, 1 g/hari maksimal 4 g/hari. Anak-
anak 6-12 tahun 15 mg-300mg sekali maksimal 1-2 g/hari. Anak-
anak 1-6 tahun 60 mg – 120 mg/sekali. Anak ≤ 1 tahun 600
mg/hari. Efek muncul 30-60 menit setelah makan.
Mekanisme farmakologi: menghambat prostaglandin disistem saraf pusat,
tetapi tidak memiliki efek antiinflamasi dipenfer, penghambatan
melalui inhibisi enzim siklooksigenase yang menguraikan asam
arakidonat.
Kontraindikasi : gangguan fungsi hati, perhatian untuk pasien dengan
penyakit.
Efek samping: kerusakan hati akibat pemberian jangka panjang, reaksi
hipersentifitas dan kelainan darah.
Kategori obat: obat bebas
Aturan simpan: dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahayan, simpan
dalam suhu ruangan, hindarkan dari kelembaban dan panas.
Persyaratan kadar: tablet parasetamol mengandung parasetamo tidak
kurang 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera
pada tablet.
(Rawe, 2009: 988-989), (Depkes RI, 1995: 650)

V. Preformulasi Zat Tambahan


5.1.Amprotab (Amilum pro tablet/Starch/Amilum manihot) (Rawe et, al
2009 685-691).

Struktur molekul: (C6H10O5)n


Pemerian: serbuk, warna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam etanol dingin 90% dan air, larut dalam
dimetil salfoxida.
pH: 4,0 – 7,0
Berat molekul: 1,4789/cm3
Bobot jenis: 0,69 – 0,77
Stabilitas: pati kurang stabil jika dilindungi dari kelembaban, pati harus
disimpan dalam wadah kedap udara. Dalam bentuk pasta/basah
mudah rusak oleh mikroba.
Aliran: umumnya kohesif dan memiliki karakteristik yang buruk, sifat alir
bergantung pada kadar air dan pengeringan dapat menghasilkan
bahan yang mengalir bebas.
Inkompatibilitas: pengoksidasi kuat
Fungsi: penghancur , 3-25%; pengisi 3-10%
5.2.PVP (polyvinyl pirolidone) (Rawe et, al 2009: 581-583)

1-ethenyl-2-pyrolidone homo-polimer
Pemerian: putih krem sampai putih berwarna tidak berbau, higrokopis.
Kelarutan: ML dalam asam, kloroform, etanol 95% keton. Meoh dan air,
praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan mineral oil.
Bobot jenis: 1,180 g/cm3
Titik Leleh: 1500C
Stabilitas: hidroskopis, stabil dalam pemanasan 110 – 1300C
Inkompatibilitas: dapat bercampur dalam larutan dengan berbagai garam
anorganik, resin alami dan sintesis bahan kimia lainnya.
Fungsi: pengikat
5.3.Etanol 95% (Rawe et, al 2009: 17-18)

Rumus: Crl3-ch2-OH (C2H6O)


Pemerian: jernih tidak berwarna, mudah menguap bau khas, rasa panas.
Kelarutan: dapat bercampur dengan kloroform, eter gliserin dan air
Titik Didih: 78,150C
Bobot jenis: 0,8119-0,8139
Stabilitas: dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
Inkompatibilitas: wadah alumunium
Fungsi: pelarut untuk pengikat (pembasah).
5.4.Laktosa (Rawe et, al 2009:359-361)

Rumus: C12H22O11
Bobot molekul: 342,30
Pemerian: seruk/massa hablur, keras, putih, putih kerm, tidak berbau rasa
sedikit manis.
Bobot jenis: 1,589 g/cm3
Kelarutan: larut dalam air dan mL dalam air mendidih, SSC dalam etanol.
Inkompatibilitas: pengoksidasi kuat
Fungsi: pengikat, pengisi
5.5.Mg Stearat (Rawe et, al 2009: 444-406)

Struktur kimia: [CH3(CH2)16COO]2Mg


Rumus molekul: C36H70MgO4
Pemerian: serbuk putih terang, bau khas asam asetat.
Titik Leleh: 126-1300C
Kelarutan: praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam
benzen dan etanol hangat.
Bobot jenis: 1,092 g/cm3
Stabilitas: Mg stearat stabil sebaiknya disimpan di wadah tertutup rapat
yang jenuh dan kering.
Inkompatibilitas: dengan asam kuat basa dan garam besi Mg stearat tidak
bisa digunakan pada produk yang menjadi aspirin, beberapa
vitamin tertentu dan garan alkoloidal.
Fungsi: lubrikan tablet
5.6.Talk (Rawe et, al 2009: 728-789)

Rumus kimia: Mg3Si4O10(OH)2


Pemerian: serbuk, putih, kelabu, tidak berbau.
Kelarutan: PTL dalam air basa dan dalam pelarut basa dan asam, pelarut
organik dan air.
Stabilitas: dapat disterilisasi pada suhu 1600C disimpan dalam wadah
tertutup rapat.
Inkompatibilitas: surfaktan
Fungsi: glidan 1-10%, lubrikan 1-10%< diluent 5-30%
5.7.Acdisol/croscarmellase sodium (Rawe et, al 2009: 206)

Pemerian: serbuk berwarna putih atau putih keabuan, tidak berbau.


