Anda di halaman 1dari 42

7

BAB II

TINJAUAN TEORITS

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama

lain dan di dalam peranya masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankansuatu kebudayaan.(Yohanes Dion dan Yosinta Betan,

2013 : 3)

Sesuai dengan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah. Terdiri atas dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, anggota

keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu

sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial sebagai suami,

istri, anak, kakak, dan adik.


8

2.1.2 Struktur Keluarga

a. Macam-macam struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

adalah:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri

sebagai dasar bagi pembinaan keluarga beberapa sanak

saudara menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri. (Mubarak, 2009 :

68-69).
9

2.1.3 Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat

dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi

kebutuhan gizi keluarga.

2. Fungsi Psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa

aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara

keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

4. Fungsi Ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini

dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang

5. Fungsi Pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk

memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk

perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya (Mubarak, 2009 : 76).


10

Sedangkan menurut Friedman dalam Mubarak (2009),

mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya adalah fungsi afektif,

fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan

keluarga.

1. Fungsi afektif (The Affective Function)

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan basis kekuatan dari afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia.

2. Fungsi Sosialisasi (The Socialization Function)

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri

dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang

berlangsung seumur hidup, di mana individu secara

kontinu mengubah perilaku mereka sebagai respon

terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka

alami.

3. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan

adanya program keluarga, maka fungsi ini sedikit

terkontrol.

4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makanan,

pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan


11

sumber keuangan. Fungsi ini sulit di penuhi oleh keluarga

yang berada di bawah garis kemiskinan.Perawat

bertanggung jawab untuk mencari sumber-sumber di

masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam

meningkatkan status kesehatan.

5. Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan

(The Healt Care Function).

Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi

perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam

pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah

peresektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga

yang memerlukan penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik,

seperti : makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan

kesehatan.

2.1.4 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Ada

dua macam peran dalam keluarga yaitu:

1. Peran formal keluarga

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari

nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir,

pengasuh anak, manajer keuangan dan tukang masak). Jika

dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang


12

memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan

kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan

beberapa peran pada waktu yang berbeda.

2. Peran informal keluarga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak

tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai

tuntutan berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia,

ataupun jenis kelamin, melainkan lebih didasarkan pada

atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota

keluarga individual (Mubarak, 2009: 71-73).

2.1.5 Tugas Keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang di dalamnya

terdapat delapan tugas pokok, antara lain:

1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang

ada dalam keluarga.

3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan

kedudukannya.

4. Melakukan sosisalisasi antaranggota keluarga agar timbul

keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.

5. Memelihara ketertiban anggota keluarga


13

6. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang

lebih luas

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota

keluarga. (Mubarak, 2009 : 80).

2.1.6 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Mubarak (2009, 70-71), antara lain sebagai

berikut:

1. Traditional Nuclear, (keluarga inti) yang terdiri atas ayah,

ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah.

2. Extended Family, adalah keluarga inti ditambah dengan

anak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, paman,

bibi.

3. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari

keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,

tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya.

4. Middle Age, adalah suami sebagai pencari uang, istri

dirumah, atau keduanya bekerja, anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti

karier.

5. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan

tidak mempunyai anak.


14

6. Single Parent, adalah satu orang tua sebagai akibat

perceraian/kematian pasangannya.

7. Dual Carrier, adalah suami istri atau keduanya berkarier

tanpa anak.

8. Commuter Married, adalah suami istri/keduanya orang

karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

9. Single Adult, adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal

sendirian dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

10. Three Generation, adalah tiga generasi atau lebih tinggal

dalam satu rumah.

11. Institutional, adalah anak-anak atau orang-orang dewasa

tinggal dalam suatu panti-panti.

12. Comunal, adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan

yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama

dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Mariage, adalah satu perumahan terdiri atas orang

tua dan keturunan dalam satu kesatuan keluarga.

14. Unmarried Parent and Child, adalah ibu dan anak dimana

perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

15. Cohibing Cauple, adalah dua orang/satu pasangan yang

tinggal bersama tanpa status perkawinan.


15

2.1.7 Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada

sistem keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola

interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Berikut

tahap-tahap perkembangan tersebut:

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning

family).

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu,

yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-

masing.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child

bearing family).

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari

kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with

preschool).

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak usia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak usia 5 tahun.


16

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with

school children).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki

sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with

teenagers).

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun

dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada

saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

(launching center families).

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan

rumah.Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah anak

dalam keluarga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah

satu pasangan meninggal.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat

salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan

meninggal, sampai keduanya meninggal. (Mubarak, 2009 :

86-91).
17

2.2 Konsep Penyakit Stroke

2.2.1 Pengertian Stroke

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah ke bagian

otak.(Taqiyyah Bararah 2013 : 35).

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke

suatu bagian otak , kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian

reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematika sel-el otak.

(Wikipedia Indonesia, 2008)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke

atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah defisit neurologis yang

terjadi akibat terhentinya suplay darah ke otak dan dapat berakibat

kerusakan dan kematian sel-sel otak yang menimbulkan gejala klinis

antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan yang lain,

gangguan sensibilitas, perubahan mendadak setatus mental, gangguan

penglihatan dan gangguan wicara.

Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke infark (nonhemoragik)

dan stroke hemoragik. Pada stroke infark, aliran darah ke otak terhenti

karena arterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu

pembuluh darah, melalui arterosklerosis. Pada stroke hemoragik,

pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal

dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak

dan merusaknya.
18

2.2.2 Fatofisiologi

Menurut sylvia A. Price (2005) dan Smeltezer C. Suzanne (2001)

dalam (Taqqiyah Bararah : 36). Stroke di sebabkan oleh trombosis

(bekuan cairan dalam pembuluh darah otak) dan embolisme serebral

(bekuan darah atau material lain). Stroke infark yang terjadi akibat

obstruksi atau bekuan di suatu atau lebih besar pada sirkulasi sereblum

dapat di sebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk dalam

pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular

distal, bekuan dapat terlepas atau mungkin terbentuk dalam suatu

organ seperti jantung dan kemudian di bawa melalui sistem arteri ke

otak sebagai suatu embolus. Sumbatan di arteri karotis interna sering

mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah

sehingga terjadi penyempitan atau stenosis.

2.2.3 Penyebab Stroke

Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:

1. Hipertensi, merupakan faktor risiko utama.

2. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari

jantung.

3. Kolestrol tinggi.

4. Obesitas.

5. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark

serebral.

6. Diabetes-terkait dengan aterogenesis terakselerasi.


19

2.2.4 Klarifikasi Stroke

1. Stroke hemoragi

Merupakan perderahan serebral dan mungkin perdarahan

subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada

area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas,

namun bisa juga terjadi pada saat istirahat. Kesadaran klien

umunya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

a. Perdarahan intraserebral. Pecahnya pembuluh darah

(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan edema otak.

b. Perdarahan subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari

pecahnya aneurisma . Aneurisma yang pecah ini berasal

dari pembuluh darah dan cabang-cabangnya yang

terdapat di luar parankim otak.

2. Stroke nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasnya

terjadi saat setalah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi

hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema

sekunder. Kesadaran umumnya baik.


20

2.2.5 Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis pada klien dengan stroke yaitu

kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)

yang timbul mendadak, perubahan status mental (delirium, stupor

atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau sulit

memahami ucapan), disertai (bicara pelo atau cadel), gangguan

penglihatan diplopia, mual, muntah dan nyeri kepala.

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi stroke yang mungkin timbul adalah pneumonia,

infeksi saluran kemih, dehidrasi/gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit, trombosis vena dalam dan emboli paru,

agitasi/gelisah, depresi, kejang, dekubitus, dan gastritis.

(dr. Iskandar junaidi, 2012:47-48).

2.2.7 Pemeriksaan diagnostik

a. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk

mencara sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi

vaskular.

b. Ct scan

Pemindaian ini memperhatikan secara spesifik letak edema,

posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau

iskemia, dan posisinya secara pasif. Hasil pemeriksaan


21

biasanya didapatkan heperdens lokal, terkadang pemadatan

terlihat di ventrikel, atau menyebar kepermukaan otak.

c. MRI (Magnetic Imaging Reconance)

Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi

dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan

biasnaya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark

akibat dari hemoragik.

d. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteri atau vena

(masalah sistem karotis).

e. EEG (electroencephalogram)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul

dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya

implus listrik dalam jaringan otak.

f. Pemeriksaan laboratorium meliputi :

1. Pemeriksaan darah rutin.

2. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula darah mencapai 250 mg di dalam

serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.

3. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan

pada darah itu sendiri.


22

2.2.8 Penatalaksanaan Medis

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital

dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mempertahankan saluran napas yang paten yaitu

lakukan pengisapan lendir dengan sering dan

oksigenasi, jika perlu lakukan trakeostomi, membantu

penapasan.

2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi

klien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan

hepertensi.

3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia

jantung.

4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan

memakai klateter.

Menempatkan klien dalam posisi yang cepat, harus dilakukan secepat

mungkin klien harus diubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-

latihan gerak pasif.


23

2.2.9 Mobilisasi Pada Penderita Stroke

a. Pengertian

Mobilisasi / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan

manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan

tersebut dilakukan secara bebas teratur untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian.

Mobilisasi / ROM yaitu latihan pada tulang dan sendi yang

dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan perawatan atau

keluarga.

b. Manfaat mobilisasi

1. Memilihara fleksibelitas dari tulang dan sendi

2. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang

3. Meningkatkan kekuatan otot

c. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam mobilisasi

1. Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa

kelelahan, pusing atau kecapean

2. Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk

menghindari terjadinya pembengkakan dan luka.

3. Pastikan pakain dalam keadaa longgar

4. Jangan lakukan pada penderita patah tulang

5. Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita

makan
24

6. Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman

ketika melakukan latihan

7. Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan

berirama

8. Hindari gerakan yang terlalu sulit

9. Jika kejang pada saat latihan, hentikan

10. Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku,

teruskan latihan dengan perlahan

d. Gerakan – gerakan mobilisasi

1. Pergerakan bahu

1) Pegang pergerakan tangan dan siku

penderita, lalu angkat selebar bahu, putar ke

luar dan ke dalam

2) Angkat tangan gerakan ke atas kepala

dengan di bengkokan, lalu kembali ke posisi

awal

3) Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan

kearah badan, hingga menjangkau tangan

yang lain.

2. Pergerakan siku

1) Buat sudut 90o pada siku lalu gerakan lengan

keatas dan kebawah dengan membuat

gerakan setengah lingkaran


25

2) Gerakan lengan dengan menekuk siku

sampai ke dekat dagu

3. Pergerakan tangan

1) Pegang tangan pasien seperti bersalaman,

lalu putar pergelangan tangan

2) Gerakan tangan sambil menekuk tangan

kebawah

3) Gerakan tangan sambil menekuk tangan

Keatas

4. Peregrakan jari tangan

1) Gerakan jari tangan satu persatu

2) Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh

dan mendekat dari jari telunjuk, lalu

dekatkan pada jari-jari yang lain.

5. Pergerakan kaki

1) Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut

kaki lalu angkat sampai 30o lalu putar

2) Gerakan lutut dengan menekuknya sampai

90o

3) Angkat kaki lau dekatkan kekaki yang satu

kemudian gerakan menjauh

4) Putar kaki kedalam dan keluar


26

5) Lakukan penekanan pada telapak kaki keluar

dan kedalam

6) Jari kaki di tekuk-tekuk lalu di putar

6. Pergeraka leher

1) Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan

kekanan

2) Gerakan leher menekuk kedepan dan

kebelakang.

2.2.10 Diit pada penderita stroke

Diit penyakit stroke (dr. Iskandar junaidi, 2012:178-185)

1) Kurangi pengunaan garam baik garam dapur maupun

garam tambahan seperti bumbu penyebab atau soda kue.

2) Kurangi konsumsi makanan asin: telur asin, kecap asin,

ikan asin, tauco, dll.

3) Makan makanan yang kadar lemaknya rendah.

4) Diet dengan mempertahankan berat badan ideal.

A. Bahan-bahan yang tidak boleh dikonsumsi

a) Makanan yang tinggi trigliserin yaitu lemak jahat seperti

minyak goreng, santan kelapa, margarin.

b) Makanan yang mengandung gula alkoholik seperti tape

dan durian.

c) Makanan yang mengandung kadar garam tinggi.


27

B. Bahan makanan yang baik di konsumsi

a) Karbohidrat seperti : kentang, tepung beras, meizena,

dan sagu.

b) Pisang, satu pisang memiliki 500mg kalium yang

dibutuhkan untuk mencegah dan mencairkan

pembekuan darah sebagai penyebab stroke.

c) Kulit manggis, terdapat kandungan antioksidan yang

sangat tinggi dan berfungsi menangkal radikal bebas

dan melancarkan aliran darah.

d) Labu siam, 100 garam labu sian mengandung 125 mg

kalium yang bisa mencegah dan menurunkan darah

tinggi.

e) Wortel yang mengandung betakaroten akan

menghambat, menurunkan resiko terkena stroke.


28

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Stroke

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

a. Anamnesis

Anamnesis pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial dengan adanya

masalah kesehatan dengan stroke.

b. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa.

Perawat mengumpulkan informasi sesara terus–menerus terhadap

anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar

yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:

a) Struktur dan karakteristik keluarga.

b) Sosial, ekonomi, dan budaya.

c) Fakor lingkungan.

d) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap keluarga.

e) Psikologi keluarga.

c. Keluhan utama

Sering menjadi alasan untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak

dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.


29

d. Riwayat kesehatan sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat

mendadak, pada saat sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi

nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,

selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi

otak lain.

e. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes

melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,

penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-

obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat

yang sering digunakan, seperti obat anti hiperternsi, anti

lipidemia, penghambatan beta, dan lainnya. Adanya riwayat

merokok, pengguna alkohol dan pengguna obat.

f. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,

diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi

terdahulu.

g. Pengkajian psikososiospritual

Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi

yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang

jelas mengenai status emosi kognitif, dan prilaku. Pengkajian

mekanisme koping yang digunaka juga penting untuk menilai


30

respons emosi terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan

peran dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam

keluarga ataupun dalam masyarakat.

h. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal

a) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau

desa.

b) Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian

dan industri kecil, agraris)

c) Sanitasi jalan dan rumah.Bagimana kebersihannya, cara

penanganan sampah dan lainya.

d) Kegiatan–kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan

pendidikan. Apakah kegiatan – kegiatan ini ada daklam

kelompok kultur atau budya keluarga.

e) Kebiasaan–kebiasaan diet dan berbusana, baik

tradisional ataupun moderen.

f) Pengunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan

praktisi. Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat

dalam praktik–praktik pelayanan kesehatan tradisional,

atau mempunyai kepercayaan tradisional dalam bidang

kesehatan.
31

i. Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

dengan anggota keluarga yang menderita stroke.

j. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga yaitu tugas perkembangan

dalam keluarga yang belum terpenuhi.

k. Mobilitas georafis keluarga yang ditentukan, lama keluarga

tinggal di daerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan

bepindah–pindah tempat tinggal.

l. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.

m. Sistem pendukung keluarga meliputi:

a) Jumlah angota keluarga yang sehat, fasilitas yang

dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang

meliputi fasilitas fisik, psikologis.

b) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan masyarakt setempat, lembaga

pemerintah, maupun swasta/LSM.

c) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki

keluarga.
32

n. Struktur Keluarga

1. Pola–pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomuniaksi antara anggota

keluarga, termasuk pesan yang disampaikan, bahasa

yang digunakan, komunikasi secara langsung atau

tidak, pesan emosional (positif atau negatif),

2. Struktur kekuatan keluarga

Struktur peran, menjelaskan peran dari masing–masing

anggota keluarga, baik secara formal maupun

informal :

1) Peran formal, (gambarkan bagaimana setiap

anggota keluarga melakukan peran masing–

masing).

2) Peran informal, siapa yang memainkan peran

tersebut, berapa kali dan bagaimana peran tersebut

dilaksanakan secara konsisten.

3. Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan.

Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang

memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambil

keputusan dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta


33

siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan

anak–anak.

o. Struktur nilai atau norma

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai

atau norma yang dianut.

p. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

1) Pola kebutuhan keluarga.

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainya,

kehangatan pada keluarga, serta keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Keterpisahan dan keterikatan.

Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan

dengan anggota keluarga yang lainya, apakah

keluarga merasa adanya saling keterikatan yang

erat antara anggota keluarga satu dengan anggota

keluarga lainya, terutama dengan merawat anggota

keluarga dengan stroke.

3) Fungsi sosialisasi
34

a. Apakah ada otonomi setiap anggota dalam

keluarga.

b. Siapa yang bertanggung jawab

membersarkan anak atau fungsi sosialisasi.

c. Adakah faktor sosial budaya yang

mempangaruhi pola – pola dalam

membesarkan anak.

d. Apakah keluarga mempunyai masalah

dalam mengasuh anak.

q. Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit stroke.

Pengetahuan keluarga menganai konsep sehat sakit.

Kesanggupan anggota keluarga melakukan pemenuhan tugas

serta merawat anggota keluarga yang saki stroke.

r. Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pandang, dan papan. Bagaimana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna

meningkatkan status kesehatan keluarga dengan anggota

keluarga yang sakit stroke.


35

s. Pemeriksaan fisik pada Pasien Stroke

a. Tanda-tanda vital

 Keadaan umum : Nampak lemah

 Kasadaran : Adanya gangguan tingkat kesadaran pada

awal stroke biasanya terjadi koma.

 Suhu : Ganguan merespon terhadap panas/dingin.

 Nadi : Frekuensi nadi yang tidak teratur

 Tensi : Tensi pada stroke awa ditemukan darah

tinggi.

 Pernafasan : Frekuensi nafas tidak beraturan.

 Berat badan : Karena menurunya sensasi kecap otomatis

intake nutrisi akan berkurang yang

akhirnya berat badan akan menurun.

 Tinggi badan : Relatif tetap.

b. Pemeriksaan fisik dan kebersihan perorangan.

 Kepala : Rambut kusam dan kerig

 Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak pucat

sklera nampak bersih, pada post stroke

yang belum lama biasanya di temukan

penurunan penglihatan.

 Telinga : Bentuk telinga simetris, biasanya di

temukan kehilangan kemampuan untuk

mengenali rangsangan pendengaran.


36

 Hidung : Biasanya di temukan penurunan fungsi

penciuman.

 Mulut : Tidak simetris karena mengalami paralisis.

 Leher : Biasanya nampak ketidak simetrisan

papa leher karena ketegangan

otot,tidak adaPeningkatan JVP.

 Dada : Pergerakan simetris, suara nafas

terdengar vesikuler.

 Abdomen : Bentuk abdomen data bising usus

terdengar (+).

 Integumen : Turgor kulit jelek kembali >3 detik,

kasar.

 Ektremitas : Biasanya mengalami kesulitan untuk

sulitan untuk beraktivitas, mudah lelah

terdapat gangguan tonus otot.

c. Pengkajian Saraf Kranial. Pemeriksaan ini meliputi

pemeriksaan saraf kranial I-XXII meliputi :

a) Saraf I (Olfaktorius). Biasanya pada klien stroke tidak

ada kelainan pada fungsi penciuman.

b) Saraf II (Optikus). Disfungsi persepsi visual karena

gangguan jarak sensori primer di antara mata dan

korteks visual.
37

c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Trochleais) VI

(Abdusen), jiaka akibat stroke mengakibatkan

penurunan kemampuan gerak sisi yang sakit.

d) Saraf V (Trigeminus) pada penderita stroke terjadi

penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.

e) Saraf VII (Fasialis) Persepsi pengecapan dalam batas

normal, wajah asimetis, dan otot wajah tertarik

kebagian sisi yang sehat.

f) Saraf VIII (Vestibulocochlearis) tidak ditemukan

adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

g) Saraf IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus) kemampuan

menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.

h) Saraf XI (Asesoris) Tidak ada kelainan dalam

menggerakan bahu.

i) Saraf XII (Hipoglosus) Lidah simetris, terdapat deviasi

pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan

normal.

d. Pengkajian sistem motorik.


38

Stroke adalah penyakit saraf motorik atas dan

mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap

gerakan motorik yang meliputi :

a) Inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada

satu sisi) karena lesi pada sisi otak berlawanan.

b) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.

c) Tonus otot. Didapatkan meningkat.

d) Kekuatann Otot. Pada penilaian kekuatan otot pada sisi

sakit didapatkan tingkat 0.

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut (Doenges,2012 : 769-770). dengan

stroke biasanya akan muncul masalah keperawatan sebagai berikut:

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan

kelemahan neuromuskuler pada ektermitas.

2. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan

kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan dan

kesadaran.

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan

sirkulasi cerebral.

Secara umum faktor–faktor yang berhubungan dari diagnosa

keperawatan keluarga adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman,

dan kesalahan persepsi)


39

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)

c) Katidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap

suatu prosedur, atau tindakan kurangnya sumber daya

keluarga, baik finansial, sistem pendukung, lingkungan

fisik, psikologis).

Menurut bailon dan maglaya (1978), prioritas masalah kesehatan

keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut.

Tabel 2.1

Skala Untuk Menentukan Prioritas Masalah

No. Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan
 Krisis atau keadaan sejahtera 2

2 Kemungkinan masalah untuk di cegah 2

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian
 Tidak dapat 1

3 Potensial masalah untuk di cegah 1

 Tinggi 3
 Cukup
 Rendah 2

4 Menonjolnya masalah 1

 masalah berat, harus segera di tangani 2


 ada masalah, tetapi tidak perlu segera di tangani
40

 masalah tidak dirasakan 1

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnostik keperawatan dengan cara

berikut ini :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat

2. Selanjutnya skor di bagi dengan angka tertinggi yang

dikalikan dengan bobot.

Score Bobot
Nilai tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria,skor tertinggi

adalah 5,sama dengan seluruh bobot

a. Empat kriteria yang dapat memengaruhi penentuan prioritas masalah

a. Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat di kelompokan ke dalam

atau ketidak atau kurang sehat di berikan bobot yang lebih

tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang

segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari

oleh keluarga.

b. Kemungkinan masalah dapat diubah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau

mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). Faktor-


41

faktor yang dapat di perhatikan dalam menentukan skor

kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :

a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan

yang dapat dilakukan untuk menangani

masalah.

b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik

dalam bentuk fisik, keuangan, atau tenaga.

c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya

dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,

dan waktu.

d) Sumber-sumber di masyarakat, misalnya

dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi

masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.

c. Potensi masalah bila dicegah

Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan

timbul dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang

perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria

potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :

a) Lamanya masalah

b) Adanya kelompok risiko tinggi atau

kelompok yang peka atau rawan


42

c) Adanya kelompok tersebut pada keluarga

akan menambah potensi masalah bila

dicegah.

d. Menonjolnya masalah

Merupakan cara keluarga melihat dan menilai

masalah mengenai beratnya masalah serta

mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu

diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini,

perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga tersebut melihat masalah.

2.3.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan dengan stroke menurut

(Doenges,2012 : 769-770).

Diagnosa Keperawtan Intervensi Rasional

1. kaji derajat imobilitas 1. pasien mugkin dibatasi


Hambatan mobilitas fisik
yang di hasilkan oleh oleh pandangan
berhubungan dengan
cedera/pegobatan dan diri/persepsi dan tentang
kelemahan neurofaskuler.
perhatikan persepsi pasien keterbatasan fisik
terhadap imobilisasi. aktual,memerlukan
informasi/intervensi untuk
2. intruksikan pasien
meningkatkan kemajuan
untuk/bantu dalam rentang
kesehatan.
gerak pasien/aktif pada
2. meningkatkan aliaran
extremitas yang sakit dan
darah ke otot dan tulang
yang tak sakit.
untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan
43

3. bantu/dorong perawatan gerak sendi : mencegah


diri/kebersihan (mandi kontraktur /atrofi dan
,mencukur). resorfsi kalsium karena
tidak di gunakan.
4. awasi TD dengan
3. meningkatkan kekuatan
melakukan aktivtas ,
otot dan sirkulasi,
perhatikan keluhan pusing.
meningkatkan kontrol
5. dorong partisifasi pada pasien dalam situasi, dan
aktivitas terapeutik/rekreasi meningkatkan kesehatan
pertahankan rangsang diri langsung.
lingkungan contoh : radio tv, 4. hiotensi postural adalah
barang miik masalah umum menyertai
pribadi/lukisan,jam, tirah baring lama dapat
kalender. memerlukan intervensi
khusus (contoh kemiringan
meja dengan peninggian
secara bertahap sampai
posisi tetap.
5. memberikan kesempatan
untuk mengeluarkan energi
memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan
rasa kontrol diri, dan
membantu menurunkan
isolasi sosial.

Defisit perawatan diri 1. pertahankan mobilisasi, 1. mendukung kemandirian


berhubungan dengan terhadap nyeri dan program fisik/mental
kelemahan neuromuskular, latihan. 2. menyiapkan untuk
menurunnya kekuatan dan 2. kaji hambatan terhadap meningkatkan kemandirian,
kesadaran, kehilangan partisipasi dalam perawatan yang akan meningkatkan
kontrol otot/koordinasi diri indentifikasi/rencana harga diri.
ditandai oleh kelemhan untuk modifikasi 3. berguna untuk
untuk ADL, seperti lingkungan. menggunakan alat bantu
44

makanan, mandi, mengatur 3. kolaborasi :konsul dengan untuk memenuhi kebutuhan


suhu air, melipat atau ahli terafi okupasi. individual, memasang alat
memakai pakaian. 4. atur evaluasi kesehatan di bantu memakai sepatu
rumah sebelum pemulangan menggunakan pegangan
dengan evaluasi setelahnya. untuk mandi pancuran
4. mengidentifikasi
masalah-masalah yang
mungkin dihadapi karena
tingkat ketidakmampuan
aktual. Memeberikan lebih
banyak keberhasilan usaha
tim dengan orang lain yang
ikut serta dalam perawatan ,
tim okupasi.

Gangguan komunikasi 1. kaji alasan kurangnya 1. indentifikasi masalah


verbal berhubungan dengan komunikasi, termasuk fungsi penting untuk intervensi
penurunan sirkulasi ssp dan neuromskuler. yang tepat, kadang-kadang
cerebral 2. pastikan bila pasien pasien tidak ingin bicara,
mempunyai atau mungkin berpikir mereka
menggunakan alat bantu. bicara padahal tidak,
3. selidiki bagaimna orang berharap orang lain
terdekat berkomunikasi mengetahui apakah mereka
dengan pasien. menginginkan, tidak
4. kaji pengetahuan pasien mampu untuk memahami
dan tingkat pemahaman, atau mengerti.
perlakukan pasien sebagai 2. pasien mungkin
orang dewasa, hindari mempunyai tetapi tidak
mengasihani dan tidak sabar. menggunakan alat bantu
3. memberikan kesempatan
untuk mengembangkan
atau melanjutkan pola
komunikasi epektif.
4. mengetahui seberapa
45

besar pasien dapat


membantu menghindari
frustasi dan tuntutan yang
tidak beralasan terhadap
penampilan. Namun
memiliki harapan bahwa
pasien akan memahami
dapat membantu
meningkatkan tingkat
penampilan.

Adapun faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat

keluarga untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan, antara lain:

a) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas

b) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap

c) Keluarga kurang mengetahui dalam merawat anngota kelurga

yang sakit stroke

2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan

keluarga berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun,

pada tahap ini perawat berperan dalam melaksanakan

perawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

ditetapkan dengan mengikut sertakan peran serta keluarga.

Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan

kesehatan dalam memecahkan masalah keluarga disebabkan :

a) Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan.

b) Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh.


46

c) Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan

terhadap keluarga :

a) Sumber daya keluarga.

b) Tingkat pendidikan keluarga.

c) Respon dan penerimaan keluarga.

d) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

2.3.5 Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yang berguna untuk menilai perkembangan klien setelah

dilakukan asuhan keperawatan.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara

operasional :

S : merupakan hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga dan

klien secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan

O : merupakan hal-hal yang ditemui secra objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu

kepada tujuan yang terkait dengan diagnosa keperawatan.

P : merupakan perancanaan yang akan datang berdasarkan

respon dari keluarga pada tahap evaluasi.


47

Hal-hal yang menyebabkan kegagalan dalam tahap evaluasi

adalah :

a. Tujuan tidak realistis.

b. Tindakan keperawatan yang tidak tepat.

c. Faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Evaluasi dapat menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak,

sehingga evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan.

Indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan maka kriteria yang

dicapainya adalah:

a. Gangguan mobilitas fisik.

1) Perubahan fisik

Berkurangnya kekakuan sendi yang diakibatkan kurangnya

pergerakan pada tubuh .

2) Perubahan pengetahuan.

Bertambahnya pengetahuan keluarga tentang mobilisasi.

3) Perubahan perilaku.

Keluarga dan klien dapat melakukan latihan mobilisasi secara

benar.

b. Defisit Perawatan Diri


48

1) Perubahan fisik.

Klien bisa memenuhi kebutuhan kebersihan dirinya tanpa atau

dengan bantuan keluarga.

2) Perubahan pengetahuan.

Keluarga bertambah pengetahuannya mengenai perawatan diri.

3) Perubahan perilaku.

Keluarga secara psikomotor bisa membantu klien dalam merawat

dirinya.

c. Gangguan komunukasi verbal dan atau tertulis.

1) Perubahan fisik

Klien dapat berkomunikasi secara lancar.

2) Perubahan pengetahuan

Bertambahnya pengetahuan keluarga tentang gangguan

komunikasi verbal.

3) Perubahan perilaku

Keluarga dapat berkomunikasi dengan klien stroke.

Anda mungkin juga menyukai