1-ethenyl-2-pyrolidone homo-polimer
Pemerian: putih krem sampai putih berwarna tidak berbau, higrokopis.
Kelarutan: ML dalam asam, kloroform, etanol 95% keton. Meoh dan air,
praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan mineral oil.
Bobot jenis: 1,180 g/cm3
Titik Leleh: 1500C
Stabilitas: hidroskopis, stabil dalam pemanasan 110 – 1300C
Inkompatibilitas: dapat bercampur dalam larutan dengan berbagai garam
anorganik, resin alami dan sintesis bahan kimia lainnya.
Fungsi: pengikat
5.3.Etanol 95% (Rawe et, al 2009: 17-18)
Rumus: C12H22O11
Bobot molekul: 342,30
Pemerian: seruk/massa hablur, keras, putih, putih kerm, tidak berbau rasa
sedikit manis.
Bobot jenis: 1,589 g/cm3
Kelarutan: larut dalam air dan mL dalam air mendidih, SSC dalam etanol.
Inkompatibilitas: pengoksidasi kuat
Fungsi: pengikat, pengisi
5.5.Mg Stearat (Rawe et, al 2009: 444-406)
VIII. Formula
8.1.Formula A
Fasa dalam (92%) Fasa luar (8%)
Paracetamol 250 mg Mg. Stearat 1%
Amprotab 10% Talk 2%
PVP 5% Amprotab 5%
Etanol 95% q.s
Laktosa q.s
8.2.Formula B
Fasa dalam (92%) Fasa luar (8%)
Paracetamol 250 mg Mg. Stearat 1%
Acdisol 5% Talk 2%
PVP 5% Acdisol 5%
Etanol 95% q.s
Laktosa q.s
IX. Perhitungan dan Penimbangan
Formula A
Cara 1 (Tablet Utuh)
Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah
Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Amprotab Penghancur dalam 10% 10/100 x 500 mg 50 mg
PVP Pengikat 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+50+25)mg 135 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/100 x 500 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/100 x 500 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
Cara 2 (Fase Dalam)
Formula B
Cara 1 (Tablet Utuh)
Komponen Fungsi Komposisi Perhitungan Jumlah
Fase Dalam Komponen granulat 92% 92/100 x 500 mg 460 mg
Fase Luar Pencetakan 8% 8/100 x 500 mg 40 mg
PERHITUNGAN TEORITIS (DATA FORMULA)
Parasetamol Zat Aktif 250 mg 250 mg x 1 tablet 250 mg
Acdisol Penghancur dalam 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
PVP Pengikat 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Etanol 95% Pembasah (1:9) 0,025 g x 9 mL 0,225 mL
Laktosa Pengisi ad 92% 460 mg-(250+25+25)mg 160 mg
Total Fase Dalam 460 mg
Mg Stearat Lubrikan 1% 1/100 x 500 mg 5 mg
Talk Glidan 2% 2/100 x 500 mg 10 mg
Amprotab Penghancur luar 5% 5/100 x 500 mg 25 mg
Total Fase Luar 40 mg
Total Fase Dalam + Luar 500 mg
Cara 2 (Fase Dalam)
PENIMBANGAN FORMULA B
Nama Zat 1 Tablet 300 Tablet
Parasetamol 250 mg 75 gram
Acdisol 25 mg 7,5 gram
PVP 25 mg 7,5 gram
Etanol 95% 0,225 mL 67,5 gram
Laktosa 160 mg 48 gram
Mg Stearat 5 mg 1,5 gram
Talk 10 mg 3 gram
Amprotab 25 mg 7,5 gram
X. Prosedur Pembuatan
Semua bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai
dengan formula. Granul dibuat dengan dua formula yaitu formula A dan formula
B. Pada formula A, paracetamol, amprotab, PVP, dan laktosa dimasukkan ke
dalam wadah serta diaduk hingga homogen. Kemudian ditetesi etanol 95% sedikit
demi sedikit hingga membentuk massa granul basah. Sedangkan pada formula B,
paracetamol, acdisol, PVP, dan laktosa dimasukkan ke dalam wadah serta diaduk
hingga homogen. Kemudian ditetesi etanol 95% sedikit demi sedikit hingga
membentuk massa granul basah. Selanjutnya, formula A dan formula B diayak
pada ayakan 12 mesh yang kemudian dimasukkan oven suhu 40C hingga kadar
air mencapai 1-3%. Selanjutnya, diayak kembali menggunakan pengayak 16 mesh
dan kemudian ditimbang seluruhnya. Setelah itu, masing-masing granul formula
A dan formula B sebanyak 50 gram dilakukan evaluasi kadar air, sifat alir, bobot
jenis, dan distribusi ukuran partikel.
Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam alat moisturizer analytical
balance untuk menentukan kadar air dari masing-masing formula. Setelah kadar
air telah mencapai 1-3% kemudian dilakukan evaluasi sifat alir yang dilakukan
dengan dua metode yaitu metode corong dan sudut baring. Masing-masing granul
formula A dan formula B sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam alat flow tester
kemudian granul dialirkan bersamaan dengan perhitungan waktu. Setelah itu,
diukur tinggi serta diameter dari sudut baring granul yang mengalir dari corong.
Selanjutnya, dilakukan evaluasi bobot jenis terhadap granul yaitu bobot jenis
nyata, bobot jenis mampat, dan bobot jenis sejati. Sebanyak 30 gram granul
dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian dihitung volume granul pada gelas
ukur untuk dapat menentukan bobot jenis nyata serta dimampatkan dengan
menggunakan alat tap density meter sebanyak 10, 500, dan 750 ketukan untuk
menentukan bobot jenis mampat. Kemudian dihitung juga bobot jenis sejati
dengan menggunakan piknometer. Piknometer kosong, piknometer berisi granul,
piknometer berisi paraffin liquidum, serta piknometer berisi paraffinum liquidum
dan granul ditimbang untuk menentukan bobot jenis sejati. Setelah itu, sebanyak
100 gram granul dimasukkan ke dalam granulometri dengan ukuran mesh 20, 40,
60, 80, 100, 120, 140, dan 200. Kemudian digetarkan selama 15 menit. Setelah
itu, granul yang yang tertampung pada setiap mesh ditimbang.
Hasil:
Formula A
16,49 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 20: % = × 100% = 32,98%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
34,93 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 40: % = × 100% = 69,86%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
15,60 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 60: % = × 100% = 31,2%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
8,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 80: % = × 100% = 16,94%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
9,69 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 100: % = × 100% = 19,38%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 120: -
7,45 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 140: % = × 100% = 14,9%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Formula B
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 20: % = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 40%
16,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 40: % = × 100% = 32,06%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
11,80 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 60: % = × 100% = 23,6%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
15,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 80: % = × 100% = 30,86%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 100: -
13,07 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 120: % = × 100% = 26,14%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
8,10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mesh 140: % = × 100% = 16,2%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Keterangan:
P = BJ nyata
W = Bobot granul
V = Volume granul tanpa pemampatan
Di Alat:
30 𝑔
Formula A: P = 89 = 0,0337 𝑚𝐿
34,91
Formula B: P = = 0,392 𝑔/𝑚𝐿
89
Keterangan:
Pn = BJ pada n ketukan
W = Bobot granul
Vn = Volume granul tanpa pemampatan
Di alat:
Formula A = 87
Formula B = 87
Hasil Perhitungan:
Formula A:
30 𝑔
V10: Pn = 80 = 0,375 𝑚𝐿
30 𝑔
V500: Pn = 78 = 0,385 𝑚𝐿
30
V750: Pn = 74 = 0,405 𝑔/𝑚𝐿
Formula B
34,91 𝑔
V10: Pn = = 0,426 𝑚𝐿
82
34,91 𝑔
V500: Pn = = 0,442 𝑚𝐿
79
34,91
V750: Pn = = 0,442 𝑔/𝑚𝐿
79
Keterangan:
a = Bobot piknometer kosong
b = Bobot piknometer + 1 gram granul
c = Bobot piknometer + 1 gram granul +cairan pendispersi (paraffin
cair)
d = Bobot piknometer + cairan pendispersi
Hasil perhitungan:
(19,248−18,394)×0,87 𝑔
Formula A: BJ sejati = (19,248+27,866)−(18,394+27,935) = 0,742 𝑚𝐿
(19,462−18,394)×0,87
Formula B: BJ sejati = (19,462+27,866)−(18,394+28,53) = 2,299 𝑔/𝑚𝐿
BJ Sejati
Formula a (gram) b (mL) c (gram) d (gram)
(gram/mL)
A 18,394 19,248 27,935 27,866 0,742
B 18,394 19,462 28,53 27,866 2,299
d. Kadar Kemampatan
𝑉0−𝑉500
Perhitungan: Kp = × 100%
𝑉0
Hasil perhitungan:
89−78
V500 Formula A: × 100% = 12,359%
89
89−79
V500 Formula B: × 100% = 11,235%
89
89−74
V750 Formula A: × 100% = 16,854%
89
89−79
V750 Formula B: × 100% = 11,235%
89
Formula V0 (mL) V500 (mL) KpV500 (%) V750 (mL) KpV750 (%)
A 89 74 12,359% 74 16,854
B 89 79 11,235% 79 11,235
Penafsiran hasil: Granul memenuhi syarat jika KP ≤ 20%
Kesimpulan
Formula A: Granul memenuhi syarat
Formula B: Granul memenuhi syarat
e. Perbandingan Haussner
𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
Perhitungan : Perbandingan Haussner = 𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
Hasil perhitungan:
0,388
Formula A: 0,337 = 1,15
0,437
Formula B: 0,392 = 1,11
Hasil perhitungan:
0,388−0,337
Formula A: % K = × 100% = 13,592%
0,338
0,437−0,392
Formula B: % K = × 100% = 10,297
0,437
Kesimpulan
Formula A: Aliran granul sangat baik
Formula B: Aliran granul sangat baik
XII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan proses pembuatan granul dengan zat
aktif parasetamol. Zat aktif parasetamol ini memiliki khasiat sebagai analgetis dan
antipiretis, tetapi tidak anti-radang. Aksi dari parasetamol yaitu dapat
menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi
diperifer selain itu parasetamol dapat mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan
untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang dan pengobatan demam.
Parasetamol ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh
kodein dan kofein dengan kira–kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan
praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit–metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat–
glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain
mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol
dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada
dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak
interaktif.
Pada praktikum kali ini dilakukan proses granulasi dengan zat aktif
parasetamol. Dimana proses granulasi ini adalah pembentukan partikel-partikel besar
dengan mekanisme pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan
ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat
permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari
segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk
memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan
bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan
kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet. Sebagian
besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena tidak memiliki sifat
mengikat satu sama lain untuk membentuk sediaan yang kompak dan juga tidak memiliki sifat
lubrikasi dan desintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi. Pembuatan tablet dapat
dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung. Namun pada
praktikum kali ini digunakan metode granulasi basah dengan menggunakan etanol
95%. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah
pada prinsipnya partikel bahan aktif dan eksipien terlebih dahulu dicampur dan
dilakukan penambahan pengikat kedalam campuran(baik cara kering ataupun cara
basah). Metode granulasi basah ini dipilih didasarkan pada sifat dari zat aktif
parasetamol, dimana parasetamol ini memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil
terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah ini,
akan dihasilkan tablet yang lebih baik karena proses granulasi basah ini akan
menjamin homogenitas campuran yang lebih, selain itu keuntungan granulasi
basah ini dapat mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan
keseragaman kandungan yang baik, dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit
mengalir dan sulit dikompres, dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas
serbuk dengan penambahan bahan pengikat.
Dalam pembuatan masa granul yang dilakukan, selain bahan aktif
parasetamol maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu PVP yang berfungsi
sebagai bahan pengikat yang dapat memberikan daya adhesi pada massa serbuk
pada saat granulasi serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi, selain itu juga untuk menggabungkan dan mengikat antar partikel serbuk
dari fasa dalam menjadi masa granulat. PVP sebagai pengikat pada konsentrasi
0,5-5% (Rowe, et.al 2009:581). Dimana pada praktikum kali ini PVP yang
digunakan yaitu pada konsentrasi 5% . Selain bahan pengikat, juga dipelukan
cairan pengikat yang berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan pengikat PVP ,
etanol sebagai cairan pengikat dipilih karena, PVP ini memiliki kelarutan 1:7
(Rowe, et.al 2009:581-583)dalam etanol sehingga PVP akan lebih mudah larut
dalam etanol. Eksipien lain yang juga diperlukan dalam pembuatan masa granulat
yaitu amprotab, dimana amprotab ini digunakan sebagai panghancur dalam yang
dapat membantu menghancurkan/memecah granul agar dapat melepaskan zat
aktif. Umumnya amprotab digunakan sebagai penghancur pada konsentrasi 5-25%
optimalnya 10-15%. Amprotab ini memiliki sifat hidrofilik yang mampu
menyerap air dan membentuk pori-pori dalam tablet, hal tersebut dapat
meningkatkan penetrasi air kedalamnya sehingga akan mempercepat hancurnya
granul untuk melepaskan zat aktif. Selain itu amprotab menjadi inert dalam
kondisi penyimpanan normal 25 C (voight, 1971:231). Selain itu juga diperlukan
laktosa, dimana laktosa ini berfungsi sebagai bahan pengisi, dimana bahan pengisi
ini dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga memiliki bobot
yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan
aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi. Jumlah bahan
pengisi yang dibutuhkan bervariasi, tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet
yang diinginkan.
Pada metode granulasi basah ini, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2
fase yaitu fase dalam dan fase luar. Dimana Fase dalam yang terdiri dari zat aktif,
pengikat, pengisi, dan penghancur. Fase luar terdiri dari penghancur, glidan dan
lubrikan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa
granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam
yang telah dibuat. Dimana penambahan fase luar ini ditambahkan bila granul yang
sudah terbentuk akan dilakukan proses pencetakan menjadi tablet, oleh karena itu
pada praktikum kali ini tidak dilakukan penambahan fase luar pada granul, karena
granul yang telah terbentuk tidak dilakukan pencetakan menjadi tablet. Adapun
pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah ini sehingga
terdapat pemisahan fase.
Sebelum dilakukan pembuatan massa granulat, dilakukan penimbangan zat
aktif dan eksipien yang akan digunakan terlebih dahulu, kemudian setelah
dilakukan penimbangan, selanjutnya dilakukan tahapan pembuatan massa granul
dengan cara mencampurkan zat aktif parasetamol, penghancur dalam, pengisi dan
pengikat. Pengikat yang ditambahkan kedalam massa granulat dalam bentuk
kering, dimana setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru
ditambahkan pelarut (etanol) sesuai data perhitungan kelarutan dari bahan
pengikat. Dimana cairan pengikat yang ditambahkan dilakukan dengan cara
meneteskan sedikit demi sedikit kedalam massa granulat kemudian diaduk sampai
terbentuk massa granul yang dapat dikepal. Pengadukan ini bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
bercampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit(partikel,
molekul dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur denganunit
atau partikel masing-masing komponen lainnya. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang
dihasilkan merupakan campuran homogen.
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam massa
granulat yang kemudian ditambahkan cairan pengikat, maka bahan pengikat akan
membasahi permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid
bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak
sehingga terjadi pertumbuhan/ pembesaran granul. Selanjutnya granul yang sudah
terbentuk kemudian dilakukan proses pengayakan. Dimana pengayakan granul
dengan menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 10. Pengayakan ini bertujuan
untuk menyeragamkan ukuran granul dari granul yang sudah terbentuk.
Selanjutnya granul yang telah diayak kemudian dilakukan proses pengeringan.
Proses pengeringan granul ini mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara
partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya pengikat yang
dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan,
ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Proses
pengeringan ini sangat diperlukan karena hasil granulasi berada dalam bentuk
massa basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan
menimbulkan masalah pada sifat aliran granul pada saat akan dicetak dan
ketidakstabilan secara kimiawi (Goeswin Agoes, halaman: 310). Selain itu
jugakelembapan yang tinggi pada granul dapat menjadi media pertumbuhan bagi
mikroorganisme. Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu
metode pengeringan dengan nampan (tray drying) dengan menggunakan loyang.
Granul ditempatkan dalam loyang lalu disimpan dalam oven bersuhu 400C sampai
diperoleh kadar air 1-3%. Dimana kelembapan ini merupakan kelembapan yang
optimal untuk granul, karena persentase kelembapan tersebut membuat granul
tidak menjadi granul yang anhidrat yang nantinya dapat menarik kelembapan
berlebih apabila disimpan dalam suhu kamar. Setelah granul dikeringkan dan telah
mencapai kelembapan 1-3% maka selanjutnya dilakukan pengayakan kembali
menggunakan pengayak dengan ukura mesh 14. Pengayakan inipun bertujuan
untuk menyeragamkan ukuran granul dari granul yang sudah terbentuk
sebelumnya, dimana ukuran granul yang dihasilkan akan lebih seragam lagi.
Setelah dilakukan pengayakan, selanjutnya granul dilakukan uji evaluasi granul.
Yang perlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu menimbang dan mencatat
bobot granul yang sudah didapatkan pada proses granulasi.
Setelah melakukan pembuatan granul, tahap selanjutnya yaitu evaluasi
granul pada formula A dan formula B. Pertama dilakukan uji kelembapan (kadar
air). Uji kelembapan ini dilakukan pada tahap pertama dalam mengevaluasi suatu
granul agar tidak menimbulkan masalah ketika proses pencetakan dan produk
akhirnya. Adapun tujuan dari evaluasi uji kelembapan ini untuk mengetahui kadar
air pada granul yang telah dibuat setelah mengalami proses pengeringan. Prinsip
kerja evaluasi ini berdasarkan pada kandungan lembab/air yang terkandung dalam
zat uji kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan oleh suatu alat yaitu
Moisture Analytical Balance. Dalam melakukan evaluasi ini standar nilai
kelembapan massa granul yang telah menjadi ketentuan yaitu ≤ 3% yang dihitung
dengan menggunakan alat tersebut (Van Veen et al., 2000). Hasil yang didapatkan
oleh praktikan pada evaluasi ini yaitu kadar air dalam granul formula A diperoleh
1,7% dan formula B diperoleh 1%. Dari hasil evaluasi tersebut membuktikan
bahwa granul formula A memiliki kadar air yang memenuhi syarat. Apabila kadar
airnya > 3% dapat mengganggu aliran, menyebabkan penempelan pada mesin dan
meningkatkan resiko pertumbuhan mikroba. Sedangkan bila kadar airnya < 1%
menyebabkan granul menjadi lebih rapuh. Sehingga ketika evaluasi terhadap
kadar air dalam granul A telah memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan ketahap
selanjutnya.
Kedua, dilakukan evaluasi uji sifat alir. Evaluasi sifat alir sangat penting
dilakukan karena berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang cetakan yang
akan mempengaruhi keragaman bobot dan pada akhirnya akan mempengaruhi
keseragamaan kandungan zat aktif (Hadisoewignyo, 2016). Praktikan melakukan
evaluasi sifat alir dengan menggunakan dua metode yaitu metode corong dan
metode sudut baring dengan menggunakan alat flow tester. Pada metode corong,
serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik apabila dalam 100 gram serbuk
yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. Adapun hasil pengujian evaluasi sifat
alir dengan metode corong pada sediaan diperoleh hasil bahwa dari 50 gram
granul dapat mengalir dalam waktu 4,6 detik untuk formula A dan 4,06 detik
untuk formula B. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa aliran granul formula A
dan formula B dapat mengalir dengan baik. Karena pada 50 gram granul mengalir
dalam waktu ≤ 5 detik. Kemudian dilakukan evaluasi sifat alir dengan metode
sudut baring. Sudut baring merupakan sudut maksimum yang terbentuk antara
permukaan timbunan serbuk dengan bidang horizontal (bidang datar) apabila
hanya gaya gravitasi yang bekerja pada permukaan bebas timbunan serbuk
tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sifat alir serbuk dengan
ukuran partikel > 150 µm dan serbuk tidak kohesif. Adapun hasil dari evaluasi
sifat alir dengan metode sudut baring yaitu 30,541° untuk formula A dan 29,205°.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sifat alir granul sangat baik (Voight,
1989).
Ketiga dilakukan evaluasi distribusi ukuran partikel (granulometri).
Evaluasi ini sangat penting yang bertujuan untuk melihat keseragaman dari
ukuran granul yang dihasilkan. Dengan diperoleh ukuran granul yang seragam
maka dapat menjamin aliran granul dan keseragaman kandungan granul.
Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan yang
menggunakan alat sieving analyzer (Voight, 1994). Alat sieving analyzer
merupakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran, dimana mesh dengan
ukuran terbesar diletakkan paling atas dan bagian bawahnya disusun dengan
ukuran mesh yang lebih kecil. Adapun prinsip pengujian ini adalah untuk melihat
keseragaman dan distribusi ukuran granul yang dihasilkan. Ukuran partikel granul
dikataka baik apabila distribusi sampel sesuai dengan kurva distribusi normalnya.
Bila diperoleh sampel (40%) pada ayakan yang paling bawah maka metode
granulasi atau formulasi tidak baik karena lebih banyak yang berbentuk serbuk.
Hasil yang diperoleh dari evaluasi ini pada formula A yaitu ukuran partikel baik
karena pada ayakan mesh 3-4 (60 dan 80) menunjukkan persentase ≥ 40% yaitu
48,14% dan pada formula B yaitu ukuran partikel tidak baik karena pada ayakan
mesh 3-4 (60 dan 80) menunjukkan persentase ≥ 40% yaitu 30,86%.
Keempat, dilakukan evaluasi uji bobot jenis (densitas kemampatan).
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis pada granul tersebut, mulai
dari bobot nyata, bobot mampat dan bobot sejati. Adapun tujuannya untuk
mengetahui kemampatan dari granul yang berpengaruh terhadap tingkat
kompresibilitas dan sifat alir dari granul. Granul yang keras dan padat
memerlukan kompresi yang lebih besar untuk menghasilkan kohesi yang kompak.
Beban kompresi yang tinggi mempunyai potensi untuk meningkatkan disintegrasi
tablet dan waktu melarutnya obat. Walaupun tablet segera hancur, makin keras
dan makin rapat granul akan melarut lebih lambat (Lachman, dkk., 1994). Adapun
prinsip pengujiannya yaitu penetapan densitas granul per satuan volume (g/mL)
(Lachman, dkk., 1994). Pengujian evaluasi ini dilakukan pertama menghitung bj
sejati granul dengan menggun akan alat piknometer. Hasil dari evaluasi ini yaitu
0,946 gram/ml untuk formulasi A dan 2,299 gram/ml untuk formulasi B. Kedua
dihitung bj nyata granul dengan menggunakan alat tapped density tester. Hasil
dari evaluasi ini yaitu bj nyata granul 0,337 gram/L untuk formulasi A dan 0,392
gram/L untuk formulasi B. Ketiga dihitung bj mampat pada granul dengan
menggunakan alat tapped density tester kemudian diberikan hentakan sesuai
dengan metode USP yaitu 10, 500, 750 hentakan. Hasil dari evaluasi ini yaitu
rata-rata bj mampat 0,388 gram/L untuk formulasi A dan 0,437gram/L untuk
formulasi B. Sehingga setelah mengetahui ketiga bj dari granul di atas maka dapat
dilakukan perhitungan angka Haussner formula A dengan hasil 1,15 dan angka
Haussner formula B dengan hasil 1,11. Hal ini menunjukkan bahwa formula A
perbandingan Haussnernya hampir memenuhi syarat karena perbandingan
Haussner yang memenuhi syarat yaitu 1 (Voight, 1989). Kemudian diperoleh %
kadar pemampatan formula A yaitu 12,359 % dan formula B yaitu 11,236%. Hal
ini menunjukkan bahwa kadar pemampatan granul formula A dan formulasi B
memenuhi syarat. Lalu diperoleh % indeks kompresibilitas pada formula A yaitu
13,144% dan formula B yaitu 10,30%. Hal ini menunjukkan bahwa sifat alir
granul formula A alirannya baik karena berada pada rentang 11-15%,
sedangkansifat alir granul formula B alirannya kurang baik karena tidak mencapai
rentang 11-15%.
XIII. Kesimpulan
Granulasi adalah proses peningkatan ukuran partikel-partikel kecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
pengumpulan massa sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi
kadar, massa jenis, ukuran, serta bentuk partikel.
XIV. Kemasan
XV. Brosur
XVI.
XVII. Paranutab Tablet Cetetab Tablet
Komposisi : Komposisi :
Tiap 1 tablet mengandung 250 mg Tiap 1 tablet mengandung 250 mg
Paracetamol Paracetamol
Indikasi : Indikasi :
meredakan sakit kepala, sakit gigi, meredakan sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam yang menyertai flu menurunkan demam yang menyertai flu
dan demam pasca vaksinasi, migraine, dan demam pasca vaksinasi, migraine,
meredakan nyeri. meredakan nyeri.
Simpan di tempat sejuk dan kering Simpan di tempat sejuk dan kering
Codex Standart. (1994). Codex Standart for Fermented Milk. Roma: FAO United
Nations.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonsesia.
Lachman, L., & Lieberman, H. A.(1994).Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Kedua.Jakarta: UI Press.
Mohrle, R.(1980).Effervescent Tablet, in H.A. Lieberman, L. Lachman and J.B.,
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet, Marcel Dekker Second
Edition.Volume I,225-255, Inc, New York.Voigt, R.(1984).Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pahwa, Rakesh., and Nisha, Gupta. (2011). Superdisintegrant in the Development
of Orally Disintegrating Tablets: A Review. International Journal of
Pharmaceutical Science and Research 2(11): 2767-2780.
Rowe, R. C., et al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed.
London:The Pharmaceutical Press.
Voight, R. (1971).Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi IV.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.