Anda di halaman 1dari 10

Artikel Ilmiah

Biokimia Tanaman

IDENTIFIKASII SENYAWA SAPONIN PADA TANAMAN

Nama : Muhammad Agung Wardiman


Nim : G011181091
Kelas : Biokimia Tanaman F
Kelompok :9
Nama Asisten : 1. Nini Ahyani
2. Syahridah Ahmad

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR PENYUSUN PROTEIN

Muhammad Agung Wardiman, G0111 81 091


Universitas Hasanuddin
Makassar
Abstrak
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di
dalam semua proses biologi. Alat yang digunakan dalam praktikum ialah tabung
reaksi, penjepit tabung pipet tetes, deg glass dan kompor listrik. Adapun bahan
yang digunakan pada praktikum ini ialah albumin telur, susu kedelai, dan gelatin.
Kegiatan praktikum identifikasi unsur-unsur penyusun protein dilakukan dengan
langkah metodologis yang meliputi penyiapan alat dan bahan dan pengujian
protein berbagai sampel. Langkah identifikasi sifat pada zat uji dilakukan dengan
memanaskankan setiap sampel di atas kompor (hot plat). pada ketiga sampel tidak
terjadi pengarangan dan terjadi pengembunan karena memiliki unsur H dan O.
pada pengamatan bau rambut terbakar hanya bahan gelatin yang positif berbau
rambut terbakar, hal ini terjadi karena gelatin mengandung unsur N.
Kata kunci: Protein, Sintesis, Tanaman.
Abstract
Proteins are macromolecules which are composed of materials amino
acids. The amino acids that make up proteins there are 20 kinds. Proteins are
found in all organisms living either system is at a low level or high level
organisms. A protein complex that functions primarily in all biological processes.
Tools used in practical work is the test tubes, pipette tube clamp drip, deg glass
and electric stove. As for the materials used in this lab course is egg albumin, soy
milk, and gelatin. Practical activities identification of constituent elements of the
protein is done with steps that include the preparation of methodological tools
and materials and testing various protein samples. Identification of the nature of
a step in the test substance is done with the memanaskankan of each sample on
the stove (hot plate). on the third of the sample did not happen because of
condensation occurs and pengarangan has elements of H and O on burning hair
smell observations only positive gelatin hair smelling burning, this happens
because the gelatin contain elements of N.
Key words: Protein synthesis, plants.
Pendahuluan
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di
dalam semua proses biologi. Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai
pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti oksigen, mendukung secara
mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh,
sebagai transmitor gerakan syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan. Analisa elementer protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan
0 dan sering juga S. Disamping itu beberapa protein juga mengandung unsur-
unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu (Abubakar, 2009).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme baik itu
manusia, hewan ataupun tumbuhan. Sebagai makro molekul, protein merupakan
senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara
beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N serta unsur lainnya
seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein pada semua
makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam
amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang
protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu
protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga
racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke
generasi selanjutnya yang akan datang (Patong, dkk., 2012). Komponen protein
terdiri atas atom karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa yang
mengandung sulfur dan fosfor. Protein yang tersusun dari asam amino disebut
protein sederhana. Protein yang mengandung bahan selain asam amino, seperti
turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein kompleks (Devi, 2010).
Proses sintesis protein terjadi dalam dua tahap yaitu tahap transkripsi dan
translasi. Transkripsi adalah proses penterjemahan atau pengkodean rantai DNA
sense oleh rantai mRNA sesuai dengan pasangan basanya yang terdapat pada
rantai mRNA. Transkripsi terjadi di dalam nukleus, setelah proses penterjemahan
selesai maka serangkaian mRNA akan keluar menuju sitoplasma. Dalam
sitoplasma mRNA akan segera ditangkap oleh ribosom, yang kemudian akan
melaksanakan proses selanjutnya yaitu Translasi. Translasi adalah proses
pengkodean ulang rantai mRNA oleh tRNA sesuai kode pasangan basanya
masing-masing. Proses ini terjadi pada ribosom, setelah proses translasi terjadi
maka proses berikutnya adalah mensintesis anti kodon dari tRNA oleh rRNA
yang selanjutnya berdasarkan kode-kode tersebutlah sintesa asam amino
dilakukan di dalam sel (Suparmuji, 2012).
Pada tanaman, protein terletak di berbagai bagian seperti membran sel,
dinding sel, kloroplas, sitoplasma, retikulum endoplasma, ekstraseluler, Aparatus
Golgi, mitokondria, nukleus, peroksisom, plastid, dan vakuola. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kuo-Chen dan Hong-Bin dalam penelitiannya yaitu prediktor
baru yang disebut "Plant-mPLoc" dikembangkan dengan mengintegrasikan
informasi ontologi gen, informasi domain fungsional, dan informasi evolusi
berurutan melalui tiga mode berbeda komposisi asam amino semu. Ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi protein nabati di antara 12 lokasi berikut yaitu
membran sel, dinding sel, kloroplas, sitoplasma, retikulum endoplasma,
ekstraseluler, Aparatus Golgi, mitokondria, nukleus, peroksisom, plastid, dan
vakuola di dalam sel (Kuo-Chen dan Hong-Bin, 2010).
Protein mempunyai berbagai fungsi dalam sistem kehidupan sel maupun
mahkluk hidup lainnya seperti tanaman. Fungsi protein antara lain sebagai enzim,
pertahanan tubuh (antibodi), pembawa molekul dan hormon. Sebagaimana
diketahui enzim sangat dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat yang banyak
terdapat dalam batang tanaman. Enzim tersebut berfungsi sebagai pembentuk
amilosa atau amilopektin dari senyawa sukrosa yang merupakan senyawa yang
biasanya ditransportasi dalam jaringan. Selanjutnya sebagian dari enzim tersebut
berfungsi untuk merombak pati (polisakarida) kembali menjadi glukosa
(monosakarida), kemudian diubah menjadi sukrosa lagi (Pontoh, dkk., 2011).
Berdasarkan penelitian Kristina, dkk (2009), metode lain yang dapat
digunakan dalam identifikasi unsur-unsur penyusun protein yaitu dengan metode
Lowry, menggunakan sampel dari daun pegagan yang telah diekstraksi. Sampel
daun berasal dari 5 tanaman pegagan hasil konservasi in vitro yang telah
diperbanyak di rumah kaca. Ekstraksi protein : daun pegagan hasil kultur in vitro
dan dari lapang ditimbang berturut-turut sebanyak 1,027 g dan 1,096 g. Daun
tersebut digerus dengan penambahan nitrogen cair pada mortar. Pasta dari kedua
sampel daun tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse yang telah berisi 5
ml buffer pH 7,00 dan 10 μL merkaptoetanol. Buffer pH terdiri dari 0,1 M Tris
HCl pH 7,6, 4 mM EDTA, dan 0,7% (v/v) merkaptoetanol. Larutan
dihomogenkan sebelum disentrifuse pada kecepatan 15.000 rpm selama 15 menit
dengan suhu 4ºC. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 750 nm dan
konsetrasi protein dihitung berdasarkan kurva standar. Kelebihan dari metode ini,
selain mengidentifikasi adanya kandungan protein pada tanaman juga dapat
menghitung konsentrasi protein pada suatu tanaman. Kekurangan metode ini yaitu
menggunakan biaya yang mahal karena mnggunakan teknik in vitro dalam proses
pengerjaannya.
Hubungan antara antara identifikasi unsur – unsur penyusun protein
dengan bidang ilmu pertanian (khususnya agroteknologi) yaitu kita dapat
mengetahui tanaman yang mengandung protein nabati, dengan itu kita dapat
menanam tanaman yang mengandung protein nabati seperti kacang-kacangan dan
biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa
dan lain-lain sehingga dapat dikonsumsi (Primasoni, 2010).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi adanya
unsur-unsur penyusun protein.
Metode
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Rabu,
20 Maret 2019 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
Alat yang digunakan dalam praktikum ialah tabung reaksi, penjepit tabung
pipet tetes, deg glass dan kompor listrik. Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini ialah albumin telur, susu kedelai, dan gelatin.
Kegiatan praktikum identifikasi unsur-unsur penyusun protein dilakukan
dengan langkah metodologis yang meliputi penyiapan alat dan bahan dan
pengujian protein berbagai sampel. Langkah identifikasi sifat pada zat uji
dilakukan dengan memanaskankan setiap sampel di atas kompor (hot plat).
Adapun langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Menasukka masing-masing 1 mL albumin telur, susu kedelai, dan gelatin ke
dalam tabung reaksi.
2. Menutup tabung reaksi dengan deg glass.
3. Memanaskan ketiga tabung reaksi.
4. Melakukan pengamatan.
Metode lain pada penelitian yang dilakukan oleh Kristina, dkk (2009),
yaitu dengan metode Lowry, menggunakan sampel dari daun pegagan yang telah
diekstraksi. Sampel daun berasal dari 5 tanaman pegagan hasil konservasi in vitro
yang telah diperbanyak di rumah kaca. Ekstraksi protein : daun pegagan hasil
kultur in vitro dan dari lapang ditimbang berturut-turut sebanyak 1,027 g dan
1,096 g. Daun tersebut digerus dengan penambahan nitrogen cair pada mortar.
Pasta dari kedua sampel daun tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse
yang telah berisi 5 ml buffer pH 7,00 dan 10 μL merkaptoetanol. Buffer pH terdiri
dari 0,1 M Tris HCl pH 7,6, 4 mM EDTA, dan 0,7% (v/v) merkaptoetanol.
Larutan dihomogenkan sebelum disentrifuse pada kecepatan 15.000 rpm selama
15 menit dengan suhu 4ºC. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang
750 nm dan konsetrasi protein dihitung berdasarkan kurva standar.
Hasil dan Pembahasan
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi seperti tanaman. Protein berfungsi sebagai katalisator,
sebagai pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti oksigen, mendukung
secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan
tubuh, sebagai transmitor gerakan syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan.
Tabel 1. Hasil identifikasi unsur penyusun protein pada beberapa sampel
Hasil Pengamatan (+/-)

No. Zat Uji Pengarangan Bau Rambut Pengembunan


(C) Terbakar (N) (H & O)

1. Albumim Telur - - +

2. Gelatin - + +

3. Susu Kedelai - - +
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2. Kadar protein total tanaman pegagan asal in vitro dan lapang umur
panen 9 bulan

Pada praktikum ini dilakukan tiga pengujian dengan larutan yang berbeda
yaitu 1 ml albumin telur, 1 ml susu kedelai, dan 1 ml gelatin. Ketiga larutan ini
diberi perlakuan yang sama dengan cara pemanasan di atas hot plat. Dengan
perlakuan tersebut ketiga larutan ini memilki hasil yang berbeda-beda.
Albumin telur dipanaskan di atas hot plat kemudian diamati perubahan
yang terjadi. Pada telur ini yang digunakan hanya putih telurnya saja sedangkan
kuningnya tidak. Hal ini dikarenakan putih telur mengandung protein dan
kuningnya mengandung vitamin, protein dari putih telur inilah yang akan diuji
dalam percobaan ini. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini terdapat embun pada
penutup tabung reaksi ketika dipanaskan, kemudian telur yang dipanaskan
mengalami perubahan bentuk menjadi mengeras. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan Sirajuddin (2009), protein sangat peka terhadap pengaruh-
pengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk.
Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi.
Halhal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan,
aliran listrik dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses
denaturasi kadang berlangsung secara reversibel, tetapi ada pula yang irreversible,
tergantung penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan
aktifitas biologis dan berkurangnya kelarutannya, sehingga mudah mengendap.
Gelatin diberikan perlakuan yang sama yaitu dipanaskan di atas hot plat
kemudian diamati perubahan yang terjadi. Hasil yang diperoleh adalah terdapat
bau rambut terbakar ketika penutup tabung dibuka. Hal ini disebabkan karena bau
ammonia yang menandakan gelatin mengandung unsure nitrogen (N). Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Alif Fian (2014), yang menyatakan bahwa larutan
albumin dan serbuk gelatin mengandung unsur protein karena adanya bau
ammonia setelah pemanasan nitrogen yang menyebabkan bau amonia teroksidasi
dan membentuk NH3 yang bersifat basa.
Susu kedelai pun diberikan perlakuan yang sama yaitu dipanaskan di atas
hot plat kemudian diamati. Hasil yang diperoleh terjadi pengembunan. Hal ini
disebabkan karena pemanasan yang lama sehingga terjadi perubahan suhu yang
melepaskan kalor panas, proses kondensasi atau pengembunan ini dimulai saat
uap air di udara melalui permukaan yang lebih panas dari titik embun uap air,
maka uap air ini akan terkondensasi menjadi titik – titik air atau embun. Embun
terbentuk ketika udara menjadi dingin mendekati titik dimana udara tidak dapat
lagi menahan semua uap air. Hal ini sesuai dengan pendapat Primasoni (2010),
Banyaknya pengembunan berbanding lurus dengan banyaknya udara hangat
dalam ruang. Semakin banyak udara hangat maka semakin banyak pula uap air
yang dimiliki, sehingga semakin banyak pula pengembunan yang terjadi pada
permukaan.
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan literatur, karena albumun,
gelatin, susu kedelai termasuk jenis protein. Protein memiliki sifat amfoter yang
dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Namun semua protein tidak dapat
larut dalam pelarut lemak seperti kloroform atau eter (Devi, 2010).
Pada tabel kedua kandungan protein hasil kultur in vitro lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dari lapang (Tabel 2). Kandungan nutrisi tiap 100 g
daun pegagan adalah 34 kalori; 89,3 g air; 1,6 g protein; 0,6 g lemak; 6,9 g
karbohidrat; 2,0 g serat; 1,6 g abu; 170 mg kalsium; 30 mg fosfor; 3,1 mg besi;
414 mg kalium; 6580 μg beta-karoten; 0,15 mg tiamina; 0,14 mg riboflavin; 1,2
mg niasin, dan 4 mg asam askorbat. Tingginya kadar protein pada sampel daun
pegagan hasil kultur in vitro diduga karena, selama masa lima tahun periode
kultur setiap kali subkultur eksplan mendapat asupan unsur hara pada media.
Menurut Bajaj (1992 dalam Rostiana, 2007), berbagai perubahan dapat terjadi
selama kultur in vitro, mulai dari penampilan morfologi, sifat genetik, atau
epigenetik, kariotik, fisiologis, biokimia, dan tingkat molekuler lainnya, sehingga
menimbulkan perubahan biokimia tanaman.
Perbandingan antara metode pertama dengan metode kedua yaitu pada
metode pertama teknik yang dilakukan cukup sederhana dan tidak membutuhkan
biaya pengerjaan yang mahal, sementara metode kedua menggunakan teknik in
vitro, sebagaimana kita tahu teknik ini membutuhkan alat yang mahal dalam
proses pengerjaannya
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa, pada ketiga sampel tidak terjadi pengarangan dan terjadi pengembunan
karena memiliki unsur H dan O. pada pengamatan bau rambut terbakar hanya
bahan gelatin yang positif berbau rambut terbakar, hal ini terjadi karena gelatin
mengandung unsur N.
Ucapan Terima Kasih

Tak banyak kata selain ucapan terimah kasih yang dapat dilontarkan dari
kata-kata atas semua bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami,
sehingga kami mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik dan tepat waktu.
Daftar Pustaka
Abubakar, Sidik Katili. 2009. Struktur Dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal
Pelangi Ilmu Volume 2 No. 5.

Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk keluarga. Jakarta : PT.
Kompas Media Nusantara.

Fian, Alif. 2014. Susunan Elementer protein. Jakarta : PT. Kompas Media
Nusantara.

Kuo-Chen dan Hong-Bin. 2010. Plant-mPLoc: A Top-Down Strategy to Augment


the Power for Predicting Plant Protein Subcellular Localization. Jurnal
Plos One 5(6).

Patong, A.R., dkk. 2012. Biokimia Dasar. Makassar: Lembah Harapan Press.

Pontoh, Julius., dkk. 2011. Analisa Kandungan Protein Dalam Nira Aren. Jurnal
Chemistry Progress Vol. 4, No.2.

Primasoni, N. 2010. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,


Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Akademik
Politeknik Padang

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar:


Universitas Hasanuddin.

Suparmuji. 2012. Insight: Sintesis Protein. Nunukan: SMA 1 Nunukan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai