Studi Geologi Teknik Rencana Bendung Karang Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul PDF
Studi Geologi Teknik Rencana Bendung Karang Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul PDF
2, Juli 2008
Puji Pratiknyo
Jurusan Teknik Geologi UPN ”Veteran” Yogyakarta
SARI
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Bon Pahing, di lokasi yang akan dibendung, sekitar 6 meter. Kali Bon Pahing
merupakan anak sungai Kali Ngalang, dan merupakan pembatas antara Dusun
Nglampar, Kelurahan Nglegi, Kecamatan Pathuk yang ada di bagian barat dan
Dusun Sentul, Kelurahan Ngalang, Kecamatan Gedangsari yang ada di bagian
timur. Rencana lokasi bendung Karang ada pada koordinat UTM, X = 452113, Y
= 9129978, dengan ketinggian ± 178 meter dari permukaan air laut.
Untuk pembangunan bendungan diperlukan penyelidikan geologi teknik,
utamanya untuk menentukan tumpuan pondasi bangunan bendung.
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI
GEOLOGI REGIONAL
Formasi Semilir merupakan sedimen laut dalam yang terdiri dari tufa
dasitik, batupasir, batupasir tufaan, bauapung, aglomerat, batulempung,
batulanau, serpih, dan breksi. Formasi ini berumr Oligosen – Miosen Awal.
2) Formasi Nglanggran
Formasi Nglanggran mempunyai hunungan di atas, atau bersilang-jari
dengan Formasi Semilir. Penyusun utamanya adalah breksi vulkanik
andesitik, lava, aglomerat, beksi polimiks, dan batupasir tufaan. Formasi
ini diendapkan pada kala Oligomiosen – Miosen Tengah.
3) Formasi Sambipitu
Formasi Sambipitu , terdiri dari batunapal, batulempung, batupasir
gampingan, dan batupasir tufaan secara berselang-seling. Sedimen laut
ini mempunyai hubungan selaras di atas atau menjemari dengan Formasi
Nglanggran, berumur Miosen Tengah. Bersama Formasi Semilir dan
Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu merupakan basal batuan
karbonat Gunungsewu.
4) Formasi Oyo
Formasi Oyo terdiri dari batugamping pasiran berlapis, kalkarenit,
batupasir gampingan, dan batupasir napalan-tufaan. Hubungannya
dengan Formasi Sambipitu adalah selaras di satu tempat, atau berbeda
fasies di tempat lain. Formasi Oyo berumur Miosen Tengah hingga Mio-
Pliosen.
5) Formasi Wonosari
Formasi Wonosari tersusun oleh batugamping berlapis, batugamping
masif, dan batugamping terumbu. Ciri fisik yang spesifik formasi ini adalah
porositas sekunder berupa rongga-rongga yang terbentuk dari hasil
pelarutan mineral-mineral kalsit maupun dolomit. Formasi ini berbeda
fasies dengan Formasi Oyo, berumur Miosen Tengah – Pliosen. Di daerah
Slawu, Wedi-utah didapatkan piroklastika jatuhan berupa tufa. Suyoto
(1994) mengelempokan Formasi Wonosari bersama Formasi Oyo dan
Formasi Kepek menjadi Grup / Kelompok Gunungsewu.
6) Formasi Kepek
Penyusun utama Formasi Kepek adalah perselang-selingan antara
batulempung, batunapal pasiran dan batugamping berlapis. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan laut dangkal terisolasi, pada kala Pliosen
Akhir sampai Pleistosen. Sir MacDonald & Parters (1979) menyebut
batuan Formasi Kepek sebagai batugamping lagunal, karena diperkirakan
diendapkan dilingkungan lagunal.
7) Endapan Aluvial
Endapan aluvial terutama tersusun oleh lempung berwarna hitam, lanau,
pasir, kerakal, berangkal, dan sisa-sisa tanaman.
Suyoto (1994) mengelompokkan batuan vulkanik Pegunungan Selatan yang
terbagi di dalam Formasi Kebo – Butak, Formasi Semilir dan Formasi
Nglanggran menjadi Grup Besole, sedangkan batuan karbonat yang terbagi di
dalam Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek menjadi Grup
Gunungsewu. Lihat Gambar 2.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
5
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
Batuan penyusun D.I (Daerah Irigasi) Karang, baik di daerah genangan, daerah
bendung dan daerah koncoran, secara keseluruhan terdiri dari :
1). Satuan batupasir Sambipitu
Disebut sebagai Satuan batupasir Sambipitu karena satuan batupasir ini tediri
dari batupasir, batulanau dan batulempung yang saling beselingan, tetapi lapisan
batupasir lebih tebal dan lebih banyak dijumpai (lebih dominan), dan secara
geologi regional satuan batuan ini merupakan bagian dari Formasi Sambipitu.
Penyebaran satuan batuan ini berada di bagian utara Daerah Irigasi Karang,
melampar dari barat ke timur. Warna satuan batuan, dalam kondisi segar, abu-
abu. Warna dalam kondisi lapuk, coklat kemerahan. Secara umum, kondisi
batuan lapuk ringan sampai lapuk sedang. Perlapisan secara umum berarah N
o o o o
100 E – N 110 E dengan kemiringan perlapisan 10 – 21 .Dalam kondisi segar,
satuan batuan ini kompak dan agak keras.Batuan yang segar banyak tersingkap
di dasar dan tebing sungai yang ada di daerah irigasi Karang bagian utara.
Batupasir, warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kecoklatan, ukuran butir
1/16 mm sampai 2 mm, kompak, agak keras, kemas terbuka, pemilihan baik,
karbonatan. Ketebalan lapisan 10 – 40 cm, Batulanau, warna segar abu-abu,
warna lapuk abu-abu keputihan, ukuran butir 1/256 mm – 1/16 mm, agak
kompak, tidak keras, ada laminasi sejajar, tidak karbonatan. Ketebalan lapisan 5
– 20 cm. Batulempung, warna segar abu-abu, warna lapuk merah-kecoklatan,
ukuran butir halus (<1/256 mm), agak kompak, tidak keras, tidak karbonatan.
Ketebalan lapisan 3 – 15 cm.
6
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
Batupasir tufan
Batupasir tufan
Batupasir
7
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
Secara regional umur Formasi Sambipitu berkisar antara Akhir Miosen Bawah
sampai Miosen Tengah (11,2 – 20,5 juta tahun yang lalu) dan diendapkan pada
lingkungan laut dengan mekanisme arus turbidit.
Struktur geologi yang ada di wilayah Bendung Karang berupa homoklin, kekar,
dan sesar-sesar minor. Struktur homoklin merupakan struktur yang berupa
perlapisan batuan yang miring dengan arah kemiringan yang sama. Di wilayah
D.I Karang lapisan batuan secara umum miring relatif ke arah selatan –
baratdaya. Struktur kekar yang dijumpai pada batuan-batuan terdiri dari kekar
gerus ( shear joint/fracture ) dan kekar tarik ( gash fracture ). Kekar-kekar
tersebut dijumpai tidak pada semua batuan dan tidak banyak serta tidak
sistematis, kekar-kekar tersebut berarah relatif baratlaut – tenggara. Sesar minor
yang ada di wilayah D.I Karang berupa sesar turun yang mengakibatkan
gesernya lapisan-lapisan batuan secara setempat (lokal) dengan panjang
pergeseran berkisar 2 – 10 cm. Karena kecilnya dimensi sesar dan tidak
menerusnya bidang sesar di permukaan, maka sesar ini tidak dapat dipetakan
pada peta skala kecil.
Penyebaran satuan batupasir Sambipitu dan satuan batupasir Sambipitu tufan
dan struktur geologi dapat di lihat pada Peta Geologi gambar 4.
GEOLOGI TEKNIK
8
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
9
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
SPT (Tes Penetrasi Standar) dilakukan pada setiap lubang pemboran. Tiap-tiap
lubang pemboran ada 6 titik lokasi uji SPT. Kedalaman atau lokasi uji SPT selalu
sama pada masing-masing lubang bor. Hasil uji SPT dapat dilihat pada Tabel 4.
10
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
Uji permeabilitas di lakukan 1 (satu) kali pada tiap-tiap lubang bor dengan
kedalaman yang berbeda-beda dengan menggunakan metode packer test. Hasil
uji permebilitas dapat dilihat pada Tabel 5 .
Tabel 5 Hasil uji permeabilitas pada tiap-tiap lubang bor.
Nilai
Lubang Kedalaman
No. Batuan permeabilitas
Bor (meter)
( cm/dtk)
1 BH-1 5,3 Batupasir halus 2,17 x 10-5
-5
2 BH-2 3,5 Breksi 5,15 x 10
3 BH-3 3,2 Breksi 6,8 x 10-5
Nilai core recovery dan RQD dari tiap-tiap lubang bor dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai core recovery dan RQD dari tiap-tiap lubang bor.
Nilai core Nilai core recovery
Lubang Nilai RQD
No. recovery rata-rata
Bor (%)
(%) (%)
1 BH-1 70% – 90% 83% 30% - 80%
20% -
2 BH-2 80% – 100% 90%
100%.
3 BH-3 80% – 100%. 86% 40% - 90%
11
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
PEMBAHASAN
12
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
KESIMPULAN
13
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol IA, Martinus Nijhoff, The
Hague, 792 halaman.
14
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 2, Juli 2008
15
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008
16