Anda di halaman 1dari 10

Keragaan copepoda cyclopoida: Apocyclops sp. pada .....

(Philip Teguh Imanto)

KERAGAAN COPEPODA CYCLOPOIDA: Apocyclops sp.


PADA KONDISI KULTUR

Philip Teguh Imanto dan Gede Suwarthama Sumiarsa

Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut


Jl. Br. Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng-Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81101
E-mail: philip_imanto@yahoo.co.id

(Naskah diterima: 26 Januari 2010; Disetujui publikasi: 20 Agustus 2010)

ABSTRAK

Copepoda pada dasarnya adalah udang berukuran mikroskopik yang menjadi rantai
pakan alami yang penting di perairan bebas. Investigasi jenis-jenis copepod lokal
akan membantu menyiapkan informasi untuk pengembangan budidayanya sebagai
jasad pakan alami. Penelitian dilakukan dengan mengkoleksi jenis Cyclopoida lokal
perairan pantai Gerokgak, Buleleng, Bali, diisolasi dan dikembangbiakkan dengan pakan
kombinasi antara alga Nannochloropsis oculatta, tepung terigu, ragi roti, dan hati
ayam dalam tangki beton 5 m3. Tiga ratus individu Cyclopoida yang membawa telur
ditempatkan pada tiga wadah kultur bervolume satu liter. Pengamatan pada
pertumbuhan individu dilakukan dengan sampling setiap hari dan setiap dua hari
untuk melihat perkembangan telurnya. Jenis Cyclopoida lokal termasuk famili
Cyclopidae dan genus Apocyclops spp. Kecepatan pertumbuhan mencapai 20 μm
setiap harinya, dan dari fase copepodit mencapai ukuran dewasa membawa telur
dianalisis selama 12 hari, perkembangan telur memerlukan waktu maksimal 10 hari,
sehingga estimasi siklus umur minimal adalah 22 hari. Produktivitas rata-rata telur
Apocyclops spp. pada penelitian ini diestimasi sebanyak 36 (minimum16-maksimum
65) butir per individu betina. Penelitian kultur lebih lanjut difokuskan pada optimalisasi
suhu, salinitas, oksigen terlarut pada media hingga optimalisasi pada jenis pakan.

KATA KUNCI: Copepoda, Cyclopidae, Apocyclops spp., morfologi, pertum-


buhan, produktivitas telur

ABSTRACT: Performance of Copepod Cyclopoida: Apocyclops spp. in culture


condition. By: Philip Teguh Imanto and Gede Suwarthama
Sumiarsa

Copepod, a microscopic shrimp, is an important member in natural food chain in


waters. Investigating the types of local copepod will provide valuable information for
the development of other natural live feed culture. The research was carried out by
collecting local Cyclopoida species from Gerokgak coastal waters, Buleleng Regency-
Bali, isolated and cultured with combination feed of algae Nannochloropsis oculatta,
wheat flour, yeast bread and chicken liver in 5 m3 concrete tank. Three hundred
individuals of Cyclopoida carrying eggs were placed in three beaker glasses of one-
liter culture volume. An observation on the individual growth was done by daily sampling
and every two days to see the development of the eggs. The type of local Cyclopoid
was classified as Cyclopidae family in the genus of Apocyclops spp. The growth rate
reached 20 ìm per day, and from copepodite to adult carrying eggs took 12 days, the
egg development took maximum 10 days, and the estimate of the minimum age
cycle was 22 days. The average productivity of egg of Apocyclops spp. in this study
was estimated to be 36 (min. 16-max. 65) eggs per female. Further culture studies

363
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 363-372

focusing on the optimization of temperature, salinity, dissolved oxygen in the media


and nutritional aspects, need to be further studied.

KEYWORDS: Copepod, Cyclopidae, Apocyclops spp., morphology, growth, eggs


productivity

PENDAHULUAN seperti yang dikerjakan oleh Fleeger (2005),


pengamatan pada berbagai faktor yang
Copepoda pada dasarnya adalah udang mempengaruhi sukses pemangsaan larva ikan
berukuran mikroskopik yang menjadi rantai laut pada copepoda sebagai pakan alami
pakan alami yang penting di perairan bebas (Chesney, 2005) hingga pemanfaatannya
(marine food web) (Rhodes, 2000) mulai dari sebagai pakan untuk post larva udang
perairan pantai hingga perairan dalam, dari (Farhadian et al., 2009) maupun kerapu macan
daerah tropis hingga perairan dingin di kutub. (Sumiarsa et al., 2006).
Di samping untuk kepentingan akuakultur,
Investigasi pada jenis-jenis copepoda
penelitian pada copepoda juga sangat ber-
yang terdapat di perairan setempat, akan
manfaat untuk memahami pola siklus karbon
membantu menyiapkan informasi-informasi
dan material fluxes pada semua bentuk
untuk pengembangan budidayanya sebagai
perairan, yang dapat bermanfaat sebagai
jasad pakan alami pada pemeliharaan larva ikan
indikator-indikator penting dari terjadinya
dan udang.
perubahan massa air hingga perubahan iklim
(Razouls et al., 2005; 2009). BAHAN DAN METODE
Copepoda termasuk kelompok udang
Penelitian ini dilakukan dengan meng-
“entomostracan” ditandai dengan ukuran yang
koleksi jenis cyclopoida lokal dari perairan
kecil, memiliki tubuh yang terdiri atas kepala
pantai Gerokgak Kabupten Buleleng, Bali,
(head), dada (thorax), dan perut (abdomen);
kemudian diisolasi dan dikembangbiakkan
kepala dan dada menyatu secara halus
seperti harpacticoida lokal, yaitu selama
membentuk tubuh bagian depan (formamain);
kurang lebih 90 hari pada tangki beton
dan memiliki mata yang sederhana di tengah
bervolume 5 m3 dengan pakan kombinasi
(median or nauplius eye).
antara alga Nannochloropsis oculatta, tepung
Beberapa spesies merupakan parasit bagi terigu, ragi roti, dan hati ayam (Imanto et al.,
ikan (Newell & Newell, 1986) yaitu: 2007). Gaudy & Guerin dalam Raymont (1983)
Notodelphyoida, Monstrilloida, Caligoida, dan mengindikasikan penggunaan pelet yang
Lernaeopodaida, sedang yang biasa di- dihaluskan, dan bahan pakan yang bernitrogen
budidayakan adalah bentuk pelagik dan tinggi seperti casein, minyak hati ikan cod,
benthic yaitu: Calanoida (lebih banyak dan ragi dapat dimanfaatkan untuk memelihara
sebagai planktonik), Cyclopoida (planktonik Tisbe holothuriae. Rhodes (2000) menyatakan
dan benthik), dan Harpacticoida (benthik), tiga bahwa copepoda menangkap dan memangsa
kelompok ini diketahui dapat dimanfaatkan fitoplankton, bakteria, maupun detritus.
sebagai sumber pakan alami pada peme- Khusus pengamatan perkembangan telur
liharaan larva ikan dan udang (Farhadian et al., digunakan tiga buah beaker glass 1.000 mL.
2009; Rhodes, 2000). yang diletakkan dalam wadah (Gambar 1),
Kelompok copepoda sangat memung- cyclopoida yang membawa telur ditempatkan
kinkan untuk menggantikan peranan rotifer ke dalam media pemeliharaan sebanyak 100
dan Artemia sebagai pakan larva ikan laut individu untuk masing-masing wadah dan
sesuai dengan ukurannya, yang bervariasi diberikan Nannochloropsis dengan kisaran
mulai dari 60 μm sampai lebih dari 2 mm dan 50.000 sel/mL. dalam media penelitian sebagai
yang secara alami mengalami blooming sumber pakan selama pengamatan.
musiman. Data yang dihimpun adalah morfologi
Penelitian tentang kemungkinan copepoda copepoda pada awal kegiatan yang dilakukan
dibudidayakan sebagai sumber pakan alami dengan pendokumentasian 5 sampel copepod
telah dilakukan, di antaranya dengan pemi- dewasa dan dipilih detail terbaik. Setelah masa
lihan jenis potensial untuk budidaya laut kultur 90 hari, pembawaan telur, diameter, dan

364
Keragaan copepoda cyclopoida: Apocyclops sp. pada ..... (Philip Teguh Imanto)

Gambar 1. Desain sarana penelitian dalam sistem terendam


Figure 1. Design of observation apparatus in water bath system

jumlah telur dari populasi penelitian dilakukan dengan beberapa sambungan (Gambar 2).
dengan mengamati sampel copepod yang Kantung telur ada sepasang hampir pada
bertelur sebanyak 50 individu dari tangki semua jenis. (Newell & Newell, 1986).
beton. Perkembangan ukuran copepod
dewasa dilaksanakan dengan melakukan Morfologi
sampling 30 individu tiap hari pada pukul Hasil pengamatan pada dokumentasi
11.00 untuk koleksi data ukuran copepoda foto bentuk hewan uji yang dihasilkan seperti
dewasa (dari tangki beton), dan untuk individu pada Gambar 3, secara umum menunjukkan
yang membawa telur dilakukan setiap dua hari kesamaan dengan ciri-ciri umum kelompok
(dari beaker glass) minimal 5 individu yang cyclopoida seperti yang tertera pada Gambar
masih membawa telur. Metode penelitian ini 2. Hewan uji ini memiliki tanda segmen dada
bersifat deskriptif, pengamatan, pengukuran, (thoracic segment) yang menyatu dengan
dan dokumentasi menggunakan mikroskop kepala, segmen dada keenam (terakhir)
binokular dengan keping mikrometer, kamera menyambung pada segmen pertama dari
digital mikroskop dengan perangkat lunak urosome yang memiliki 5 segmen, Antennae
Ulead Photo Exporer 7.0 SE. Untuk pengolahan pertama pendek dengan beberapa sambungan
gambar, data, dan pelaporan dipergunakan dan memiliki sepasang kantung telur. (Newell
perangkat lunak (software) Microsoft® photo & Newell, 1986).
editor, Microsoft® Excel, dan Microsoft® Word.
Hasil pengamatan morfologi yang telah
HASIL DAN BAHASAN dilakukan dan membandingkan dengan bebe-
rapa kepustakaan (Newell & Newell, 1986;
Seperti halnya calanoida, tubuh bagian Alberti et al., 2003; 2009; Chullasorn et al.,
depan (fore-body) dari cyclopoida memiliki 2008), dapat dipastikan susunan taksonomi
tanda/batas yang jelas dari urosome. Tetapi dari hewan uji adalah sebagai berikut:
segmen dada (thoracic segment) yang
pertama kadang juga kedua selalu menyatu Filum : Arthropoda
dengan kepala, segmen dada keenam (terakhir) Sub filum : Crustasea
menyambung pada segmen pertama dari Class : Maxilloppoda
urosome yang mendukung sepasang limbs
yang rudimentary. Sehingga selalu nampak Sub class : Copepoda
hanya ada 4 umumnya 3 segmen dada (tho- Ordo : Cyclopoida
racic segment) di tubuh bagian depan (fore- Famili : Cyclopidae
body). Sambungan bergerak (moveable joint)
terletak antara segmen dada ke-5 dan 6. Dari pengukuran panjang total (dari ujung
Urosome memiliki 5 segmen pada betina dan 6 depan carapace hingga ujung belakang
segmen pada jantan ditambah ekor (telson), caudal ramus) prosoma + urosoma (Gambar
tetapi beberapa menyatu. Antennae pendek 2), didapatkan rata-rata 979.4 μm (850-1.220

365
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 363-372

BODY WIDTH / BROAD

ANTENNAE

CEPHALOSOMA (HEAD +
THORACIC 1 AND 2) a
PROSOM
(Fore-body)
c
MOVEABLE
JOINT METASOMA

6 TH THORACIC

GENITAL
SEGMENT
UROSOM
(Abdomen)
CAUDAL
RAMUS

PLUMOSE

SETAE
TELSON

Gambar 2. Morfologi umum dari copepoda Gambar 3. Detil antena dan ekor famili
cyclopoida Cyclopidae (Apocyclops sp.)
Figure 2. General morphology of cyclopoid Figure 3. Detail of antennae and caudal
copepoda ramus of local Cyclopidae
(Apocyclops sp.)

μm), hasil ini menyerupai dengan ukuran penelitian oleh Sutomo (2007) dan Suantika &
Cyclopidae (Apocyclops ramkhamhaengi sp. Antarini (2007) tentang pertumbuhan polu-
nov) yang diteliti oleh Chullasorn et al. (2008) lasinya.
sebesar 950-1.030 μm. Gambar 4 adalah tahapan awal dan akhir
Dengan perbesaran foto dokumentasi, nauplius dari Apocyclops spp., menurut
dapat digambar ulang bagian detil Antennae Farhadian et al. (2009) Apocyclops spp.
pertama (Gambar 3a), dan diketahui terdiri atas mempunyai enam tingkatan nauplii (85-240 μm)
10-11 segmen (Gambar 3), Teknik yang sama serta lima tingkatan copepodits (320-680 μm)
dilakukan pada bagian ekor (caudal ramus), sebelum menjadi copepoda dewasa.
dan diketahui lebar caudal ramus berkisar Dari keterangan Gambar 4, dapat dipahami
seperlima dari panjangnya (Gambar 3c). Tidak bahwa nauplii copepoda banyak dimanfaatkan
terdapat bulu halus di bagian dalam caudal sebagai jasad pakan awal pada berbagai
ramus dan menurut kunci identifikasi yang pemeliharaan larva ikan dan udang karena
dikembangkan oleh Alberti et al. (2003-2009) ukurannya, serta nilai gizinya.
dikelompokkan pada famili Cyclopidae.
Kandungan asam amino esensialnya (total
Dari kedua penggambaran detail tersebut essential amino acid) antara 57,1-67,8% dari
bila dibandingkan dengan rincian yang dibuat total amino acid, dengan perimbangan EPA
oleh Chullasorn et al. (2008) memiliki ciri yang (eicosapentaenoic acid), DHA (docosahexaenoic
sama dengan jenis Apocyclops ramkhamhaengi acid), dan ARA (arachidonic acid) seperti hasil
sp. nov. penelitian Farhadian et al. (2008) pada Tabel
Hewan uji yang menjadi objek penelitian 1.
ini diyakini tergolong pada genus Apocyclops Pertumbuhan
dan hingga saat ini baru diketahui 3 spesies
Apocyclops di kawasan Asia (Botelho, 1999 Pertumbuhan individu ditujukan untuk
dalam Chullasorn et al., 2008) sebagai A. royi dapat mengetahui kecepatan perkembangan
(Lindberg), A. borneoensis (Lindberg), dan A. individu dan dugaan pencapaian umur hingga
dengizicus seperti yang digambarkan oleh ke ukuran dewasa dan bereproduksi. Data
Lepeshkin (1900) dalam Chullasorn et al. panjang prosoma digunakan sebagai analisis
(2008). Jenis A. borneoensis juga menjadi objek pertumbuhan individu dikarenakan relatif lebih

366
Keragaan copepoda cyclopoida: Apocyclops sp. pada ..... (Philip Teguh Imanto)

Gambar 4. Nauplii Apocyclops sp. tingkat awal dan akhir


Figure 4. Early and last stage nauplii of Apocyclops sp.

Tabel 1. Perbandingan DHA:EPA:ARA dari Apocyclops dengizicus yang diberi makan


Chaetoceros calcitrans, Tetraselmis tetrathele, dan kombinasi keduanya
Table 1. DHA:EPA:ARA ratios of Apocyclops dengizicus fed with Chaetoceros
calcitrans (C), Tetraselmis tetrathele (T), and the combination of both
(CT)

Diberi pakan ( Fed wit h ) DHA : EPA : ARA rasio ( rat ios)

C haetocerous calcitrans 6.8 : 3.0 : 1.0


T etraselmis tetrathele 14.0 : 5.8 : 1.0
Kombinasi CT (1:1 berdasarkan jumlah)
11.6 : 2.6 : 1.0
Combination CT (1:1 by number )

Sumber (Source): Farhadian et al. (2008)

stabil dan pasti karena pergerakan segmennya puncak-puncak populasi menurut kelompok
terbatas, dibanding panjang total yang akan ukuran prosoma, dan garis-garis tersebut
sangat mudah terjadi bias saat ada pem- memperlihatkan suatu garis pertumbuhan
bengkokan abdomen ataupun patahnya dengan nilai besaran 20 μm setiap harinya.
caudal ramus. Hasil pengukuran dituangkan Bila diketahui ukuran awal 300 μm dan
pada Gambar 5 untuk periode pengamatan mencapai maksimal 540 μm, maka diperlukan
tanggal 9, 11, 12, dan 13 Juni 2007 yang penambahan panjang sebesar 240 μm, hal ini
disusun dalam bentuk tabulasi frekuensi berarti dari copepodit tingkatan terakhir
kejadian dari kelompok ukuran untuk memu- hingga menjadi dewasa siap bereproduksi
dahkan melihat hubungan antara puncak- akan memerlukan waktu pertumbuhan maksi-
puncak kelompok ukuran dari 4 kali penga- mal selama 12 hari. Hasil ini menyerupai yang
matan. diungkapkan oleh Sutomo (2007) bahwa
Dari hasil pengukuran panjang prosoma A. borneoensis pada salinitas 25-35 ppt
diketahui nilai terkecil adalah 300 μm dan yang memerlukan waktu 11 hari hingga 15 hari
terbesar adalah 540 μm. Dari Gambar 5 dapat (45 ppt) untuk mencapai tahapan produksi
ditarik tiga garis sejajar yang menghubungkan telur.

367
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 363-372

50%

June 13
13 Juni
30%
10%
-10%300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540

June 12 50%
12 Juni

30%
10%
-10%300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540

50%
June 11
11 Juni

30%
10%
-10%
300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540

50%
June 9
9 Juni

30%
10%
-10%
300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540

Panjang prosoma (Prosome length) (μm)

Gambar 5. Perkembangan prosoma dari Apocyclops sp. selama


pengamatan
Figure 5. Prosome development of Apocyclops sp. during
observation

Produktivitas Telur matang 100 μm, ukuran ini tidak terlalu jauh
berbeda dengan ukuran diamater telur rotifer
Famili Cyclopidae lokal Gerokgak yang dengan kisaran 60-80 μm seperti terlihat pada
termasuk genera Apocyclops sp. memiliki dua Gambar 6a.
kantung pembawaan telur (Gambar 6a), jumlah
telur dari masing-masing kantung belum tentu Perkembangan Embrio
sama. Jumlah total telur yang mampu diproduksi
sangat bervariasi mulai dari 16 hingga 65 butir Dari Gambar 7 terlihat pola grafis yang
dari tiap individunya (Gambar 6b), dan ini searah dari jumlah telur berdasarkan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan diameternya. Hal ini menunjukkan adanya
maupun nutrisi yang didapatkan oleh individu perkembangan embrio di dalam telur yang
copepoda tersebut. McKinnon et al. (2003), menyebabkan membesarnya telur dan ini
dalam penelitiannya mendapatkan bahwa sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nielsen
produksi telur tertinggi dari calanoid copepod et al. (2002) bahwa telur-telur yang berada
Bestiolina similis adalah 48 butir telur per dalam kantung berkembang dengan periode
individu dengan pemberian pakan fitoplankton dan fase yang sama/searah (synchronously)
dinoflagelatta Heterocapsa niei. hingga menetas.
Dari Gambar 6b, diketahui variasi ukuran Untuk mengetahui kecepatan berkem-
diamater telur Apocyclops sp. lokal dimulai bangnya telur dilakukan analisis pada
pada ukuran 50 μm dan akan mencapai telur distribusi frekuensi kejadian berdasarkan

368
Keragaan copepoda cyclopoida: Apocyclops sp. pada ..... (Philip Teguh Imanto)

70
A B

Eggs number per ind. (g/ind.)


Jumlah telur per individu
60

50

40

30

20

10
40 60 80 100 120
Diameter telur (Egg diameter) (μm)
Gambar 6. Pembawaan telur Apocyclops sp. dan produktivitasnya
Figure 6. Apocyclops sp. carrying eggs and it’s productivity profile

diameter telur dengan tiga kali pengamatan Copepoda diduga sangat dipengaruhi oleh
dengan interval dua hari seperti ditampilkan suhu maupun salinitas media di samping jenis
pada Gambar 8. nutrisi pakannya.
Dari Gambar 8 terlihat hubungan yang Suhu media kultur memiliki peranan penting
searah dari beberapa puncak kelompok dia- pada perkembangan individu copepoda
meter telur Apocyclops sp. dari tiga waktu seperti yang diungkapkan oleh Mohamed et
pengamatan, dan terlihat pola perkembangan al. (2008) bahwa perkembangan menjadi
telur dari 80 μm mencapai 90 μm dalam waktu dewasa lebih pendek pada musim panas
dua hari dan dengan waktu yang sama menjadi (summer) daripada musim dingin (winter), dan
100 μm, sehingga telur diduga berkembang menurut Suantika & Antarini (2007), suhu
membesar dengan kecepatan 5 μm per optimum untuk Apocyclops borneoensis adalah
harinya. Diameter awal telur Apocyclops sp. 33 oC dengan salinias 20‰. Dan menurut
rata-rata 50 μm dan mencapai rata-rata 100 μm Sutomo (2007), dalam penelitiannya menyim-
dalam waktu 10 hari dengan perhitungan pulkan bahwa pada salinitas 15‰ didapat-
kecepatan membesar 5 μm per hari, sehingga kan pertumbuhan populasi tertinggi yang
dapat diasumsikan masa inkubasi telur merupakan hasil dari kecepatan pertumbuhan
Apocyclops sp. berkisar 10 hari. individunya untuk menjadi dewasa dan
bereproduksi.
Umur Siklus Produktivitas rata-rata telur Apocyclops
Dari data dan analisis tentang umur spp. pada penelitian ini diestimasi sebagai 36
pertumbuhan Apocyclops spp. sampai (16-65) butir per individu betina, dan bila
bereproduksi (maksimal 12 hari) dan umur dikaitkan dengan siklus (minimal) 22 hari
perkembangan embrio (maksimal 10 hari), berarti produktivitas Apocyclops spp. per hari
dapat diduga bahwa satu siklus perkembangan hanya 1-2 butir telur, yang lebih kecil bila
Copepoda: Apocyclops spp. minimal memer- dibandingkan dengan kemampuan rotifer
lukan waktu 22 hari ditambah umur per- memproduksi rata-rata 2-3 butir per individu
kembangan nauplii dan copepodit. Jung et al. dengan siklus hidup 24-36 jam.
(1999) menjelaskan puncak pembawaan telur KESIMPULAN
Apocyclops sp. pada penelitiannya terjadi pada
hari keenam dan ke-28, yang menun-jukkan Apocyclops spp. dapat dipelihara dan
adanya interval selama 22 hari untuk proses bertumbuh pada kondisi kultur dengan
inkubasi telur-penetasan-tahapan nauplii dan berbagai jenis kombinasi pakan pada tangki
copepodit hingga menjadi dewasa untuk siap besar (5 m 3) maupun dalam media alga
bertelur. Kecepatan siklus perkembangan Nannochloropsis dengan wadah beaker glass.

369
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 363-372

160

Distribution of egg number (egg/ind.)


Diameter (Diameter) 100 μm

Distibusi jumlah telur (telur/ind.)


140 Diameter (Diameter) 90 μm
120 Diameter (Diameter) 80 μm
Diameter (Diameter) 50 μm
100

80

60

40

20

0
Gambar 7. Grafis sebaran jumlah telur Apocyclops sp. berdasarkan
diameter telur
Figure 7. Graphical distribution of eggs number of Apocyclops sp.
based on egg diameter

100%
June 13, year 2007
13 Juni 2007

50%

0%
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

100%
June 11, year 2007
11 Juni 2007

50%

0%
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

100%
June 9, year 2007
9 Juni 2007

50%

0%
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105
Diameter telur (Egg diameter) (μm)

Gambar 8. Histogram persentase telur menurut diameternya pada tiga waktu


pengamatan
Figure 8. Histogram of egg percentage based on egg diameter during three-
observation periods

370
Keragaan copepoda cyclopoida: Apocyclops sp. pada ..... (Philip Teguh Imanto)

Pertumbuhan dari fase copepodit terakhir Apocyclops dengizicus as Live Feed for
hingga dewasa siap bertelur diperhitungkan Penaeus monodon Postlarvae. J. of The
selama 12 hari dan masa perkembangan World Aquaculture Society, 40 (1): 22-32 (ac-
embrio 10 hari, sehingga diasumsikan bahwa cessed Oct. 3. 2009 from: http://
siklus minimal dari hewan uji ini adalah 22 hari www3.interscience.wiley.com/journal/
ditambah dengan umur fase nauplii dan 121644414).
copepodit (yang belum teramati). Fleeger, J.W. 2005. The Potential to Mass-cul-
Dengan memperhatikan tingkat produk- ture Harpacticoid Copepods for Use as Food
tivitasnya yang masih lebih rendah dari jasad for Larval Fish. In Copepods in Aquacul-
pakan rotifer, perlu pengembangan penelitian ture by Lee, C.S., O’Bryen, P.J., & Marcus,
kultur lebih lanjut untuk meningkatkan N.H. (Eds). Blackwell Publishing, p. 11-24.
produktivitasnya maupun memperpendek Imanto, P.T., Sumiarsa, G.S., & Suastika, M. 2007
siklus pertumbuhan populasinya, mulai Preliminary Study on Population Dynamic
optimalisasi suhu, salinitas, oksigen terlarut, of Harpacticoid Copepod Euterpina
dan jenis pakan. acutifrons in Culture Condition. Indonesian
Aquaculture J., 2 (2): 133-139.
DAFTAR ACUAN Jung, M.M., Kim, H.S., Rho, S., Rumengan, I.F.M.,
Aliberti, M.A., Allan, E., Allard, S., Bauer, D.J., & Hagiwara, A. 1999. The Culture of Free-
Beagen, W., Bradt, S.R., Carlson, B., Carlson, swimming Copepod Species Apocyclops sp.
S.C., Doan, U.M., Godkin, W.T., Greene, S., (Copepod: Cyclopoida) by Baking Yeast. J.
Haney, J.F., Kaplan, A., Maroni, E., Melillo, S., of Aquaculture, 12(4): 303-307, Accesed
Murby, A.L., Smith (Nowak), J.L., Ortman, B., from www.koreascience.or.kr October 29,
Quist, J.E., Reed, S., Rowin, T., Schmuck, 2009.
M., & Stemberger, R.S. 2003-2009 An Im- McKinnon, A.D., Duggan, S., Nichols, P.D.,
age-Based Key To The Zooplankton Of The Rimmer, M.A., Semmens, G., & Robino, B.
Northeast (USA). Department of Biological 2003. The potential of tropical paracalanid
Sciences. University of New Hampshire, copepods as live feeds in aquaculture.
Durham, NH 03824 USA. Available at http:/ Aquaculture, 223: 89–106, accessed from
/cfb.unh.edu/CFBkey/html/index.html www.elsevier.com/locate/aqua-online
[Accessed October 16, 2009] Mohamed, H.H.; Salman, S.D., & Abdullah, A.A.M.
Chesney, E.J. 2005. Copepods as Live Prey: A 2008. Some Aspect of the Biology of two
Review Factors That Influence the Feed- Copepods: Apocyclops dengizicus and
ing Success of Marine Fish Larvae. In Cope- Mesocyclops isabellae from a Pool in Garmat
pods in Aquaculture by Lee, C.S., O’Bryen, – Ali Basrah, Iraq. Turkish J. of Fisheries and
P.J., & Marcus, N.H. (Eds.). Blackwell Pub- Aquatic Sciences, 8: 239-247, accessed
lishing, p. 133-150. from http://www.trjfas.org/pdf/issue_
Chullasorn, S., Kangtia, P., Pinkkaew, K., & Ferrari, 8_2/239_247.pdf. Nov. 12, 2009.
F.D. 2008. Apocyclop ramkhamhaengi Newell, G.E. & Newell, R.C. 1986. Marine Plank-
sp.nov. (Copepoda: Cyclopoida) in a Cul- ton a practical guide. Hutchinson & Co.
ture Originating frm Brackish Waters of Publisher, Great Britain, 245 pp.
Chang Island, Trat Province, Thailand. Zoo- Nielsen, T.G., Møller, E.F., Satapoomin, S.,
logical Studies, 47(3): 326-337, accessed Ringuette, M., & Hopcroft. R.R. 2002. Egg
from http://zoolsud.sinica.edu.twl./jour- hatching of the cyclopoid copepod Oithona
nals/47.3/326.pdf. 29 Oct. 2009. similis in arctic and temperate waters. (an
Farhadian, O., Yusoff, F.M., & .Mohamed, S. 2008. poster) Marine ecology. Accesed Septem-
Nutritional Values of Apocyclops ber 3, 2009 at http://globec.oce.orst.edu/
dengizicus (Copepoda: Cyclopoida) fed reports/si_mtgs/si_nov01/
Chaetoceros calcitrans and Tetraselmis si01_hop_01.pdf.
tetrathele. (An abstract). Aquaculture Re- Raymont, J.E.G. 1983. Plankton and Productiv-
search, 40(1): 74-82, Blackwell Publishing. ity in The Ocean. 2nd.ed. Vol 2. Zooplank-
accessed Oct. 3. 2009 from: http:// ton. Pergamon Press. Great Britain, 824 pp.
www.ingentaconnect.com/content/bsc/ Razouls, C., de Bovée, F., Kouwenberg, J., &
ares/2008 Desreumaux, N. 2005-2009. Diversity and
Farhadian, O., Yusoff, F.M., Mohamed, S., & Saad, Geographic Distribution of Marine Plank-
C.R. 2009. Use of Cyclopoid Copepod tonic Copepods. Available at http://

371
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 363-372

copepodes.obs-banyuls.fr/en [Accessed Sumiarsa, G.S., Susanto, B., Suastika, M., &


October 16, 2009] Imanto, P.T. 2006. Pertumbuhan dan
Rhodes, A., 2000. Pods Delicious and Nutri- Sintasan Fase Awal Larva Ikan Kerapu
tious. Wet Web Media .com. accessed from Macan, Epinephelus fuscoguttatus Dengan
www.wetwebmedia.com/ca/volume_2/ Pakan Alami Nauplii Kopepoda,
cav2i1/Pods/pods.html oct.10.2009. Harpacticoid Tisbe holothuriae dan Rotifer.
Suantika, G. & Antarini, R.R. 2007. The Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia.
Optimatization of Temperature, Salinity, and Inovasi teknologi Menuju Industri Akuakultur
Type of Food for Marine Copepoda Global. MAI, UNDIP Semarang, hlm. 12-15.
(Apocyclops borneoensis) Culture. Interna- Sutomo. 2007. Pertumbuhan Populasi
tional Conference on Mathematics and Kopepoda, Apocyclops borneoensis Pada
Natural Science (ICMNS), 23-30 November Salinitas dan Fotoperiode Yang Berbeda.
2006. Proceeding JBPTIT / 2007-02-19. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33:
Accessed November 3, 2009 at http:// 27-46, diakses pada tanggal 29 Oktober
digilib.sith.itb.ac.id/go.php?id=jbptibbi-gdl- 2009 dari www.oceanografi.lipi.go.id/at-
proc-2006-gedesuanti tachments/536

372

Anda mungkin juga menyukai