Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
“Urgensi Agama Bagi Kehidupan Manusia”.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Aamiin Ya Robbal Alamiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KOVER MAKALAH ............................................ i
Masyarakat.................................................. 11
iii
Bab 1 Pendahuluan
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-
1
Dari pengertian di atas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang
pribadi yang ajaran Islamnya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara
berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian
Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun
rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
kemasyarakatan.
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling
2
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana Motivasi Manusia dalam Beragama?
3
Bab 2 Pembahasan
2.1 Motivasi Manusia Beragama
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, agama berarti segenap kepercayaan
(kepada Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu (Poerwadarminta: 1982: 18). Agama dari sudut
bahasa (etimologi) berarti peraturan- peraturan tradisional, ajaran- ajaran,
kumpulan- kumpulan hukum yang turun-temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.
Kata “agama” berasal dari dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti
kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat
hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral dan materiil
pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan (Abdullah:
2004: 2).
Dalam bahasa Arab, agama berasal dari kata ad-diin, dalam bahasa Latin dari kata
religi, dan dalam bahasa Inggris dari kata religion. Kata religion dalam bahasa Inggris,
diinun dalam bahasa Arab memiliki arti sebagai berikut:
Keadaan tertentu pada seseorang, terdiri dari perasaan halus dan kepercayaan,
termasuk pekerjaan yang biasa digantungkan kepada Allah SWT
Beberapa pendapat tentang definisi agama yang durumuskan oleh para ahli dapat
dikemukakan dalam buku Islam suatu Kajian Komprehensif yang dikarang oleh
Muhammad Yusuf Musa dan dikutip oleh M. Yatimin Abdullah sebagai berikut.
(Abdullah: 5). Asy-Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal berpendapat
bahwa agama adalah ketaatan dan kepatuhan yang terkadang bisa diartikan sebagai
pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat). Menurut Ath-Thanwi dalam
buku Kasyaf Isthilahat Al-Funun disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang
mengarahkan orang-orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Agama yang bisa digunakan untuk
menyebut agama semua nabi hanya terdapat pada Islam saja. Agama dihubungkan
dengan Allah SWT karena Ia merupakan sumbernya, dihubungkan kepada para nabi
karena mereka sebagai perantara kemunculannya, dihubungkan kepada umat karena
mereka memeluk dan mematuhinya.
Sekurang- kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia
terhadap agama. Ketiga alasan (Nata: 20) tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut yaitu:
Dalam konteks ini, dalam surat ar-Rum ayat 30, Allah SWT berfirman bahwa
ada potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat
ditegaskan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan
tentang apa yang tidak diketahuinya, manusia secara kodrati sebagai ciptaan
Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya yang sudah
dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan
yang terpancar dari ciptaan-Nya.
Lebih jauh Musa Asy’ari dalam buku Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam
al-Qur’an yang dikutip oleh Nata bahwa pengertian manusia yang disebut insan,
dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang amat
luas adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan mewujudkan
pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan nyata. Hal demikian berbeda dengan
kata basyar yang digunakan dalam al-Qur’an untuk menyebut manusia dalam
5
pengertian lahiriyahnya yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, hidup yang kemudian mati. Informasi mengenai potensi beragama yang
dimiliki oleh manusia itu dapat dijumpai dalam ayat 172 surat al-A’raf bahwa
manusia secara fitrah merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk
beragama.
Hal demikian sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa
setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama). Bukti historis dan
antropologis bahwa pada manusia primitif yang kepadanya tidak pernah datang
informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan,
sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya.
Sebagai contoh, mereka mempertuhankan benda- benda alam yang menimbulkan
kesan misterius dan mengagumkan. Kepercayaan yang demikian selanjutnya
disebut dengan dinamisme.
Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah
SWT dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia
berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh
al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar . Di antara ayat yang
menjelaskan hal ini terdapat dalam surat asy-Syams ayat 7-8, bahwa “ Demi nafs serta
penyempurnaan ciptaan, Allah SWT mengilhamkan kepadanya kafasikan dan
ketaqwaan”. Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar
manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk.
6
Di sini berbeda dengan terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu yang
melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk dan dalam hal ini sama dengan
pengertian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Lebih jauh
Qurash Shihab berpendapat bahwa nafs memunculkan potensi positif manusia
lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja dorongan dan daya tarik keburukan
lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan. Dalam literatur teologi Islam kita jumpai
pandangan kaum Mu’tazilah yang rasionalis, karena banyak mendahulukan akal
dalam memperkuat argumentasinya daripada wahyu. Namun demikian, mereka
sepakat bahwa manusia dengan akalnya memiliki kelemahan. Akal memang dapat
mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang baik dan buruk dapat
diketahui oleh akal. Dalam hubungan ini, kaum Mu’tazilah mewajibkan kepada
Tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan agar kekurangan akal dapat
dilengkapi oleh wahyu dalam ini agama. Dengan demikian secara tidak langsung
kaum Mu’tazilah memandang bahwa manusia memerlukan wahyu (agama).
Tantangan Manusia
Sejak mula pertama sejarah pemikiran, manusia sudah mengenal adanya suatu
kekuatan-kekuatan yang mengatasi manusia, suatu yang dianggap maha kuasa, dapat
mendatangkan kebaikan ataupun kejahatan serta dapat mengabulkan doa dan
keinginan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan sudah sejak
dini dimiliki oleh manusia. Masyarakat manusia diberbagai tempat mengenal adanya
kekuatan-kekuatan supranatural.
7
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
hasil pemikiran, baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang
bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama,
dikenal dengan Teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang
Tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai berikut:
Dinamisme
Menurut ajaran ini, manusia zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif. Kekuatan pada
pengaruh tersebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Malaysia),
tuah (melayu) dan sakti (India) yakni kekuatan gaib.
Animisme
Politeisme
Henoteisme
Adapun yang dimaksud dengan "revealed religions" (agama wahyu) ialah agama
yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para Rasul-rasul- Nya dan kepada
Kitab-kitab-Nya serta pesan-Nya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sedangkan sebaliknya "non-revealed religions" adalah agama yang tidak
memandang esensi penyerahan manusia kepada tata-aturan Ilahi. Yang dimaksud
revealed religion, menurut Al-Masdoosi ialah Yudaisme, Kristen dan Islam.
Selebihnya termasuk pada non-revealed religions. Agama-agama wahyu
bersangkutan dengan ras Semitik. Sedangkan agama-agama bukan wahyu tidak
ada sangkutan apa-apa dengan ras Semitik.
Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan
wahyu tidak harus demikian;
Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak;
Bagi agama wahyu maka sumber utama tuntunan dan ukuran bagi baik dan
buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan bagi agama bukan-wahyu
kitab suci yang diwahyukan tidak esensial;
9
Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu,
kecuali Paganisme, lahir di luar area termaksud;
Sesuai dengan ajaran dan atau historisnya maka agama wahyu adalah agama
missionary. Agama bukan wahyu bukanlah agama missionary;
Ajaran agama wahyu tegas dan jelas sedangkan agama bukan wahyu adalah
kabur dan sangat elastik;
Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya. Para pemeluknya berpegang, baik kepada aspek duniawi (the
worldly) maupun aspek spiritual tentang hidup. Namun tidaklah demikian
halnya dengan agama bukan wahyu. Taoisme menitik beratkan kepada aspek
hidup spiritual, sementara itu pada Confusianisme lebih menekankan pada
aspek duniawi.
Sir Thomas Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam antara lain menulis:
Ever since Professor Max Muller delivered his lecture in Westmenster Abbey,
on the day of intercession for mission, in December 1873, it has been a literary
common place, that the six great religions of the world may be devided into
missionary and non missionary (pada hari mata rantai untuk misi desember tahun
1873, telah dinyatakan dengan jelas bahwa enam agama besar di dunia mungkin
bisa dibagi menjadi agama, misi, agama misionaris dan bukan misionaris (al-
Maqdisi, 1962: 16).
Sir Thomas Arnold memasukkan Buddhisme, Kristen dan Islam pada golongan
agama missionary. Sedangkan Yudaisme, Brahmanisme dan Zoroasterianisme
dimasukkan pada golongan non-missionary. Sehubungan dengan masalah
termaksud, al-Masdoosi antara lain memberi catatan, bahwa menurut
pendapatnya baik agama Nasrani maupun Buddhisme, ditinjau dari segi ajarannya
yang asli, bukanlah tergolong agama missionary, sebagaimana juga agama-agama
lainnya (selain Islam). Jadi menurut kesimpulan al-Masdoosi hanya Islam sajalah
ajarannya yang asli merupakan agama missionary. Namun dalam perkembangan
ternyata kemudian bahwa baik agama Nasrani maupun Buddhisme menjadi agama
missionary.
10
Klasifikasi Rasial Geografikal ditinjau dari segi rasial dan geografikal agama di
dunia dapat dibagi atas: (1) Semitik; (2) Arya; dan (3) Monggolian.
Yang termasuk agama Semitik ialah: Agama Yahudi, Agama Nasrani dan
Agama Islam. Sedangkan yang tergolong Agama Arya ialah Hinduisme, Jainisme,
Sikhisme dan Zoroasterianisme. Sedangkan yang tergolong non Semitik
Monggolian ialah Confusianisme, Taoisme dan Shintoisme. Adapun Buddhisme,
tidak dapat begitu saja dimasukkan ke dalam golongan agama non Semitik Arya,
tetapi merupakan campuran antara Arya dan Mongolian (al-Maqdisi, 1962: 1)
Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia adalah sebagai pedoman
hidup, aturan, dan undang-undang yang langsung berasal dari Tuhan uang harus ditaati
dan dijalankan dalam kehidupan. Orang yang beragama, akan berusaha sekuat tenaga
untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Individu yang
beragama juga selalu berusaha untuk berbuat baik, sekalipun tidak ada orang yang
tahu. Secara lebih rinci, peran agama dalam kehidupan individu dan masyarakat
dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran [3] : 33, antara lain:
Berfungsi Edukatif
Ajaran agama berisi sekumpulan ajaran yang harus dipatuhi dan harus
dijalankan. Ajaran agama secara yuridis bersisi aturan dan larangan. Kedua isi
ajaran tersebut bertujuan agar manusia belajar untuk mematuhi aturan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Berfungsi Penyelamat
Agama berfungsi sebagai penyelamat bagi orang-orang yang mengamalkannya
dan menjalankannya. Keselamatan yang diberikan melalui ajaran agama ini
merupakan pengertian penyelamat secara luas, yaitu keselamatan di dunia dan
akhirat.
Berfungsi Sebagai Pendamaian
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, yang berarti Islam adalah agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Islam juga
berfungsi sebagai pendamaian. Bagi seseorang yang merasa gundah, resah, dan
merasa bersalah akan dosa yang dimilikinya, maka semua perasaan itu akan hilang
11
dan digantikan dengan perasaan tenang dan damai apabila orang tersebut
bertaubat.
Berfungsi Sebagai Kontrol Sosial
Ajaran agama memuat perintah dan larangan yang harus dipatuhi, oleh karena
itu, membuat agama juga dikenal sebagai norma yang berfungsi untuk mengatur
tingkah laku seseorang dalam masyarakat. Sebab lain mengapa Agama berfungsi
sebagai kontol sosial, antara lain:
Agama secara menyeluruh merupakan norma bagi setiap pengikutnya
Sebagai pemupuk rasa solidaritas melalui kegiatan keagamaan yang sama
Sebagai transformatif (perubahan)
Agama secara ajaran mempunyai fungsi kritis
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya yang kadang
kala juga mampu memengaruhi kesetiaannya pada adat atau norma yang berlaku
dalam kehidupannya sebelum itu. Perubahan yang dibawa dalam ajaran agama
menuntut setiap individu untuk berlaku lebih produktif daripada sebelumnya.
Fungsi Transformatif
Agama berfungsi untuk mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai
baru yang lebih bermanfaat agar kehidupan umat manusia menjadi berkembang dan
lebih baik.
Secara umum ada enam fungsi agama dalam masyarakat dalam selain fungsi-fungsi
di atas, yaitu sebagai:
12
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa agama sangat berperan dalam
kehidupan individu dan masyarakat karena memiliki kedudukan yang strategis dalam
menata kehidupan manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat serta
kemaslahatan bagi orang lain.
Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim, karena akan dapat
menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Beberapa karakteristik agama Islam,
yakni antara lain :
13
6.Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) : Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran
yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum,
antara kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan akhirat.
7. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas : Ciri khas agama Islam yang
dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun)
dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat.
8. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap)
Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada manusia diturunkan secara
berangsur-angsur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal.
9. Argumentatif Filosofis
Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan demikian Al-Quran
dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-
keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional
religius).
14
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama
karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini perlu
pembinaan, pengarahan, pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap
manusia.
2. Kategorisasi agama antara lain Revealed and non-Revealed Religions, Agama Missionary dan
Agama non-Missionary, dan Klasifikasi Rasial Geografikal ditinjau dari segi rasial dan
geografikal agama di dunia dapat dibagi atas: (1) Semitik; (2) Arya; dan (3) Monggolian.
3. Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia adalah sebagai pedoman hidup,
aturan, dan undang-undang yang langsung berasal dari Tuhan uang harus ditaati dan
dijalankan dalam kehidupan. Agama berfungsi edukatif, sebagai pendamaian, sebagai kontrol
sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.
4. Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada
manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran
manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang
lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik
ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik agama
islam yaitu Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t), Insaniyah ’Alamiyah
(humanisme yang bersifat universal), Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan
sempurna), Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah), Al-’Adalah (keadilan), Keseimbangan
(equilibrium, balans, moderat), Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas,
Graduasi (berangsur-angsur/bertahap), dan Argumentatif Filosofis.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa/pelajar yang taat kepada ajaran agama dengan selalu menjalankan
perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya, kita wajib untuk
mengetahui, memahami, dan mengenal lebih dalam agama Islam dan bagaimana motivasi kita
untuk selalu patuh dalam beragama, mengerti akan peran agama dalam kehidupan sehari-hari,
selalu mengamalkan perilaku terpuji dalam kehidupan, dan selalu beramal shaleh sebagai bekal
kita kelak kembali kepada-Nya di akhirat nanti dan juga mendapat rido dan surga-Nya. Aamiin
Ya Robbal Alamiin.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
16