Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’DEMAM KEJANG”

Oleh:

NAMA : SYINTA PUSPA

NIM : PO.71.20.1.16.159

TINGKAT III DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


TAHUN AJARAN 2019
A. Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan
renjatan berupa kejang.
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan serangan
demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada
suhu badan yang tinggi. Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial
(Lumbantobing, 1995). Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang
demam adalah kondisi tubuh anak yang tidak dapat menahan demam pada peningkatan suhu
tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

B. Etiologi
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
1. Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik pada mikroorganisme
3. Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofali toksik sepintas.

C. Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme


basal 10 % – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur
3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah
kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak yang menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 o C atau lebih.
Dari kenyataan inilah dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. ( 1985 = 848 )

D. Menifestasi Klinis
Menurut liringstone kejang demam dibagi :
1. Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2. Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of Fever)
Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI RSCM
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun
2. Kejang berlangsung sebentar, (< 15 menit)
3. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
4. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4x
5. Kejang stabil setelah 16 jam setelah timbulnya demam
6. Kejang bersifat umum

Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung singkat, yaitu
berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat
juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului dengan kekakuan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah
kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi
setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti dengan hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis)
yang berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang
lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung
lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
a. Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi.
b. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus
dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

F. Komplikasi
1. Kejang berulang
2. Epilepsi
3. Hemiparese
4. Gangguan mental dan belajar

G. Penatalaksanaan
1. Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan
a. Memberantas kejang secepatnya mungkin
b. Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
c. Diare paru : dosis :
 BB 10 kg : 0,5 – 0,7 mg/kg BB Iv
 BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
 Usia 5 tahun : 0,3 – 5 mg/kg BB IV
 Diazepam Supp :
 BB 10 kg : 5 mg
 BB 10 kg : 10 mg
d. Pengobatan penunjang
Perawatan
 Semua pakaian dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
 Bebaskan jalan nafas
 Penghisap lender teratur dan beri O2
e. Pengobatan rumatan
 Propilaksis Intermitas
 Mencegah terulangnya kejang demam

H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul
ada kejang ?
c. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk
pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA
dan lain-lain

2. Diagnose
a. Risiko tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
b. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan kejang demam berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan di rumah

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Risiko tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak
menjadi actual
Intervensi :
 Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermia
 Observasi TTV
 Pendidikan kesehatan kompres dingin
 Menganjurkan memakai pakaian yang tipis
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hari
b. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
actual
Intervensi :
 Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur
pasien
 Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
 Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit
saat kejang
 Menganjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejang
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken ½ tab
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan stabil
Intervensi dan rasional :
 Observasi TTV
 Monitor tanda-tanda kekurangan cairan
 Catat intake dan output pasien
 Monitor dan catat BB
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan kejang demam berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan di rumah
Tujuan: pengetahuan keluarga tentang kejang demam dan perawatannya
bertambah.
Intervensi:
 Bantu pasien dan keluarga untuk mengenali aura, tipe kejang dan urutan
tindakan yang harus dilakukan
 Observasi dan catat perilaku yang diperlihatkan pada fase praiktal dan fase
iktal
 Instruksikan pada keluarga tentang sifat dan kelainan dari kejang, serta
perlunya bersikap positif terhadap usaha terapi
 Jelaskan pentingnya bisa mengenali aura, tipe kejang dan urutan tindakan
yang harus dilakukan
 Jelaskan perlunya mengidenfifikasi dan menghindari rangsangan kejang yang
dapat menstimuli aktivitas kejang
 Tekankan pentingnya minum obat yang sesuai dengan anjuran
 Jelaskan tentang patofisiologi dan pengobatan yang perlu dilakukan
 Tinjau pentingnya kebersihan dan perawatan mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Buku Nanda NIC NOC Keperawatan Medical Bedah

Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai