Anda di halaman 1dari 11

KONSEP ILMU DALAM ISLAM DAN IMPLIKASINYA

DALAM PRAKTIK KEPENDIDIKAN

Sarjuni
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
sarjuni@unissula.ac.id / alfahanin@gmail.com

Abstract
Islam as a worldview has a different point of view from other religion and civilisation perspective to see the world.
This point of view is reflected and accumulated in the key concept understood from the main Islamic teaching
source, Al-Qur’an and Sunnah. For example, related to the concept of science in the western civilisation.
The concept of science in Islam has an effect on the goal orientation of Islamic education, that is different from
the goal orientation of the western education. These Islamic Education goal are: Producing human being, having
a good moral value, who can put something based on the real honor, using the right ways to reach the correct goal,
and struggling for something to reach the right goal.
The concept of science in Islam has an orientation to curriculum and classroom learning process. The education
curriculum has to be developed integrally. Integrate between fardhu ‘ain and fardhu kifayah science development. In
addition, the implementation of this can be dinamic. In the learning process of courtesies related to the science,
the courtecies of the relationship between teacher and student in the educative interaction has to be implemented.

Keywords: The concept of science, courtecy, and education

Abstrak
Islam sebagai sebuah pandangan hidup (worldview) memiliki cara pandang yang berbeda dengan cara pandang
agama dan peradaban lain dalam melihat sesuatu. Cara pandang ini tercermin dan terakumulasi dalam konsep-
konsep kunci yang dipahami dari sumber utama ajaran Islam yakni al-Qur’an dan sunnah. Misalnya, terkait dengan
konsep ilmu. Konsep ilmu dalam Islam berbeda sekali dengan apa yng dimaksud dengan ilmu dalam peradaban
Barat.
Konsep ilmu dalam Islam berimplikasi pada orientasi tujuan pendidikan Islam yang juga berbeda dengan orientasi
tujuan pendidikan model Barat, yakni mewujudkan manusia-manusia yang beradab, yang mampu menempatkan
sesuatu sesuai dengan martabat yang sebenarnya, menggunakan cara-cara yang benar untuk mencapai tujuan yang
benar, dan memperjuangkan sesuatu untuk mencapai tujuan yang benar.
Konsep ilmu dalam Islam juga berorientasi pada kurikulum dan proses pembelajaran di kelas. Kurikulum pendidikan
harus dikembangkan secara integral, tidak dikotomis. Integral antara pengembangan ilmu fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah sekaligus, yang pelaksanannya bisa berifat dinamis. Dalam proses pembelajaran adab-adab yang terkait
dengan ilmu, adab hubungan guru dan peserta didik dalam interaksi edukatif harus diimpementasikan.

Kata Kunci: Konsep ilmu, Adab, dan Pendidikan

JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
47
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
A. MAKNA ILMU pendidikan berbeda dengan ilumuwan-ilmuwan pada
Istilah “ilmu” sering dipahami sebagai sesuatu umunya. Beliau menyatakan:
yang sama dengan sciencedalam bahasa Inggris, “Science is all knowledge comes from God and is
wissenschaft (Jerman) dan etenschap (Belanda), yang interpreted by the soul trought its spiritual and physical
bermakna “tahu”. Term “ilmu” berasal dari kata faculties and senses, it follow that knowledge, with
‘alima’ (Arab) yang berakna mengetahui. Dengan reference to God as being its origin, is the arrival (husul)
demikian secara bahasa ilmu kata ilmu berakna in the soul of the meaning (ma’na) of a thing or an
pengetahuan. Namun demikian secara istilahi terdapat object of knowledge ; and with reference to thr soaul
perbedaan yang cukup jelas antara pengertian atau as being its interpreter, knowledge is the arrival (wusul)
definisi yang dikemukakan oleh para ilmuwan pada of the soul at the meaning of a thing or an object of
umumnya a, dengan pengertian yang dikemukakan oleh knowledge” (al-Attas, 2001).
saintis muslim khusunya. Pengertian ilmu tersebut jika dirumuskan
Endang Saifuddin Anshari (1985) menyitir dalam kalimat yang lebih sederhana menjadi: “Ilmu
beberapa pengertian ilmu (science) dari para pemikir, itu tibanya ma‘na sesuatu pada diri, dan berhasilnya
diantaranya Karl Pearson dalam bukunya Grammar of diri menyerapinya.” (Isma’il, 2007). Dari pembahasan
Science, merumuskan : ”Science is the complete and di atas maka konsep ilmu dalam definisinya memiliki
consistent description of the facts of experience in kandungan makna sebagai berikut:
the simplest possible terms” (Ilmu pengetahuan ialah 1. Pencapaian ilmu melibatkan Allah dan manusia
lukisan keterangan yang lengkap dan konsisten tentang Uraian di atas mengandung makna bahwa perolehan
fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana atau ilmu selalu melibatkan dua pihak yakni yang memberi
sesedikit mungkin). Menyitir definisi Baiquni, Anshari dan yang menerima.. Allah adalah pemberi ilmu dan
mengatakan bahwa : ”Science sebagai general concensus manusia sebagai yang merimanya. Jadi, sumber ilmu yang
dari komunitas ilmuwan”. sebenarnya adalah Allah, dan manusia adalah penerima
Pengertian-pengertian tersebut di atas anugerah ilmu dan kefahaman.
menunjukan bahwa, ilmu adalah pengetahuan yang 2. Proses epistemologis melibatkan segi aktif dan pasif
mempunyai ciri-ciri, code, dan persyaratan tertentu, Secara epistemologis pencapaian ilmu terdiri atas dua
yaitu: “sistematik, rasional, empiris, umum, dan segi yaitu, segi pasif dan segi aktif. Segi pasif nampak
kumulatif (bersusun timbun)”. Dengan istilah lain, dalam kalimat “the arrival in the soul of the meaning
ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis of a thing or an object of knowledge”; dan segi aktif
yang diperoleh melalui langkah-langkan metodologi mengarah kepada manusia sebagai penimba ilmudengan
ilmiah, baik tentang perilaku sosial, budaya, maupun kehendak yang kuat.
gejala-gajala alam yang dapat diamati dan diukur. Meskipun secara epistemologi proses pencapaian
Unsur-unsur terpenting ilmu meliputi : Sistem, ilmu selalu melibatkan dua segi, yakni pasif dan aktif,
yang berfungsi untuk membadakan objek kajian ilmu namun kadar kekuatan kedua segi tersebut berbeda-beda
yang satu dengan ilmu lainnya, yang sering diebut dengan sesuai dengan tingkat kecerdasan dan jenis-jenis ilmu
aspek ontologi. Metode, cara yang dipakai ilmuwan yang dipelajari seseorang. Ada jenis-jenis ilmu yang cara
untuk memahani objek studi, yang sering dikenal dengan mendapatkannya lebih membutuhkan segi pasif dan ada
istilah epistemologi. Fakta, deskripsi tentang gejala-gejala juga jenis ilmu yang usaha untuk mendapatkannya lebih
yang ada pada objek studi, dan Teori, yaitu seperangkat membutuhkan segi aktif. Pada dasarnya, ilmu-ilmu yang
pernyataan logis dan sistematis tentag gejala-gejala yang segi pasifnya lebih kuat dinamakan ilmu makrifat.
diamati.. Sedangkan ilmu pengetahuan yang segi aktifnya
Sedangan pengertian ilmu yang disampaikan lebih kuat sering disebut dengan sains. Ilmu makrifat
oleh pemikir muslim kontemporer, yakni al-Attas, di inilah yang lazimnya masuk dalam kategori ilmu-ilmu
dalam karya-karyanya yang membahas tentang ilmu fardhu ‘ain (Al-Attas, 1981)
JURNAL

48 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


3. Informasi sebagai sarana utama pencapaian ilmu ilmu farhu ‘ain tidak dilaksanakan adalah ditanggung
Informasi pada hakikatnya merupakan apa- individu, sementara implikasi dosa jika ilmu fardhu
apa yang hadir kepada kita baik melalui instrumen kifayah tidak dilaksanakan ditanggung bersama-sama
indrawi seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, anggota mayarakat.
penciuman dan perabaan, maupun akali. Informasi 1. Ilmu Fardhu ‘ain
mempunyai berbagai macam bentuk yakni: angka, data, Sebagaimana disampaikan oleh ulama salaf, ilmu yang
warna, corak, gambar, bunyi, suara, lambang, teks, dan bersifat fardhu untuk dipelajari oleh setiap muslim
sebagainya. Informasi itu bukan ilmu akan tetapi untuk adalah ilmu yang mau tidak mau harus dipelajari oleh
mendapatkan ilmu sangat dibutuhkan informasi. Artinya umat Islam. Ilmu fardhu ‘ain wajib bagi semua manusia,
seseorang tidak bisa mendapatkan ilmu tanpa adanya baik bagi masyarakat awam atau para ulama.
informai yang hadir kepadanya. Karenanya transformasi a.Dimensi Pertama Ilmu Fardhu ‘ain
ilmu selalu menggunakan wasilah informasi. Dimensi pertama llmu fardhu ‘ain adalah ilmu tetang
Misalnya, guru ketika mengajar selalu aqidah yaitu, ilmu yang membenarkan segala sesuatu
memberikan informasi dalam bentuk bahasa maupun yang benar, yang disampaikan Allah kepada Rasulullah
alat-alat peraga, yang dalam istilah sehari-hari sering dengan i‘tiqad yang kuat tanpa keraguan. Dimensi
disebut dengan “komunikasi”. Murid memperhatikan pertama ilmu fardhu ‘ain ini juga disebut dengan ilmu
dengan seksama informasi yang disampaikan oleh tauhid, karena ruang lingkupnya adalah berupa m
guru. Ketika kemudian murid dapat memahami apa a’rifatullah.
yng disampaikan oleh guru berarti murid mendapatkan Tingkat kedalaman ilmu yang wajib dipalajar
ilmu, yakni “kefahaman”. Kefahaman ini dalam Islam oleh seoang muslim yang satu dengan muslim yang
diyakini sebagai anugerah dari Allah. Jadi sebaik apapun lain berbeda-bedaan sesua dengan keadaan masing-
cara guru mengajar dan setekun apapun murid belajar masing. Ada orang-orang sampai membutuhkan
kalau Allah tidak menganugerahkan kefahaman, maka argumen-argumen rasonal-logis-filosofis untuk sampai
murid tidak akan memperoleh ilmu. Inilah sebabnya kepada sebuah keyakinan yang kuat. Namn ada pula
sama-sama mendengarkan informasi dari sumber yang orang-orang yang hanya cukup medapatkan penjelasan
sama kefahaman setiap individu berbeda-beda.. (Al- dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-
Attas, 1995). hadis Rasulullah untuk samai kepada sebuah keyakinan
Pengalaman indrawi adalah tahap pertama yang kuat. Demikian pula karena buah daripada iman
pemrosesan informasi oleh akal diri untuk mencapai adalah akhlakul karimah, maka ilmu fardhu ‘ain ini
makna, kefahaman dan ilmu pengetahuan. Proses mencakup hal-hal yang bersifat lahiriyah dan ruhaniah
pengolahan informasi oleh akal diri untuk mendapatkan sekaligus.
makna, kefahaman, dan ilmu pengetahuan, sering disebut b. Dimensi kedua Ilmu Fardhu ‘ain
dengan abstraksi, dimana Allah juga mengambil peran di Dimensi kedua ilmu fardhu ‘ain adalah berhubungan
dalamnya. dengan hal-hal yang wajib dilaksanakan oleh seorang
mukallaf. Terkait dengan hal ini berlaku beberapa
B. PEMBAGIAN ILMU DALAM ISLAM ketentuan berikut ini:
Al-Ghazali membagi ilmu ke dalam dua 1) Ketentuan Pertama
kelomok, yakni ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu Bahwa kewajiban seorang mukallaf mengalami
kifayah. Ilmu fardu ‘ain adalah ilmu yang diwajibkan perkembangann sesuai dengan bertambahnya usia,
atas tiap-tiap individu sedangkan ilmu fardhu kifayah sehingga kewajiban mempelajari ilmu fardhu ‘ain tentang
adalah ilmu yang diwajibkan kepada umat Islam secara ha-hal yang wajib dilaksanakan bersifat dinamis.
kolektif. Jadi fardhu ‘ain adalah kewajiban individu per Ilmu-ilmu fardhu ‘ain amal apa saja yang harus dipelajari
individu sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban seseorang berbeda-beda, karena perbedaan keadaan,
umat Islam secara keseluruhan. Implikasi dosa jika kedudukan, dan perbedaan kebutuhan hidup seeorang
JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
49
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
(Adi Setia, 2007). urusan agama, seperti ilmu tajwid, ilmu tafsir, ilmu
2) Ketentuan Kedua hadis, ilmu ushul fiqih, ilmu fiqih, dan sebagainya (Zaidi
Ketentuan kedua untuk menentukan ilmu- Ismal, 2007). Hal ini merupakan pengejawantahan dari
ilmu fardhu ‘ain yang behubungan dengan amal yang firman Allah di dalam al-Qura’an: “Tidak sepatutnya
wajib dikerjakan adalah adanya ketentuan “larangan bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan juang).
bagi mukallaf untuk melakukan sesuatu sebelum dia Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
memahami ketentuan-ketentuan di dalam agama”. mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu agama
Misalnya, seseeorang boleh melakukan praktik dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
perdagangan jika yang bersangkutan sudah memahami mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dengan benar hukum-hukum yang berkaitan dengan dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122)
mu’amalah dalam Islam. Seseorang boleh terjun ke dunia Ilmu yang diwajibkan sebagai prasyarat khusus
perpolitikan jika sudah memahami hukum-hukum Islam memiliki perbedaan dengan wajib pada umumnya
yang berhubungan dengan fiqih syiyasyah dan lain- mukallaf. Misalnya adalah hal-hal yang terkait dengan
lain. Jika ilmu fardhu ‘ain yang berhubungan dengan rukun iman dan hal-hal yang berkaitan dengan dasar-
aqidah mutlak wajib untuk setiap orang kapanpun dasar syari’at Islam. Wajib untuk ilmu-ilmu prayarat
dan dimanapun, maka ilmu fardhu ‘ain yang berkenaan berbeda antar orang yang satu dengan yang lain
dengan amalan-amalan tertentu sebagaimana contoh di bergantung pada konteks zaman, kebutuhan masing-
atas, hanya diwajibkan kepada siapa-siapa yang hendak masing, tingkat keerdasan dan lain-lain. Setiap muslim
melaksanakannya. diwajibkan untuk belajar ilmu-ilmu yang dibutuhkan
c. Dimensi Ketiga Ilmu Fardhu ‘ain oleh masyarakat. Mukallaf secara secara umum
Dimensi ketiga ilmu fardhu ‘ain adalah diwajibkan untuk mengkaji ilmu syari’at berdasarkan
berhubungan dengan apa-apa yang dilarang oleh Allah pada tingkat kebutuhan masyarakat guna memahami
Swt untuk melaksanakannya. Dengan kata lain adalah sumber ajaran Islam, tanpa harus memasuki masalah-
ilmu-ilmu tentang perkara-perkara yang diharamkan masalah yang berat dan rumit. (Zaidi Isma’il, 2007).
Allah Swt. Dalam hal ini juga berlaku ketentuan dinamis Masuk dalam kategori ilmu fardhu kifayah
sebagaimana ilmu yang berkaitan dengan hal-hal yang selanjutya adalah ilmu-ilmu yang dewasa ini sering
wajib dilaksanakan. Artinya kewajiban untuk mempelajari disebut sebagai ilmu-ilmu umum, seperti ilmu
ilmu-ilmu tentang perkara yang wajib ditinggalkan pun kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu teknik, ilmu
berkembang sesuai dengan keadaan seseorang. Misalnya ekonomi, ilmu peternakan, ilmu pertanian, dan lain-lain.
ada masalah yang wajib ditinggalkan oleh orang yang Ilmu-ilmu terebut meskipun bukan ilmu agama tetapi
normal berbeda dengan yang harus ditinggalkan oleh keberadaannnya sangat dibutuhkan guna memenuhi
orang bisu dan tuli, dan sebagainya. kebutuhan duniawiah masyarakat muslim. Jika ilmu-ilmu
Kewajiban untuk mempelajari hal-hal yang tersebut idak dikuasai oleh umat Islam dipastikan umat
diharamkan juga meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniahIslam akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan
dan ruhaniah sekaligus. Takabur, kufur nikmat, tafakhur,ekistensi hidunya. Terutama ketika harus berkompetisi
riya, ghibah, tajassus, dan lain-lain adalah beberpa dengan umat lain yang sangat serius dalam mempelajari
contoh perbuatan yang wajib ditinggalkan yang harus ilmu-ilmu tersebut.
dipelajari secara mendalam sehingga umat Islam terjauh “Cendekiawan Melayu kontemporer al-Attas
dari sifat-sifat negatif tersebut. dalam buku Islam and Secularism memasukkan ilmu-
ilmu kemanusiaan, sains alam, sains terapan, sains
2. Ilmu Fardhu Kifayah teknologi, perbandingan agama, kebudayaan dan
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa ilmu tamadun Barat, ilmu-ilmu bahasa, dan sejarah Islam
fardhu kifayah memiliki dua kriteria. Kreteria pertama, sebagai sejarah dunia yang merangkum pemikiran,
yaitu ilmu-ilmu yang menjadi prasyarat bagi tegaknya kebudayaan dan tamadunnya, serta perkembangan sistem
JURNAL

50 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


dan filsafat ilmunya, ke dalam bidang ilmu-ilmu fardhu surah Al-Baqarah ayat 195 sebagai berikut: “dan
kifayah. Semua ilmu tersebut harus diserasikan dengan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kerangka Pandangan Hidup Islam. “ kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Kewajiban atas ilmu fardhu kifayah ditanggung Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
bersama-sama secara kolektif oleh masyarakat. Jika Sebagai contoh misalnya, jika tidak ada umat
beberapa mukallaf ada yang mempelajari ilmu fardhu Islam yang berupaya mendalami dan mengembangkan
kifayah tersebut, maka kewajiban tersebut telah dipenuhi, ilmu-ilmu berdasarkan nilai-nilai Islam (Islamisasi),
dan anggota masyarakkat terbebas dari dosa. Sebaliknya, maka sangat mungkin umat Islam ke depan akan
jka tidak ada seorangpun yang menuntut ilmu fardhu mengalami kerusakan akibat terinfiltrasi pandangan
kifayah tersebut, maka semua mukallaf yang ada di hidup yang liberal dan sekular. Rusaknya pandangan
komunitas tersebut menanggung dosa. hidup umat Islam bisa berimplikasi pada rusaknya
Ilmu-lmu tersebut wajib dipelajari oleh umat ilmu pengetahuan, dan rusaknya ilmu pengetahuan
Islam, akan tetapi Allah tidak memerintahkan kepada akan mengakibatkan rusaknya amal perbuatan seorang
semua individu untuk menimbanya. Semua anggota muslim. Pada akhirnya akan peradaban Islam tidak akan
masyarakat boleh menimba ilmu-ilmu tersebut. bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
Kebutuhan dan kemaslahatan umat akan tercukupi Pada era postmodernitas seperti yang terjadi
dengan adanya sebagian individu yang menguasai dewasa ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan
ilmu-ilmu tersebut, jadi tidak perlu semua orang untuk teknologi informasi begitu pesat, bahkan
menekuni ilmu-ilmu tersebut. belakangan telah melahirkan sebuah generasi baru,
Individu yang mempunyai minat dan bakat serta yakni generasi millenial penguasaan ilmu dan teknologi
kemampuan dana yang memadahi untuk mendalami informasi bagi umat Islam menjadi sangat penting.
ilmu fardhu kifayah mejadi wajib baginya untuk Penguasaan ilmu ini bisa meningkatkan kewibawaan
mendalaminya. Orang yang terjun untuk mendalami ilmu umat Islam di mata umat lain. Untuk itu maka umat
fardhu kifayah tertentu, maka bagi yang bersangkutan Islam harus memperkuat dari sisi ini.
menjadi fardhu ‘ain untuk mendalamninya. Bahkan jika Wan Daun Wan Noor dalam The Educational
orang terebut kurang mampu secara finansial, masyarakat Philosophy and Practice of Syeed Mumahhad Naquib
secara bersama-sama berkewajiban untuk membantunya a-Attas: An Exposition of the Orignal Concept of
agar orang tersebut dapat menyelesaikan studinya. Islamization; menyatakan bahwa dalam konteks
Dalam hal ini pemerintah wajib memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi, penguasaan ilmu pengetahuan dan
dana untuk studinya. teknologi dalam kerangka berfikir Islamic worldview
Jika kewajiban menimba ilmu fardhu kifayah memiliki efek yang dapat membahagiakan ruhani bagi
sampai dilupakan, yang mengakibatkan kemaslahatan pelakunya, bukan sebaliknya menimbulkan kesengsaraan,
masyarakat menjadi terabaikan, orang-orang yang anarkisme ruhani sekaligus akal. Sedangkan dalam
berkemampuan menanggung dosanya, demikian juga konteks kehidupan masyarakat sudah barang tentu
orang-orang yang tidak berkemampuan menjadi ikut akan melahirkan keteraturan, keharmonisan, dan
menaggung dosa dikarenakan untidak mensuport keadilan, bukan sebaliknya menimbulkan kekacauan dan
masyarakat untuk ikut mendukungnya. (Zaidi Ismail, anarkisme sosial.
2007). Konferensi Dunia Pertama Tentang Pendidikan
Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Zaidi Islam pada tahun 1977 yang dihadiri oleh 307
Isma’il (2007) , menyatakan bahwa: “dosa tidak pakar pendidikan dari seluruh penjuru dunia, telah
menuntut ilmu fardhu kifayah adalah masuk dalam merekomendaskan agar umat Islam membangkitkan
kategori perbuatan membinasakan diri-sendiri, yang kembali spirit keilmuan yang dahulu pernah digelorakan
hal tersebut sangat dilarang oleh Allah SWT. Hal ini oleh para ilmuwan muslim pada era keemasan. Mereka
sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an telah berhasil mengantarkan umat Islam mencapai
JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
51
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
puncak peradaban ilmu. Apa yang menjadi sebab-sebab pendidian kita. Dunia pendidikan kita saat ini talah jauh
kemajuan dan apa pula yang menyebabkan kemunduran meninggalkan adab, termasuk di dalamnya yang terkait
peradaban ilmu pada saat itu harus dikaji dengan dengan adab ilmu itu sendiri. Ismail Raji’ al-Faruqi
seksama supaya dapat diambil sebagai pelajaran guna bahkan menyatakan bahwa masalah terbesar dunia Islam
membangkitkan kembali peradaban Islam. saat ini adalah berkaitan dengan krisis epistemologi.
Ilmuan muslim lebih tertarik mengikuti cara berfikir
C. IMPLIKASI DALAM PRAKTIK KEPENDIDIKAN ilmuwan-ilmuwan Barat daripada mengembangkan
Konsep ilmu dalam Islam sebagaimana diuraikan pemikiran Islam. Ilmu dikembangkan bebas dari nilai-
di atas membawa implikasi ataupun konsekuensi logis nilai ketuhanan. Akibat krisis epistemologi ini muncullah
dalam beberapa aspek penting praktik kependidikan. krisis-krisis dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.
Beberapa implikasi tersebut diantaranya akan diuraikan Di dalam konsep adab terdapat dua unsur, yakni
dalam pembahasan berikut ini. ilmu dan amal. Ilmu membuat seseorang mengenal
1. Implikasi dalam Tujuan Pendidikan dengan benar susunan martabat berperingkat segala
Saat ini bangsa Indonesia tengah dilanda krisis sesuatu yang ada di alam semesta ini. Semetara amal
dalam berbagai bidang, yang yang sangat sulit diatasi. yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-
Hal ini karena krisis yang terjadi telah memasuki wilayah perbuatan yang bermoral. Sudah banyak sekali ulama
yang sangat fundamental bagi berdiri kokohnya sebuah yang menaruh perhatian besar pada masalah adab ini.
bangsa, yakni krisis karakter atau akhlak bangsa. KH Hasyim Asy’ari, misalnya, dalam kitabnya, Ādabul
Munculnya berbagai kejadian yang mengarah Ālim wal-Muta’allim, mengutip pendapat Imam Syafi’i
pada pelanggaran etika seperti adanya perubahan gaya yang menjelaskan begitu pentingnya kedudukan adab
hidup masyarakat yang cenderung tidak menghiraukan dalam Islam. Bahkan, beliau menyatakan “mengejar
lagi adab, semakin memperkuat asusmsi bahwa bangsa adab laksana seorang ibu yang mengejar anak satu-
Indonesia saat telah banyak melalaikan adab. Saat satunya yang hilang”.”
ini orang yang tidak berakhlak dan hina dan bodoh Selanjutnya, KH. Hasyim Asy’ari dengan
dapat dinilai sebagai orang yang terhormat karena menyitir pendapat beberapa ulama sebelumnya,
kekayaannnya, ataupun ketampanan dan kecantikannnya. menyatakan bahwa : “ at-Tawhiidu yujiibul iimaana,
Sepandai apapun seseorang kalau tidak memiliki harta faman la iimaana lah laa tawhiida lahu wal iimaanu
yang banyak tidak akan mendapatkan penghormatan yuujiibu al-Syari’ata, faman laa syari’ata lahu , laa
sebagaimana mestinya. iimaana lahu wala tawhiida lahu, wa al-Syarii’atu yuujiibu
Juara kontes Miss Universe akan jauh lebih al-adaba, faman laa aadaba lahu laa syari’ata lahu wala
dihormati daripada seorang pelajar yang berhasil meraih iimaana lahu, wala tawhiida lahu” (Adian, 20122)
medali emas diajang olympiade Fisika. Penyambutan Maksudnya adalah bahwa tauhid mewajibkan
pejabat nagara atas prestasi juara olahraga akan jauh wujudnya iman, barang siapa yang tidak beriman
lebih meriah dibandingkan penyambutan terhadap orang maka dia tidak bertauhid. Iman mewajibkan wujudnya
yang meraih prestasi tingkat dunia di bidang Musabaqah syari’at, barang siapa yang tidak bersyari’at, maka ia
Tilawatil Qur’an, dan sebagainya. tidak beriman dan tidak bertauhid. Syari’at mewajibkan
Orang mudah sekali melakukan korupsi wujudnya adab. Barang siapa yang tidak beradab maka
dengan jumlah yang spektakuler. Bahkan korupsi ini dia tidak bersyari’at, tidak beriman, dan juga tidak
telah dilakukan secara sistematis oleh para oknum yang bertauhid.
seharusnya memberantas korupsi. Jika dahulu korupsi Dengan demikian adab memiliki posisi yang
hanya dilakukan oleh para pejabat ditingkatan hulu, sangat sentral dalam ajaran Islam. Begitu sentralnya posisi
sekarang sudah merata dari hulu sampai ke hilir. Lantas adab ini maka tidak adanya adab dapat membatalkan
dimana letak kesalahannya? ketauhidan kita.
Kesalahannya adalah terletak pada dunia Sebenarnya istilah yang komprehensif untuk
JURNAL

52 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


pendidikan Islam sendiri adalah ta'dib. Di dalam istilah menyebabkan lahirnya kezaliman (zulm), kebodohan
ini mencakup makna yag terdapat pada istilah tarbiyah (jahl), dan kegilaan (junun). Zalim maknanya adalah
dan ta’lim. Selama ini implementasi konsep pedidikan tidak dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan
Islam lebih mengacu pada makna tarbiyah atau tempatnya. Bodoh maknanya adalah menggunakan
ta'lim. cara-cara yang tidak benar untuk mencapai tujuan.
Dengan mengacu pada istilah ta’dib maka Sedangkan Gila berarti menggunaan cara-cara yang
pendidikan Islam akan menjadi ideal sebab di dalam salah untuk mencapai tujuan yang salah. Dengan kata
istilah adab sendiri sudah menakup makna ilmu, lain ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
karenanya ilmu tidak dapat ditransformasikan dan yang dicita-citakan.
difahamkan kepada peserta didik kecuali jika peserta Dengan demikian agar seseorang tidak zalim,
didik tersebut memiliki adab yang tepat terhadap tidak bodoh, dan tidak gila, maka ia harus belajar adab
berbagai bidang ilmu pengetahuan. secara tuntas. Jadi probem utama pendidikan Islam bukan
Ilmu yang telah dipelajari dan ditekuni masalah banyaknya umat yang masih buta huruf, tetapi
sedemikian rupa, dan yang dimotivasi dengan iman lebih karena umat Islam banyak yang salah jalan dan
lalu diamalkan dalam kehidupan, maka konsep ta’dib salah di dalam mencapai tujuan hidupnya. Dampaknya
dengan sendirinya telahh diimplementasikan. Ilmu pendidikan yang menjadi sarana pengembangan ilmu
yang dicapai melalui proses ta’dib inilah yang akan pengetahuan ini telah diracuni dengan padangan hidup
melahirkan sebuah peradaban yang bermartabat, yakni asing yag bertentangan dengan pandangan hidup Islam,
peradaban Islam. F. Rosenthal meyatakan; “ilm is one terutama western worldview. Dampak yang lebih dahsyat
those that have dominated Islam and given Muslim adalah bergesernya makna ilmu yang sebenarnya. Apa
civilization is distinctive shape and complexion. In fact yang disebut ilmu itu adalah yang masuk kategori sains
there is one other concept that has been operative as of dalam peradaban Barat (Hamid Fahmy, 2005).
Muslim civilization in all its aspect to the same extent Dengan berpedoman pada aliran episteologi
as ‘ilm” (Rosental, t.th.). Artinya kurang lebih: ” Ilmu Kritisisme Kant, banyak pemikir muslim yang meyakini
adalah salah satu konsep yang mendominasi Islam dan bahwa apa yang disebut ilmu pengetahuan adalah yang
yang memberi bentuk dan karakter yang khas terhadap objek studinya bisa di tangkap oleh panca indera, bisa
peradaban Muslim. Sebenarnya tidak ada konsep lain diverifikasi, dan juga bisa dicerna oleh akal (rasio).
yang sebanding dengan konsep ilmu yang secara efektif Dengan menggunakan paradigma positivisme mereka
menjadi faktor penentu dalam peradaban Muslim dalam berkeyakinan bahwa syarat objek ilmu adalah: observable
berbagai aspek. (bisa diamati), testable (bisa diuji), predictable (bisa
Praktik kependidikan Islam selama ini lebih dprediksi), reapetable (diulang-ulang hasilnya sama).
ditekankan sebatas makna tarbiyah dan ta’lim. Hal Dengan paradigma kritisisme dan positivisme tersebut
ini tidak terlepas dari infiltrasi worldview Barat yang maka hal-hal yang bersifat metafisis seperti adanya
didasarkan pada prinsi-prinsip dualisme, sekularisme, Allah, surga, neraka, pahala, dosa, kehidupan akhirat, dan
liberalisme, dan dan niai-nilai peradaban Barat lainnya. lain-lain dianggap menjadi sesuatu yang tidak memiliki
Dengan rancu atau kaburnya nilai-nilai adab dalam nilai kebenaran epistemologis.
dunia pendidikan Islam maka proses pendidikan dan Pendidikan yang tidak mengindahkan adab tidak
pembelajaran yang ada terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. akan mampu menghindarkan seorang muslim dari sifat
Padahal dalam konsep Islam ilmu bersumber dari Allah zalim, bodoh, dan gila. Munculnya kekacauan berfikir
dan proses pencapaian ilmu pun tidak bisa lepas dari , penyelewengan dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan,
peran aktif Allah. Allah-lah pemberi anugerah ilmu pelacuran intellektual dan sebagainya merupakan bukti
yang sejati. Tanpa anugerah Allah seseorang tidak akan kegagalan dunia pendidikan dalam menanamkan adab
mampu mendapatkan ilmu pengetahuan. kepada para peserta didik. Kehancuran adab ini akan
Kerancuan dan kekaburan nilai-nilai adab itu menjadi kendala yang serius bagi masyarakat guna
JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
53
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
munculnya kader-kader pemimpin masa depan yang kelemahan-kelemahan yang ada pada pendidikan dasar
berkualitas di berbagai bidang. Bahkan sebaliknya dan menengah akan bisa diatasi.
hal ini bisa memicu munculnya pemimpin-pemimpin Supaya perguruan tinggi (universitas) menjadi
“palsu” yang lebih merusak masyarakat daripada sarana pengembangan sumber daya insani, maka
memperbaikinya. Hal ini disebabkan kualitas lembaga setiap aktivitas yang ada di perguruan tinggi harus
pendidikan yang telah melupakan masalah adab. mencerinkan sebuah upaya pembentukan insan kamil.
Untuk memperbaikinya, umat Islam harus Umat Islam memiliki figur yang menjadi contoh konkret
mengorientasikan kembali tujuan pendidikan, yakni dari insan kamil, yakni Nabi Muhammad Saw. Oleh
untuk membangun individu-individu yang memahami karena itu Perguruan Tinggi Islam harus merefleksikan
posisinya di hadapan Allah, di hadapan umat, dan Nabi Muhammad Saw. sebagai figur sentral dalam
di hadapan dirinya sendiri. Dengan ungkapan lain, pengembangan ilmu dan amal, agar terlahir indivdu-
pembangunan manusia harus diarahkan pada konsep indivdu yang beradab. (al-Attas, 1981).
pengembangan individu yang beradab. Tidak sama dengan universitas Islam, universitas
Bagi al-Attas pembangunan individu semacam di negara-negara Barat pada umumnya merefleksikan
ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan di univeritas. kesobongan manusia. Walaupun mereka juga memiliki
Universitas memiliki peran yang sangat strategis dalam konsep manusia sempurna, akan tetapi karena dominasi
hal ini. Namun demikian worldview pada civitas faham humanisme sekular, manusia ditempatkan pada
akademiknya, baik menyangkut tenaga pendidik dan posisi setinggi-tingginya, bahkan lebih tinggi dari Tuhan.
tenaga kependidikannya harus diperbaiki terlebih Bagi mereka "manusia adalah ukuran dari segala sesuatu,
dahulu, supaya pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran segala sesuatu yang ada adalah ada, dan segala sesuatu
Islam dapat berjalan dengan baik, yang ada akhirnya yang tidak ada adalah tidak ada" (Hamid Fahmy, 2005).
mampu mencetak ulama dan pemimpin muslim yang 2. Implikasi dalam Bidang Kurikulum
memiliki Islamic wordlview kuat (Hamid Fahmy, 2005). Dalam era dimana umat Islam dituntut untuk
Dipilihnya pendidikan tingkat universitas menimba ilmu agama dan ilmu umum, klasifikasi ilmu
untuk pembentukan adab merupakan tradisi yang menurut al-Ghazali yakni ada ilmu fardhu ‘ain dan ilmu
sudah lama berkembang di dunia Islam. Penekanan pada fardhu kifayah masih relevan untuk diimplementasikan.
pendidikan dasar dan menengah untuk pembentukan Ilmu fardhu ‘ain berkaitan dengan masalah-masalah
dan pengembangan adab disinyalir karena pendidikan ketuhanan . Ilmu fardhu kifayah menitik beratkan pada
kita telah terinfilterasi pendidikan Barat. Di samping itu pola relasi antar manusia, dan nilai-nilai moral lainnya
universitas juga merupakan kawah canradimuka untuk yang membentuk pandangan tentang manusia dan alam
pengkaderan para pemimpin ummat. Hampir di setiap semesta. Klasifikasi ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah
negara pendidikan tinggi dijadikan sebagai tempat tidak boleh dilihat secara dikotomis, sebab ia hanya
pengkaderan baik dalam bentuk pendidikan maupun merupakan tingkatan (hirarki) ilmu berdasarkan tingkat
pelatihan untuk melahirkan pemimpin yang unggul. kebenarannya. Dalam hal ini harus dilihat sebagai satu-
Pendidikan dasar dan menengah sebaik apapun kesatuan, dimana ilmu fardhu ‘ain merupakan asas dan
prosesnya tetap saja tidak akan mampu melahirkan rujukan bagi ilmu fardhu kifayah.
pemimpin yang unggul. Ia hanya merupakan terminal Kurikulum pendidikan Islam seharusnya
antara untuk mengantarkan peserta didik memasuki pembelajaran ilmu-ilmu fardhu ‘ain terutama ilmu
jenjang pendidikan di universitas. Bagaimanapun tentang aqidah dan ilmu-ilmu tentang ibadah dan akhlak
hebatnya pembangunan pednidikan dasar dan menengah, tidak cukup hanya diberikan pada pendidikan dasar dan
jika pendidikan tingginya tidak mengembangan ilmunya menengah, akan tetapi juga harus diberikan di perguruan
berdasarkan epistemologi dan worldview Islam, tinggi, yang ditekankan pada pemahaman knsep-konsep
dapat dipastikan akan gagal. Dengan memfokuskan kunci dalam Islam. Materi dasar tentang aqidah yang
pembangunan pendidikan tingkat universitas, maka diberikan ada tingkat pendidikan dasar dan menengah
JURNAL

54 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


seharusnya dikembangkan dalam bentuk materi yang 3. Implikasi Terhadap Proses Pembelajaran
lebih tinggi yakni Mata Kuliah Ilmu Kalam dan filsafat Konsep ilmu dalam Islam di samping
Islam, yang di dalamnya dikaji secara mendalam konsep- berimplikasi pada orientasi tujuan pendidikan dan
konsep tentang Tuhan, manusia, alam, ilmu, kehidupan, bangunan kurikulum pendidikan Islam, juga berimplikasi
kebahagiaan, kebenaran, kebajikan, keadilan, dan lain- pada proses pembelajaran di kelas. Dalam Islam,
lain. kehidupan manusia sejak bangun tidur hingga tidur
Jika konsep-konsep tersebut diajarkan dan lagi terikat dengan adab-adab. Adab pada hakikatnya
dipahami oleh peserta didik, maka akan dapat menjadi adalah perbuatan yang betul yang muncul dari disiplin
pondasi dalam mengkaji ilmu-ilmu fardhu kifayah. diri yang bersumber dari ilmu dan hikmah. Adab adalah
Sumber pengetahuan indrawi, akli, dan intuisi yang perbuatan yang betul dalam hal apa saja. Seseorang yang
di dalam konsep epistemologi Barat dioperasinalkan mau tidur ada adabnya, yakni bersuci terlebih dahulu,
sendiri-sendiri di sini bisa diintegrasikan. Maknanya berdoa sebelum tidur, posisi kepala di utara, tubuh
pola pikir dualistik sebagaimana yang dilakukan oleh miring ke kanan menghadap kiblat. Setelah bangun
ilmuwan-ilmuwan Barat seperti; objektif dan subjektf, tidur dia juga harus berdoa. Mau masuk kamar mandi
idealis-realis, harus ditinggalkan. Dengan jalan ini ada adabnya, yakni berdoa terlebih dahulu, melangkah
dikotomi ilmu pengetahuan yang merupakan ciri masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan
khas peradaban Barat, sebagaimana juga telah banyak terlebih dahulu, dan sebagainya. Jadi tidak ada perbuatan
dipraktekkan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam seorang muslim yang tidak terikat adab.
dewasa ini lambat laun bisa ditiadakan. Demikian pula dalam hal proses pembelajaran
Bagi al-Attas setiap orang Islam wajib wajib di kelas, baik guru maupun murid terikat adab-adab,
mendalami ilmu-ilmu fardhu kifayah sesuai dengan minat baik adab terhadap Allah, adab terhadap ilmu itu
dan kapasitas intellektual masing-masing . Ilmu fardhu sendiri, maupun adab dalam hal hubungan antara guru
‘ain bagi mahasiswa fakultas Syariah, misalnya berbeda dengan murid atau peserta didik. Adab terhadap Allah
dengan ilmu fardhu ‘ain siswa Madrasah Aliyah atau misalnya, baik guru maupun peserta didik harus selalu
mahasiswa Fakultas Psikologi. Apabila seluruh ilmuwan memulai dan mengakhiri proses pembelajaran dengan
mendalami ilmu-ilmu fardhu ‘ain sesuai bidang masing- berdo’a untuk dibukakan pintu hati guna masuknya
masing, pada tingkat epistemologis ilmu fardhu ‘ain ilmu, dan senantiasa mohon untuk diberi kefahaman.
ini akan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu yang Guru harus senantiasa mengingatkan peserta didik untuk
masuk dalam kategori ilmu-ilmu fardhu kifayah, seperti; meluruskan niat di dalam menimba ilmu, yakni semata-
sosial humaniora, ilmu alam, antropologi, sosiologi, dan mata untuk mencari ridha Allah dan berharap pahala
lain sebagainya. pada-Nya. Mengingatkan agar senantiasa menghargai
Pemikiran al-Ghazali tentang ilmu fardhu ilmu, menghormati guru, menghormati teman, bersikap
‘ain dan fardhu kifayah sebagaiman diuraikan di ta’dhim, menghindari akhlak tercela, bersyukur, lillahi
atas, selama ini belum banyak diketahui di kalangan ta’ala, wara’ ketika belajar, rendah hati, dan senantiasa
lembaga pendidikan Islam. Seandainya diketahui pun positive thinking. (As’ad, 2007)
pemahaman akan hal ini masih cenderung kurang tepat, Tidak kalah pentingnya guru juga harus
kalau tidak bisa dikatakan salah. Sebagian besar aktor- senantiasa mengingatkan peserta didik untuk
aktor pendidikan belum mengkonseptualisasikan dan memuliakan majelis ilmu. Dalam proses pembelajaran
mempraktekkan hal tersebut secara akademik. Klasifikasi di kelas peserta didik harus memperhatikan penjelasan
ini harus dikedepankkan pada jenjang pendidikan tingkat guru dengan sungguh-sungguh. Tidak diperkenankan
universitas, karena hal ini berhubungan dengan konsep berbuat gaduh, yang bisa mengganggu proses belajar-
epistemologi yang cukup rumit, yang tidak mungkin mengajar.
untuk dibebankan kepada lembaga pendidikan dasar dan Terkait dengan adab menimba ilmu dan adab
menengah. yang terkait hubungan antara guru dengan murid,
JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
55
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018
beberapa ulama telah menulisnya. Az-Zarnuji misalnya dalam konsep Islam sains hanya merupakan salah
menulis kitab Ta’limul Muta’alim, KH. Wahid Hasyim satu bagian dari ilmu pengetahun. Dalam Islam
menulis Adabul Alim wal Muta’alim, dan sebagainya. proses keilmuan senantiasa melibatkan Allah sebagai
Dalam Ta’limul Muta’alim (As’ad, 2007) misalnya, sumber ilmu, sedangkan dalam peradaban Barat proses
az-Zarnuji menyebutkan beberapa adab yang harus keilmuan diyakini sebagai murni upaya manusia.
dipatuhi oleh peserta didik dalam menimba ilmu; antara 2. Ilmu dalam Islam terkait erat dengan adab, sehingga
lain 1) Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa, ilmu hanya dapat diperoleh dengan cara-cara yang
2) Menyedikitkan hubungan dengan urusan-urusan beradab, sementara dalam peradaban Barat tidk
duniawi, 3) Bersikap rendah diri, tidak sombong, dan demikian.
senantiasa menghormati guru, 4) Jika masih baru tidak 3. Ilmu dalam Islam meliputi ilmu fardhu ‘ain dan ilmu
boleh terlibat dalam perdebatan, 5) Memilih satu fardhu kifayah yang dalam implementasinya bersifat
disiplin ilmu, 6) Tidak diperkenanan mempelajari semua dinamis. Fardhu kifayah bagi seseorang, bisa menjadi
bidang ilmu sekaligus, 7) Mengetahui sebab-sebab fardhu ‘ain bagi orang lain, dan sebaliknya.
kemuliaan ilmu, 8) Tujuan menimba ilmu adalah untuk 4. Konsep-konsep tersebut berimplikasi pada
kesucian jiwa dan mencari fadhilah dari Allah, bukan orientasi tujuan pendidikan, kurikulum, dan proses
untuk mmencari materi, 8) Memahami keterkaitan ilmu pembelajaran di kelas. Orientasi tujuan pendidikan
dengan tujuan hidup, 11) menyerahkan urusan kepada Islam yaitu untuk mewujudkan manusia-manusia
gurunya. yang beradab. Kurikulum pendidikan Islam dalam
Dalam hal adab hubungan antara guru dengan berbagai tingkatan yang harus bersifat inegral, dan
peserta didik ada adab-adab yang harus dipatuhi, antara tidak dikotomis sebagaimana konsep Barat. Proses
lain: 1) Menghindari banyak bicara dengan guru, 2) pembelajaran di kelas maupun di luar kelas harus
Tidak memulai bicara dengan guru jika tidak diajak mengimelmentasikan adab ilmu dan adab hubungan
bicara, 3) Tidak bertanya sebelum minta ijin, 4) Tidak guru dan peserta
diperkenanan berbicara dengan tertawa dengan guru, 5)
bersikap tawadhu’ di hadapan guru, 6) Tidak duduk di
tempat duduk guru, dan 7) Tidak melakukan hal-hal KEPUSTAKAAN
yang menyinggung perasaan guru. Setia, Dr. Adi, 2005, Epistemologi Islam Menurut al-
Adab-adab tersebut harus diimplementasikan Attas Satu Uraian Ringkas, dalam Islamia, Th.1
dalam proses pembelajaran, agar dapat melahirkan No 6, Juli-September
perserta didik yang memiliki adab. Dengan adab inilah Armas, Adnin, MA, 2005, Westernisasi dan Islamisasi
peserta didik akan dimudahkan oleh Allah Swt untuk Ilmu, dalam Islamia, Th.1 No 6, Juli-September
mendapatkan kefahaman (ilmu), karena karakter ilmu Anshari, Endang Saifuddin, 1985, Ilmu, Filsafat dan
tidak akan masuk kecuali dengan cara-cara yang beradab. Agama, Bandung: Pustaka
Ilmu yang diperoleh melalui cara demikian sajalah yang Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 2002, Prolegomena
pada akhhirnya akan membawa manfaat untuk kemajuan to The Mathapycic of Islam, Kuala Lumpur:
umat dan peradaban Islam. International Institute of Islamic Thought and
Civilization, (ISTAC)
D. KESIMPULAN Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1981, Islam
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan Secularisme, Terj. Karsidjo Djojosuwarno,
di atas, maka dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai Bandung : Pustaka
berikut: As’ad, Aly, 2007, Terjemah Ta’limul Muta’allim
1. Konsep ilmu dalam Islam berbeda dengan konsep Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu, Kudus: Menara
ilmu dalam peradaban Barat. Dalam perdaban barat Zarkasy, Hamid Fahmy, Dr., 2006, Islam Sebagai
yang dimaksud denngan ilmu adalah sains. Sementara Pandangan Hidup, Makalah Two Day Workshop
JURNAL

56 | Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018


on Islamic Civilization Studies, Bandungan, 21-
23 Juni
Zarkasy, Hamid Fahmy, 2005, Pandangan Hidup slam,
Pengetahan dan Pendidikan Islam, Makalah
disampaikan pada Workshop Ilmu Pengethaan
dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukmanul
Hakim, Hidayatullah, Surabaya, 12-13 Agustus
Isma’il, Dr. Mohd. Zaidi Isma’il, 2007, Faham (Konsep)
Ilmu dalam Islam: Mengenali Dimensi-dimensi
Ilmu melalui Takrifannya, Makalah Studi
Peradaban Islam, Unissula, 10-11 Nopember
Rosental, Frans, tth, Knowledge Triumphant, The
Concept of Knowledge in Medieval Islam, E.J.
Brill: Leiden
Daud, Wan Mohd Wan, 1998, Filsafat dan Praktik
Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas,
Bandung: Mizan

JURNAL

| Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam


Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam
57
Volume 1 Nomor 2 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai