Anda di halaman 1dari 20

Makalah Pendidikan Agama Islam

“Urgensi Agama Bagi Kehidupan Manusia”

Dosen Pembimbing : Bu Agustiah Rakhimah

Disusun Oleh:

1.Azza Maharani Adhania(04)

2.Baiq Baety Munawarah(06)

3.Fachry Fadla Hidayat(12)


4.Nurul Ulfa Sari(32)

Kelas 2-21 D-1 Pajak

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
“Urgensi Agama Bagi Kehidupan Manusia”.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Aamiin Ya Robbal Alamiin

Tangerang Selatan, 19 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KOVER MAKALAH ............................................ i

KATA PENGANTAR ........................................... ii

DAFTAR ISI ................................................. iii

Bab 1 Pendahuluan ............................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ....................................... 3

Bab 2 Pembahasan ............................................ 4

2.1 Motivasi Manusia Beragama ............................. 4

2.2 Kategorisasi Agama ...................................... 9

2.3 Peran Agama dalam Kehidupan Individu dan

Masyarakat.................................................. 11

2.4 Pengertian dan Karakteristik Agama Islam ........... 13

Bab 3 Penutup ............................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................. 15

3.2 Saran .................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................... 16

iii
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya urgensi

agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam

kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui

pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Selanjutnya H. Haidar Putra Daulay, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam

pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi

Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang

berbentuk jasmani maupun rohani. Pendidikan Agama merupakan upaya sadar

dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-

Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman . Depdiknas (2001:8)

1
Dari pengertian di atas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang

diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim. Kepribadian Muslim adalah

pribadi yang ajaran Islamnya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara

berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian

Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun

rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi

pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan

moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual

mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta

pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif

kemasyarakatan.

Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi

berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan

mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk

mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta

bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling

menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana Motivasi Manusia dalam Beragama?

2.Apa Saja Kategorisasi Agama?

3.Bagaimana Peran Agama dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat?

4.Bagaimana Pengertian dan Karakteristik Agama Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Untuk Mengetahui Motivasi Manusia dalam Beragama

2.Untuk Mengetahui Kategorisasi Agama

3.Untuk Memahami Peran Agama dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat

4.Untuk Memahami Pengertian dan Karakteristik Agama Islam

3
Bab 2 Pembahasan
2.1 Motivasi Manusia Beragama
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, agama berarti segenap kepercayaan
(kepada Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu (Poerwadarminta: 1982: 18). Agama dari sudut
bahasa (etimologi) berarti peraturan- peraturan tradisional, ajaran- ajaran,
kumpulan- kumpulan hukum yang turun-temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.
Kata “agama” berasal dari dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti
kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat
hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral dan materiil
pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan (Abdullah:
2004: 2).

Dalam bahasa Arab, agama berasal dari kata ad-diin, dalam bahasa Latin dari kata
religi, dan dalam bahasa Inggris dari kata religion. Kata religion dalam bahasa Inggris,
diinun dalam bahasa Arab memiliki arti sebagai berikut:

Organisasi masyarakat yang menyusun pelaksanaan segolongan manusia yang


periodik, mengatur pelaksanaan ibadah dengan memiliki kepercayaan bahwa
terdapat kesempurnaan zat yang mutlak, mempercayai hubungan manusia dengan
kekuatan rohani yang lebih mulia daripada ia sendiri. Rohani itu terdapat pada
seluruh alam ini, baik dipandang esa, yaitu Tuhan atau dipandang berbilang- bilang.

Keadaan tertentu pada seseorang, terdiri dari perasaan halus dan kepercayaan,
termasuk pekerjaan yang biasa digantungkan kepada Allah SWT

Penghormatan yang khusyuk terhadap sesuatu perundang- undangan atau adat


istiadat dan perasaan (Abdullah: 3). Agama mempunyai makna sama dengan kata
ad-diin (bahasa Arab) yang berarti cara, adat kebiasaan, peraturan, undang-
undang, taat dan patuh, mengesakan Tuhan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat
dan nasihat (Ali: 2007: 25).

Pengertian tersebut sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya yakni


terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi panganut
agama yang bersangkutan. Selanjutnya, agama juga menguasai diri seseorang dan
membuat dia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajarannya.
Agama lebih lanjut membawa hutang yang harus dibayar oleh penganutnya. Paham
kewajiban dan kepatuhan ini selanjutnya membawa pada timbulnya paham balasan.
Orang yang menjalankan kewajiban dan patuh kepada perintah agama akan mendapat
balasan yang baik dari Tuhan, sedangkan orang yang tidak menjalankan kewajiban dan
ingkar terhadap perintah Tuhan akan mendapat balasan yang menyedihkan.
1
Sedangkan relegere mengandung arti yang mengumpulkan dan membaca.
Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan
cara- cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca.
Ada yang berpendapat kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat.
Ajaran- ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama
selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dan agama lebih
lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan (Nata: 10).

Beberapa pendapat tentang definisi agama yang durumuskan oleh para ahli dapat
dikemukakan dalam buku Islam suatu Kajian Komprehensif yang dikarang oleh
Muhammad Yusuf Musa dan dikutip oleh M. Yatimin Abdullah sebagai berikut.
(Abdullah: 5). Asy-Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal berpendapat
bahwa agama adalah ketaatan dan kepatuhan yang terkadang bisa diartikan sebagai
pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat). Menurut Ath-Thanwi dalam
buku Kasyaf Isthilahat Al-Funun disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang
mengarahkan orang-orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Agama yang bisa digunakan untuk
menyebut agama semua nabi hanya terdapat pada Islam saja. Agama dihubungkan
dengan Allah SWT karena Ia merupakan sumbernya, dihubungkan kepada para nabi
karena mereka sebagai perantara kemunculannya, dihubungkan kepada umat karena
mereka memeluk dan mematuhinya.

Sekurang- kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia
terhadap agama. Ketiga alasan (Nata: 20) tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut yaitu:

Karena Fitrah Manusia

Dalam konteks ini, dalam surat ar-Rum ayat 30, Allah SWT berfirman bahwa
ada potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat
ditegaskan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan
tentang apa yang tidak diketahuinya, manusia secara kodrati sebagai ciptaan
Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya yang sudah
dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan
yang terpancar dari ciptaan-Nya.

Lebih jauh Musa Asy’ari dalam buku Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam
al-Qur’an yang dikutip oleh Nata bahwa pengertian manusia yang disebut insan,
dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang amat
luas adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan mewujudkan
pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan nyata. Hal demikian berbeda dengan
kata basyar yang digunakan dalam al-Qur’an untuk menyebut manusia dalam

5
pengertian lahiriyahnya yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, hidup yang kemudian mati. Informasi mengenai potensi beragama yang
dimiliki oleh manusia itu dapat dijumpai dalam ayat 172 surat al-A’raf bahwa
manusia secara fitrah merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk
beragama.

Hal demikian sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa
setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama). Bukti historis dan
antropologis bahwa pada manusia primitif yang kepadanya tidak pernah datang
informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan,
sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya.
Sebagai contoh, mereka mempertuhankan benda- benda alam yang menimbulkan
kesan misterius dan mengagumkan. Kepercayaan yang demikian selanjutnya
disebut dengan dinamisme.

Beberapa hipotesis yang diajukan membahas tentang pertumbuhan agama


pada manusia. Sebagian mengatakan bahwa agama adalah produk rasa takut dan
sebagai akibatnya terlintaslah agama dalam kehidupan manusia. Hipotesis lainnya
mengatakan bahwa agama adalah produk dari kebodohan. Hal ini sesuai dengan
wataknya selalu cenderung untuk mengetahui sesuatu yang terjadi di alam ini.
Hipotesis lainnya mengatakan bahwa agama adalah pendambaan pada keadilan dan
keteraturan, hal ini muncul karena manusia menyaksikan banyak kezaliman dan
ketidakadilan dalam masyarakat dan alam. Agama mengambil bagian pada saat-
saat yang paling penting dan pada pengalaman hidup. Agama mengesahkan
perkawinan, agama berada dalam kehidupan pada saat-saat yang khusus maupun
pada saat- saat yang paling mengerikan (Keene: 6). “Dengan demikian manusia
sepanjang masa senantiasa beragama, karena manusia adalah makhluk yang
memiliki fitrah beragama yang oleh C.G. Jung disebut naturaliter religiosa (bakat
beragama)” (Arifin: 1998: 8).

Kelemahan dan Kekurangan Manusia

Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah
SWT dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia
berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh
al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar . Di antara ayat yang
menjelaskan hal ini terdapat dalam surat asy-Syams ayat 7-8, bahwa “ Demi nafs serta
penyempurnaan ciptaan, Allah SWT mengilhamkan kepadanya kafasikan dan
ketaqwaan”. Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar
manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk.

6
Di sini berbeda dengan terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu yang
melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk dan dalam hal ini sama dengan
pengertian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Lebih jauh
Qurash Shihab berpendapat bahwa nafs memunculkan potensi positif manusia
lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja dorongan dan daya tarik keburukan
lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan. Dalam literatur teologi Islam kita jumpai
pandangan kaum Mu’tazilah yang rasionalis, karena banyak mendahulukan akal
dalam memperkuat argumentasinya daripada wahyu. Namun demikian, mereka
sepakat bahwa manusia dengan akalnya memiliki kelemahan. Akal memang dapat
mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang baik dan buruk dapat
diketahui oleh akal. Dalam hubungan ini, kaum Mu’tazilah mewajibkan kepada
Tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan agar kekurangan akal dapat
dilengkapi oleh wahyu dalam ini agama. Dengan demikian secara tidak langsung
kaum Mu’tazilah memandang bahwa manusia memerlukan wahyu (agama).

Tantangan Manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama karena manusia


dalam kehidupannya menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan syaitan (lihat Q.S. 12: 5; 17: 53), sedangkan tantangan dari luar dapat
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja
berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.

Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang


dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Seperti ayat Qur’an yang
berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi orang dari jalan Allah SWT (Q.S. al-Anfal: 36). Berbagai bentuk
budaya, hiburan, obat- obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja.”
Pada zaman semakin sekuler ini agama memainkan peranan penting terhadap
kehidupan berjuta-juta manusia” (Keene: 6). Untuk itu upaya mengatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan
agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu sangat meningkat.

Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

Sejak mula pertama sejarah pemikiran, manusia sudah mengenal adanya suatu
kekuatan-kekuatan yang mengatasi manusia, suatu yang dianggap maha kuasa, dapat
mendatangkan kebaikan ataupun kejahatan serta dapat mengabulkan doa dan
keinginan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan sudah sejak
dini dimiliki oleh manusia. Masyarakat manusia diberbagai tempat mengenal adanya
kekuatan-kekuatan supranatural.

7
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
hasil pemikiran, baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang
bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama,
dikenal dengan Teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang
Tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai berikut:

Dinamisme

Menurut ajaran ini, manusia zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif. Kekuatan pada
pengaruh tersebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Malaysia),
tuah (melayu) dan sakti (India) yakni kekuatan gaib.

Animisme

Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai


adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai
roh. Oleh masyarakat primitif , roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang serta mempunyai
kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi.

Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak memberikan


kepuasan, karena terlalu banyak menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih
dari yang lain kemudian disebut Dewa mempunyai tugas dan kekuaasaan tertentu
sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya,
ada yang membidangi masaalah angin, adapula yang membidangi masalah air dan
lain sebagainya.

Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.


Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui mempunyai kekuatan yang sama. Lama
kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu
bangsa mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
disebut dengan Henoteisme (Tuhan tingkat nasional)
8
Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Alam


monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional.

Evolusionisme ditentang oleh Andrew Lang (1898) dia mengemukakan bahwa


orang-orang berbudaya rendah juga sama dengan monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat-sifat khas
pada Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan pada wujud yang lain. Dengan lahirnya
pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda
dan sebaliknya sarjana-sarjana Eropa mulai menentang evolusionisme dan mulai
memperkenalkan toeri baru.

2.2 Kategorisasi Agama


Ada berbagai kategorisasi yang dibuat para ahli tentang agama, Ahmad Abdullah
al Masdoosi (1962,: 11) di dalam bukunya Living Religions of the world menulis:
"Religion can also be classified on the following grounds: (1) Revealed and non-
revealed; (2) Missionary and non-missionary; (3) Geoghraphical-racial and universal.

Revealed and non-Revealed Religions

Adapun yang dimaksud dengan "revealed religions" (agama wahyu) ialah agama
yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para Rasul-rasul- Nya dan kepada
Kitab-kitab-Nya serta pesan-Nya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sedangkan sebaliknya "non-revealed religions" adalah agama yang tidak
memandang esensi penyerahan manusia kepada tata-aturan Ilahi. Yang dimaksud
revealed religion, menurut Al-Masdoosi ialah Yudaisme, Kristen dan Islam.
Selebihnya termasuk pada non-revealed religions. Agama-agama wahyu
bersangkutan dengan ras Semitik. Sedangkan agama-agama bukan wahyu tidak
ada sangkutan apa-apa dengan ras Semitik.

Di bawah ini dikemukakan perbedaan antara agama-agama wahyu dengan


agama-agama bukan wahyu, menurut al-Maqdisi:

Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan
wahyu tidak harus demikian;

Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak;

Bagi agama wahyu maka sumber utama tuntunan dan ukuran bagi baik dan
buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan bagi agama bukan-wahyu
kitab suci yang diwahyukan tidak esensial;

9
Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu,
kecuali Paganisme, lahir di luar area termaksud;

Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang historis di bawah pengaruh ras


Semitik, walaupun kemudian agama termaksud berhasil menyebar ke luar area
pengaruh Semitik. Sebaliknya, agama bukan wahyu lahir di luar area Semitik;

Sesuai dengan ajaran dan atau historisnya maka agama wahyu adalah agama
missionary. Agama bukan wahyu bukanlah agama missionary;

Ajaran agama wahyu tegas dan jelas sedangkan agama bukan wahyu adalah
kabur dan sangat elastik;

Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya. Para pemeluknya berpegang, baik kepada aspek duniawi (the
worldly) maupun aspek spiritual tentang hidup. Namun tidaklah demikian
halnya dengan agama bukan wahyu. Taoisme menitik beratkan kepada aspek
hidup spiritual, sementara itu pada Confusianisme lebih menekankan pada
aspek duniawi.

Agama Missionary dan Agama non-Missionary

Sir Thomas Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam antara lain menulis:
Ever since Professor Max Muller delivered his lecture in Westmenster Abbey,
on the day of intercession for mission, in December 1873, it has been a literary
common place, that the six great religions of the world may be devided into
missionary and non missionary (pada hari mata rantai untuk misi desember tahun
1873, telah dinyatakan dengan jelas bahwa enam agama besar di dunia mungkin
bisa dibagi menjadi agama, misi, agama misionaris dan bukan misionaris (al-
Maqdisi, 1962: 16).

Sir Thomas Arnold memasukkan Buddhisme, Kristen dan Islam pada golongan
agama missionary. Sedangkan Yudaisme, Brahmanisme dan Zoroasterianisme
dimasukkan pada golongan non-missionary. Sehubungan dengan masalah
termaksud, al-Masdoosi antara lain memberi catatan, bahwa menurut
pendapatnya baik agama Nasrani maupun Buddhisme, ditinjau dari segi ajarannya
yang asli, bukanlah tergolong agama missionary, sebagaimana juga agama-agama
lainnya (selain Islam). Jadi menurut kesimpulan al-Masdoosi hanya Islam sajalah
ajarannya yang asli merupakan agama missionary. Namun dalam perkembangan
ternyata kemudian bahwa baik agama Nasrani maupun Buddhisme menjadi agama
missionary.

10
Klasifikasi Rasial Geografikal ditinjau dari segi rasial dan geografikal agama di
dunia dapat dibagi atas: (1) Semitik; (2) Arya; dan (3) Monggolian.

Yang termasuk agama Semitik ialah: Agama Yahudi, Agama Nasrani dan
Agama Islam. Sedangkan yang tergolong Agama Arya ialah Hinduisme, Jainisme,
Sikhisme dan Zoroasterianisme. Sedangkan yang tergolong non Semitik
Monggolian ialah Confusianisme, Taoisme dan Shintoisme. Adapun Buddhisme,
tidak dapat begitu saja dimasukkan ke dalam golongan agama non Semitik Arya,
tetapi merupakan campuran antara Arya dan Mongolian (al-Maqdisi, 1962: 1)

2.3 Peran Agama dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat


Masyarakat adalah kumpulan dari sekelompok individu atau kumpulan dari suatu
individu. Baik atau tidaknya suatu masyarakat ditentukan dari sifat individunya itu
sendiri. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi
yang baik pula dan begitu juga sebaliknya. Cara mewujudkan pribadi yang baik salah
satunya adalah melalui ajaran agama. Hal itu membuat peran agama sangat penting
dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia adalah sebagai pedoman
hidup, aturan, dan undang-undang yang langsung berasal dari Tuhan uang harus ditaati
dan dijalankan dalam kehidupan. Orang yang beragama, akan berusaha sekuat tenaga
untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Individu yang
beragama juga selalu berusaha untuk berbuat baik, sekalipun tidak ada orang yang
tahu. Secara lebih rinci, peran agama dalam kehidupan individu dan masyarakat
dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran [3] : 33, antara lain:

 Berfungsi Edukatif
Ajaran agama berisi sekumpulan ajaran yang harus dipatuhi dan harus
dijalankan. Ajaran agama secara yuridis bersisi aturan dan larangan. Kedua isi
ajaran tersebut bertujuan agar manusia belajar untuk mematuhi aturan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
 Berfungsi Penyelamat
Agama berfungsi sebagai penyelamat bagi orang-orang yang mengamalkannya
dan menjalankannya. Keselamatan yang diberikan melalui ajaran agama ini
merupakan pengertian penyelamat secara luas, yaitu keselamatan di dunia dan
akhirat.
 Berfungsi Sebagai Pendamaian
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, yang berarti Islam adalah agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Islam juga
berfungsi sebagai pendamaian. Bagi seseorang yang merasa gundah, resah, dan
merasa bersalah akan dosa yang dimilikinya, maka semua perasaan itu akan hilang
11
dan digantikan dengan perasaan tenang dan damai apabila orang tersebut
bertaubat.
 Berfungsi Sebagai Kontrol Sosial
Ajaran agama memuat perintah dan larangan yang harus dipatuhi, oleh karena
itu, membuat agama juga dikenal sebagai norma yang berfungsi untuk mengatur
tingkah laku seseorang dalam masyarakat. Sebab lain mengapa Agama berfungsi
sebagai kontol sosial, antara lain:
 Agama secara menyeluruh merupakan norma bagi setiap pengikutnya
 Sebagai pemupuk rasa solidaritas melalui kegiatan keagamaan yang sama
 Sebagai transformatif (perubahan)
 Agama secara ajaran mempunyai fungsi kritis
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya yang kadang
kala juga mampu memengaruhi kesetiaannya pada adat atau norma yang berlaku
dalam kehidupannya sebelum itu. Perubahan yang dibawa dalam ajaran agama
menuntut setiap individu untuk berlaku lebih produktif daripada sebelumnya.

 Fungsi Memupuk Persaudaraan


Ajaran agama salah satunya berfungsi sebagai pemupuk rasa persaudaaraan
(ukhuwah Islamiyah) dalam agama Islam. Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah
SWT dalam surat al-Hujurat ayat 10, yang artinya: “Orang-orang beriman itu
Sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Ukhuwah Islamiyah merupakan kesatuan tertinggi, karena dalam persatuan ini,
manusia bukan hanya melibatkan sebagian pihak saja, namun melibatkan seluruh
umat Islam sebagai satu kesatuan.

 Fungsi Transformatif
Agama berfungsi untuk mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai
baru yang lebih bermanfaat agar kehidupan umat manusia menjadi berkembang dan
lebih baik.

Secara umum ada enam fungsi agama dalam masyarakat dalam selain fungsi-fungsi
di atas, yaitu sebagai:

Pendukung, pelipur lara dan perekonsiliasi


Sarana penghubung antara manusia dan Tuhannya melalui ibadah
Penguat dan pelengkap norma yang sudah ada dalam masyarakat
Pemberi identitas diri
Pendewasaan seseorang melalui ajaran agama
Fungsi sumblimatif / menaikkan derajat manusia ke tingkat yang lebih tinggi

12
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa agama sangat berperan dalam
kehidupan individu dan masyarakat karena memiliki kedudukan yang strategis dalam
menata kehidupan manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat serta
kemaslahatan bagi orang lain.

2.4 Pengertian dan Karakteristik Agama Islam


Agama fitrah bagi manusia, oleh karena itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala
perintah-Nya tanpa ada kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima
yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama, yuslimu,
islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Secara istilah
(terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah
kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan
ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang
lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik
ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim, karena akan dapat
menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Beberapa karakteristik agama Islam,
yakni antara lain :

1.Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t)Islam merupakan manhaj Rabbani


(konsep Allah s.w.t),baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya.

2.Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal)


Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau
golongan. Hukum Islam bersifat universal, dan dapat diberlakukandi setiap bangsa dan
negara.

3.Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna) : Islam membicarakan seluruh


sisi kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan masalah yang besar.

4.Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah) : Islam adalah itu sendiri.

5.Al-’Adalah (keadilan) :Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-benarnya,


untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta
memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal manusia.

13
6.Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) : Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran
yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum,
antara kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan akhirat.

7. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas : Ciri khas agama Islam yang
dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun)
dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat.

8. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap)
Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada manusia diturunkan secara
berangsur-angsur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal.

9. Argumentatif Filosofis
Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan demikian Al-Quran
dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-
keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional
religius).

14
Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
1. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama
karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini perlu
pembinaan, pengarahan, pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap
manusia.

2. Kategorisasi agama antara lain Revealed and non-Revealed Religions, Agama Missionary dan
Agama non-Missionary, dan Klasifikasi Rasial Geografikal ditinjau dari segi rasial dan
geografikal agama di dunia dapat dibagi atas: (1) Semitik; (2) Arya; dan (3) Monggolian.

3. Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia adalah sebagai pedoman hidup,
aturan, dan undang-undang yang langsung berasal dari Tuhan uang harus ditaati dan
dijalankan dalam kehidupan. Agama berfungsi edukatif, sebagai pendamaian, sebagai kontrol
sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.

4. Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada
manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran
manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang
lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik
ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik agama
islam yaitu Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t), Insaniyah ’Alamiyah
(humanisme yang bersifat universal), Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan
sempurna), Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah), Al-’Adalah (keadilan), Keseimbangan
(equilibrium, balans, moderat), Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas,
Graduasi (berangsur-angsur/bertahap), dan Argumentatif Filosofis.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa/pelajar yang taat kepada ajaran agama dengan selalu menjalankan
perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya, kita wajib untuk
mengetahui, memahami, dan mengenal lebih dalam agama Islam dan bagaimana motivasi kita
untuk selalu patuh dalam beragama, mengerti akan peran agama dalam kehidupan sehari-hari,
selalu mengamalkan perilaku terpuji dalam kehidupan, dan selalu beramal shaleh sebagai bekal
kita kelak kembali kepada-Nya di akhirat nanti dan juga mendapat rido dan surga-Nya. Aamiin
Ya Robbal Alamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

E-book Pendidikan Agama Islam

16
16

Anda mungkin juga menyukai