MORBILI”
Utuk memenuhi
oleh :
Doni Nurdiansyah
AOA0170847
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN CAMPAK ATAU MORBILI”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1
penderita campak. Bagi masyarakat yang belum terjangkit penyakit campak
juga bisa diberikan edukasi untuk mendapatkan imunisasi campak.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles
dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai
oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang
ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem
spesifik (Koplik's spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi
campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi dan
kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi
terutama di negara berkembang. Terapi untuk campak dan komplikasinya
menyedot banyak sumber daya medis di sebagian besar Afrika, Asia dan
Amerika Latin.
Campak adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus rubeola
(campak) dan merupakan penyakit yang sangat menular yang biasanya
menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan batuk, korisa, demam dan
ruam makulopapular yang timbul beberapa hari sesudah gejala awal.
2.2 Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). (Halim, 2016)
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA
tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak
memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting
dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan
penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) dipermukaan dalam
3
lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian
dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas polymerase RNA
Virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid.
Karena virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah
diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform.
Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu
dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).
Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2
jam. (Halim, 2016)
2.3 Manifestasi Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Penampakan awal
penyakit berupa malaise, iritabilitas, temperatur setinggi 40,6 °C.
Konjungtivitas dengan lakrimasi berlebih, edema kelopak mata dan fotofobia,
serta batuk keras yang cukup berat. Masa penularan : 2 hari sebelum gejala
prodromal sampai 4 hari timbulnya erupsi. Cara penularan melalui droplet.
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal
Berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam
yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala
berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung),
konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan
menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-
virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap
cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal
yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam.
Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di
tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini
hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya
luput saat pemeriksaan klinis.
2. Stadium eksantem
4
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai
dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher,
dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini
dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai
400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Jika demam menetap
setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang
akan menghilang dalam 7-10 hari.
2.4 Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-
sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14,
virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
5
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Tabel 1).
Tabel 1. Patogenesis Infeksi Campak (Halim, 2016)
Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup
dan melekat pada permukaan epitel
nasofaring ataupun konjungtiva.
Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan
limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel
saluran napas, virus melekat pertama
kali, juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar
5-7 Viremia sekunder
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan
saluran napas
11-14 Virus terdapat di darah, saluran
napas, kulit, dan organ-organ tubuh
lain.
15-17 Viremia berkurang dan menghilang.
2.5 Penatalaksanaan
Anies (21:1997) mengemukakan bahwa beberapa hal penting dalam
perawatan penyakit campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di tempat
tidur, memperhatikan makanan dan minumannya, perawatan mata dan
hidung. Serangan penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak beristirahat
selama beberapa hari di tempat tidur, terutama bila serangan penyakit cukup
hebat, artinya bintik-bintik sangat merah dan suhu badan tinggi.
Menurut Wong (663:2003) pertimbangan perawatan pada penderita
campak adalah :
1. Isolasi sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan
kewaspadaan pernapasan.
2. Pertahankan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas
tenang.
3. Batuk, lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum,
anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan
lembut.
4. Perawatan kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air
hangat bila perlu.
7
2.9 Web of Caution
Mengendap Saluran cerna
Paramyxoviridae pada organ
morbili virus
Hiperplasi
Epitel jaringan limfoid
Kulit
Masuk saluran nafas saluran
Iritasi mukosa usus
Ditangkap oleh Poliferasi sel Fungsi
makrofag endotel kapiler silia
dalam korium Sekresi
Menyebar ke kelenjar
Sekret
limfa regional Eksudasi serum / Peristaltik
eritrosit dalam
epidermis Reflek
Mengalami replikasi Diare
batuk
Ruam
Virus dilepas ke Dehidrasi
Ketidak
dalam aliran darah
efektifan
(viremia primer)
bersihan Ketidak
Gangguan jalan nafas seimbangan
integritas kulit
Virus sampai RES cairan dan
elektrolit
Gangguan
Nafsu makan
Pengeluaran mediator rasa
kimia Intake nutrisi
nyaman
Ketidak seimbangan
Mempengaruhi
nutrisi kurang dari
termostat dalam
kebutuhan tubuh
hipotalamus
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
13
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan
berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gizi buruk kurang dari 60%
2. Gizi kurang 60 % - <80 %
3. Gizi baik 80 % - 110 %
B. Riwayat tumbuh kembang anak
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 +
8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun
16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata –
rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak
dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
14
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
2. Kepala dan leher
a. Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
b. Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3. Mulut
a. Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
4. Toraks
a. Inspeksi :
Biasanya Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit
secara klinis menyerupai influenza.
b. Auskultasi :
Biasanya Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5. Abdomen
a. Inspeksi :
Biasanya Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
15
b. Auskultasi
Biasanya Bising usus.
c. Perkusi
Biasanya Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
6. Kulit
a. Inspeksi :
Biasanya Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
b. Palpasi :
Biasanya Turgor kulit menurun
16
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif: Virus dilepas ke dalam Ketidak efektifan
- Pasien mengeluh aliran darah (viremia bersihan jalan napas
hidung mampet primer)
- Pasien mengeluh
susah napas Mengendap pada organ
Data Objektif:
- Didapatkan suara Menurunya Fungsi silia
ronkie pada saata
auskultasi Peningkatan Sekret
- Terlihat sekret
berlebih Reflek batuk
Ketidak efektifan
bersihan jalan napas
17
(capillary refill ) Peristaltik meningkat
- Volume dan
tekanan nadi Diare
menurun
- Denyut nadi Dehidrasi
meningkat
- Demam Kekurangan volume
- Kulit kering cairan dan elektrolit
- Bibir kering
- Mata cekung
- Akral dingin
18
Mengendap pada organ
kulit
Ruam
Gangguuan integritas
kulit
3.1.4 Intervensi
Diagnosa: Hipertermi b.d proses inflamasi dan infeksi virus campak
NOC NIC
- Termoragulasi 1. Pastikan jalan napas paten
Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh dalam keadaan normal 3. Berikan oksigen, yang diperlukan
36,5oC – 37,50C 4. Hentikan aktivitas fisik
2. Nadi, RR dalam keadaan normal 5. Kendurkan pakaian pasien
Kolaborasi:
6. Berikan obat antipiretik sesuai
dengan advice dokter
19
Diagnosa: Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret pada
nasofaring
NOC NIC
Respiratory status : Airway patency Respiratory management :
1. Tingkat pernapasan (5) 1. Memantau kecepatan, irama,
2. irama pernapasan (5) kedalaman, dan upaya pernapasan
3. Kedalaman inspirasi (5) 2. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
4. Kemampuan untuk membersihkan 3. Catatan onset, karakteristik, dan
sekret (5) durasi batuk
5. Tersedak (5) 4. Memonitor sekresi pernapasan
6. Batuk (5) pasien
Airway management :
5. Lakukan terapi fisik dada, yang
sesuai
6. Hilangkan sekresi dengan
mendorong batuk atau pengisapan
7. Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
8. Posisi semi fowler untuk
mengurangi dyspnea
9. Pantau pernapasan dan status
oksigenasi, yang sesuai
20
5. Membran mukosa lembab (5) 3. Pantau adanya manifestasi dari
ketidakseimbangan elektrolit
4. Memberikan resep diet yang tepat
untuk cairan tertentu atau elektrolit
ketidakseimbangan (misalnya,
rendah sodium, cairan-dibatasi,
ginjal, dan tidak menambahkan
garam)
5. Memantau efek samping (misalnya,
mual, muntah, diare) dari
resep elektrolit tambahan
6. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala cairan dan /
atau elektrolit ketidakseimbangan
menetap atau memburuk
Fluid management :
7. Memantau status hidrasi (misalnya,
membran mukosa lembab,
kecukupan pulsa, dan tekanan darah
ortostatik), yang sesuai
8. Memantau intake dan output cairan
21
4. Anjurkan keluarga pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu,
mendiskusikan diet
pedoman dan gizi seimbang)
5. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
6. Memberikan lingkungan yang optimal
untuk konsumsi makan (mis, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau
yang kuat)
7. Dorong keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara di
rumah sakit atau fasilitas perawatan,
yang sesuai
8. Monitor berat badan pasien
22
tentang tanda kerusakan kulit, jika
diperlukan.
3.2.5 Intervensi 27
Diagnosa: Hipertermi b.d proses inflamasi dan infeksi virus campak
NOC NIC
- Termoragulasi 1. Pastikan jalan napas paten
Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh dalam keadaan normal 3. Berikan oksigen, yang diperlukan
36,5oC – 37,50C 4. Hentikan aktivitas fisik
2. Nadi, RR dalam keadaan normal 5. Kendurkan pakaian pasien
Kolaborasi:
6. Berikan obat antipiretik sesuai
dengan advice dokter
4.1 Kesimpulan
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles
dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai
oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). Campak
merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus campak
yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi klinis berupa demam,
batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh. Tatalaksana umumnya
suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan
dilakukan dengan imunisasi vaksin campak ataupun vaksin MMR (Halim,
2016).
32
DAFTAR PUSTAKA