Kelarutan: tidak larut dalam air, PTL dalam aseton, etanol dan toluene.
Stabilitas: stabil meskipun hidroskopis dapat digunakan dalam formula
tablet penghancur tidak menunjukan perbedaan yang signifikan
pada disolusi obat setelah penyimpan 300C selama 14 bulan
penyimpanan dalam wadah tertutup rapt, sejuk kering.
Inkompatibilitas: dapat berkurang pada persiapan formulasi oleh granulasi
basah atau kempa langsung jika mengandung eksipien higroskopis
seperti sorbitol croscarmellase sodium tidak kompatibel dengan
asam kuat atau larutan garam besi dan beberapa logam seperti
alumunium, mercury dan zink.
Fungsi: penghancur kapsul 10-25%; penghancur tablet 0,5-5%

VI. Preformulasi Wadah Kemasan


Kemasan primer: kemasan primer yang digunkan yaitu botol kaca yang
terbuat dari polimer polytien microcrystallized yang digunakan untuk
melindungi sediaan.
Kemasan sekunder: kemasan sekunder yang digunakan yaitu dus yang
terbuat dari kemasan tebal/karton yang digunakan untuk melindungi
kemasan primer.
(Dirjen POM. 1995:650)

VII. Analisis Pertimbangan Formula


Pada percobaan ini dilakukan granulasi basah dengan metode kering. Zat
aktif yang digunakan pada percobaan ini yaitu paracetamol. Paracetamol ini
merupakan zat yang memiliki khasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Bentuk
dari paracetamol yaitu serbuk hablur, putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit.
Menurut Voigt(1984), parasetamol merupakan bahan dengan karaketristik
kompaktibilitas kurang baik dan sifat alirnya yang buruk. Untuk memperbaiki
sifat alir dan kompaktibilitas maka dalam pembuatan tablet dibuat terlebih dahulu
bentuk granul atau dilakukan proses granulasi. Paracetamol ini merupakan zat
aktif yang tahan terhadap panas dan lembab sehingga metode pembuatan tablet
yang digunakan yaitu metode granulasi basah.
Menurut Lachman., dkk(1994), selain zat aktif, tablet terdiri dari bahan
tambahan dengan fungsi yang berbeda diantaranya bahan pengisi, penghancur,
pengikat, pembasah, dan pelicin. Bahan pengisi menjamin tablet memiliki bobot
dan ukuran tablet yang diinginkan jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat
massa tablet, memperbaiki daya kohesi. Bahan pengisi yang digunakan yaitu
laktosa. Laktosa ini memiliki kelarutan larut dalam air dan memiliki sifat alir yang
baik sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah
kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif.
Bahan penghancur yang digunakan yaitu amprotab, dimana amprotab ini
merupakan amilum protablet yaitu amilum yang dikhususkan untuk bahan
tambahan dalam pembuatan tablet. Amprotab ini digunakan sebagai penghancur
tablet baik pengancur dalam maupun penghancur luar. Kekuatan amprotab
sebagai penghancur ini karena memiliki aksi kapiler. Dimana aksi kapiler ini akan
membentuk suatu cairan yang masuk ke dalam tablet, aksi ini akan melawan aksi
bahan pengikat dan aksi ini akan membantu pengembangan dari beberapa
komponen yang akan membantu hancurnya tablet. Pati memiliki sifat hidrofilik
yang mempunyai kemampuan menyerap air dan membentuk pori-pori dalam
tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air kedalam tablet, sehingga akan
mempercepat waktu hancur tablet (Voigt, 1971).
Selain amprotab, acdisol atau croscarmellose sodium dapat digunakan
sebagai penghancur tablet dan juga granul. Acdisol ini memiliki kelebihan cepat
mengembang menjadi 4-8 kali volume awalnya saat kontak dengan air.
Pengembangan (swelling) merupakan mekanisme penghancuran tablet. Dimana
pemecahan terjadi saat partikel disintegran bersentuhan langsung dengan media
yang sesuai sehingga kekuatan disintegran untuk mengembang meningkat, jika
hal ini terus terjadi maka tablet atau granul akan pecah dan zat aktif obat akan
terlepas dari tablet atau granul (Pahwa and Nisha, 2011).
Bahan pengikat yang digunakan yaitu PVP, dimana PVP ini memiliki sifat
alir yang baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya
kompaktibilitasnya lebih baik. PVP ini memiliki kemampuan sebagai pengikat
kering maupun basah (Mohrle, 1980). PVP mudah larut dalam etanol (95%)
sehingga dapat digunakan etanol (95%) sebagai pembasah. Selain itu juga etanol
(95%) mudah menguap sehingga tidak akan merusak tablet. Penggunaan PVP
sebagai bahan pengikat yaitu pada konsentrasi 0,5-5% (Rowe., et al, 2009).
Lubrikan yang digunakan yaitu Magnesium atearat, dimana Magnesium
stearat ini dapat digunakan sebagai pelicin atau lubrikan pada konsentrasi 0,25-
5%. Magnesium stearat ini dapat mencegah terjadinya gesekan dan melekatnya
granul pada alat mesin ketika dicetak (Rowe., et al, 2009).
Selanjutnya terdapat eksipien sebagai pelincir yaitu talk, dimana talk ini
dapat digunakan sebagai pelincir pada konsentrasi 1-10%. Talk dapat
meningkatkan sifat alir granul dari hoppler ke die ketika akan dilakukan proses
pengempaan (Rowe., et al, 2009).

VIII. Formula
8.1.Formula A
Fasa dalam (92%) Fasa luar (8%)
Paracetamol 250 mg Mg. Stearat 1%
Amprotab 10% Talk 2%
PVP 5% Amprotab 5%
Etanol 95% q.s
Laktosa q.s
8.2.Formula B
Fasa dalam (92%) Fasa luar (8%)
Paracetamol 250 mg Mg. Stearat 1%
Acdisol 5% Talk 2%
PVP 5% Acdisol 5%
Etanol 95% q.s
Laktosa q.s
IX. Perhitungan dan Penimbangan
Formula A
 Cara 1 (Tablet Utuh)
Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah
Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Amprotab Penghancur dalam 10% 10/100 x 500 mg 50 mg
PVP Pengikat 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+50+25)mg 135 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/100 x 500 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/100 x 500 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
 Cara 2 (Fase Dalam)

Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah


Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Amprotab Penghancur dalam 10% 10/92 x 460 mg 50 mg
PVP Pengikat 5% 5/92 x 460 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+50+25)mg 135 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/92 x 460 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/92 x 460 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/92 x 460 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
 Cara 3 (Fase Luar)

Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah


Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/8 x 40 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/8 x 40 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/8 x 40 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg

PERHITUNGAN SEBENARNYA (DATA PERCOBAAN/PRAKTIKUM)


Hanya berlaku untuk fase luar, dimana faktor pengalinya
dilakukan terhadap data perolehan “Massa granulat” atau “Massa Slug” saat praktikum
Pemisalan:
126 gram
Massa Granulat (MG)
Kondisi teoritis,
namun tidak akurat
Fase Luar Pencetakan 8% tdh TU 8/100 x 500 mg 40 mg
secara logika
matematika
Kondisi teoritis yang
akurat dan Rasional
Fase Luar Pencetakan 8/92 thd FD 8/92 x 460 mg 40 mg
secara logika
matematika
Tidak rasional,
karena besaran
Fase Luar Pencetakan 8% thd FD 8/100 x 460 mg 36,8 mg
100% adalah 500
mg
Tidak rasional,
karena 126 gram
Fase Luar Pencetakan 8% thd MG 8/100 x 126 gram 10,08 mg bukan lagi besaran
100% (tapi
penyusutan)
Fase Luar Pencetakan 8/92 thd MG 8/92 x 126 gram 10,96 mg Kondisi rasional
Penghancur
Amprotab 5% 5/92 x 126 gram 6,85 gram
luar
Talk Glidan 2% 2/92 x 126 gram 2,74 gram
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/92 x 126 gram 1,37 gram
Total Fase Luar 10,96 gram
PENIMBANGAN FORMULA A
Nama Zat 1 Tablet 300 Tablet
Parasetamol 250 mg 75 gram
Amprotab 50 mg 15 gram
PVP 25 mg 7,5 gram
Etanol 95% 0,225 mL 67,5 gram
Laktosa 135 mg 40,5 gram
Mg Stearat 5 mg 1,5 gram
Talk 10 mg 3 gram
Amprotab 25 mg 7,5 gram

Formula B
 Cara 1 (Tablet Utuh)
Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah
Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Acdisol Penghancur dalam 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
PVP Pengikat 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+25+25)mg 160 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/100 x 500 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/100 x 500 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
 Cara 2 (Fase Dalam)

Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah


Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Acdisol Penghancur dalam 5% 5/92 x 460 mg 25 mg
PVP Pengikat 5% 5/92 x 460 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+25+25)mg 160 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/92 x 460 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/92 x 460 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/92 x 460 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
 Cara 3 (Fase Luar)

Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah


Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg
Acdisol Penghancur dalam 5%
PVP Pengikat 5%
Etanol 95% Pembasah (1:9)
Laktosa Pengisi ad 92%
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/8 x 40 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/8 x 40 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/8 x 40 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
PERHITUNGAN SEBENARNYA (DATA PERCOBAAN/PRAKTIKUM)
Hanya berlaku untuk fase luar, dimana faktor pengalinya
dilakukan terhadap data perolehan “Massa granulat” atau “Massa Slug” saat praktikum
Pemisalan:
130 gram
Massa Granulat (MG)
Kondisi teoritis,
namun tidak akurat
Fase Luar Pencetakan 8% tdh TU 8/100 x 500 mg 40 mg
secara logika
matematika
Kondisi teoritis yang
akurat dan Rasional
Fase Luar Pencetakan 8/92 thd FD 8/92 x 460 mg 40 mg
secara logika
matematika
Tidak rasional,
karena besaran
Fase Luar Pencetakan 8% thd FD 8/100 x 460 mg 36,8 mg
100% adalah 500
mg
Tidak rasional,
karena 130 gram
Fase Luar Pencetakan 8% thd MG 8/100 x 130 gram 10,4 mg bukan lagi besaran
100% (tapi
penyusutan)
Fase Luar Pencetakan 8/92 thd MG 8/92 x 130 gram 11,30 mg Kondisi rasional
Penghancur
Amprotab 5% 5/92 x 130 gram 7,06 gram
luar
Talk Glidan 2% 2/92 x 130 gram 2,83 gram
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/92 x 130 gram 1,41 gram
Total Fase Luar 11,30 gram

PENIMBANGAN FORMULA B
Nama Zat 1 Tablet 300 Tablet
Parasetamol 250 mg 75 gram
Acdisol 25 mg 7,5 gram
PVP 25 mg 7,5 gram
Etanol 95% 0,225 mL 67,5 gram
Laktosa 160 mg 48 gram
Mg Stearat 5 mg 1,5 gram
Talk 10 mg 3 gram
Amprotab 25 mg 7,5 gram
X. Prosedur Pembuatan
Semua bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai
dengan formula. Granul dibuat dengan dua formula yaitu formula A dan formula
B. Pada formula A, paracetamol, amprotab, PVP, dan laktosa dimasukkan ke
dalam wadah serta diaduk hingga homogen. Kemudian ditetesi etanol 95% sedikit
demi sedikit hingga membentuk massa granul basah. Sedangkan pada formula B,
paracetamol, acdisol, PVP, dan laktosa dimasukkan ke dalam wadah serta diaduk
hingga homogen. Kemudian ditetesi etanol 95% sedikit demi sedikit hingga
membentuk massa granul basah. Selanjutnya, formula A dan formula B diayak
pada ayakan 12 mesh yang kemudian dimasukkan oven suhu 40C hingga kadar
air mencapai 1-3%. Selanjutnya, diayak kembali menggunakan pengayak 16 mesh
dan kemudian ditimbang seluruhnya. Setelah itu, masing-masing granul formula
A dan formula B sebanyak 50 gram dilakukan evaluasi kadar air, sifat alir, bobot
jenis, dan distribusi ukuran partikel.
Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam alat moisturizer analytical
balance untuk menentukan kadar air dari masing-masing formula. Setelah kadar
air telah mencapai 1-3% kemudian dilakukan evaluasi sifat alir yang dilakukan
dengan dua metode yaitu metode corong dan sudut baring. Masing-masing granul
formula A dan formula B sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam alat flow tester
kemudian granul dialirkan bersamaan dengan perhitungan waktu. Setelah itu,
diukur tinggi serta diameter dari sudut baring granul yang mengalir dari corong.
Selanjutnya, dilakukan evaluasi bobot jenis terhadap granul yaitu bobot jenis
nyata, bobot jenis mampat, dan bobot jenis sejati. Sebanyak 30 gram granul
dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian dihitung volume granul pada gelas
ukur untuk dapat menentukan bobot jenis nyata serta dimampatkan dengan
menggunakan alat tap density meter sebanyak 10, 500, dan 750 ketukan untuk
menentukan bobot jenis mampat. Kemudian dihitung juga bobot jenis sejati
dengan menggunakan piknometer. Piknometer kosong, piknometer berisi granul,
piknometer berisi paraffin liquidum, serta piknometer berisi paraffinum liquidum
dan granul ditimbang untuk menentukan bobot jenis sejati. Setelah itu, sebanyak
100 gram granul dimasukkan ke dalam granulometri dengan ukuran mesh 20, 40,
60, 80, 100, 120, 140, dan 200. Kemudian digetarkan selama 15 menit. Setelah
itu, granul yang yang tertampung pada setiap mesh ditimbang.

XI. Evaluasi dan Data Pengamatan


1. Uji Kelembaban
Formula Kadar air (%)
A 1,7%
B 1%
Penafsiran Hasil: Kadar air yang baik 1-2%
Kesimpulan
• Formula A: Memenuhi syarat kadar air
• Formula B: Memenuhi syarat kadar air
2. Uji Sifat Alir
a. Metode Corong
Perhitungan: Bobot granul (gram) / waktu yang diperlukan (s)
Formula Bobot (gram) Waktu (detik) Kecepatan alir (g/detik)
A 50 4,6 50 g/4,6 detik
B 50 4,06 50 g/4,06 detik
Penafsiran hasil: Aliran granul yang baik jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 100 gram ≤ 10 detik (50 gram ≤ 5 detik)
Kesimpulan
 Formula A: Aliran granul baik, karena dapat mengalirkan 50 gram
granul selama 4,6 detik
 Formula B: Aliran granul baik, karena dapat mengalirkan 50 gram
granul selama 4,06 detik.
b. Sudut Baring
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (ℎ)
Perhitungan: Tan α = 𝐽𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 (𝑟)
3,6𝑐𝑚
 Formula A: Tan α = 6,1𝑐𝑚 = Tan α = 0,590 = α = 30,541֠
3,4𝑐𝑚
 Formula B: Tan α = 6,07𝑐𝑚 = Tan α = 0,560 = α = 29,249֠

Formula h (cm) r (cm) a (°)


A 3,6 6,1 30,541
B 3,4 6,07 29,249
Penafsiran Hasil:
α: 25°-30° (sangat mudah mengalir)

α: 30°-38° (mudah mengalir)

α: 25°-30° (kurang mengalir)


Kesimpulan
 Formula A: Mudah mengalir, karena sudut baringnya 30,541°
 Formula B: Sangat mudah mengalir, karena sudut baringnya
29,249°
3. Distribusi Ukuran Partikel
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑠ℎ (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Perhitungan: % = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

Hasil:
 Formula A
16,49 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 20: % = × 100% = 32,98%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
34,93 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 40: % = × 100% = 69,86%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
15,60 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 60: % = × 100% = 31,2%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
8,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 80: % = × 100% = 16,94%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
9,69 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 100: % = × 100% = 19,38%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚

Mesh 120: -
7,45 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 140: % = × 100% = 14,9%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Formula B
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 20: % = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 40%
16,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 40: % = × 100% = 32,06%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
11,80 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 60: % = × 100% = 23,6%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
15,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 80: % = × 100% = 30,86%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚

Mesh 100: -
13,07 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 120: % = × 100% = 26,14%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
8,10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 140: % = × 100% = 16,2%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚

Formula Ukuran mesh Bobot hasil pengayakan (gram) %


20 16,49 32,98%
40 34,93 69,86%
60 15,60 31,2%
A 80 8,47 16,94%
100 9,69 19,38%
120 - -
140 7,45 14,9%
20 20 40%
40 16,03 32,06%
60 11,80 23,6%
B 80 15,43 30,86%
100 - -
120 13,07 20,14%
140 8,10 16,2%
Kesimpulan
 Formula A: Ukuran partikel baik karena pada ayakan mesh 3-4
menunjukkan persentase ≥ 40%
 Formula B: Ukuran partikel baik karena pada ayakan mesh 3-4
menunjukkan persentase ≥ 40%
4. Bobot Jenis/Kerapatan
a. BJ Nyata
𝑊
Perhitungan: P = 𝑉

Keterangan:
P = BJ nyata
W = Bobot granul
V = Volume granul tanpa pemampatan
Di Alat:
30 𝑔
 Formula A: P = 89 = 0,0337 𝑚𝐿
34,91
 Formula B: P = = 0,392 𝑔/𝑚𝐿
89

Formula W (gram) V (mL) P (gram/mL)


A 30 89 0,337
B 34,91 89 0,392
b. BJ Mampat
𝑊
Perhitungan : Pn =
𝑉𝑛

Keterangan:
Pn = BJ pada n ketukan
W = Bobot granul
Vn = Volume granul tanpa pemampatan
Di alat:
 Formula A = 87
 Formula B = 87
Hasil Perhitungan:
 Formula A:
30 𝑔
V10: Pn = 80 = 0,375 𝑚𝐿
30 𝑔
V500: Pn = 78 = 0,385 𝑚𝐿
30
V750: Pn = 74 = 0,405 𝑔/𝑚𝐿
 Formula B
34,91 𝑔
V10: Pn = = 0,426 𝑚𝐿
82
34,91 𝑔
V500: Pn = = 0,442 𝑚𝐿
79
34,91
V750: Pn = = 0,442 𝑔/𝑚𝐿
79

Formula W (gram) Vn (mL) Pn (gram/L)


V10 80 mL 0,375
A 30 V500 78 mL 0,385
V750 74 mL 0,405
V10 82 mL 0,426
B 34,91 V500 79 mL 0,442
V750 79 mL 0,442
c. BJ Sejati
(𝑏−𝑎)× 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
Perhitungan: BJ sejati = (𝑏+𝑑)−(𝑎+𝑐)

Keterangan:
a = Bobot piknometer kosong
b = Bobot piknometer + 1 gram granul
c = Bobot piknometer + 1 gram granul +cairan pendispersi (paraffin
cair)
d = Bobot piknometer + cairan pendispersi
Hasil perhitungan:
(19,248−18,394)×0,87 𝑔
 Formula A: BJ sejati = (19,248+27,866)−(18,394+27,935) = 0,742 𝑚𝐿
(19,462−18,394)×0,87
 Formula B: BJ sejati = (19,462+27,866)−(18,394+28,53) = 2,299 𝑔/𝑚𝐿

BJ Sejati
Formula a (gram) b (mL) c (gram) d (gram)
(gram/mL)
A 18,394 19,248 27,935 27,866 0,742
B 18,394 19,462 28,53 27,866 2,299
d. Kadar Kemampatan
𝑉0−𝑉500
Perhitungan: Kp = × 100%
𝑉0

Hasil perhitungan:
89−78
 V500 Formula A: × 100% = 12,359%
89
89−79
 V500 Formula B: × 100% = 11,235%
89
89−74
 V750 Formula A: × 100% = 16,854%
89
89−79
 V750 Formula B: × 100% = 11,235%
89

Formula V0 (mL) V500 (mL) KpV500 (%) V750 (mL) KpV750 (%)
A 89 74 12,359% 74 16,854
B 89 79 11,235% 79 11,235
Penafsiran hasil: Granul memenuhi syarat jika KP ≤ 20%
Kesimpulan
 Formula A: Granul memenuhi syarat
 Formula B: Granul memenuhi syarat
e. Perbandingan Haussner
𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
Perhitungan : Perbandingan Haussner = 𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

Hasil perhitungan:
0,388
 Formula A: 0,337 = 1,15
0,437
 Formula B: 0,392 = 1,11

Formula BJ setelah pemampatan BJ sebelum pemampatan Hasil


A 0,388 0,337 1,15
B 0,437 0,392 1,11
Penafsiran hasil: Granul memenuhi syarat jika angka Haussner~1
Kesimpulan
 Formula A: Hampir memenuhi syarat
 Formula B: Hampir memenuhi syarat
f. Persen Kompresibilitas
Formula BJ mampat BJ nyata %K
A 0,388 0,337 13,144
B 0,437 0,392 10,30
Penafsiran hasil:
% K: 5-15% aliran sangat baik
% K: 16-25% aliran baik
% K: ≥ 26% aliran buruk
𝐵𝐵 𝐵−𝐵𝐵 𝐵
Perhitungan: %K = × 100%
𝐵𝐵 𝐵

Hasil perhitungan:
0,388−0,337
 Formula A: % K = × 100% = 13,592%
0,338
0,437−0,392
 Formula B: % K = × 100% = 10,297
0,437

Kesimpulan
 Formula A: Aliran granul sangat baik
 Formula B: Aliran granul sangat baik

XII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan proses pembuatan granul dengan zat
aktif parasetamol. Zat aktif parasetamol ini memiliki khasiat sebagai analgetis dan
antipiretis, tetapi tidak anti-radang. Aksi dari parasetamol yaitu dapat
menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi
diperifer selain itu parasetamol dapat mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan
untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang dan pengobatan demam.
Parasetamol ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh
kodein dan kofein dengan kira–kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan
praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit–metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat–
glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain
mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol
dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada
dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak
interaktif.
Pada praktikum kali ini dilakukan proses granulasi dengan zat aktif
parasetamol. Dimana proses granulasi ini adalah pembentukan partikel-partikel besar
dengan mekanisme pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan
ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat
permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari
segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk
memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan
bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan
kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet. Sebagian
besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena tidak memiliki sifat
mengikat satu sama lain untuk membentuk sediaan yang kompak dan juga tidak memiliki sifat
lubrikasi dan desintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi. Pembuatan tablet dapat
dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung. Namun pada
praktikum kali ini digunakan metode granulasi basah dengan menggunakan etanol
95%. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah
pada prinsipnya partikel bahan aktif dan eksipien terlebih dahulu dicampur dan
dilakukan penambahan pengikat kedalam campuran(baik cara kering ataupun cara
basah). Metode granulasi basah ini dipilih didasarkan pada sifat dari zat aktif
parasetamol, dimana parasetamol ini memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil
terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah ini,
akan dihasilkan tablet yang lebih baik karena proses granulasi basah ini akan
menjamin homogenitas campuran yang lebih, selain itu keuntungan granulasi
basah ini dapat mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan
keseragaman kandungan yang baik, dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit
mengalir dan sulit dikompres, dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas
serbuk dengan penambahan bahan pengikat.
Dalam pembuatan masa granul yang dilakukan, selain bahan aktif
parasetamol maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu PVP yang berfungsi
sebagai bahan pengikat yang dapat memberikan daya adhesi pada massa serbuk
pada saat granulasi serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi, selain itu juga untuk menggabungkan dan mengikat antar partikel serbuk
dari fasa dalam menjadi masa granulat. PVP sebagai pengikat pada konsentrasi
0,5-5% (Rowe, et.al 2009:581). Dimana pada praktikum kali ini PVP yang
digunakan yaitu pada konsentrasi 5% . Selain bahan pengikat, juga dipelukan
cairan pengikat yang berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan pengikat PVP ,
etanol sebagai cairan pengikat dipilih karena, PVP ini memiliki kelarutan 1:7
(Rowe, et.al 2009:581-583)dalam etanol sehingga PVP akan lebih mudah larut
dalam etanol. Eksipien lain yang juga diperlukan dalam pembuatan masa granulat
yaitu amprotab, dimana amprotab ini digunakan sebagai panghancur dalam yang
dapat membantu menghancurkan/memecah granul agar dapat melepaskan zat
aktif. Umumnya amprotab digunakan sebagai penghancur pada konsentrasi 5-25%
optimalnya 10-15%. Amprotab ini memiliki sifat hidrofilik yang mampu
menyerap air dan membentuk pori-pori dalam tablet, hal tersebut dapat
meningkatkan penetrasi air kedalamnya sehingga akan mempercepat hancurnya
granul untuk melepaskan zat aktif. Selain itu amprotab menjadi inert dalam
kondisi penyimpanan normal 25 C (voight, 1971:231). Selain itu juga diperlukan
laktosa, dimana laktosa ini berfungsi sebagai bahan pengisi, dimana bahan pengisi
ini dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga memiliki bobot
yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan
aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi. Jumlah bahan
pengisi yang dibutuhkan bervariasi, tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet
yang diinginkan.
Pada metode granulasi basah ini, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2
fase yaitu fase dalam dan fase luar. Dimana Fase dalam yang terdiri dari zat aktif,
pengikat, pengisi, dan penghancur. Fase luar terdiri dari penghancur, glidan dan
lubrikan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa
granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam
yang telah dibuat. Dimana penambahan fase luar ini ditambahkan bila granul yang
sudah terbentuk akan dilakukan proses pencetakan menjadi tablet, oleh karena itu
pada praktikum kali ini tidak dilakukan penambahan fase luar pada granul, karena
granul yang telah terbentuk tidak dilakukan pencetakan menjadi tablet. Adapun
pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah ini sehingga
terdapat pemisahan fase.
Sebelum dilakukan pembuatan massa granulat, dilakukan penimbangan zat
aktif dan eksipien yang akan digunakan terlebih dahulu, kemudian setelah
dilakukan penimbangan, selanjutnya dilakukan tahapan pembuatan massa granul
dengan cara mencampurkan zat aktif parasetamol, penghancur dalam, pengisi dan
pengikat. Pengikat yang ditambahkan kedalam massa granulat dalam bentuk
kering, dimana setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru
ditambahkan pelarut (etanol) sesuai data perhitungan kelarutan dari bahan
pengikat. Dimana cairan pengikat yang ditambahkan dilakukan dengan cara
meneteskan sedikit demi sedikit kedalam massa granulat kemudian diaduk sampai
terbentuk massa granul yang dapat dikepal. Pengadukan ini bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
bercampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit(partikel,
molekul dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur denganunit
atau partikel masing-masing komponen lainnya. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang
dihasilkan merupakan campuran homogen.
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam massa
granulat yang kemudian ditambahkan cairan pengikat, maka bahan pengikat akan
membasahi permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid
bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak
sehingga terjadi pertumbuhan/ pembesaran granul. Selanjutnya granul yang sudah
terbentuk kemudian dilakukan proses pengayakan. Dimana pengayakan granul
dengan menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 10. Pengayakan ini bertujuan
untuk menyeragamkan ukuran granul dari granul yang sudah terbentuk.
Selanjutnya granul yang telah diayak kemudian dilakukan proses pengeringan.
Proses pengeringan granul ini mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara
partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya pengikat yang
dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan,
ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Proses
pengeringan ini sangat diperlukan karena hasil granulasi berada dalam bentuk
massa basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan
menimbulkan masalah pada sifat aliran granul pada saat akan dicetak dan
ketidakstabilan secara kimiawi (Goeswin Agoes, halaman: 310). Selain itu
jugakelembapan yang tinggi pada granul dapat menjadi media pertumbuhan bagi
mikroorganisme. Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu
metode pengeringan dengan nampan (tray drying) dengan menggunakan loyang.
Granul ditempatkan dalam loyang lalu disimpan dalam oven bersuhu 400C sampai
diperoleh kadar air 1-3%. Dimana kelembapan ini merupakan kelembapan yang
optimal untuk granul, karena persentase kelembapan tersebut membuat granul
tidak menjadi granul yang anhidrat yang nantinya dapat menarik kelembapan
berlebih apabila disimpan dalam suhu kamar. Setelah granul dikeringkan dan telah
mencapai kelembapan 1-3% maka selanjutnya dilakukan pengayakan kembali
menggunakan pengayak dengan ukura mesh 14. Pengayakan inipun bertujuan
untuk menyeragamkan ukuran granul dari granul yang sudah terbentuk
sebelumnya, dimana ukuran granul yang dihasilkan akan lebih seragam lagi.
Setelah dilakukan pengayakan, selanjutnya granul dilakukan uji evaluasi granul.
Yang perlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu menimbang dan mencatat
bobot granul yang sudah didapatkan pada proses granulasi.
Setelah melakukan pembuatan granul, tahap selanjutnya yaitu evaluasi
granul pada formula A dan formula B. Pertama dilakukan uji kelembapan (kadar
air). Uji kelembapan ini dilakukan pada tahap pertama dalam mengevaluasi suatu
granul agar tidak menimbulkan masalah ketika proses pencetakan dan produk
akhirnya. Adapun tujuan dari evaluasi uji kelembapan ini untuk mengetahui kadar
air pada granul yang telah dibuat setelah mengalami proses pengeringan. Prinsip
kerja evaluasi ini berdasarkan pada kandungan lembab/air yang terkandung dalam
zat uji kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan oleh suatu alat yaitu
Moisture Analytical Balance. Dalam melakukan evaluasi ini standar nilai
kelembapan massa granul yang telah menjadi ketentuan yaitu ≤ 3% yang dihitung
dengan menggunakan alat tersebut (Van Veen et al., 2000). Hasil yang didapatkan
oleh praktikan pada evaluasi ini yaitu kadar air dalam granul formula A diperoleh
1,7% dan formula B diperoleh 1%. Dari hasil evaluasi tersebut membuktikan
bahwa granul formula A memiliki kadar air yang memenuhi syarat. Apabila kadar
airnya > 3% dapat mengganggu aliran, menyebabkan penempelan pada mesin dan
meningkatkan resiko pertumbuhan mikroba. Sedangkan bila kadar airnya < 1%
menyebabkan granul menjadi lebih rapuh. Sehingga ketika evaluasi terhadap
kadar air dalam granul A telah memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan ketahap
selanjutnya.
Kedua, dilakukan evaluasi uji sifat alir. Evaluasi sifat alir sangat penting
dilakukan karena berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang cetakan yang
akan mempengaruhi keragaman bobot dan pada akhirnya akan mempengaruhi
keseragamaan kandungan zat aktif (Hadisoewignyo, 2016). Praktikan melakukan
evaluasi sifat alir dengan menggunakan dua metode yaitu metode corong dan
metode sudut baring dengan menggunakan alat flow tester. Pada metode corong,
serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik apabila dalam 100 gram serbuk
yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. Adapun hasil pengujian evaluasi sifat
alir dengan metode corong pada sediaan diperoleh hasil bahwa dari 50 gram
granul dapat mengalir dalam waktu 4,6 detik untuk formula A dan 4,06 detik
untuk formula B. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa aliran granul formula A
dan formula B dapat mengalir dengan baik. Karena pada 50 gram granul mengalir
dalam waktu ≤ 5 detik. Kemudian dilakukan evaluasi sifat alir dengan metode
sudut baring. Sudut baring merupakan sudut maksimum yang terbentuk antara
permukaan timbunan serbuk dengan bidang horizontal (bidang datar) apabila
hanya gaya gravitasi yang bekerja pada permukaan bebas timbunan serbuk
tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sifat alir serbuk dengan
ukuran partikel > 150 µm dan serbuk tidak kohesif. Adapun hasil dari evaluasi
sifat alir dengan metode sudut baring yaitu 30,541° untuk formula A dan 29,205°.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sifat alir granul sangat baik (Voight,
1989).
Ketiga dilakukan evaluasi distribusi ukuran partikel (granulometri).
Evaluasi ini sangat penting yang bertujuan untuk melihat keseragaman dari
ukuran granul yang dihasilkan. Dengan diperoleh ukuran granul yang seragam
maka dapat menjamin aliran granul dan keseragaman kandungan granul.
Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan yang
menggunakan alat sieving analyzer (Voight, 1994). Alat sieving analyzer
merupakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran, dimana mesh dengan
ukuran terbesar diletakkan paling atas dan bagian bawahnya disusun dengan
ukuran mesh yang lebih kecil. Adapun prinsip pengujian ini adalah untuk melihat
keseragaman dan distribusi ukuran granul yang dihasilkan. Ukuran partikel granul
dikataka baik apabila distribusi sampel sesuai dengan kurva distribusi normalnya.
Bila diperoleh sampel (40%) pada ayakan yang paling bawah maka metode
granulasi atau formulasi tidak baik karena lebih banyak yang berbentuk serbuk.
Hasil yang diperoleh dari evaluasi ini pada formula A yaitu ukuran partikel baik
karena pada ayakan mesh 3-4 (60 dan 80) menunjukkan persentase ≥ 40% yaitu
48,14% dan pada formula B yaitu ukuran partikel tidak baik karena pada ayakan
mesh 3-4 (60 dan 80) menunjukkan persentase ≥ 40% yaitu 30,86%.
Keempat, dilakukan evaluasi uji bobot jenis (densitas kemampatan).
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis pada granul tersebut, mulai
dari bobot nyata, bobot mampat dan bobot sejati. Adapun tujuannya untuk
mengetahui kemampatan dari granul yang berpengaruh terhadap tingkat
kompresibilitas dan sifat alir dari granul. Granul yang keras dan padat
memerlukan kompresi yang lebih besar untuk menghasilkan kohesi yang kompak.
Beban kompresi yang tinggi mempunyai potensi untuk meningkatkan disintegrasi
tablet dan waktu melarutnya obat. Walaupun tablet segera hancur, makin keras
dan makin rapat granul akan melarut lebih lambat (Lachman, dkk., 1994). Adapun
prinsip pengujiannya yaitu penetapan densitas granul per satuan volume (g/mL)
(Lachman, dkk., 1994). Pengujian evaluasi ini dilakukan pertama menghitung bj
sejati granul dengan menggun akan alat piknometer. Hasil dari evaluasi ini yaitu
0,946 gram/ml untuk formulasi A dan 2,299 gram/ml untuk formulasi B. Kedua
dihitung bj nyata granul dengan menggunakan alat tapped density tester. Hasil
dari evaluasi ini yaitu bj nyata granul 0,337 gram/L untuk formulasi A dan 0,392
gram/L untuk formulasi B. Ketiga dihitung bj mampat pada granul dengan
menggunakan alat tapped density tester kemudian diberikan hentakan sesuai
dengan metode USP yaitu 10, 500, 750 hentakan. Hasil dari evaluasi ini yaitu
rata-rata bj mampat 0,388 gram/L untuk formulasi A dan 0,437gram/L untuk
formulasi B. Sehingga setelah mengetahui ketiga bj dari granul di atas maka dapat
dilakukan perhitungan angka Haussner formula A dengan hasil 1,15 dan angka
Haussner formula B dengan hasil 1,11. Hal ini menunjukkan bahwa formula A
perbandingan Haussnernya hampir memenuhi syarat karena perbandingan
Haussner yang memenuhi syarat yaitu 1 (Voight, 1989). Kemudian diperoleh %
kadar pemampatan formula A yaitu 12,359 % dan formula B yaitu 11,236%. Hal
ini menunjukkan bahwa kadar pemampatan granul formula A dan formulasi B
memenuhi syarat. Lalu diperoleh % indeks kompresibilitas pada formula A yaitu
13,144% dan formula B yaitu 10,30%. Hal ini menunjukkan bahwa sifat alir
granul formula A alirannya baik karena berada pada rentang 11-15%,
sedangkansifat alir granul formula B alirannya kurang baik karena tidak mencapai
rentang 11-15%.

XIII. Kesimpulan
Granulasi adalah proses peningkatan ukuran partikel-partikel kecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
pengumpulan massa sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi
kadar, massa jenis, ukuran, serta bentuk partikel.
XIV. Kemasan
XV. Brosur
XVI.
XVII. Paranutab Tablet Cetetab Tablet

Komposisi : Komposisi :
Tiap 1 tablet mengandung 250 mg Tiap 1 tablet mengandung 250 mg
Paracetamol Paracetamol

Indikasi : Indikasi :
meredakan sakit kepala, sakit gigi, meredakan sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam yang menyertai flu menurunkan demam yang menyertai flu
dan demam pasca vaksinasi, migraine, dan demam pasca vaksinasi, migraine,
meredakan nyeri. meredakan nyeri.

Kontra Indikasi : Kontra Indikasi :


gangguan fungsi hati, perhatian untuk gangguan fungsi hati, perhatian untuk
pasien dengan penyakit ginjal, pasien yang pasien dengan penyakit ginjal, pasien yang
mengkonsumsi alkohol. mengkonsumsi alkohol.

Efek Samping : Efek Samping :


Kerusakan hati akibat pemberian jangka Kerusakan hati akibat pemberian jangka
panjang, reaksi hipertensifitas dan panjang, reaksi hipertensifitas dan
kelainan darah kelainan darah

Aturan Pakai : Aturan Pakai :


Dewasa 1 tablet, 3-4 kali sehari Dewasa 1 tablet, 3-4 kali sehari
Anak 6-12 tahun ½-1 tablet, 3-4 kali sehari Anak 6-12 tahun ½-1 tablet, 3-4 kali sehari

Simpan di tempat sejuk dan kering Simpan di tempat sejuk dan kering

No. Reg : GBL1900300110A1 No. Reg : GBL1900300210A1


No. Batch : 901001 No. Batch : 901002

Diproduksi oleh : Diproduksi oleh :


PT. Farmathree PT. Farmathree
Bandung-Indonesia Bandung-Indonesia
Daftar Pustaka

Codex Standart. (1994). Codex Standart for Fermented Milk. Roma: FAO United
Nations.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonsesia.
Lachman, L., & Lieberman, H. A.(1994).Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Kedua.Jakarta: UI Press.
Mohrle, R.(1980).Effervescent Tablet, in H.A. Lieberman, L. Lachman and J.B.,
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet, Marcel Dekker Second
Edition.Volume I,225-255, Inc, New York.Voigt, R.(1984).Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pahwa, Rakesh., and Nisha, Gupta. (2011). Superdisintegrant in the Development
of Orally Disintegrating Tablets: A Review. International Journal of
Pharmaceutical Science and Research 2(11): 2767-2780.
Rowe, R. C., et al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed.
London:The Pharmaceutical Press.
Voight, R. (1971).Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi IV.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai