Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I

KESETIMBANGAN UAP CAIR


( KUC )

DISUSUN OLEH :

CICI MAA RASYID


NIM. 0407110825

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2006

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu aspek yang sangat penting dari teori berbagai reaksi kimia adalah
penentuan keseimbangan bagi suatu campuran dari berbagai konstituen yang reaktif secara
kimia. Kesetimbangan di sini termasuk kesetimbangan antar fasa, yang memungkinkan
adanya perpindahan antar fasa tersebut. Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian sistem
yang seragam atau homogen diantara submakroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari
bagian sistem lain oleh batasan yang jelas dan baik.
Jika sebuah sistem mengandung bahan kimia dengan jumlah tertentu dan terdiri
dari fasa uap dan cair yang kontak dengan sempurna dan di isolasi, dan beberapa waktu
kemudian tidak ada perubahan yang terjadi dalam sistem. Temperatur, tekanan dan
komposisi fasanya mencapai nilai akhir dimana masih tetap. Sistem berada dalam
kesetimbangan. Pada tingkat mikroskopis kondisinya tidak tetap. Molekul pada satu fasa
tidak sama dengan molekul pada fasa beberapa waktu kemudian. Molekul dengan
kecepatan yang cukup tinggi yang berdekatan dengan garis interfase menjadi gaya
permukaan dan berubah menjadi fasa yang lain. Tetapi kecepatan rata-rata molekul
mempunyai arah yang sama dan tidak ada perpindahan massa antara kedua fasa.
Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan
dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan
data termodinamika kesetimbangan uap cair dalam berbagai metoda perancangan kolom
distilasi tray column (Treyball, 1982). Data kesetimbangan uap cair dapat diperoleh
melalui eksperimen dan pengukuran. Namun, percobaan langsung yang betul-betul
lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda pengukuran. Percobaan langsung
yang betul-betul lengkap memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar, sehingga
cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut pada beberapa kondisi kemudian
meringkasnya dalam bentuk model-model matematik yang relatif mudah diterapkan dalam
perhitungan-perhitungan komputer. Pengembangan model matematik tersebut juga harus
memiliki landasan teoritik yang tepat sehingga penerapannya di luar batas-batas
pengembangannya dapat dipertanggungjawabkan.

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan komposisi uap dan cair pada kondisi kesetimbangan
2. Membandingkan data percobaan menggunakan persamaan Roult dengan data
kesetimbangan etanol-air di literatur.

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. KESETIMBANGAN
Kesetimbangan mengandung pengertian bahwa suatu keadaan dimana terjadi
perubahan sifat makrokopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material dalam jumlah
tertentu hal tersebut dapat diartikan tidak ada perubahan sifat material tersebut dengan
waktu. Keadaan setimbang yang sebenarnya barangkali tidak pernah tercapai. Suatu proses
berlangsung karena ada gaya penggerak dan selalu menuju ke titik kesetimbangan. Gaya
ini merupakan selisih antara potensi pada keadaan seketika dan keadaan setimbang.
Semakin dekat kaeaadan sistem dengan titik kesetimbangan, semakin kecil gaya penggerak
proses semakin kecil pula laju proses dan akhirnya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan
sudah tercapai.
Jadi titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak
terhingga. Pada prakteknya di dalam pekerjaan ilmiah suatu kesetimbangan dianggap
tercapai bila tidak ada lagi perubahan sifat/keadaan seperti yang ditunjukkan oleh alat
pengukur yang digunakan. Di dalam masalah rekayasa kesetimbangan dianggap ada
bilamana sifat yang ditunjukkan oleh praktek sama dengan sifat yang dihitung berdasarkan
metode yang menggunakan anggapan kesetimbangan. Contoh komposisi pada pelat
distilasi dibanding dengan komposisis pelat teoritis.

2.2. KRITERIA KESETIMBANGAN


Yang dimaksud di sini bukan sekedar kriteria yang berupa kesetimbangan termal
dan mekanikal secara internal yang biasa kita terjemahkan sebagai berlakunya T dan P
yang uniform, melainkan pembatasan-pembatasan termodinamika pada sistem dengan fasa
banyak dan komponen banyak yang mengalami keadaan kesetimbangan. Sekalipun sudah
ada kesetimbangan termal dan mekanikal dalam sistem demikian masih dimungkinkan
perpindahan massa antar fasa. Jadi kriteria yang dimaksudkan di sini termasuk
kesetimbangan antar fasa ditinjau dari segi kemungkinan perpindahan antar fasa tersebut.
Kriteria ini pertama kali diturunkan oleh Gibbs.
Dimisalkan bahwa sistem multi komponen yang tertutup yang terdiri dari sejumlah
fasa mempunyai temperatur dan tekanan yang uniform, akan tetapi pada keadaan awal
tidak setimbang ditinjau dari segi perpindahan massa. Setiap perubahan yang terjadi mesti
bersifat irreversible, yang mendekatkan sistem itu ke keadaan setimbang. Sistem itu

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
dibayangkan sebagai dikelilingi keadaan yang selalu setimbang secara termal dan
mekanikal dengan sistem itu (sekalipun perubahan terjadi dalam sistem). Karenanya
pertukaran panas dan pemuaian kerja antar sistem dan sekeliling terjadi secara reversible.
Dalam keadaan yang demikian perubahan entropi dari sekeliling sistem :
dQsur
dS sur  (1)
Tsur
Ditinjau dari sistem panas yang berpindah adalah –dQ yang mempunyai harga numerik
mutlak sama dengan dQsur. Selanjutnya Tsur = T dari sistem (setimbang secara termal).
Maka :
dQsur  dQ
dS sur   (2)
Tsur T
menurut hukum ke dua :
dS t  dS sur  0 (3)
dimana St = entropi total dari sistem.
Gabungan dari persamaan (2) dan (3) menjadi :
dQ
dS t   0 atau dQ  TdS t
T
Penerapan hukum pertama :
dU t  dQ  dW  dQ  PdV t atau

dQ  dU t  PdV t

jadi dU t  PdV  TdS t


atau dU t  PdV t  TdS t  0

dS t
U t ,V t 0 (4)

Suatu sistem yang terisolasi mesti mempunyai syarat bahwa energi internal dan
volumee tetap, maka untuk sistem semacam itu diketahui langsung dari hukum kedua
bahwa persamaan terakhir berlaku.
Dari perumpamaan sistem persamaan dU t  PdV t  TdS t  0 berlaku untuk T dan
P yang tetap. Persamaan itu bisa juga ditulis sebagai berikut :
dU t T , P  dPV t  
T ,P 
 dTS t 
T ,P  0 atau


d U t  PV  TS t 
T ,P 0 (5)

Persamaan terakhir penting mengingat T,P tetap merupakan persyaratan yang mudah di
atur.

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Keadaan setimbang dari sistem tertutup adalah keadaan yang energi bebas Gibbs
totalnya adalah minimum ditinjau dari perubahan pada T,P tertentu. Pada keadaan
setimbang variasi dalam kadar differensial dapat terjadi didalam sistem pada T dan P yang
tetap. Tanpa mengakibatkan perubahan Gt.
Jadi : dG t
T ,P 0 (6)

Untuk menerapkan kriteria ini pada kesetimbangan fasa, sebaiknya ditinjau sebuah
sistem tertutup yang terdiri dari dua fasa, a dan B. Setiap fasa dapat dianggap sebagai
sistem terbuka yang memungkinkan perpindahan massa dari fasa yang satu ke yang lain.
Untuk masing-masing fasa berlaku :
nG   nS  dT  nV  dP   i dni  (7a)

nG   nS  dT  nV  dP   i  dni   (7b)

Karena T dan P tetap maka penjumlahan ke dua persamaan menghasilkan


nG t
T ,P 
  i dni   i dni
 
   
 (8)

Di dalam sistem yang tertutup berlaku :


 
dni  dni (9)

  
  
Jadi i  i dni  0 (10)

Karena dni sembarang dan bebas maka satu-satunya penyelesaian agar persamaan
terakhir sama dengan 0 adalah :

i  i  (11)
untuk sistem multi komponen :

i  i   ...  i i  1,2,3...N  (12)


diketahui bahwa :
6
di  RTd ln f i (T tetap)
^
atau i  RT ln fi  
 adalah tetapan integrasi harganya hanya tergantung pada T. Oleh karena pada
kesetimbangan fasa, semua fasa berada pada T yang sama, maka syarat diatas dapat
diganti:
^ ^ ^
  
fi  fi  ...  fi (13)

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
2.3. KESETIMBANGAN UAP CAIRAN
Dalam sebuah campuran dua fasa uap-cair pada kesetimbangan, suatu komponen
dalam fasa berada dalam kesetimbangan dengan komponen yang sama dalam fasa lain.
Hubungan kesetimbangan tergantung kepada suhu, tekanan, dan komposisi campuran
tersebut. Gambar 2.3.1 merupakan salah satu contoh diagram dari kesetimbangan uap cair
untuk sistem cyclohexane-toluene, dimana pada (a) kesetimbangan pada temperatur
konstan dan (b) kesetimbangan pada temperatur konstan (Abbott, 1989). Kurva ABC pada
Gambar 2.3.1 menunjukkan keadaan campuran cair jenuh, yang disebut dengan kurva
bublepoint. Kurva ADC merupakan kurva dewpoint, yang menunjukkan uap jenuh.

(a) (b)
Gambar 2.3.1 Kurva kesetimbangan cyclohexsane-toluene pada (a) tekanan konstan (b)
temperatur konstan
Perhitungan kesetimbangan uap cair dilakukan untuk menentukan komposisi fasa
uap dan fasa cair suatu campuran yang berada dalam keadaan setimbang. Kesetimbangan
uap cair dapat digambarkan dengan skema berikut:

Fasa Uap
µi v yi T P

Fasa Uap
µi L x i T P

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Perhitungan kesetimbangan uap cair diselesaikan dengan menerapkan kriteria
kesetimbngaan uap-cair. Dua fasa berada dalam kesetimbangan termodinamik apabila
temperatur dan tekanan kedua fasa sama serta potensial kimia masing-masing komponen
yang terlibat di kedua fasa bernilai sama. Dengan demikian, pada temperatur dan tekanan
tertentu, kriteria kesetimbangan uap cair dapat dinyatakan sebagai berikut:
μi V = μi L dimana i = 1 sampai N
dimana µi adalah potensial kimia komponen i, N adalah jumlah komponen, V dan L
menyatakan fasa uap dan fasa cair.
Potensial kimia adalah besaran yang tidak mudah dipahami dan juga sukar
dihubungkan dengan variabel-variabel yang mudah diukur seperti tekanan, temperatur, dan
komposisi. Untuk mengatasi hal tersebut, Lewis mengemukakan sebuah konsep yang
dikenal sebagai konsep fugasitas. Berdasarkan konsep ini, kesamaan potensial kimia dapat
diartikan pula sebagai kesamaan fugasitas tanpa mengurangi arti yang terkandung di
dalamnya (Prausnitz, 1991). Dengan demikian, kriteria kesetimbangan uap-cair dapat
dituliskan kembali sebagai:
fi V = fi L , i = 1 sampai N
dimana fi adalah fugasitas komponen i.

Fugasitas di Fasa Uap


Fugasitas di fasa uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa uap dan tekanan parsial komponen.
Berdasarkan definisi ni, hubungan antara fugasitas dan koefisien fugasitas di fasa uap
dinyatakan sebagai:
fi V = θi V .yi P (14)
dimana θ adalah koefisien fugasitas, y adalah fraksi mol komponen di fasa uap dan P
adalah tekanan total.
Koefisien fugasitas dihitung berdasarkan data volumeetrik dengan cara sebagai
berikut:

1  V RT 
P

RT 0  ni T , P ,ni


ln  i     dP (15)
P 
 
atau

1  V RT 
P

RT 0  ni T , P ,ni


ln  i     dV  ln z (16)
P 
 

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
dimana T adalah temperatur, v adalah volume parsial, n adalah jumlah mol, z adalah faktor
pemampatan (compressibility factor) dan R adalah konstanta gas.
Kedua persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien fugasitas dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan keadaan, persamaan yang menghubungkan tekanan,
temperatur, volume dan/atau komposisi. Persamaan dengan fungsi dP dipakai apabila
persamaan keadaan yang ada berupa fungsi eksplisit dalam volume, temperatur, dan
komposisi. Sedangkan persamaan dengan fungsi dv dipakai bila persamaan keadaan yang
ada berupa fungsi eksplisit dalam tekanan, temperatur, dan komposisi.

Fugasitas di Fasa Cair


Fugasitas di fasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk koefisien aktifitas yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa cair dan hasil kali antara fraksi
mol komponen di fasa cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam
perhitungan-perhitungan koefisien aktifitas adalah kondisi cairan murni.
1. Jika keadaan cairan murni dipakai sebagai keadaan standar, koefisien aktifitas
dinyatakan sebagai: fi L = γi xi fi OL
dimana γ adalah koefisien aktifitas, x adalah fraksi mol komponen di fasa cair, f OL

adalah fugasitas cairan murni.


2. Koefisien fugasitas dapat dihitung berdasarkan data energi bebas Gibs berlebih (excess
Gibbs energy). Persamaan-persamaan untuk menghitung koefisien aktivitas anatara
lain Persamaan Van Laar, persamaan Margules, persamaan Wilson, persamaan NRTL,
dan sebagainya. Koefisien aktivitas juga dapat dihitung dengan menggunakan metoda
kelompok (group method) seperti dengan metoda UNIFAC dan metoda ASOG.
Sedangkan fugasitas cairan murni dapat dihitung dengan persamaan:
 Pi V OL dP 
 i 
 V RT 
(T , P )  Pi exp
OL S
fi (17)
 Pi 
dimana PS adalah tekanan uap jenuh cairan murni, VOL adalah volume molar cairan
murni dan θSV adalah koefisien fugasitas uap murni pada keadaan jenuh (saturated
condition).

Suku eksponen dalam persamaan di atas dinamakan faktor koreksi Poynting


(Poynting correction). Jika cairan bersifat tidak termampatkan dan uap komponen pada

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
keadaan jenuhnya dapat dianggap sebagai gas ideal, persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi:

 Pi V OL ( P  P S ) 
 
(T , P )  Pi exp

OL S i i
fi
 V RT  (18)
 Pi 
Jika faktor koreksi Poynting mendekati 1, maka :

 i
OL SV S
fi (T , P ) Pi (19)
Fugasitas di fasa cair juga sering dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas. Dalam hal
ini fugasitas dinyatakan sebagai :

 i
L SV
fi xi P (20)
Cara di atas memungkinkan masalah kesetimbangan uap-cair dapat diselesaikan dengan
menggunakan sebuah persamaan keadaan.

2.3.1 Hukum Henry


Digunakan untuk komponen yang fraksi molnya mendekati nol, seperti fas encer
yang dilarutkan sebagai cairan :
Pi  Hi.xi (21)
Untuk Pi adalah tekanan dalam fase gas dari komponen encer pada kesetimbangan
pada suatu suhu, dan Hi adalah konstanta hukum Henry. Catat bahwa dalam limit dimana
xi=0. Pi=0. Nilai Hi dapt ditentukan dalam buku referensi.
Perhitungan tekanan parsial suatu gas dalam fase gas yang berada dalam
kesetimbangan dengan gas terlarut dalam fase cair jika Hukum Henry berlaku sungguh
sederhana . Ambil sebagai contoh CO2 yang dilarutkan dalam air pada 400C dimana nilai H
adalah 69.600 atm/fraksi mol. (Nilai H yang besar menunujukkan bahwa CO2(g) hanya
sedikit larut dalam air).

2.3.2 Hukum Raoult


Digunakan untuk komponen yang fraksi molnya mendekati satu atau larutan dari
komponen-komponen yang benar-benar mirip dalam sifat kimia, seperti rantai lurus
hidrokarbon. Misalnya subskrip i menunjukkan komponen, Pi tekanan parsial dari
komponen i dalam fase gas yi fraksi mol gas-gas dan xi fraksi mol fase cair. Maka :
Pi  Pi.xi (22)
dimana xi = 1 : Pi=Pi .

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Dengan menggunakan persamaan diatas dan mengasumsikan bahwa Hukum Dalton
berlaku untuk fasa gas (Pi=Ptot .yi) maka didapatkan persamaan untuk Konstanta
Kesetimbangan, yakni :
yi Pi
Ki   (23)
xi Ptot
Masalah khas yang mungkin akan ditemui dalam mencari Konstanta Kesetimbangan antara
lain (Himmelblau, 1996) :
1. Menghitung bubble point dari suatu campuran cairan dengan diberikan tekanan total
dan komposisi cairan.
2. Menghitung Dew Point dari suatu campuran uap dengan diberikan tekanan total dan
komposisi uap.
3. Menghitung komposisi uap-cair pada saat kesetimbangan.

2.3.3 Bubble Point (Suhu Titik Gelembung)


Bubble Point (dengan diberikan tekanan total dan komposisi cairan) maka persamaan
(16) dimana yi=Ki.xi dan ∑yi = 1 maka persamaan nya menjadi :
n
1   Ki.xi (24)
i 1

Dimana Ki adalah fungsi suhu dan n adalah jumlah komponen. Karena setiap kenaikkan Ki
dengan suhu, Pers (17) mempunyai hanya satu akar positif. Maka dapat digunakan metoda
Newton untuk memperoleh akar tersebut. Jika anda dapat menyatakan tiap Ki sebagai
sebuah fungsi eksplisit dari suhu. Untuk sebuah larutan indeal persamaan nya menjadi :
n
Ptot   Pi.xi (25)
i 1

Dan dengan menggunakan persamaan Antoine untuk Pi. Setelah suhu titik embun
ditemukan, maka komposisi uap dapat dihitung dari :
Pi.xi
yi  (27)
Ptot
Untuk menentukan tekanan uap murni komponen dapat didekati dengan persamaan
Antoine yaitu :
B
ln P sat  A  (28)
T C

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Untuk memprediksi tekanan uap etanol :
3803,98
ln P sat0  18,9119  (29)
T  41,68
Untuk memprediksi tekanan uap air :
3816,44
ln P sat  18,3036  (30)
T  46,13
Psat dan T pada persamaan (25) dan (26) dalam satuan mmHg dan derajat Kelvin.

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat-Alat Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.1. alat
yang dipakai merupakan rangkaian alat kesetimbangan yang terdiri dari:
 labu 100 ml
 labu pendingin
 termometer
 pengambil sampel uap yang terkondensasi
 hand refraktometer

Gambar 3.1 Rangkaian alat percobaan kesetimbangan uap cair

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
3.2 Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan adalah etanol dan air (aquades).

3.3 Prosedur Kerja


Pengukuran konsentrasi etanol dalam campuran etanol air pada percobaan ini
menggunakan Hand Refraktometer. Satuan pengukuran hand refraktometer adalah derajat
Brix (°Brix). Percobaan ini dapat dikelompokkan menjadi 2 tahap, yaitu :
1. Standarisasi
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kurva hubungan konsentrasi etanol dengan
derajat Brix (oBrix). Adapun langkah kerjanya adalah :
a. Buat larutan etanol dengan konsentrasi masing-masing 15, 25, 35, 45, 55 dan 65
% volumee.
b. Larutan etanol 15 % volumee diteteskan ke dalam hand refractometer, sehingga
dapat diketahui oBrix dari konsentrasi etanol 15 % volumee, yakni skala yang
ditunjukkan pada perbatasan daerah terang dan daerah gelap pada hand
refractometer.
c. Langkah b diulangi untuk konsentrasi larutan etanol yang berbeda.
2. Penentuan fraksi uap dan cairan pada kesetimbangan
Langkah kerja pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Rangkaian peralatan KUC dipasang seperti gambar 3.1.
b. Buat larutan etanol dengan konsentrasi masing-masing % volumee
c. Labu diisi dengan larutan etanol % volumee
d. Ketel pemanas dinyalakan dan air pendingin dialirkan ke condenser
e. Kenaikan suhu diamati dan ditunggu sampai kondisi setimbang, yaitu pada saat
temperaturnya konstan
f. Pada saat setimbang, sampel uap yang terkondensasi dan sampel cair (yang
tertinggal di labu) diambil pada saat yang bersamaan.
g. Masing-masing sampel tersebut dianalisa dengan menggunakan hand
refractometer untuk mendapatkan oBrixnya.
h. Langkah c sampai dengan h diulangi untuk konsentrasi etanol yang berbeda

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari langkah standarisasi didapat hubungan antara konsentrasi etanol dengan oBrix,
yang ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hubungan antara konsentrasi etanol dengan oBrix
Konsetrasi Etanol
°Brix
(%volume)
10 1.5
15 2.5
25 3
35 4.5
45 5
55 6.5
65 7

Sehingga dapat dibuat kurva standar hubungan konsentrasi etanol dengan oBrix, yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1

0.7
y = 0.0946x - 0.0214
0.6

0.5

0.4
Volume
Etanol Series1
0.3
Linear (Series1)
0.2

0.1

0
1 2 3 4 5 6 7
°Brix

Gambar 4.1 Kurva standar hubungan antara konsentrasi etanol dengan oBrix.

Dari penentuan fraksi uap dan cair, didapat konsentrasi etanol dengan cara
o
memplotkan Brix yang didapat pada kurva standar. Hasil dari percobaan kedua
ditunjukkan pada tabel 4.2

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Tabel 4.2 Konsentrasi Uap (y) dan konsentrasi cair (xw) pada temperatur kesetimbangan
Konsentrasi Etanol
Komposisi Temperatur Konsentrasi Etanol
Fasa Uap
Umpan, xf Kesetimbangan, T Fasa Cair, xw
(% berat)
(% volumee) (oC) (% berat)
ypercobaan yperhitungan
25 93 0.2031 0.662 0.3536
35 90 0.2897 0.6255 0.4523
45 88 0.3942 0.5997 0.5715
55 86 0.4750 0.5590 0.6389

0.800
Komposisi Uap (yD ) dan Cair

0.700
0.600
(x w), (%massa)

0.500
Xw Percobaan
0.400
Yd Percobaan
0.300
0.200
0.100
0.000
84 86 88 90 92 94
Suhu Kesetimbangan (o C)

Gambar 4.1.2 Komposisi Uap (yD) dan cair (xW) percobaan terhadap temperatur
kesetimbangan.

0.8
Komposisi Uap (YA) dan Cair

0.7
0.6
(XA) Literatur

0.5
Xa Literatur
0.4
Ya Literatur
0.3
0.2
0.1
0
80 85 90 95 100
Temperatur (o C)

Gambar 4.1.2 Komposisi Uap (yA) dan cair (xA) literatur terhadap temperatur
kesetimbangan (Geankoplis, 1993).

0.800
Komposisi Etanol (% berat)

0.700
0.600
0.500
Yd percobaan
0.400
Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair
Yd perhitungan
0.300
Cici Maa Rasyid
0.200
0.100
Gambar 4.1.3 Komposisi uap percobaan dan perhitungan terhadap temperatur kesetimbangan.

Dari data pada Tabel 4.1.2. didapat harga konstanta kesetimbangan pada percobaan
dan perhitungan. Perbandingan nilai konstanta kesetimbangan percobaan dan literatur
dapat dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.
Tabel 4.1.3 Perbandingan nilai konstanta kesetimbangan
Temperatur Konstanta Kesetimbangan
Kesetimbangan, T
Percobaan Perhitungan Literatur
(oC)
93 3.261 1.7418 5.7536
90 2.1591 1.5613 5.4635
88 1.5213 1.4498 3.4560
86 1.1759 1.3450 2.7380

7
Konstanta Kesetimbangan

6
5
4 K percobaan
!! 3 K perhitungan
2 K literatur

1
0
84 86 88 90 92 94
Temperatur Kesetimbangan (oC)

Gambar 4.1.4 Perbandingan nilai konstanta kesetimbangan yang didapat pada percobaan,
perhitungan dan litelatur.
4.2 Pembahasan
Pada standarisasi konsentrasi larutan etanol (% volumee) dengan menggunakan
o
Brix, didapat grafik yang linear. Artinya, konmposisi umpan (larutan etanol) berbanding

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
lurus dengan oBrix. Semakin besar konsentrasi larutan umpan yang digunakan (%volumee)
semakin besar pula nilai oBrixnya, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.1
Dari Tabel 4.1.2 dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol
(%volumee) yang terkandung dalam campuran umpan (etanol-air), maka temperatur
kesetimbangan akan semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh titik didih dari larutan
etanol, sehingga semakin banyak konsentrasi etanol dalam campuran umpan akan
menurunkan titik didih campuran dan semakin menurun pula temperatur kesetimbangan
campuran.
Dari Tabel 4.1.2 juga dapat diketahui pengaruh temperatur kesetimbangan terhadap
konsentrasi fasa uap dan konsentrasi fasa cairnya. Untuk lebih memudahkan, pengaruh
temperatur kesetimbangan tersebut terhadap konsentrasi fasa uap dan konsentrasi fasa
cairnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.2. Dari gambar tersebut, terdapat adanya hubungan
yang berbanding lurus antara temperatur kesetimbangan dengan konsentrasi fasa uapnya
dan berbanding terbalik dengan konsentrasi fasa cairnya. Sedangkan dari literatur, didapat
bahwa temperatur kesetimbangan berbanding terbalik dengan konsentrasi etanol pada fasa
uap dan fasa cairnya (Gambar 4.1.2). Hal ini disebabkan karena kurang telitinya
mengangulangi penguapan yang terjadi selama percobaan, sedangkan bahan yang
digunakan adalah etanol yang mudah menguap.
Pengaruh temperatur kesetimbangan terhadap konstanta kesetimbangan dapat
dilihat pada Tabel 4.1.3. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat adanya hubungan yang
berbanding lurus antara temperatur kesetimbangan dengan konstanta kesetimbangan. Dari
Gambar 4.1.4, terlihat adanya perbedaan antara nilai konstanta kesetimbangan yang
didapat pada percobaan dan perhitungan dengan nilai konstanta kesetimbangan yang ada
pada literatur. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam menanggulangi
penguapan bahan yang terjadi selama percobaan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
5.1 Kesimpulan

Dari percobaan kesetimbangan uap cair, keadaan setimbang yang terjadi dapat
ditentukan dengan parameter temperatur. Pada saat keadaan setimbang, suhu dari
sistem tidak berubah lagi (temperatur konstan).

Konsentrasi etanol (% volumee) dalam larutan umpan berbanding terbalik


dengan temperatur kesetimbangan. Semakin besar konsentrasi etanol (% volumee)
yang terdapat dalam umpan, semakin rendah temperatur kesetimbangannya, demikian
juga sebaliknya.

Konstanta kesetimbangan berbanding lurus dengan temperatur kesetimbangan.


Semakin tinggi temperatur kesetimbangan, semakin besar pula nilai konstanta
kesetimbangan, demikian pula sebaliknya.

5.2 Saran
1. Pada saat penentuan temperatur kesetimbangan, sebaiknya dilakukan dengan teliti
dan benar-benar pada saat setimbang. Ini dapat diketahui dari konstannya
temperatur pada thermometer.
2. Pada pemakaian alat hand refractometer, pastikan alat dalam keadaan stelir agar
diperoleh hasil yang akurat.
3. Jangan terlalu lama membiarkan larutan etanol yang telah dibuat, karena sifat
etanol mudah menguap.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Abbott, Michael M, Van Ness, Hendrick.C., Schaum’s Outline of Theory and Problem
Thermodynamics, 2nd edition, Mc Graw-Hill Co. Inc., 1989.

Geankoplis, C.J., Transport Processed and Unit Operation, 3th edition. New York :
Prentice-Hall, 1997.

Himmelblau, M.David., Prinsip Dasar dan Kalkulasi dalam Teknik Kimia ,6th edition.
New Jersey : Prentice-Hall, 1996

Prausnitz, J.M., Molecular Thermodynamics of Liquid-Phase Equilibria, New Jersey :


Prentice-Hall. Inc, 1991

Treybal, Robert E., Mass-Transfer Operations, 3th edition, Japan : Mc.Graw-Hill, 1981.

Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 1, Pekanbaru :


Universitas Riau, 2005.

LAMPIRAN A

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
LAMPIRAN B
DATA SEMENTARA

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
KESETIMBANGAN UAP CAIR

LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
Diketahui : ρEtanol = 0.789 gram/ml
ρAir = 1 gram/ml
V etanol + V air = 50 ml
P = 1 atm
1. Menghitung Kosentrasi Etanol dalam % volume
Dari data konsentrasi uap dan cair pada temperatur kesetimbangan :
o o
Komposisi Umpan Temperatur Brix Fasa Brix Fasa
(%volume) Kesetimbangan (oC) Cair Uap
25 93 5.0 14.7
35 90 7.0 14.0
45 88 9.3 13.5
55 86 11.5 13.0

Dengan memplotkan oBrix dari fasa cair danfasa uap terhadap kurva kesetimbangan,
didapat:
o o
Brix Fasa Brix Fasa
xW yD
Cair Uap
5.0 0.244 14.7 0.713
7.0 0.341 14.0 0.679
9.3 0.452 13.5 0.655
11.5 0.558 13.0 0.631

yD perhitungan didapat dengan menggunakan Hukum Roult :


y D P  xW P sat
xW P sat
yD 
yD
Dimana Psat didapat dari Persamaan Antoine:
ANTB
ln P sat  ANTA 
ANTC  T

Untuk etanol, ANTA = 18.9119 ; ANTB = 3803.98 ; ANTC = -41.68

 Untuk xW= 0.244 ; T = 93 oC = 366.15 K

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
3803.98
ln P sat 18.9119 
(41.68  366.15)
P sat 1323.755 mmHg 1.7418 atm
1323.755 mmHg
yD perhitungan = 0.244 x
750 mmHg
yD = 0.4245

2. Perhitungan Konsentrasi Etanol dalam % Massa


 Untuk konsentrasi umpan 25 (% volume), xW = 0.244
Vetanol = xW. 100 ml = 0.244 (100 ml)
= 24.4 ml
Metanol = Vetanol . ρetanol = 24.4 ml (0.789 gr/ml)
= 19.260 gr
Mair = (Vetanol + air - Vetanol). 1 gr/cm3 = (100-24.4) ml. 1 gr/ cm3
= 75.590 gr
M e tan ol 19.260 gr
xW (% massa) = 
M air  M e tan ol (19.260  75.59) gr
= 0.2031
 Untuk konsentrasi umpan 25 (% volume), yD = 0.713
Vetanol = yD. 100 ml = 0.713 (100 ml)
= 71.30 ml
Metanol = Vetanol . ρetanol = 71.30 ml (0.789 gr/ml)
= 56.256 gr
Mair = (Vetanol + air - Vetanol). 1 gr/cm3 = (100-71.3) ml. 1 gr/ cm3
= 28.699 gr
M e tan ol 56.256 gr
yDpercobaan (% massa) = 
M air  M e tan ol (56.256  28.699) gr
= 0.662
 Perhitungan yDperhitungan
Untuk konsentrasi umpan 25 (%volume), xw (%massa) = 0.2030
P sat
yD perhitungan = xw (% massa).
P
1323.755 mmHg
yD perhitungan = 0.2030
750 mmHg

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid
yD perhitungan = 0.3536

3 Perhitungan Konstanta Kesetimbangan


Perhitungan konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan Persamaan Roult :
yi
k
xi
 Untuk konstanta percobaan
y D percobaan
k percobaan 
xW
Pada yD percobaan =0.662 ; xW = 0.2031
0.662
k percobaan   3.261
0.2031
 Untuk konstanta perhitungan
y D perhitungan
k perhitungan 
xW
Pada yD perhitungan = 0.3536; xW = 0.2031
0.3536
k perhitungan  1.7418
0.2031

Laporan Tetap Kesetimbangan Uap-Cair


Cici Maa Rasyid

Anda mungkin juga menyukai