‘’DEMAM KEJANG”
Oleh:
NIM : PO.71.20.1.16.159
B. Etiologi
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
1. Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik pada mikroorganisme
3. Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofali toksik sepintas.
C. Patofisiologi
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak yang menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 o C atau lebih.
Dari kenyataan inilah dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. ( 1985 = 848 )
D. Menifestasi Klinis
Menurut liringstone kejang demam dibagi :
1. Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2. Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of Fever)
Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI RSCM
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun
2. Kejang berlangsung sebentar, (< 15 menit)
3. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
4. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4x
5. Kejang stabil setelah 16 jam setelah timbulnya demam
6. Kejang bersifat umum
Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung singkat, yaitu
berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat
juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului dengan kekakuan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah
kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi
setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti dengan hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis)
yang berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang
lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung
lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
a. Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi.
b. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus
dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
F. Komplikasi
1. Kejang berulang
2. Epilepsi
3. Hemiparese
4. Gangguan mental dan belajar
G. Penatalaksanaan
1. Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan
a. Memberantas kejang secepatnya mungkin
b. Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
c. Diare paru : dosis :
BB 10 kg : 0,5 – 0,7 mg/kg BB Iv
BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
Usia 5 tahun : 0,3 – 5 mg/kg BB IV
Diazepam Supp :
BB 10 kg : 5 mg
BB 10 kg : 10 mg
d. Pengobatan penunjang
Perawatan
Semua pakaian dibuka
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
Bebaskan jalan nafas
Penghisap lender teratur dan beri O2
e. Pengobatan rumatan
Propilaksis Intermitas
Mencegah terulangnya kejang demam
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul
ada kejang ?
c. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk
pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA
dan lain-lain
2. Diagnose
a. Risiko tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
b. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan kejang demam berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan di rumah
Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Buku Nanda NIC NOC Keperawatan Medical Bedah