Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.X DENGAN CKD DI RUANGAN INTERNE

WANITA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

OLEH

RIANTIKA ERVINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
A. Landasan Teoritis Penyakit

1. Anatomi Fisiologi

Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau urine yang bertugas

menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Seperti

diketahui, setelah sel-sel tubuh mengubah makanan menjadi energi, maka akan

dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut

yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh melalui ginjal bersama urin

dan sisanya melalui kulit dibawah keringat.

Ginjal bertugas mengatur cairan dalam tubuh, mengatur keseimbangan

osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma

(keseimbangan elektrolit), mengatur keseimbangan asam basa tubuh, serta

menyaring zat-zat buangan yang dibawa darah agar darah tetap bersih, dan

membuang sampah metabolic tersebut agar sel-sel tubuh tidak menjadi loyo akibat

keracunan. Zat-zat tersebut berasal dari proses normal pengolahan makanan yang

dikonsumsi, dan dari pemecahan jaringan otot setelah melakukan suatu kegiatan

fisik. Tubuh akan memakai makanan sebagai energi dan perbaikan jaringan sel

tubuh. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan tersebut sesuai dengan

keperluan untuk mendukung kegiatan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk

kemudian disaring diginjal. Selain itu ginjal juga dapat berfungsi untuk mengekresi

hormon renon yang berperan dalam mengatur tekanan darah, membentuk


eritropoiesis, dan membentuk dihidroksikolekalsiferol (Vit. D) yang diperlukan

untuk absorbsi ion kalsium di usus (Syaifuddin, 2011).

2. Definisi

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan

sebagai kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan dengan atau tanpa penurunan

glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal

kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan

fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana

kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan

keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

Klasifikasi gagal ginjal kronis dapat ditentukan berdasarkan derajat (stage) LFG

(Laju Filtration Glomerulus), dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73 m2.

LFG dapat dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault.

LFG (ml/menit/1,73m²) = ( 140 – umur ) x berat badan*)

72 x kreatinin plasma (mg/dl)

*) pada perempuan dikalikan 0,85


Derajat Penjelasan LFG
(ml/menit/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau naik ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan 60 – 89

3 Kerusakan gunjal dengan LFG turun sedang 30 – 59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15 – 29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

3. Etiologi

Menurut Price (1992) penyebab CKD adalah sebagai berikut.

a. Infeksi saluran kemih misalnya pielonefritis kronik.

b. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis.

c. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis

maligna, stenosis arteria renalis.

d. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus

sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

e. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal.

f. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.

g. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale.

h. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,

fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur

uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

4. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala

Menurut Jhonson (2010) tanda gejala yang banyak ditemukan pada pasien

dengan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut.


a. Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, dan sakrum), periorbital

edema, perikardial friction rub, vena jugularis membesar, perikarditis, efusi

perikardium, tamponade perikardium, hiperkalemia, hiperlipidemia. Hipertensi

terjadi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas sistem

renin-angiotensin-aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas timbul karena

perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung koroner (akibat aterosklerosis

yang timbul dini), dan gagal jantung (akibat penimbunan cairan dan hipertensi).

Serta gangguan irama jantung terjadi karena adanya aterosklerosis dini,

gangguan elektrolit dan klasifikasi metastastik.

b. Integumen: warna kulit pucat, kulit kering bersisik, pruritus parah akibat toksin

uremik dan pengendapan kalsiun di pori-pori kulit, ekimosis terjadi karena

gangguan hematologi, purpura, kuku rapuh dan tipis, urea frost yaitu

terbentuknya kristal-kristal putih pada glabela akibat penumpukan kalsium.

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan

urochrome.

c. Paru-paru: crackles tebal, dahak pekat, reflek batuk memberat, nyeri pleuritik,

sesak nafas, takipnea, respirasi kusmaul, pneumonitis uremiic.

d. Gastrointestinal: bau nafas amonia seperti bau logam, sariawan dan pendarahan,

anoreksia, mual muntah, sembelit atau diare, perdarahan saluran cerna.

e. Neurologis: lemah dan kelelahan, kebinguan, ketidakmampuan berkonsentrasi,

disorientasi, tremor, kejang, gelisah, restless leg syndrome (penderita merasa

pegal di tungkai bawah dan selalu menggerakkan kakinya), burning feet

syndrome (kesemutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki), perubahan

perilaku.
f. Muskuloskeletal: ketidakseimbangan mineral dan hormon menyebabkan otot

dan tulang terasa sakit, kehilangan tulang, mudah patah, deposit kalsium di

dalam otak, kram otot, kehilangan kekuatan otot, osteodistrofi renal.

g. Hematologi: anemia normokrom, normositer, berkurangnya produksi eritropetin

sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis

karena berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana toksik uremia,

defisiensi besi dan asam folat akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan

pada saluran pncernaan, fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroit sekunder,

gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia, masa pendarahan memanjang,

perdarahan akibat agregasi & adhesi trombosit yang berkurang serta

menurunnya faktor trombosit III ADP (adenosine fosfat), gangguan leukosit dan

hipersegmentasi lekosit, fagositosis dan kemotaksis berkurang sehingga

memudahkan timbulnya infeksi.

h. Endokrin: gangguan seksual [libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki

akibat produksi testoseron dan spermatogenesis yang menurun, juga

dihubungkan dengan metabolit tertentu (zink, hormon paratiroit). Pada wanita

timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai ameorrhoe], gangguan

toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan metabolisme vitamin

D.

i. Gangguan lainnya:

 Asam basa : asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai

hasil metabolisme.

 Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Karena pada gagal

ginjal kronik telah terjadi gangguan keseimbangan homeostatik pada

seluruh tubuh maka gangguan pada suatu sistim akan mempengaruhi sistim
lain, sehingga suatu gangguan metabolik dapat menimbulkan kelainan pada

berbagai sistem / organ tubuh.

5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

a. Radiologi ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.

 Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan

adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

 Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan

untuk diagnosis histologis.

 Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

 EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa.

b. Foto Polos Abdomen menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau

obstruksi lain.

c. Pielografi Intravena menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi

penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.

d. USG menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal, anatomi sistem

pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

e. Renogram menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,

parenkhim) serta sisa fungsi ginjal

f. Pemeriksaan Radiologi Jantung mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis

g. Pemeriksaan radiologi Tulang mencari osteodistrofi (terutama pada

falangks/jari) kalsifikasi metatastik

h. Pemeriksaan radiologi Paru mencari uremik lung yang disebabkan karena

bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi

yang reversible

j. EKG untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)

k. Biopsi Ginjal dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal

kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.

l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal

 Laju endap darah

 Urin

Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada

(anuria).

Warna: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus/

nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna

kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.

Berat Jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan

kerusakan ginjal berat).

Osmolalitas: Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,

amrasio urine / ureum sering 1:1.

 Ureum dan Kreatinin

Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL

diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

 Hiponatremia

 Hiperkalemia

 Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

 Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia


 Gula darah tinggi

 Hipertrigliserida

 Asidosis metabolik

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Tujuan utama penatalaksanaan pasien CKD adalah untuk mempertahankan

fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah

atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001). Terapi konservatif tidak dapat

mengobati CKD namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang

dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi

ginjal. Lima sasaran dalam manajemen medis CKD yaitu sebagai berikut.

a. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol

proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan

obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga

intake protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme

(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi

katabolisme).

b. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan

hematologi, penyakit kardiovaskuler.

c. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet.

d. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga.

Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi

tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis

juga diiperlukan bila :

a. Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

b. Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan


c. Overload cairan (edema paru)

d. Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran

e. Efusi perikardial

f. Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Penatalaksanaan keperawatan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Mengkaji pola hidup klien.

b. Implementasikan tindakan keperawatan yang bisa dilakukan.

c. Promosikan perawatan positif untuk meningkatkan perawatan diri dan mampu

mandiri.

d. Edukasi tentang penyakit klien, pilihan pengonatan dan kemungkinan

komplikasi.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.

a. Hiperkalemia

b. Edema paru

c. Asidosis

d. Ensefalopati

e. Anemia
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Tanggal masuk RS :

Alamat :

Agama :

Status :

Pekerjaan :

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Letih, penuruna haluaran urine, peningkatan edema, ketidakseimbangan

elektorilit, kelebihan cairan.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengalami mulut kering, letih, mual, kram otot, impotensi, aminore,

vasikulasi, kedutan otot.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif,

gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit

metabolik, nefropati toksik dan nefropati obstruktif.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada tidaknya keluarga yang mengalami gangguang ginjal seperti polikistik

ginjal.
c. Pola Kesehatan Fungsional Gordon

1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan

Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, kesejahteraan, dan

bagaimana kesehatan mereka.

2) Pola Nutrisi/Metabolisme

Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi

yang meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku

dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.

3) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit),

termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang

digunakan untuk mengendalikan ekskresi.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan

rekreasi termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf,

respirasi, dan sirkulasi)

5) Pola Kognitif-Persepsi

Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif meliputi keadekuatan

bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan, pengecapan, dan

penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.

6) Pola Istirahat Tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan untuk

merubah pola tersebut.


7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, kemampuan

mereka, gambaran diri, dan perasaan.

8) Pola Peran Hubungan

Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan meliputi persepsi

terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.

9) Pola Seksual

Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas termasuk

status reproduksi wanita. Pada anak-anak menggambarkan bagaimana dia

mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.

10) Koping- Toleransi Stress

Menggambarkan pola koping umum dan keefektifan ketrampilan koping dalam

mentoleransi stress.

11) Nilai kepercayaan

Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan

spiritual) yang mengarah pada pilihan dan keputusan gaya hidup.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran/keadaan umum

Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah

dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif

seperti compos mentis, apatis, delirium, somnolent, sopor, dan koma.

2) Tanda-tanda vital

Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi,

irama, kedalaman, pola pernapasan), dan suhu tubuh.


3) Pemeriksaan head to toe

 Kepala

Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-

ubun (fontanel), wajahnya simetris atau tidak, ada/ tidaknya pembengkakan,

warna rambut, distribusi rambut, kebersihan kulit kepala, dan ada/ tidaknya

lesi.

 Mata

Dapat dinilai apakah mata klien simetris/tidak, palpebra, alis, bulu mata,

konjungtiva, sclera, pupil, reflek terhadap cahaya, dan ada/tidaknya

penggunaan alat bantu penglihatan.

 Hidung

Ada atau tidaknya polip dan nyeri tekan, pernapasan cuping hidung, hidung

simetris atau tidak, ada/tidaknya sumbatan pada hidung, terpasang oksigen

atau tidak.

 Telinga

Penilaian meliputi kebersihan telinga, ketajaman pendengaran, nyeri tekan,

bentuk daun telinga, dan kesimetrisan.

 Mulut

Ada/tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), ada/tidaknya stomatitis,

mukosa bibir, kebersihan gigi, gusi, ada/tidaknya tanda peradangan,

kebersihan lidah, dan warna bibir.

 Leher

Ada/tidaknya kaku kuduk, ada/ tidaknya massa di leher, ada/tidaknya nyeri

saat menelan, ada/tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.


 Thorak

Pengkajian Paru :

1) Inspeksi

Dada dikaji tentang postur bentuk, kesimetrisan serta warna kulit,

perbandingan bentuk dada anterior, posterior, dan transversal pada bayi

1 : 1, dewasa 1 : 2 serta bentuk abnormal pada kondisi tertentu.

2) Palpasi

Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri

tekan, masa, kesimetrisan ekspansi paru dengan menggunakan telapak

tangan atau jari sehingga dapat merasakan getaran dinding dada dengan

meminta pasien mengucapkan “tujuh-tujuh” secara berulang-ulang.

Getaran yang dirasakan disebut vocal fremetus.

3) Perkusi

Perkusi dinding thorak dengan cara mengetuk dengan jari tengah, tangan

kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada dinding

dada celah interkostalis. Perkusi dinding thorak bertujuan untuk

mengetahui batas jantung, paru, serta suara jantung maupun paru. Suara

paru normal yang didapat dengan cara perkusi adalah resonan atau

sonor, seperti dug, dugm dug, redup atau kurang resonan yang terdengar

bleg, bleg, bleg. Data yang biasa di dapatkan adalah sebagai berikut.

 Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus

berbuih.

 Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir

seluruh lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi


yang memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai

asma kardiale.

 Takikardia dengan S3 gallop.

 Murmur bila ada kelainan katup.

4) Auskultasi

Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax

menggunakan stetoskope secara sistematik dari atas ke bawah dan

membandingkan kiri maupun kanan suara yang didengar.

Pengkajian Jantung

Pada pemeriksaan jantung yang diperiksa saat inspeksi adalah apakah

ictus cordis tampak/ tidak, saat palpasi diraba apakah ictus teraba/ tidak,

saat diperkusi apakah batas jantung jelas/ tidak, suara jantung saat

perkusi, dan bunyi/ irama jantung.

 Abdomen

Data yang dikumpulkan adalah data tentang ukuran atau bentuk abdomen,

dinding abdomen, ada/tidaknya ketegangan dinding abdomen, ada/ tidaknya

nyeri tekan abdomen, dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, dan

organ lainnya apakah ada perbesaran/ tidak, saat perkusi ditentukan batas

organ dan bunyi perkusi, bising usus normal/ tidak dan berapa

frekuensinya.

 Genetalia

Apakah terpasang kateter/ tidak dan dilihat kebersihannya.

 Kulit

Meliputi warna kulit (pigmentasi, sianosis, icterus, pucat, eritema, dan lain-

lain), turgor, kelembaban kulit, dan ada/ tidaknya oedema.


 Ekstremitas

Diperiksa rentang gerak dan kekuatan otot pasien, keseimbangan dan gaya

berjalan, apakah terpasang infus/ tidak, dan apakah ada oedema/ tidak, dan

apakah ada lesi/ tidak, CRT < 2 detik.

4) Pemeriksaan Penunjang

2. Perumusan Diagnosa

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorpsi zat-zat gizi.

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan.

Aplikasi Nanda, NOC, dan NIC

No NANDA NOC NIC


1. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan  Managemen
cairan keperawatan diharapkan hipervolemia
Definisi: peningkatan  Keseimbangan cairan - Monitor status
retensi cairan membaik hemodinamik
isotonik - Tekanan darah - Monitor edema
- Keseimbangan intake periferal
dan output 24 jam - Monitor intake
- Turgor kulit dan output
- Edema perifer - Monitor integritas
 Keparahan kelebihan kulit
cairan membaik - Instruksikan
- Edema periorbabital keluarga untuk
- Edema tangan mencatat intake
- Penurunan output dan output
cairan  Terapi intavena (IV)
- Penurunan warna - Periksa orderan
urin trapi IV
 Fungsi ginjal mambaik - Memberikan obat
- Output urine 8 jam melalui IV
- Keseimbangan intake - Monitor kelebihan
dan output 24 jam cairan dan fisik
- Turgor kulit - Monitor TTV
- Warna urine - Catat intake dan
- PH urine output
- Mual  Monitoring cairan
- Muntah - Menentukan
- Malaise faktor resiko
- Edema ketidakseimbanga
n cairan
- Monitor intake
dan output
- Monitor serume
dan tingkat
osmolalitas urine
- Jaga keakuratan
pencatatan intake
dan output
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Managemen nutrisi
nutrisi : kurang dari keperawatan diharapkan - Mengetahui status
kebutuhan tubuh  Status nutrisi membaik nutrisi
Definisi: asupan - Intake nutrisi - Identifikasi alergi
nutrisi tidak cukup - Intake makanan - Mengetahui
untuk memenuhi - Intake cairan jumlah nutrisi dan
kebutuhan metabolik  Status nutrisi: intake kalori yang
makanan dan cairan dibutuhkan
membaik - Instruksikan
- Intake makanan pasien mengenai
melalui mulut nutrisi yang
- Intaek cairan melalui dibutuhkan
mulut  Terapi intavena (IV)
- Intake cairan - Periksa orderan
intravena trapi IV
 Keparahan mual dan - Memberikan obat
muntah berkurang melalui IV
- Frekuensi mual - Monitor kelebihan
- Intensitas mual cairan dan fisik
- Frekuensi muntah - Monitor TTV
- Intensitas muntah - Catat intake dan
- Intoleransi bau output
- Keseimbanag  Monitoring tanda vital
elektrolit - Monitor TD
- Monitor nadi
- Monitor
pernafasan
- Monitor suhu
3. Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Managemen cairan
integritas kulit keperawatan diharapkan - Monitor status
Definisi: rentan  Integritas jaringan: kulit hidrasi
mengalami dan membran mukosa - Monitor hasil
kerusakan epidermis membaik laboratorium
dan/atau dermis yang - Sensasi - Monitor tanda
dapat menggangu - Elastisitas vital
kesehatan - Tekstur - Monitor status
- Integritas kulit nutrisi
- Lessi kulit - Monitor indikasi
- Kulit mengelupas kelebihan cairan
 Keparahan kelebihan  Monitoring tanda vital
cairan membaik - Monitor TD
- Edema tangan - Monitor nadi
- Edema periorbital - Monitor
- Penurunan output pernafasan
cairan - Monitor suhu
- Penurunan warna
urine

3. Evaluasi

S: Berisi keluhan pasien, berasal dari pasien sendiri

O: Data yang diambil dari hasil observasi

A: Pernyataan masalah sudah teratasi atau sebagian atau belum teratasi

P: Rencana tindakan untuk mengatasi keluhan pasien


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC): Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Johnson. (2010). Textbook of Medical Nursing Surgical 12th Edition. USA: Lippncott
Williams & Wilkins.

Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC.

The Australia Kidney Health. (2015). Chronic Kidney Disease (CKD) Management in
General Practice 3 rd. Australia

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom:
Markono Print Media.

Anda mungkin juga menyukai