Anda di halaman 1dari 126

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA


PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK NIPAH MALL
KOTA MAKASSAR TAHUN 2017

MUH. ARFANDI SETIAWAN ARIFIN


K111 14 333

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

iii
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Makassar, Februari 2018
Muh. Arfandi Setiawan A.
“Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017”
(Dibimbing oleh Awaluddin dan A. Wahyuni)
(xv + 86 Halaman + 18 Tabel + 5 Lampiran)

Kelelahan adalah keadaan tertentu yang disertai penurunan efisiensi


dan ketahanan dalam bekerja. International Labour Organization menyebutkan
hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kelelahan kerja. Pekerja konstruksi
merupakan salah satu pekerja yang memiliki jenis pekerjaan yang berat. Bekerja
dengan beban kerja berat dan jam kerja diluar batas normal membuat pekerja
konstruksi mudah mengalami kelelahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, lama kerja,
masa kerja, beban kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja
konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan pada Desember
2017 terhadap 74 pekerja sebagai sampel dari 307 populasi yang diambil dengan
teknik purposive sampling. Data kelelahan kerja diambil dengan pengukuran
menggunakan reaction timer, pengukuran beban kerja dengan digital omron,
pengukuran IMT dengan timbangan dan microtoice dan data umur, lama kerja
dan masa kerja dengan kuesioner. Analisis data yang dilakukan adalah univariat
dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 59 pekerja (79.7%)
mengalami kelelahan dan 15 pekerja (20.3%) tidak mengalami kelelahan. Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur (p=0.002), lama
kerja (p=0.011), masa kerja (p=0.007%), beban kerja (p=0.036) dan status gizi
(p=0.030) dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017.
Disarankan kepada perusahaan untuk menyesuaikan kemampuan fisik
dan kapasitas kerja pekerja dalam pembagian tugas untuk menghindari
terjadinya kelelahan kerja.
Jumlah Pustaka : 49
Kata kunci : Kelelahan Kerja, Pekerja Konstruksi

iv
SUMMARY

Hasanuddin University
Public Health
Occupational Safety and Health
Makassar, February 2018
Muh. Arfandi Setiawan A.
"Factors Related to the Work Fatigue of Construction Worker Nipah Mall
Project Makassar City in 2017"
(Supervised by Awaluddin and A. Wahyuni)
(xv + 86 pages + 18 tables + 5 Appendix)

Fatigue is a particular situation accompanied by a drop on work


efficiency and durability. The International Labor Organization says almost
every year as many as two million workers died from workplace accidents
caused by fatigue. Construction work is one of the workers who have any kind
of heavy work. Working with heavy workloads and working hours beyond the
normal limits make easy construction worker fatigue.
This study aimed to identify factors associated with fatigue such as age,
work lenght, work period, workload and nutritional status of construction
workers Nipah Mall project Makassar. This research is a quantitative analytical
observational research with cross sectional study approach. Data collected on
December 2017 against 74 workers as a sample of 307 population is taken by
purposive sampling technique. Data was collected using reaction timer to
measure work fatigue, workload using digital omron, BMI using scales and
microtoice and age, lenght and work period using a questionnaire. The data
analysis was performed univariate and bivariate with chi square test.
The results showed that as many as 59 workers (79.7%) experienced
fatigue and 15 workers (20.3%) did not experience fatigue. Statistical analysis
showed that there was a relationship between age (p = 0.002), duration of action
(p = 0.011), age (p = 0.007%), workload (p = 0.036) and nutritional status (p
= 0.030) with job burnout the project of construction workers Nipah Mall of
Makassar Year 2017.
Suggested to the company to adjust the physical abilities and working
capacity of workers in the division of tasks to avoid fatigue.
Number of References : 49
Keywords : Work Fatigue, Construction Worker

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi ini berjudul “Faktor yang
Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Konstruksi Proyek
Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesrsitas
Hasanuddin.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil kerja penulis semata. Segala usaha
dan potesi telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Awaluddin, SKM., M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu A.
Wahyuni, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dengan penuh ikhlas dan kesabaran, serta meluangkan waktu dan pemikirannya
untuk memberikan arahan kepada penulis.
Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada kedua orang
tua, Ayahanda Arifin dan Ibunda Erawati atas kasih sayang, cinta, perhatian,
pengorbanan, limpahan materi dan doa dalam setiap akhir sujudnya yang tiada
hentinya dipanjatkan untuk mengiringi langkah penulis demi kesehatan dan
keselamatan dalam menempuh jenjang pendidikan hingga penyelesaian skripsi.
Kepada saudariku tercinta Nurul dan Olivia yang selalu mendoakan, memberikan
dukungan dan semangat bagi penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. drg. H. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan, Ibu
Dr. Ida Leida Maria, SKM, M.KM, M.Sc, Ph.D selaku wakil dekan I, Ibu
Dr. dr. Andi Indahwaty Sidin, MHSM selaku wakil dekan II dan Bapak

vi
Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes, M.Sc, Ph.D selaku wakil dekan III
beserta seluruh tata usaha, kemahasiswaan, akademik, asisten laboratorium
FKM Unhas atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Unhas.
2. Bapak Yahya Thamrin, SKM., M.Kes., MOHS., Ph.D, Bapak Muhammad
Yusran Amir, SKM., MPH., dan Ibu Dr. Suriah, SKM., M.Kes selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran, kritik dan arahan untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini.
3. Bapak dr. Muhammad Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku ketua
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta seluruh dosen
Departemen K3 atas bantuannya dalam memberikan arahan, bimbingan, ilmu
pengetahuan yang selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unhas.
4. Para dosen pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
5. Bapak Rahman dan Ibu Anita selaku staf Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah banyak membantu penulis selama pengurusan
administatif.
6. Bapak Supriadi, Saudari Ummu dan Faradiba selaku penanggung jawab
Proyek Nipah Mall Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian dan membantu mengarahkan pekerja selama melakukan penelitian.
7. Para pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar yang telah bersedia
dengan ikhlas membantu menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan, teman Angkatan 2014, teman sejurusan K3, teman
posko PBL Palajau, teman KKN Desa Julukanaya dan teman Lembaga
Dakwah Al-‘Aafiyah Fakultas Kesehatan Masyarakat yang senantiasa
memberikan semangat dan motivasi.
9. Semua pihak, saudara, sahabat yang mungkin penulis tidak sebut namanya satu
persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Terima Kasih.

vii
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat dibutuhkan demi kesempurnaan penulisan
skripsi yang kelak dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan sebagai
informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Makassar, Februari 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................................... iiii

RINGKASAN ...........................................................................................................iii

SUMMARY ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xiii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja ............................................. 10


B. Tinjauan Umum Tentang Umur .............................................................. 19
C. Tinjauan Umum Tentang Lama Kerja .................................................... 21
D. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja .................................................... 22
E. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja ................................................... 23
F. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi ..................................................... 26
G. Tinjauan Umum Tentang Proyek Nipah Mall Makassar ........................ 28
H. Kerangka Teori ....................................................................................... 30
I. Batasan Penelitian ................................................................................... 31

ix
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti .................................................. 33


B. Kerangka Konsep .................................................................................... 37
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................. 38
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 42


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 42
D. Pengumpulan Data .................................................................................. 44
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 45
F. Pengolahan dan Penyajian Data .............................................................. 48
G. Analisis Data ........................................................................................... 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi ........................................................................ 52


B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 55
C. Pembahasan ............................................................................................ 66
D. Keterbatasan Penelitian........................................................................... 84
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 85
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif .................................................. 17

Tabel 2 Kriteria Kelelahan Menurut Keputusan Direktur Jendral Bina Marga .... 19

Tabel 3 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi .................................... 26

Tabel 4 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ......................................... 27

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ................... 55

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada

Pekerja Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ...... 56

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi pada

Pekerja Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ...... 57

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Pekerja Konstruksi

Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ...................................... 58

Tabel 9 Responden Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 58

Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 59

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 59

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 60

Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 61

xi
Tabel 14 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 62

Tabel 15 Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 63

Tabel 16 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 64

Tabel 17 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 65

Tabel 18 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja

Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 .................... 66

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Reaction Timer ................................................................................... 18

Gambar 2 Kerangka Teori .................................................................................. 30

Gambar 3 Kerangka Konsep .............................................................................. 37

xiii
DAFTAR SINGKATAN

BMI : Body Mass Index

CV : Commmanditaire Vennootschaap (Perseroan Komanditer)

EEG : Electroencephalography

IFRC : Industrial Fatigue Research Committee

ILO : International Labour Organization

IMT : Indeks Massa Tubuh

KAUPK2 : Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja

PP : Pembangunan Perumahan

PT : Perseroan Terbatas

RI : Republik Indonesia

SPSS : Statistic Package for Social Science

Sqm. : Square Metre (Meter Persegi)

Tbk. : Terbuka

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 Master Tabel
Lampiran 3 Output Hasil
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Lampiran Surat

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan pemeliharaan dan

perlindungan sumber daya manusia dan fasilitas di tempat kerja. Praktisi di

lapangan berusaha mencegah kematian dan luka yang tidak perlu bagi pekerja.

Kegiatan ini melibatkan lebih dari sekedar kegiatan pertolongan pertama dan sangat

luas dalam lingkup dan praktiknya. Keselamatan dan kesehatan kerja dikaitkan

dengan membantu orang dengan mencegah mereka terluka atau menjadi sakit

karena bahaya di tempat kerja mereka. Keselamatan dan kesehatan kerja diadakan

untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada para pekerja sehingga dapat

membuat pekerja meningkatkan produktivitas bekerjanya dan meminimalisir

terjadinya risiko kecelakaan dan penyakit kerja (Mark, 2007)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan

bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata, baik materiil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional,

tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai

pelaku dan tujuan pembangunan.

Setiap tenaga kerja mempunyai kreatifitas dan mampu mengembangkan

seluruh fungsional kemampuan dan potensi. Mereka memberikan sumbangsih

kepada masyarakat yang lain sehingga dapat hidup ideal dan produktif. Pada bidang

1
2

ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang sangat berperan

dalam suatu proses pekerjaan. Tenaga kerja bekerja untuk mencapai suatu hasil

yang positif tetapi tidak terlepas dari berbagai dampak negatif lainnya. Dalam

melaksanakan pekerjaannya tiap tenaga kerja berisiko untuk mendapatkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakan dan penyakit akibat kerja

tersebut biasanya didahului dengan gangguan kenyamanan, gangguan kesehatan

dan penurunan produktifitas kerja. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat

mendahului kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah timbulnya kelelahan kerja.

Kelelahan kerja kerap diartikan sebagai proses penurunan performa,

efektivitas dan efisiensi serta berkurangnya kekuatan dan ketahanan tubuh untuk

terus melakukan suatu pekerjaan. Penurunan kinerja oleh para pekerja otomatis

membuat produktivitas perusahaan juga ikut menurun. Menurut Silastuti (2006),

kelelahan adalah masalah yang harus mendapat perhatian khusus dalam semua jenis

pekerjaan. Semua jenis pekerjaan baik formal maupun informal dapat menimbulkan

kelelahan kerja. Kelelahan kerja itu sendiri dapat meningkatkan tingkat kesalahan

kerja serta menurunkan kinerja seorang pekerja. Menurunnya kinerja sama artinya

dengan menurunnya produktivitas kerja para pekerja. Apabila tingkat produktivitas

kerja seorang pekerja terganggu atau mengalami masalah maka disebabkan oleh

faktor kelelahan fisik maupun psikis sehingga akibat yang ditimbulkannya akan

dirasakan oleh tempat kerja/perusahaan berupa penurunan hasil produktivitas

perusahaan.

Kelelahan kerja merupakan hal yang normal terjadi setiap hari. Setiap tenaga

kerja memiliki risiko kelelahan dalam melaksanakan pekerjaannya. Tenaga kerja

merupakan aset bagi perusahaan dalam kegiatan kerja. Aktivitas yang dijalankan
3

berupa aktivitas fisik maupun mental. Salah satu akibat dari pekerjaan adalah

timbulnya kelelahan kerja. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan

efisiensi kerja, kebosanan serta peningkatan kecemasan. Faktor-faktor pencetus

timbulnya kelelahan kerja berasal dari individu pekerja, pekerjaan dan lingkungan

kerjanya (Setyawati, 2007).

Data dari International Labour Organization (ILO) (2003) menunjukkan

bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena

kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut

menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu

sekitar 32,8% dari keseluruhan sampel.

Menurut data dari Departemen Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan

Jepang menunjukkan bahwa jumlah kematian tenaga kerja yang meninggal dunia

karena kelelahan bekerja (karoshi) di Jepang dalam 1 tahun terakhir mencapai 1.456

kasus, mencatatkan rekor tertinggi selama ini. Kasus-kasus kematian karoshi itu

mayoritas berhubungan dengan bidang-bidang seperti teknik, transportasi,

perawatan kesehatan dan pelayanan sosial yang memang sejak lama kekurangan

tenaga kerja (Demetriou, 2016).

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu seperti umur,

pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai hubungan

dengan terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu seperti umur

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan, dimana umur

berkaitan dengan proses degenerasi organ yang menyebabkan penurunan

kemampuan organ sehingga tenaga kerja semakin mudah mengalami kelelahan

(Aryasri, 2008). Menurut Hidayat (2003), di negara Jepang menunjukkan bukti


4

bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan

dibanding dengan pekerja yang relatif lebih muda.

Di Indonesia, kecelakaan kerja akibat perilaku tenaga kerja yang tidak aman

mencapai 31.776 kasus (32.06%) dari total kasus selama 2009 yang didalamnya

termasuk kondisi lelah para pekerja saat bekerja dan lainnya termasuk tidak disiplin

dalam penggunaan alat pelindung diri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

faktor utama penyebab kecekalaan kerja meliputi faktor perilaku yang tidak aman

dan kondisi tidak aman (Jamsostek, 2010).

Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Indonesia

melaporkan hingga tahun 2010, kecelakaan kerja karena kelelahan masih

didominasi bidang jasa kontruksi (31,9%), disusul sektor Industri manufaktur

(31,6%), transport (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan (3,6%), dan lain-lain

(20%). Lebih dari 65% pekerja di indonesia datang ke poliklinik perusahaan dengan

keluhan kelelahan kerja. Faktor penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi

yang dipengaruhi oleh beban kerja, lingkungan kerja, problem fisik dan kondisi

kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh faktor individu seperti, umur, status

kesehatan, status gizi, pola makan, jenis kelamin dan kondisi psikologi (Umyati,

2010).

Berdasarkan penelitian mengenai faktor kelelahan dibidang proyek konstruski

oleh Marif (2013), didapatkan hasil bahwa seluruh pekerja mengalami kelelahan,

yaitu 29% pekerja mengalami kelelahan ringan, 45% pekerja mengalami kelelahan

sedang dan 26% pekerja mengalami kelelahan berat. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan


5

kelelahan, yaitu umur, tekanan panas dan kebisingan. Sedangkan variabel yang

paling dominan berhubungan dengan kelelahan adalah tekanan panas.

Penelitian mengenai kelelahan juga dilakukan oleh Atiqoh, dkk (2014) yaitu

hubungan umur, masa kerja, beban kerja dan status gizi pada pekerja konvensi di

CV. Aneka Garment Semarang dengan sampel 31 orang dengan hasil yang

menderita kelelahan berat sebanyak 21 orang (71%) dan kelelahan ringan sebanyak

10 orang (29%) serta terdapat 67.7% responden mengalami kelelahan kerja akibat

beban kerja.

Penelitian Hariyati (2011), di PT. Djitoe Indonesia Tobacco berisi informasi

tentang waktu kerja pekerja dimulai pada pukul 06.30-16.30 dan untuk waktu

istirahat yaitu pukul 12.00-13.00. Sebanyak 75% pekerja mengalami beban kerja

ringan dan 25% mengalami beban kerja sedang. Kelelahan pekerja diukur dengan

reaction timer setelah pekerja melakukan aktivitas linting, 26% mengalami

kelelahan ringan berkisar 224,4-364,8 milidetik, 46,6% mengalami kelelahan

sedang berkisar 445,7-522,1 milidetik dan 26,6% mengalami kelelahan berat

berkisar 593,5-944,7 milidetik. Adapun tanda-tanda kelelahan yang muncul seperti

ngantuk, pusing, konsentrasi menurun, lesu dan lain-lain sehingga peneliti dapat

melihat bahwa pekerja linting manual mengalami kelelahan kerja yang diakibatkan

oleh waktu dan pembebanan kerja.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pasira (2016) menunjukkan ada

hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik tahu di

kecamatan Mamajang kota Makassar tahun 2016. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa keseluruhan pekerja dengan masa kerja lama mengalami


6

kelelahan, yaitu sebanyak 18 orang. Pekerja dengan masa kerja baru juga

mengalami kelelahan sebanyak 12 orang pekerja (75,0%).

Status gizi juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki

kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitupun sebaliknya. Hasil

penelitian Tasmi (2015) menyatakan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat

pada kelompok dengan status gizi kurang yaitu sebesar 45,9%. Pada hasil

ujikorelasi antara status gizi dengan kelelahan kerja dapat diketahui bahwa nilai

kofisien korelasi adalah 0,391 dengan nilai negatif dan nilai p=0,002 dimana p<0,05

artinya terdapat hubungan status gizi dan kelelahan kerja pada pekerja di PTPN I

PKS Pulau Tiga tahun 2015. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin rendah

status gizi seseorang maka semakin tinggi perasaan kelelahan.

Pekerjaan konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun

prasarana yang meliputi pembangunan gedung (building construction),

pembangunan prasarana sipil (civil engineer), dan instalasi mekanikal dan

elektrikal. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi

dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari

beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu unit bangunan.

Demikian pula yang dilakukan oleh kontaktor-kontraktor dalam mengerjakan

proyek Nipah Mall Makassar.

Pembangunan Nipah Mall Makassar diproyeksikan menjadi kawasan

komersial pertama dan terbesar di wilayah Indonesia timur. Mengusung konsep

green building, mall ini akan menjadi ikon baru di Makassar dengan konsep indoor

dan outdoor bertemakan alam. Proyek pembangunan Nipah Mall Makassar


7

merupakan kolaborasi dari 3 perusahaan besar dan ternama di Indonesia. Ketiga

perusahaan tersebut adalah PT. Kalla Inti Karsa, PT. Urban Indonesia, dan PT. PP

Persero Tbk. Dalam pengerjaannya, pembangunan proyek Nipah Mall

menggunakan sumber daya manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja disamping

unsur-unsur lainnya seperti alat, bahan dan lain sebagainya.

Dari pengambilan data awal melalui observasi pekerja konstruksi di lokasi

proyek Nipah Mall diperoleh bahwa jumlah pekerja yang bekerja pada proyek

tersebut yaitu 307 pekerja yang bekerja setiap hari. Dalam melakukan pekerjaan,

setiap pekerja telah memiliki tugas masing-masing berdasarkan unit pekerjaan yang

ditempatinya. Saat melakukan wawancara awal di lapangan terhadap para pekerja,

beberapa pekerja mengeluh kelelahan, sakit kepala dan nyeri di beberapa anggota

bagian tubuh.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi

proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti

yaitu apakah ada hubungan umur, lama kerja, masa kerja, beban kerja, dan status

gizi terhadap kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar

Tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.


8

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

proyek konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja proyek konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja proyek konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

d. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja proyek konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

e. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja proyek konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi, bahan bacaan, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah

wawasan pengetahuan dan sebagai sarana bagi peneliti selanjutnya di bidang

kesehatan masyarakat, khususnya mengenai faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada pekerja.

2. Manfaat Bagi Instansi

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan

pertimbangan bagi instansi dalam menentukan langkah-langkah yang efektif

untuk mencegah dan mengatasi kelelahan bagi para pekerjanya.


9

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu yang secara teoritik diperoleh di perkuliahan serta untuk

meningkatkan ilmu pengetahuaan dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja

1. Definisi Kelelahan Kerja

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat

subyektif. Lelah adalah keadaan-keadaan tertentu yang disertai penurunan

efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme

perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga

dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 2009).

Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi,

performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk

terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003).

Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk

melakukan suatu kegiatan. Kelelahan adalah perasaan subjektif, akan tetapi

berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifat bertahap. Tidak seperti

kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat

disebabkan secara fisik atau mental (Kusmawan, 2015).

Kelelahan sama halnya dengan perasaan atau kondisi lemah yang sering

dialami oleh seseorang setelah melakukan aktifitasnya. Perasaan capek,

kantuk, bosan dan haus biasanya muncul bersamaan dengan adanya gejala

kelelahan. Selain kondisi tersebut pada sebagian orang disertai pula dengan

gejala fisik seperti keram, pegal, kesemutan bahkan nyeri pada anggota

tubuhnya. Kondisi ini bisa pulih apabila beristirahat sejenak dari aktivitas yang

dilakukan.

10
11

2. Jenis Kelelahan

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu:

a. Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan

umum (Budiono, 2003) :

1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya

tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara

fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya

tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada

akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang

kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga

kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan

dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi

produktivitas kerjanya.

2) Kelelahan Umum (General Fatigue)

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih

yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat

karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah

untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat

dan merasa “ngantuk” (Budiono, 2003). Kelelahan umum biasanya

ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh


12

karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah,

sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka,

2004).

b. Berdasarkan waktu terjadinya

1) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau

seluruh tubuh secara berlebihan.

2) Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila

kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan

kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).

3. Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Suma’mur P.K. (2009), terdapat lima kelompok penyebab

kelelahan kerja, yaitu:

a. Keadaan monoton.

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

c. Keadaan lingkungan kerja, seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan

di tempat kerja.

d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.

e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Menurut Setyawati (2010), faktor-faktor yang yang dapat berpengaruh

terhadap kelelahan kerja diantaranya sebagai berikut:


13

a. Faktor lingkungan kerja

Faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk bekerja sampai

kepada masalah psikososial dapat berpengaruh terhadap terjadinya

kelelahan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan ventilasi udara yang

adekuat, didukung oleh tidak adanya kebisingan akan mengurangi

kelelahan kerja.

b. Waktu istirahat dan waktu bekerja

Waktu istirahat dan waktu bekerja yang proporsional dapat

menurunkan derajat kelelahan kerja. Lama dan ketepatan waktu

beristirahat sangat berperan dalam mempengaruhi terjadinya kelelahan

kerja.

c. Kesehatan pekerja

Kesehatan pekerja yang selalu di monotor dengan baik, dan

pemberian gizi yang sempurna dapat menurunkan kelelahan kerja.

d. Beban kerja

Beban kerja yang diberikan kepada pekerja perlu disesuaikan

dengan kemampuan psikis dan fisik pekerja bersangkutan.

e. Keadaan perjalanan

Keadaan perjalanan, waktu perjalanan dari dan ketempat kerja

yang seminimal mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap

kondisi kesehatan kerja dan kelelahan kerja.

4. Dampak Kelelahan Kerja

Menurut Tarwaka, dkk (2004), risiko terjadinya kelelahan adalah sebagai

berikut :
14

a. Motivasi kerja turun

b. Performansi rendah

c. Kualitas kerja rendah

d. Banyak terjadi kesalahan

e. Stress akibat kerja

f. Penyakit akibat kerja

g. Cidera

h. Terjadi kecelakaan akibat kerja

Menurut Suma’mur (1996), ada risiko kelelahan yang terbagi dalam 3

kategori yaitu :

a. Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa

berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, manjadi mengantuk,

marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak

seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

b. Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak

berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu,

cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak

dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

c. Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum

Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa

pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari kelopak

mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.


15

5. Pengukuran Kelelahan Kerja

Belum ada metode yang baku untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung sampai saat ini karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif

yang sulit diukur. (Grandjean,1993) yang dikutip dalam Tarwaka (2004) yang

mengelompokkan indikator-indikator kelelahan dalam metode pengukuran

kelelahan sebagai berikut:

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode kualitas dan kuantitas ini, kualitas output digambarkan

sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau

prosesoperasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak

faktor yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial,

dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan

produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat

menggambarkan terjadinya kelelahan,tetapi faktor tersebut bukanlah

merupakan causal factor. Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja

yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan

kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah

yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan sebagainya.

b. Uji Hilangnya Kelipan (Flicker fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat

kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang

diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Alat uji kelip memungkinkan

mengatur frekuensi kelipan dan dengan demikian pada batas frekuensi

mana tenaga kerja mampu melihatnya.


16

c. Electroencephalography (EEG)

Suatu pemeriksaan aktivitas gelombang listrik otak yang direkam

melalui elektroda pada kulit kepala. Amplitudo dan frekuensi EEG

bervariasi, tergantung pada tempat dan aktivitas otak saat perekaman. EEG

mengacu pada rekaman aktivitas listrik otak spontan selama periode waktu

yang singkat, biasanya 20-40 menit.

d. Uji Mental (Bourdon Wiersma Test)

Pada metode ini, konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang

dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan

pekerjaan. Bourdon Wiersma Test, merupakan salah satu alat yang dapat

digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konstansi. Hasil test

akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat

kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah atau sebaliknya.

e. Perasaan Kelelahan secara Subjektif (Subjektive Feelings of Fatigue)

Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat

mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar

pertanyaan.

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:

1) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:

Perasaan berat di kepala, lelah di seluruh badan, berat di

kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata,

gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring.


17

2) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi:

Susah berfikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak

berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan perhatian, mudah lupa,

kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap,

tidak tekun dalam pekerjaan.

3) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik:

Sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak

nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata,

tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif
Tingkat Klasifikasi Tindakan
Total Skor
Kelelahan Kelelahan Perbaikan
Belum diperlukan
1 30-52 Rendah adanya tindakan
perbaikan
Mungkin
2 53-75 Sedang diperlukan adanya
tindakan perbaikan
Diperlukan adanya
3 76-98 Tinggi
tindakan perbaikan
Diperlukan
4 99-120 Sangat Tinggi tindakan perbaikan
sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka, 2010

f. Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja)

merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai

gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak

menyenangkan. Keluhan yang dialami pekerja setiap harinya membuat

mereka mengalami kelelahan kronis.


18

g. Uji Psiko-Motor (Psychomotor Test)

Pada metode ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi

persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital

reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka

waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran

atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada

proses faal syaraf dan otot.

Gambar 1
Reaction Timer
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan kerja

adalah Reaction Timer Test. Alat untuk mengukur tingkat kelelahan

berdasarkan dengan kecepatan waktu reaksi seseorang terhadap

rangsangan cahaya dan rangsangan suara. Pada orang yang sehat, akan

lebih cepat merespon rangsangan yang diberi dan begitupun sebaliknya.

Tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu

reaksi yang diukur dengan Reaction Timer Test yaitu:


19

Tabel 2.2
Kriteria Kelelahan Menurut Keputusan Direktur Jendral
Bina Marga
Kriteria Waktu Reaksi
Normal 150.0 – 240.0 milidetik
Kelelahan Kerja
>240.0 <410.0 milidetik
Ringan
Kelelahan Kerja
410.0<580.0 milidetik
Sedang
Kelelahan Kerja
>580.0 milidetik
Berat
Sumber: Keputusan Direktur Jendral Bina Marga

6. Penaggulangan Kelelahan Kerja

Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja dapat ditangani dengan:

a. Promosi kesehatan kerja

b. Pencegahan kelelahan kerja terutama ditujukan kepada upaya menekan

faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan

meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif.

c. Pengobatan kelelahan kerja dengan terapi kognitif dan perilaku pekerja

bersangkutan, penyuluhan mental dan bimbingan mental, perbaikan

lingkungan kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis

serta pemberian gizi kerja yang memadai.

d. Rehabilitasi kelelahan kerja, maksudnya melanjutkan tindakan dan

program pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja tersebut

bekerja secara lebih baik dan bersemangat.

B. Tinjauan Umum Tentang Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penelitian di dalam

penelitian-penelitian epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian yang


20

tercatat dalam statistik kependudukan kesehatan hampir semuanya memiliki

hubungan dengan status usia (Notoatmodjo, 1993).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam studi epidemiologi. Pada

umumnya, umur yang telah lanjut, kemampuan fisiknya menurun. Proses menjadi

tua akan disertai menurunnya kemampuan kerja karena perubahan pada alat-alat

tubuh, sistem kardiovaskuler, dan hormonal (Suma’mur, 2009).

Seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan berat dan

sebaiknya jika seseorang sudah berumur lanjut maka kemampuannya untuk

melakukan pekerjaan berat menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa

cepat lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugasnya

sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh umur tersebut

(Suma’mur, 1991).

Menurut Hidayat (2003), faktor individu yaitu umur mempunyai hubungan

yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan, bukti di negara jepang menunjukkan

bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akam lebih cepat menderita kelelahan

dibandingkan dengan pekerja yang relatif muda.

Faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi

dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan

kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik

dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam

melakukan pekerjaan (Setyawati, 2007).


21

C. Tinjauan Umum Tentang Lama Kerja

Suma’mur (2009), menyatakan bahwa seseorang mampu bekerja dengan baik

pada umunya 6-8 jam. Selebihnya yakni sekitar 16-18 jam dipergunakan untuk

istrahat, tidur, hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Apabila waktu kerja

diperpanjang dari kemampuan standar pekerja maka akan menyebabkan

menurunnya produktivitas serta kecenderungan timbulnya kelelahan, penyakit dan

kecelakaan.

Orang bekerja maksimal 40 jam per minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam

kerja seorang tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan

kerja yang tidak nyaman (Budiono, 2003). Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa,

tidak terlalu berat atau ringan produktifitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja.

Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula dalam darah, untuk

itu perlu bahan bakar (asupan) ke dalam tubuh atau istirahat setengah jam sesudah

4 jam bekerja terus-menerus sangat penting.

Undang-Undang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa lama kerja yang

dianjurkan bagi instansi yang mempergunakan lima hari kerja dalam satu minggu

adalah delapan jam atau empat puluh jam per minggu, dimana waktu delapan jam

tersebut diselingi waktu istirahat selama satu jam dengan perincian istirahat antara

jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama empat jam

terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Adapun

istirahat mingguan selama dua hari (sabtu dan minggu) untuk lima hari kerja selama

seminggu.

Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 Ayat

2, bahwa waktu kerja yang dipersyaratkan sebagai berikut:


22

1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam satu (satu) minggu; atau

2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk

5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Untuk waktu lembur, waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling

banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)

minggu.

D. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja

Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa kerja. Masa kerja

merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung mulai pertama kali masuk kerja

hingga dilakukannya penelitian. Pengalaman kerja seseorang akan mempengaruhi

terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama seseorang bekerja dalam suatu

perusahaan, maka selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan

mempengaruhi tingkat kelelahan dialaminya (Setyawati, 2014).

Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang

dalam waktu tertentu. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun

negatif. Memberikan pengaruh positif apabila semakin lama seseorang bekerja

maka akan semakin berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya,

akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan

menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja

maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan

kerja tersebut.

Menurut Serdamayanti (2009), lama masa kerja adalah salah satu faktor yang

termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang dilakukan
23

secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap

mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan

pernafasan).dalam keadaan ini kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk sisa

dalam otot dan peredaran darah dimana produk sisa ini bersifat membatasi

kelangsungan kegiatan otot.

Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu (Boediono,

2003):

1. Masa kerja <6 tahun

2. Masa kerja 6-10 tahun

3. Masa kerja >10 tahun

Tingkat pengalaman kerja seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi

terjadinya kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang lebih berpengalaman

mampu bekerja secara efisien. Mereka dapat mengatur besarnya tenaga yang

dikeluarkan oleh karena seringnya melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu,

mereka telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya,

sehingga produktifitasnya terjaga. Hal tersebut diperkirakan dapat mencegah atau

mengurangi terjadinya kelelahan kerja (Mulyana, dkk, 2006).

E. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja

Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima pekerja

untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat, berlari dan lain-lain.

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa

fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri

dalam hubungan dengan beban kerja.


24

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja

baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang tenaga kerja

saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari aktivitas fisik yang

dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan

waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan

tenaga kerja dan dapat menimbulkan kelelahan. Seorang tenaga kerja memiliki

kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin diantara

mereka lebih cocok untuk beban fisik atau mental, atau sosial. Namun sebagai

persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat

tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud

penempatan seorang tenaga kerja yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan,

meliputi kecocokan, pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya.

(Suma’mur, 1996).

Faktor yang mempengaruhi beban kerja yaitu:

1. Beban yang diperkenankan

2. Jarak angkut dan intensitas pembebanan.

3. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.

4. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja

5. Kondisi lingkungan kerja yaitu; pencahayaan, temperatur, kebisingan, lantai

licin, kasar, naik dan turun.

6. Keterampilan bekerja.

7. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja.

8. Peralatan kerja beserta keamanannya.


25

Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan semakin

banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta aktifitas yang

berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan lebih cepat mengurangi

ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang berada diantara segmen tulang

belakang dan akan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang

(Nurmianto, 2003).

Untuk mengetahui beban kerja dapat dilakukan dengan pengukuran denyut

jantung. Disamping itu beban kerja juga dapat dinilai berdasarkan tingkat

kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Dalam melakukan pekerjaannya

pekerja mengeluarkan tenaga selama bekerja. Tenaga yang dikeluarkan tersebut

biasanya diukur dalam satuan kilo kalori. Tenaga tersebut diperoleh karena adanya

proses metabolisme didalam tubuh. Kebutuhan energi pada individu dipengaruhi

oleh metabolisme basal, aktifitas fisik dan efek dinamik khusus (Nursanyoto, 2001).

Pengukuran beban kerja dengan metode pengukuran denyut jantung dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Merasakan denyut nadi jantung pada arteri radial pada pergelangan tangan.

2. Menggunakan ECG (Electrocardiograph), yaitu mengukur signal elektrik

yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.

3. Pulse Meter atau Pols teller adalah alat yang kegunaannya sebagai pencatat

waktu dalam memeriksa dan menghitung denyut nadi per menit.

Apabila peralatan tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai

stopwatch dengan metode 10 denyut oleh Kilbon. Dengan metode tersebut dapat

dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:


26

10 denyut
Denyut Nadi (Denyut/menit) = X 60
Waktu perhitungan

Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan penghitungan denyut

nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik. Kepekaan denyut nadi terhadap

perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera

berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari

pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi (Tarwaka, 2004).

Tabel 2.3
Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi
Kategori beban kerja Denyut/menit
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat berat 150-175
Sangat berat sekali >175
Sumber: Christensen Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO.
Geneva dalam Tarwaka, 2010

F. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi

kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan

baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu. Selain

jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama masa bekerja adalah

sangat penting (Tarwaka, 2004).

WHO (1985) menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa

ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body

Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan

alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan


27

berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

lebih panjang. (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT =
(Tinggi Badan)² (m)

Tabel 2.4
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori Deskripsi IMT
Kekurangan berat badan tingkat
< 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat
25,1 – 27,0
ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat
> 27,0
berat
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang menurut indeks

massa tubuh, diantaranya faktor biologis (umur, jenis kelamin, genetik dan

hormon), faktor psikologis (emosi), faktor sosial budaya (ekonomi, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan gizi), pola konsumsi makanan,

faktor perilaku (kebiasaan merokok dan aktifitas fisik) dan keadaan kesehatan

(Virgy, 2011).

Menurut Cicih (1996), status gizi yang baik dengan asupan kalori dalam

jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja

pekerja. Sebaliknya status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang

tidak sesuai dengan jumlah maupun waktu menyebabkan rendahnya ketahanan

kerja ataupun perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja

dalam melaksanakan aktifitasnya. Artinya apabila asupan kalori tenaga kerja tidak

sesuai dengan kebutuhannya maka tenaga kerja tersebut akan lebih cepat merasakan
28

lelah dibandingkan dengan tenaga kerja dengan asupan kalori yang memadai,

sehingga tenaga kerja tersebut harus mendapatkan masukan kalori yang optimal

terutama pada pagi hari karena kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan

akan berdampak terhadap kelelahan pada saat ia bekerja terutama kelelahan

menjelang siang hari.

Pihak perusahaan biasanya menyediakan makanan tambahan seperti snack

setelah 4 jam bekerja dengan memperhatikan gizi kerja untuk menyeimbangkan

keadaan gizi tenaga kerja. Gizi kerja adalah nutrisi yang diperlukan oleh pekerja

untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Gizi

pekerjaan ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-

tingginya. Setiap pekerjaan memerlukan tenaga dan tenaga tersebut bersumber dari

makanan.

G. Tinjauan Umum Tentang Proyek Nipah Mall Makassar

Nipah Mall Makassar dibangun dilahan eks Terminal Panaikang, dibilangan

Jalan Urip Sumoharjo Makassar. Proyek pembangunan Nipah Mall Makassar

merupkan kolaborasi dari 3 perusahaan besar dan ternama di Indonesia. Ketiga

perusahaan tersebut adalah PT. Kalla Inti Karsa, perusahaan milik Wakil Presiden

Indonesia, Jusuf Kalla. PT. Urban Indonesia, perusahaan konsultan perencanaan

milik Walikota Bandung, Ridwan Kamil. PT. PP Persero Tbk, perusahaan dengan

visi menjadi pemimpin perusahaan konstruksi dan investasi di Indonesia yang

berdaya saing Internasional. Nipah Mall Makassar diproyeksikan menjadi kawasan

komersial pertama dan terbesar di wilayah Indonesia timur dengan konsep green

building. Nipah Mall Makassar dibangun dalam suatu tatanan kota yang
29

menyajikan suasana alam yang humanis dan nyaman dalam interaksi masyarakat

perkotaan.

Nipah Mall and Office Building milik Kalla Group berdiri diatas lahan 3,5

hektare dengan total building area 121.426,38 sqm. Terdiri dari 16 lantai, diantaran

6 lantai shopping mall dan 10 lantai perkantoran. Mengusung konsep green

building, Mall ini akan menjadi ikon baru di Makassar dengan konsep indoor dan

outdoor bertema alam pertama di Indonesia Timur.

Nipah Mall memiliki desain unik yang memadukan ruang indoor dan outdoor

dan akan dipercantik dengan pemandangan natural dikelilingi pepohonan nan hijau.

Sertifikat Green Building dengan predikat gold didapatkan Nipah dengan

pemanfaatan sumber daya peralatan yang akan dikelola dengan sebaik-baiknya dan

penggunaan energi seefisien mungkin. Secara bisnis, pembangunan Nipah Mall

mengikuti pula pertumbuhan kelas menengah Makassar yang terus menunjukkaan

peningkatan dan tercermin dari okupansi yang stabil dan terjaga di level tinggi.
30

H. Kerangka Teori

Berikut adalah kerangka teori yang digambarkan berdasarkan hasil

modifikasi dari teori-teori yang menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan

kelelahan kerja

Faktor Pekerjaan:

Lama Kerja

Keadaan Monoton

Beban Kerja

Faktor Pekerja:

Jenis Kelamin

Umur
KELELAHAN
Status Gizi KERJA

Status Kesehatan

Masa Kerja

Postur

Faktor Lingkungan:

Penerangan

Kebisingan

Psikososial

Gambar 2
Kerangka Teori
Sumber: Silaban (1998), Boediono (2003), Tarwaka (2004), dan Suma’mur (2009).
31

I. Batasan Penelitian

Pembahasan batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi

pembahasan pada pokok permasalahan penelitian agar penelitian lebih terarah,

terfokus dan tidak meluas. Ruang lingkup menentukan konsep utama dari

permasalahan sehingga masalah dalam penelitian dapat dimengerti dengan mudah

dan baik.

Adapun alasan peneliti membatasi variabel penelitian adalah sebagai berikut.

1. Urgensi Penelitian

Peneliti mengurutkan masalah berdasarkan prioritas masalah yang ada di

Proyek Nipah Mall Makassar yang berhubungan dengan faktor penyebab

kelelahan kerja.

2. Waktu

Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti dan waktu yang diberikan

oleh pihak Proyek Nipah Mall Makassar.

3. Realitas

Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan bahwa jika beberapa

variabel diteliti maka hasilnya akan homogen atau tidak bervariasi.

4. Biaya

Peneliti memiliki keterbatasan finansial dalam hal pengadaan alat ukur

variabel lainnya.
32

Oleh sebab itu maka peneliti membatasi variabel yang diteliti terkait kelelahan,

yaitu.

1. Umur

2. Lama Kerja

3. Masa Kerja

4. Beban Kerja

5. Status Gizi
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan

sebelumnya oleh beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat berpengaruh

pada kondisi kelelahan seseorang. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel

dependen dan variabel independen. Variabel tersebut didasarkan pada kerangka

teori yang telah disebutkan sebelumnya. Variabel independen terdiri dari umur,

lama kerja, masa kerja, beban kerja dan status gizi, sedangkan untuk variabel

dependen adalah kelelahan kerja. Secara sistematis uraian variabel berdasarkan

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Kelelahan Kerja

Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi

setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah

merupakan suatu perasaan, tergantung dari setiap individu. Kelelahan

menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya

bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta

ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan

ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas

menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan

penurunan kesiagaan keadaan pada saraf sentral sistimik akibat aktivitas yang

berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh sistim aktivasi dan

sistim ihibisi batang otak. Kelelahan juga merupakan fenomena kompleks yang

33
34

disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal.

2. Umur

Umur seseorang dalam bekerja menentukan pengaruh terhadap kelelahan

kerja. Semakin tua umur seseorang, semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi

faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia akan mempengaruhi

ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. Begitupun sebaliknya,

semakin muda seseorang maka semakin mobile pula dalam bekerja karena

tidak merasakan kelelahan dalam waktu yang cepat. Menurut Hidayat (2003),

faktor individu yaitu umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

terjadinya kelelahan, Bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang

berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan

pekelja yang relatif lebih muda.

3. Lama Kerja

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan lama kerja dalam melakukan pekerjaan adalah 7

jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam/hari

dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Jika seorang pekerja

harus bekerja lebih dari lama kerja yang dianjurkan, maka hal tersebut akan

mempengaruhi ketahanan fisik, performanya, dan produktivitasnya sehingga

jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus akan menimbulkan kelelahan

kerja.
35

4. Masa Kerja

Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa kerja. Masa

kerja merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung sejak pertama kali

bekerja sampai dilakukannya penelitian ini. Pengalaman kerja seseorang akan

sangat mempengaruhi tingkat kelelahan kerja, tergantung dari individunya.

Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan

memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan

berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Tingkat pengalaman kerja

seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan. Hal ini

dikarenakan orang yang lebih berpengalaman lebih mampu bekerja secara

efisien berbekal dari pengalaman kerja sebelumnya. Meraka dapat mengatur

besarnya tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya akan memberikan pengaruh

negatif apabila semakin lama seseorang bekerja maka hanya menimbulkan

kelelahan dan kebosanan.

5. Beban Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga

kerja baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang

tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari

aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan

istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah

maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat menimbulkan kelelahan

(Suma’mur, 1996).

Semakin berat beban kerja hingga melampaui batas kapasitas kerja akan

menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan


36

gangguan kesehatan pekerja. Beban kerja fisik dalam kategori berat akan

menyebabkan beban kardiovaskuler meningkat sehingga kelelahan akan cepat

muncul (Tarwaka, 2004).

6. Status Gizi

Status gizi seseoarang berhubungan erat dengan produktifitasnya dalam

bekerja. Untuk dapat melakukan pekerjaan, tubuh membutuhkan energi.

Apabila kebutuhan energi tubuh terpenuhi secara optimal, maka pekerjaan

yang dilakukan akan baik hasilnya, namun apabila kekurangan energi baik

secara jumlah ataupun kualitas, maka produktifitas pekerja akan terganggu

Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk dan

dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan

efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan

mempercepat timbulnya kelelahan. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan

untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang

meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Budiono, 2003)


37

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan diatas, maka lahirlah

kerangka konsep. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen terdiri dari umur, lama kerja, masa kerja, beban

kerja dan status gizi. Sedangkan variabel dependen adalah kelelahan kerja.

Hubungan antara variabel dependen dan variabel independen digambarkan dalam

bagan dibawah ini:

Umur

Lama Kerja

Kelelahan
Masa Kerja
Kerja

Beban Kerja

Status Gizi

Gambar 3
Kerangka Konsep

Ket: Variabel Independen Arah Hubungan

Variabel Dependen
38

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja yang diukur dalam penelitian ini adalah kelelahan fisik

yang dirasakan oleh responden (pekerja) dengan menggunakan alat Reaction

Timer, dalam satuan kelelahan milidetik.

Kriteria objektif :

Tidak lelah : Angka waktu reaksi < 240 milidetik

Lelah : Angka waktu reaksi >240 milidetik

(Setyawati, 2010)

2. Umur

Umur dalam penelitian ini adalah lamanya responden hidup sejak lahir

sampai saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dengan satuan tahun.

Kriteria objektif :

Tua : Usia responden ≥ 35 tahun

Muda : Usia responden < 35 tahun

(Depkes RI, 2009)

3. Lama Kerja

Lama kerja dalam penelitian ini adalah waktu kerja setiap hari yang

dilakukan oleh responden (pekerja) untuk bekerja.

Kriteria objektif :

Memenuhi syarat : Bekerja < 8 jam/hari

Tidak memenuhi syarat : Bekerja > 8 jam/hari

(UU No. 13 Tahun 2003)


39

4. Masa Kerja

Masa kerja dalam penelitian ini adalah lamanya seseorang bekerja yang

dihitung pada saat pekerja mulai bekerja sampai dengan penelitian ini

dilakukan dalam satuan tahun.

Kriteria objektif :

Baru : Bekerja selama < 3 tahun

Lama : Bekerja selama > 3 tahun

(Tarwaka, 2008)

5. Beban Kerja

Beban kerja dalam penelitian ini adalah tingkat beban kerja yang

diperoleh dengan mengukur denyut nadi pada pekerja dalam satuan

denyut/menit yang dilakukan dengan menggunakan digital omron.

Kriteria objektif :

Ringan : Denyut nadi < 100 denyut/menit

Berat : Denyut nadi > 100 denyut/menit

(Tarwaka, 2008)

6. Status Gizi

Status gizi dalam penelitian ini adalah kondisi gizi normal atau tidak

normal yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran berat

badan dengan menggunakan timbangan dalam satuan kilogram (kg) dan

pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dalam satuan meter (m).

IMT dapat dihitung dengan rumus:

Berat Badan (Kg)


IMT =
(Tinggi Badan)² (m)
40

Kriteria Objektif :

Normal : IMT antara 18,5 kg/m2 – 25,0 kg/m2

Tidak Normal : IMT <18,5 kg/m2 dan >25,0 kg/m2

(Depkes RI, 2009)

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

b. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

c. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

d. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

e. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

b. Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

c. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar


41

d. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar

e. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan crsoss sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

variabel independen terhadap variabel dependen yaitu umur, lama kerja, masa kerja,

beban kerja dan status gizi dengan kelelahan pekerja. Dalam penelitian ini

mengambil data dari reponden dengan metode survei menggunakan kuesioner dan

melakukan pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di proyek konstruksi Nipah

Mall Makassar Tahun 2017.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di proyek konstruksi Nipah Mall Makassar pada bulan

Desember 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011). Populasi pada penelitian ini adalah pekerja di proyek konstruksi Nipah

Mall Makassar yang berjumlah 307 orang yang bekerja pada unit pekerjaan

seperti pekerjaan galian, pengangkutan, pekerjaan beton, pembongkaran,

pengecoran, pembesian, bekisting, pemasangan plat, curing, pekerjaan baja,

pengelasan, handling, pengecatan, pekerjaan plester & acian dinding,

pemasangan lantai & keramik, pekerjaan plafond.

42
43

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Metode pengambilan sampel yang dipakai

dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode penetapan

sampel dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan

tujuan atau masalah penelitian dalam sebuah populasi.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

rumus Lemeshow sebagai berikut:


𝑎
𝑍 2 1 − 2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑛= 𝑎
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 1 − 2 𝑃(1 − 𝑃)

1,962 ∙ 0,975 ∙ 0,5(1 − 0,5)307


𝑛=
0,12 (307 − 1) + 1,962 ∙ 0,975 ∙ 0,5(1 − 0,5)

0,936 ∙ 307
𝑛=
0,01 ∙ 306 + 0,936

287,352
𝑛=
3,996

𝑛 = 71,90

Keterangan:
𝑎 0,05
Nilai 𝑎 = 0,05 jadi 1 − = 1 −
2 2

= 1 − 0,025

= 0,975

𝑛 = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat ketepatan yang digunakan, yaitu 0,1

p = proporsi target populasi


44

Z = tingkat kepercayaan sebesar 95%

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh hasil jumlah sampel yang

diperlukan untuk penelitian ini sebanyak 72 orang. Untuk menghindari adanya drop

out, maka besar sampel ditambahkan 10% dari total sampel yaitu menjadi 79 orang

responden.

Pada penelitian yang dilakukan di proyek konstruksi Nipah Mall Makassar,

didapatkan sampel sebanyak 74 orang responden.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan

data secara primer dan data secara sekunder. Adapun pengumpulan datanya adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

responden (pekerja). Adapun pengumpulan data primer diperoleh melalui:

a. Data mengenai hasil pengukuran kelelahan kerja yang diukur dengan

menggunakan Reaction Timer.

b. Data mengenai karakteristik responden mengenai umur, lama kerja, masa

kerja, dan status gizi dapat diketahui melalui wawancara dan

menggunakan kuesioner.

c. Data mengenai beban kerja responden dapat diketahui dengan melakukan

pengukuran beban kerja dengan menggunakan digital omron.

d. Data mengenai status gizi responden dapat diketahui dengan pengukuran

Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dilakukan dengan mengukur berat dan

tinggi badan dengan menggunakan timbangan dan microtoice.


45

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber untuk mendukung data

primer yang didapatkan melalui dokumentasi/tulisan, buku-buku, jurnal dan

berbagai hasil penelitian yang terkait dengan penelitian serta informasi dari

pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti dan ada relevansinya

dengan permasalahan penelitian peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai

dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk

pengambilan data beserta pendukungnya yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden. Informasi yang berkaitan dengan kuesioner adalah mengenai

identitas responden, umur, lama kerja, masa kerja dan status gizi. Kuesioner

berisi 16 butir pertanyaan dan dengan jawaban yang berbeda-beda sesuai

dengan bentuk pertanyaan.

2. Reaction Timer

Reaction Timer merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan

berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja

dari alat ini adalah memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau

lampu yang kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat

dihitung waktu reaksi tenaga kerja berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

merespon signal tersebut. Cara penggunaan alat waktu reaksi (Reaction Timer)

yaitu:
46

a. Alat dihubungkan dengan sumber listrik atau baterry.

b. Alat dihidupkan dengan menekan tombol on atau off pada on (hidup).

c. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka “0,000” dengan

menekan tombol “nol”.

d. Dipilih rangsang cahaya dengan menekan tombol “cahaya”.

e. Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek dan diminta

secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya dari sumber rangsang

(lampu).

f. Untuk memberi rangsang, pemeriksa menekan tombol “mulai”.

g. Setelah diberi rangsang subjek menekan tombol maka pada layar kecil

akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan “millidetik”.

h. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali.

i. Catat keseluruhan hasil pada lembar formulir yang telah disediakan.

j. Setelah selesai pemeriksaan alat dimatikan dengan menekan tombol “on

atau off” pada off dan lepaskan alat dari sumber listrik atau baterry.

k. Hasil pengukuran dianalisa dengan diambil nilai rata-ratanya.

3. Digital Omron

Pengukuran beban kerja dilakukan dengan cara mengukur denyut nadi

pekerja. Digital omron merupakan alat untuk mengukur tekanan darah dan

denyut jantung. Penggunaan alat ini dengan sistem digital akan mempermudah

pembacaan denyut nadi sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat

dibandingkan dengan penghitungan denyut nadi secara manual. Cara

penggunaan digital omron pada saat pengukuran adalah:

a. Masukkan plug udara ke jack udara.


47

b. Gunakan manset pada lengan atas. Bagian bawah manset berada 1-2 cm di

atas siku. Marker berada ditengah lengan dalam.

c. Kencangkan manset.

d. Level ketinggian manset sama dengan jantung.

e. Tekan tombol START untuk memulai pengukuran, manset akan

mengembang otomatis.

f. Tunggu dan akan muncul nilai pada display monitor, dilakukan sebanyak 3

kali.

g. Tekan tombol memori untuk mendapatkan hasil rata-ratanya.

h. Catat hasil pengukuran yang tertera pada display monitor yang berlabel

pulse.

i. Tekan tombol STOP untuk menonaktifkan alat.

4. Timbangan

Timbangan adalah alat untuk mengukur berat badan pekerja dalam satuan

kilogram. Cara penggunaan alat ini adalah dengan naik keatas alat ini dan akan

terlihat angka berat badan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk angka. Dalam

penggunaan alat ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti

responden tidak boleh menggunakan alas kaki saat berada diatas timbangan,

tubuh responden harus tegak dan wajah lurus menghadap kedepan. Setelah itu,

dicatat hasilnya.

5. Microtoice

Microtoice adalah alat untuk mengukur tinggi badan pekerja dalam satuan

cm. Cara penggunaan alat ini adalah dengan meletakkan microtoice pada

ketinggian 2 meter. Subjek yang akan diukur berdiri dibawah alat lalu ditarik
48

penggaris sehingga menunjukkan angka tinggi pekerja tersebut. Setelah itu,

dicatat hasilnya.

6. Alat Tulis

Alat tulis adalah alat untuk mencatat hasil dari pengukuran selama

penelitian. Alat tulis yang digunakan berupa pensil/pulpen dan lembar

pengukuran.

7. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk mengambil dokumentasi

sebagai bukti selama penelitian berlangsung.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program

SPSS (Statistic Package for Social Science). Pengolahan data ini dilakukan

dalam beberapa tahap, diantaranya:

a. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.


49

c. Entry Data

Pelaksanaan entry data dilakukan dengan terlebih dahulu membuat

program entry data pada program SPSS sesuai dengan variabel yang

diteliti untuk mempermudah proses analisis hasil penelitian. Selanjutnya

data-data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner dimasukkan (dientry)

ke dalam komputer berdasarkan program entry data yang telah dibuat

sebelumnya.

d. Cleaning

Memeriksa kembali data yang ada di program komputer dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memastikan bahwa tidak ada

kesalahan dalam entry data.

e. Skoring

Setelah data diperbaiki dan dikoreksi kesalahan-kesalahannya pada

waktu pengisian, selanjutnya diberikan skor untuk setiap variabel

penelitian dengan tujuan memudahkan mengidentifikasi variabel

penelitian dan selanjutnya dilakukan kategori berdasarkan rata-rata nilai

tiap variabel.

2. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk

membahas hasil penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


50

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

masalah penelitian dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang

digunakan dalam penelitian ini, yakni dengan melihat gambaran distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel independen (umur, lama kerja, masa

kerja, beban kerja dan status gizi) dan variabel dependen (kelelahan kerja) yang

dikehendaki dari tabel distribusi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis data dilakukan untuk mengetahui

hubungan umur, lama kerja, masa kerja, beban kerja dan status gizi dengan

kelelahan kerja pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017

menggunakan uji Chi Square dengan rumus sebagai berikut :

(O−E)²
X² = Ʃ E

Keterangan:

O = frekuensi hasil observasi

E = frekuensi yang diharapkan.

Nilai E = (total kolom x total baris)/total pengamatan

df = (b-1) (k-1)

Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan < 5, maka digunakan rumus

Fisher Exact dimana uji ini juga reliable untuk jumlah sampel kecil dengan

rumus sebagai berikut:


51

P = (a+b)! (c+d)! (a+c)! (b+d)!

N! a! b! c! d!

Keterangan:

P = Nilai Fisher Exact

! = Faktorial

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat

signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika Pvalue> 0,05, hipotesis penelitian ditolak.

Sebaliknya, jika Pvalue ≤ 0,05, hipotesis penelitian diterima.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

PT. PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan

berdasarkan Akta No. 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan

Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan

Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan

berubah menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui

Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi yang

telah berkembang selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi

pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah

dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT. PP (Persero)

diverifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis

perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan

melalui kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia

Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana. Salah satu proyek yang dibangun oleh

PT. PP (Persero) adalah proyek Nipah Mall.

Proyek Nipah Mall ini dibangun di lahan eks terminal Panaikang di Jl. Urip

Sumoharjo samping kantor gubernur Sulawesi Selatan di Makassar. Proyek

pembangunan Nipah Mall Makassar merupakan kolaborasi dari tiga perusahaan

besar dan ternama di Indonesia yaitu PT. Kalla Inti Karsa, PT. Urban Indonesia dan

PT. PP (Persero) Tbk. Proyek pembangunan Nipah Mall ini dimulai pada tanggal

52
53

25 September 2015 dengan kontrak senilai 410 milyar. Proyek Nipah Mall

Makassar ini ditargetkan rampung pada bulan Maret 2017.

Proyek Nipah Mall terdiri dari 6 bangunan yaitu gedung A yang akan

digunakan sebagai outlet Toyota, gedung B yang direncanakan untuk office setinggi

20 lantai, gedung C yang digunakan untuk mall, gedung D adalah area foodcourt,

gedung E merupakan bangunan parkir 7 lantai dan gedung F sebagai area entertaint.

Adapun program Safety Health and Environment yang dilakukan selama proyek

belangsung yaitu:

a. Occupational Health Program

1) Fogging

2) Measures Medical / Clinical dan Nurse

3) Training P3K

4) Program HIV/AIDS

b. Safety Program

1) Penerapan Peraturan dan Pedoman SHE PT. PP

2) Penerapan ISO 14001:2004/OHSAS 18001:2007

3) Pelaksanaan IBPR (Identifikasi Bahaya, Penilaian & Pengendalian Risiko)

4) Pembuatan Susunan Organisasi P2K3 dan Tanggap Darurat

5) Pembuatan Denah Jalur Evakuasi, Denah Instalasi Listrik Kerja, dan Denah

Instalasi Air kerja

6) Pemasangan safety net dan railing pengaman

7) Pembuatan Traffic Management

8) Pembuatan daftar alamat, kontak person, nomor telepon instansi penting


54

9) Pembuatan denah rencana penempatan rambu K3, APAR, tempat sampah

dan fasilitas umum lainnya

10) Safety talk

11) Safety patrol

12) Safety meeting

13) SHE Induction

14) Daily SHE Inspection

15) Training K3L (Penggunaan APD dan APK, Bekerja di ketinggian,

Penggunaan APAR, Penggunaan scaffolding, First Aid, Tanggap darurat,

Evakuasi)

16) Menetapkan Standard Prosedur Operasi

17) Audit kinerja dan pelaksanaan SHE (Internal dan Eksternal)

18) Papan pengumuman

19) Pemasangan Rambu Keselamatan

20) Penghargaan, Disipliner & Laporan Pelanggaran SHE

21) Full Body Harness Training

22) Peringatan SHE

23) Pelaporan Investigasi dan Kecelakaan

24) Ketidaksesuaian, Perbaikan dan Pencegahan

25) Pembuatan Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan

26) The use of portable fire extinguisher training

27) Scaffolding inspection

28) Asuransi Tenaga Kerja / BPJS

29) Surat Izin Bekerja


55

30) Prestart Briefing/ Toolbox Meeting

B. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang

(crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan

tabel. Hasil penelitian disajikan dalam tabel dan narasi.

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Umur pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar berkisar antara

17-70 tahun. Gambaran responden berdasarkan umur adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Umur (Tahun)
Jumlah (n) Persentase (%)
15-20 8 10.8
21-25 15 20.2
26-30 11 14.8
31-35 10 13.5
36-40 10 13.5
41-45 8 10.8
46-50 5 6.7
51-55 3 4.0
56-60 3 4.0
60-70 1 1.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden

terbanyak terdapat pada kategori umur 21-25 tahun yaitu 15 responden

(20.2%) sedangkan jumlah responden paling sedikit terdapat pada kategori

umur 60-70 tahun yaitu 1 responden (1.3%).


56

b. Beban Kerja

Beban kerja dalam penelitian ini adalah tingkat beban kerja yang

diperoleh dengan mengukur denyut nadi pada pekerja dalam satuan

denyut/menit. Angka denyut nadi pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall

Makassar berkisar antara 62-117 denyut/menit. Gambaran beban kerja

responden berdasarkan pengukuran denyut nadi adalah sebagai berikut.

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
Denyut Nadi Frekuensi
(denyut/menit) Jumlah (n) Persentase (%)
60-70 4 5.40
71-80 11 14.86
81-90 20 27.0
91-100 11 14.86
101-110 22 29.72
111-120 6 8.10
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden

terbanyak terdapat pada kategori denyut nadi 101-110 denyut/menit yaitu

22 responden (29.72%) sedangkan jumlah responden paling sedikit

terdapat pada kategori denyut nadi 60-70 denyut/menit yaitu 4 responden

(5.40%).

c. Status Gizi

Status gizi dalam penelitian ini diukur berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT). Angka IMT pekerja berkisar antara 17.5 kg/m2 – 28.39

kg/m2. Gambaran status gizi responden berdasarkan pengukuran IMT

adalah sebagai berikut.


57

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
IMT Frekuensi
(kg/m2) Jumlah (n) Persentase (%)
17.0 – 18.0 2 2.70
18.1 – 19.0 2 2.70
19.1 – 20.0 7 9.45
20.1 – 21.0 12 16.21
21.1 – 22.0 11 14.86
22.1 – 23.0 10 13.51
23.1 – 24.0 9 12.16
24.1 – 25.0 2 2.70
25.1 – 26.0 9 12.16
26.1 – 27.0 5 6.75
27.1 – 28.0 3 4.0
28.1 – 29.0 2 2.70
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden

terbanyak terdapat pada kategori IMT 20.1-21.0 kg/m2 yaitu 12 responden

(16.21%) sedangkan jumlah responden paling sedikit terdapat pada

kategori IMT 17.0-18.0 kg/m2, 18.1-19.0 kg/m2, 24.1-25.0 kg/m2 dan 28.1-

29.0 kg/m2 yaitu masing-masing 2 responden (2.70%).

2. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisis setiap variabel secara deskriptif.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel.

a. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Umur responden yang bekerja di Proyek Nipah Mall Makassar antara

17-70 tahun. Penyajian data berdasarkan umur responden adalah sebagai

berikut.
58

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Umur
Jumlah (n) Persentase (%)
Tua 31 41.9
Muda 43 58.1
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden berumur muda yaitu sebanyak 43 orang (58.1%)

sedangkan responden yang berumur tua yaitu sebanyak 31 orang (41.9%).

b. Distribusi Responden berdasarkan Lama Kerja

Penyajian data berdasarkan lama kerja responden adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Lama Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Memenuhi Syarat 61 82.4
Memenuhi Syarat 13 17.6
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden lama kerjanya tidak memenuhi syarat yaitu

sebanyak 61 orang (82.4%) sedangkan responden yang lama kerjanya

memenuhi syarat yaitu sebanyak 13 orang (17.6%).


59

c. Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

Penyajian data berdasarkan masa kerja responden adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Masa Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Lama 47 63.5
Baru 27 36.5
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden masa kerjanya sudah lama yaitu sebanyak 47

orang (63.5%) sedangkan responden yang masa kerjanya masih baru yaitu

sebanyak 27 orang (36.5%).

d. Distribusi Responden berdasarkan Beban Kerja

Penyajian data berdasarkan beban kerja responden adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Beban Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Berat 29 39.2
Ringan 45 60.8
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
60

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden beban kerjanya ringan yaitu sebanyak 45 orang

(60.8%) sedangkan responden yang beban kerjanya berat yaitu sebanyak

29 orang (39.2%).

e. Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi

Penyajian data berdasarkan status gizi responden adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Status Gizi
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Normal 22 29.7
Normal 52 70.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden status gizinya normal yaitu sebanyak 52 orang

(70.3%) sedangkan responden yang status gizinya tidak normal yaitu

sebanyak 22 orang (29.7%).

f. Distribusi Responden berdasarkan Kelelahan Kerja

Penyajian data berdasarkan kelelahan kerja responden adalah sebagai

berikut.
61

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Kelelahan Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Lelah 59 79.7
Tidak Lelah 15 20.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 74 responden diperoleh

sebagian besar responden mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak 59

orang (79.7%) sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan

kerja yaitu sebanyak 15 orang (20.3%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan uji statistik yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel independen yaitu umur, lama kerja, masa kerja,

beban kerja dan status gizi dengan variabel dependen yaitu kelelahan kerja.

Adapun hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk crosstab sebagai

berikut.

a. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan umur dengan kelelahan kerja. Berikut adalah hasil

analisis hubungan umur dengan kelelahan kerja dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:
62

Tabel 5.10
Hubungan Umur dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Tidak Total Hasil Uji
Umur Lelah
Lelah Statistik
n % n % n %
Tua 30 96.8 1 3.20 31 100.0
p=0.002
Muda 29 67.4 14 32.6 43 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 74 responden, pekerja yang

mengalami kelelahan kerja dengan kategori umur tua sebanyak 30

responden (96.8%) dan kategori umur muda sebanyak 29 responden

(67.4%). Sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan kerja

pada kategori umur tua sebanyak 1 responden (3.20%) dan pada kategori

muda sebanyak 14 responden (32.6%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.002 (p<0.05), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa umur memiliki hubungan dengan kelelahan kerja pada

Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.

b. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan lama kerja dengan kelelahan kerja. Berikut adalah

hasil analisis hubungan lama kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:


63

Tabel 5.11
Hubungan Lama Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Lama Total Hasil Uji
Lelah Tidak lelah
Kerja Statistik
n % n % n %
Tidak
Memenuhi 52 85.2 9 14.8 61 100.0
Syarat p=0.011
Memenuhi
7 53.8 6 46.2 13 100.0
Syarat
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 74 responden, pekerja yang

mengalami kelelahan kerja dengan kategori lama kerja tidak memenuhi

syarat sebanyak 52 responden (85.2%) dan kategori memenuhi syarat

sebanyak 7 responden (53.8%). Sedangkan responden yang tidak

mengalami kelelahan kerja pada kategori lama kerja tidak memenuhi

syarat sebanyak 9 responden (14.8%) dan kategori memenuhi syarat

sebanyak 6 responden (46.2%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.011 (p<0.05), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa lama kerja memiliki hubungan dengan kelelahan kerja

pada Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.

c. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja. Berikut adalah

hasil analisis hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:


64

Tabel 5.12
Hubungan Masa Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Masa Total Hasil Uji
Lelah Tidak lelah
Kerja Statistik
n % n % n %
Lama 42 89.4 5 10.6 47 100.0
p=0.007
Baru 17 63.0 10 37.0 27 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 74 responden, pekerja yang

mengalami kelelahan kerja dengan kategori masa kerja lama sebanyak 42

responden (89.4%) dan kategori baru sebanyak 17 responden (63.0%).

Sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan kerja pada kategori

masa kerja lama sebanyak 5 responden (10.6%) dan pada kategori baru

sebanyak 10 responden (37.0%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.007 (p<0.05), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa masa kerja memiliki hubungan dengan kelelahan kerja

pada Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.

d. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja. Berikut adalah

hasil analisis hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:


65

Tabel 5.13
Hubungan Beban Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Beban Tidak Total Hasil Uji
Lelah
Kerja Lelah Statistik
n % n % n %
Berat 27 93.1 2 6.90 29 100.0
p=0.036
Ringan 32 71.1 13 28.9 45 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 74 responden, pekerja yang

mengalami kelelahan kerja dengan kategori beban kerja berat sebanyak 27

responden (93.1%) dan kategori ringan sebanyak 32 responden (71.1%).

Sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan kerja pada kategori

beban kerja berat sebanyak 2 responden (6.90%) dan pada kategori ringan

sebanyak 13 responden (28.9%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.036 (p<0.05), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa beban kerja memiliki hubungan dengan kelelahan

kerja pada Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.

e. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data

mengenai hubungan status gizi dengan kelelahan kerja. Berikut adalah

hasil analisis hubungan status gizi dengan kelelahan kerja dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:


66

Tabel 5.14
Hubungan Status Gizi dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Status Tidak Total Hasil Uji
Lelah
Gizi Lelah Statistik
n % n % n %
Tidak
21 95.5 1 4.50 22 100.0
Normal p=0.030
Normal 38 73.1 14 26.9 52 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 74 responden, pekerja yang

mengalami kelelahan kerja dengan kategori status gizi tidak normal

sebanyak 21 responden (95.5%) dan kategori normal sebanyak 38

responden (73.1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

kelelahan kerja pada kategori status gizi tidak normal sebanyak 1

responden (4.50%) dan pada kategori normal sebanyak 14 responden

(26.9%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p=0.030 (p<0.05), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa status gizi memiliki hubungan dengan kelelahan kerja

pada Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, lama kerja, masa

kerja, beban kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja proyek

konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Adapun pembahasan dari hasil

analisis data variabel-variabel penelitian dinarasikan sebaagai berikut.


67

1. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja kerap diartikan sebagai proses penurunan performa,

efektivitas dan efisiensi serta berkurangnya kekuatan dan ketahanan tubuh

untuk terus melakukan suatu pekerjaan (Wignjosoebroto, 2003). Kelelahan

juga merupakan kriteria yang kompleks bukan hanya berkaitan dengan

kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi juga berhubungan erat dengan

penurunan kerja fisik dan perasaan lelah, penurunan motivasi dalam bekerja,

dan penurunan produktivitas kerja.

Kelelahan kerja merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif. Setiap

orang mempunyai persepsi yang berbeda dalam mengartikan kelelahan

sehingga sulit untuk diukur. Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan

dengan berbagai cara diantaranya menggunakan metode kualitas dan kuantitas

hasil kerja, pengukuran perasaan kelelahan secara subjektif (menggunakan

kuesioner KAUPK2), pengukuran gelombang listrik pada otak (menggunakan

alat Electroenchepalography (EEG)), pengukuran kelelahan mental

(menggunakan Bourdon Wiersma Test) dan pengukuran yang bersifat fisik atau

uji Psiko-Motor (menggunakan alat reaction timer).

Pengukuran kelelahan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengukur

kelelahan kerja yang bersifat fisik dengan menggunakan alat ukur reaction

timer pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar. Pengukuran

kelelahan kerja dengan menggunakan alat reaction timer untuk mengukur

tingkat kelelahan kerja berdasarkan kecepatan waktu reaksi pekerja terhadap

rangsangan cahaya yang menjadi objek reaksi pada alat yang digunakan.
68

Panjangnya waktu reaksi pada saat dilakukan pengukuran merupakan petunjuk

adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot pekerja.

Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan dengan menggunakan reaction

timer untuk mengetahui kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja konstruksi

proyek Nipah Mall Makassar diperoleh hasil bahwa dari 74 responden yang

diukur kelelahannya, 59 responden (79.7%) mengalami kelelahan dan 15

responden (20.3%) tidak mengalami kelelahan.

Pada penelitian ini pekerja yang mengalami kelelahan antara umur tua dan

umur muda hampir sama. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya umur yang

telah lanjut kemampuan fisik seseorang otomatis menurun. Tenaga kerja yang

berumur tua akan mengalami penurunan kekuatan otot yang berdampak

terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya dan penurunan kekuatan

otot akan menyebabkan kelelahan otot yang terjadi karena akumulasi asam

laktat dalam otot (Setyawati, 2010) sedangkan pekerja yang berumur muda

juga cukup banyak yang mengalami kelelahan karena lama kerja yang melebihi

batas normal bekerja yaitu lebih dari 8 jam perhari dan masa kerjanya yang

sudah tergolong lama.

Pada penelitian ini pekerja yang lama kerjanya tidak memenuhi syarat atau

lebih dari 8 jam lebih banyak mengalami kelelahan daripada pekerja yang lama

kerjanya memenuhi syarat. Hal ini sejalan dengan Suma’mur (2009) yang

menyatakan bahwa apabila seseorang melakukan pekerjaan fisik namun tidak

melakukan variasi dalam bekerja dan dalam waktu yang melebihi batas yang

telah ditentukan untuk seorang pekerja dalam sehari maka akan menyebabkan
69

kontraksi otot-otot penguat penyangga perut secara terus-menerus dalam

jangka waktu yang lama.

Pekerja yang masa kerjanya sudah lama cenderung mengalami kelelahan

dibanding pekerja yang masa kerjanya tergolong baru. Hal tersebut

berpengaruh dengan perasaan jenuh akibat pekerjaan yang dilakukan secara

terus-menerus yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami oleh

pekerja konstruksi. Menurut Suma’mur (2013) masa kerja yang lama untuk

pekerjaan yang dilakukan secara monoton dan terus menerus dapat

menimbulkan perasaan lelah.

Beban kerja merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi

kelelahan. Pada penelitian yang dilakukan, walaupun beban kerja pekerja

tergolong dalam beban kerja ringan tetapi tetap saja mengalami kelelahan. Hal

ini dikarenakan pekerja memiliki pekerjaan tambahan diluar pekerjaan

utamanya sebagai pekerja konstruksi. Pekerja yang beban kerjanya berat sudah

pasti mengalami kelelahan kerja. Hal ini terjadi karena semakin berat beban

kerja seseorang maka kemapuan seseorang dalam bekerja juga dituntut harus

mengimbangi beban kerja tersebut. Dalam hal ini, pekerja yang memiliki beban

kerja yang berat, tidak diimbangi dengan kemampuan kerja mereka sehingga

mudah terjadi kelelahan. Hal ini sejalan dengan teori menurut Munandar

(2008) setiap beban kerja harus sesuai dengan kemampuan fisik, kemampuan

kongnitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Berat

ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat

digunakan untuk menentukan berapa lama orang tersebut dapat melakukan

pekerjaannya sesuai dengan kapasitas kerja yang bersangkutan


70

Pada penelitian ini pekerja yang mengalami kelelahan walaupun status

gizinya termasuk dalam kategori normal karena konsumsi asupan energi

pekerja tidak dalam jumlah dan waktu yang tepat. Pekerjaan berat seperti

pekerja konstruksi memerlukan energi yang cukup untuk melakukan pekerjaan

seperti memenuhi asupan pada pagi hari sebelum bekerja tetapi beberapa

pekerja tidak sarapan pada pagi hari. Konsumsi air minum yang kurang juga

menjadi penyebab pekerja mengalami kelelahan. Ketidakseimbangan antara

energi yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah energi yang diterima oleh tubuh

berpengaruh terhadap efisiensi dan produktivitas pekerja, sehingga pekerja

mudah mengalami kelelahan. Kusmawan (2015) menyatakan asupan energi

sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu

prima, kekurangan asupan energi mengakibatkan gangguan kesehatan dan

produktivitas kerja. Tingkat asupan energi terutama bagi pekerja berat adalah

faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak

diimbangi dengan asupan energi yang cukup, biasanya akan mempercepat

lelah.

Berbagai pekerjaan harus dikerjakan oleh para pekerja konstruksi proyek

Nipah Mall tersebut berpotensi menimbulkan kelelahan. Jika kelelahan

tersebut dibiarkan secara terus-menerus dialami oleh pekerja dan tidak ada

upaya penaggulangan maka dapat memberikan dampak negatif bagi pekerja itu

sendiri. Pencegahan terhadap terjadinya kelelahan kerja dapat dilakukan

dengan mengurangi penyebab kelelahan yaitu dengan menyeimbangkan beban

kerja dengan kapasitas pekerja, mengatur jam kerja dalam batas normal dan
71

waktu istirahat yang cukup, serta bergantian dalam bekerja ketika sudah mulai

merasa kelelahan.

2. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja

Faktor usia seseorang akan memengaruhi metabolisme basal dari individu

tersebut. Semakin tua individu tersebut maka metabolisme basal akan semakin

menurun dan individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan (Suma’mur,

2009). Umur dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori

umur muda apabila responden beumur dibawah 35 tahun dan kategori umur tua

apabila responden berumur 35 tahun keatas. Dari 74 responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden berumur muda yaitu sebanyak 43 orang

(58.1%) dan responden yang berumur tua sebanyak 31 orang (41.9%).

Berdasarkan observasi di proyek Nipah Mall Makassar ditemukan bahwa

sebagian besar pekerja masih berumur dibawah 35 tahun.

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel umur dan kelelahan kerja

menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan kerja pada kategori

umur tua yaitu 30 orang (96.8%) dan pekerja pada kategori umur muda yaitu

29 orang (67.4%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p=0.002 (p<0.05)

yang berarti ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi proyek Nipah Mall Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui

bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi pula perasaan

kelelahannya.

Oentoro (2004) menyatakan bahwa pekerja yang berusia 40 tahun keatas

akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif

lebih muda. Disamping hal tersebut, pekerja yang berumur lebih tua akan
72

mengalami penurunan kekuatan otot yang berdampak terhadap kelelahan

dalam melakukan pekerjaannya. Penurunan kekuatan otot akan menyebabkan

kelelahan otot yang terjadi karena adanya akumulasi asam laktat dalam otot

yang dapat menyebabkan menurunnya kerja otot yang pada akhirnya

berdampak pada kelelahan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara umur

dengan kelelahan kerja dikarenakan dalam proyek konstrusksi di Nipah Mall,

jenis pekerjaan yang ada cenderung merupakan pekerjaan berat. Pekerja yang

sudah tergolong umur tua pun dituntut untuk mengerjakan pekerjaan yang ada.

Hal ini disebabkan ketergantungan pekerja dengan proyek konstruksi dimana

dari hasil pekerjaan tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengalaman para pekerja selama bertahun-tahun bekerja pada proyek

konstruksi membuat mereka terbiasa dengan pekerjaan tersebut dan khawatir

untuk melakukan pekerjaan lain. Ditambah dengan pesatnya pembangunan

infrastruktur dibidang konstruksi membuat para pekerja lebih memilih

pekerjaan tersebut sebagai tempat menggantungkan hidup mereka walaupun

sering merasakan kelelahan pada saat bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marif

(2013) yang menyatakan bahwa dari 100 orang pekerja, diantara 51 pekerja

umur muda, 43.1% mengalami kelelahan dan dari 49 pekerja umur tua,

sebanyak 46.9% mengalami kelelahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa terdapat hubungan bermakna antara umur dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan Menara tambat lepas pantai di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013. Penelitian ini sejalan pula


73

dengan penelitian Fadel (2014) yang menyatakan bahwa kelelahan lebih

banyak dialami oleh pekerja berumur tua yaitu 16 orang (76.2%) dan pekerja

yang berumur muda sebanyak 8 orang (38.1%). Hasil penelitan tersebut

menyatakan ada hubungan antara usia dengan kelelahan kerja pada pengemudi

pengangkutan BBM di terminal bahan bakar minyak PT. Pertamina Parepare

Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa setiap jenis pekerjaan

harus disesuaikan dengan kemampuan fisik, kemampuan kognitif, dan

keterbatasan manusia dalam melakuka pekerjaan tersebut. Pekerja yang

beumur tua lebih mudah mengalami kelelahan karena proses metabolisme

didalam tubuhnya sudah mulai menurun. Begitupun dengan pekerja yang

berusia muda, walaupun pekerja tersebut masih mobile dalam melakukan

pekerjaan, tetapi dengan faktor lain seperti jam kerjanya yang melebihi batas

normal, serta beban kerjanya yang tidak sesuai dengan kapasitasnya, maka

pekerja tersebut berpotensi mengalami kelelahan.

3. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja

Lama kerja adalah waktu kerja setiap hari yang dilakukan oleh pekerja

untuk bekerja. Secara normal lama kerja yang diperkenankan kepada setiap

pekerja yaitu tidak lebih dari 8 jam/hari. Menurut Undang-Undang

Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, waktu kerja yang dipersyaratkan dalam

sehari yaitu 7-8 jam. Lama kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori,

yaitu lama kerja yang memenuhi syarat atau maksimal 8 jam perhari dan

kategori lama kerja yang tidak memenuhi syarat atau diatas 8 jam perhari. Dari

74 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja dengan


74

jam kerja tidak memenuhi syarat yaitu 61 orang (82.4%) dan yang memenuhi

syarat yaitu 13 orang (17.6%). Berdasarkan observasi dilapangan, terlihat

bahwa sebagian besar pekerja bekerja selama 12 jam perhari seperti dalam

pengerjaan struktur bangunan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel lama kerja dengan

kelelahan kerja menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan pada

kategori jam kerja tidak memenuhi syarat yaitu 52 orang (85.2%) dan pekerja

pada kategori jam kerja memenuhi syarat yaitu 7 orang (53.8%). Berdasarkan

hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.011 (p<0.05) yang berarti terdapat

hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi

proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa

semakin lama pekerja bekerja selama 1 hari, maka semakin tinggi pula

perasaan kelelahannya.

Menurut Suma’mur (1996), seseorang yang bekerja dengan baik

dipengaruhi oleh lama kerjanya, dimana kemampuan fisik akan berangsur

menurun dengan bertambahnya masa kerja akibat kelelahan dari pekerjaan dan

dapat diperberat bila dalam melakukan pekerjaan fisik pekerja tidak melakukan

variasi dalam bekerja. Lama kerja akan menyebabkan kontraksi otot-otot

penguat penyangga perut secara terus-menerus dalam waktu lama.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata pekerja bekerja selama

12 jam perhari dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam. Hal tersebut dilakukan

karena pada umumnya proyek pembangunan konstruksi memiliki kontrak atau

jangka waktu tertentu dalam pengerjaannya. Berbagai faktor yang tidak

diinginkan yang muncul ditengah-tengah pengerjaan konstruksi memaksa


75

terjadinya slow-down dalam pengerjaan proyek. Disisi lain, kontrak yang telah

disetujui sebelumnya juga menjadi acuan para pekerja dalam bekerja. Oleh

karena itu, untuk mengejar target finish dari suatu proyek konstruksi, para

pekerja lah yang dipaksa untuk bekerja semaksimal mungkin walaupun diluar

jam kerja normal demi mencapai target finish proyek tersebut. Jika seorang

pekerja harus bekerja lebih dari lama kerja yang dianjurkan, maka hal tersebut

akan mempengaruhi fisik, performanya, dan produktivitasnya sehingga jika hal

tersebut terjadi secara terus-menerus akan menimbulkan kelelahan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fadel (2014) yang menyebutkan

dari 42 responden, 24 diantaranya mengalami kelelahan yaitu pekerja yang jam

kerjanya memenuhi standar sebesar 39.3% dan pekerja yang jam kerjanya tidak

memenuhi standar sebesar 92.9%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pengemudi

pengangkutan BBM di TBBM PT. Pertamina Parepare. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Irma (2014) yang menyebutkan dari 40 responden,

24 diantaranya mengalami kelelahan kerja yaitu pekerja yang lama kerjanya

memenuhi standar sebesar 37.5% dan pekerja yang jam kerjanya tidak

memenuhi standar yaitu 93.8%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja unit produksi

Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

Tahun 2014.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, tidak ada pembagian shift kerja

yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Pekerja dituntut untuk bekerja

semaksimal mungkin dalam sehari walaupun pekerja harus bekerja melebihi


76

jam kerja normal. Pekerjaan yang dilakukan pun merupakan jenis pekerjaan

yang berat. Hal ini dilakukan perusahaan untuk mengejar target dari

perusahaan untuk menyelesaikan proyek secepat mungkin. Oleh karena itu,

sebagian besar pekerja mengeluhkan kelelahan yang mereka alami.

Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya

tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan

biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu

yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk terjadinya kelelahan,

gangguan kessehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan

(Suma’mur, 2013).

4. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Masa kerja pada penelitian ini adalah keseluruhan masa kerja pekerja

dimulai dari awal bekerja sebagai pekerja konstruksi sampai saat dilakukannya

penelitian. Pengalaman kerja seseorang akan mempengaruhi terjadinya

kelelahan kerja. Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu perusahaan,

maka selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi tingkat

kelelahan dialaminya (Setyawati, 2014). Masa kerja responden pada penelitian

ini dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu masa kerja lama apabila pekerja

telah bekerja 3 tahun atau lebih dan baru apabila masa kerjanya dibawah 3

tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 74 responden, sebagian besar

responden masa kerjanya sudah lama yaitu 47 orang (63.5%) dan 27 orang

(36.5%) masa kerjanya masih baru. Berdasarkan observasi, diketahui bahwa

sebagian besar pekerja proyek Nipah Mall Makassar tergolong dalam masa
77

kerja lama karena sudah bekerja selama bertahun-tahun dalam proyek

konstruksi.

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara masa kerja dengan kelelahan

kerja, pekerja yang mengalami kelelahan kerja pada kategori masa kerja baru

yaitu 17 pekerja (63.0%) dan pada kategori lama yaitu 42 pekerja (89.4%). Dari

hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0.007 (p<0.05) yang artinya terdapat

hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi

proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa

semakin lama masa kerja seseorang bekerja maka semakin besar pula perasaan

kelelahannya. Hal ini sejalan dengan Budiono (2003) yang menyatakan bahwa

semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak pula seorang

pekerja telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

Dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara masa kerja dengan

kelelahan dikarenakan jenis pekerjaan pada proyek konstruksi merupakan

pekerjaan yang berat. Pekerja melakukan pekerjaan ini secara terus-menerus

dan dalam jangka waktu yang cukup lama karena pekerja yang menjadi

responden dalam penelitian ini rata-rata merupakan pekerja yang dari dulunya

merupakan pekerja konstruksi sehingga telah lama terpapar dengan bahaya

yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja, salah satunya adalah kelelahan.

Terdapat juga pekerja dengan masa kerja yang baru tetapi tetap mengalami

kelelahan dikarenakan oleh jam kerjanya yang tidak normal atau diatas 8 jam

perhari. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa lama kerja yang normal adalah 7-

8 jam/hari. Jika lebih dari itu, maka hal tersebut akan mempengaruhi ketahanan
78

fisik, performa, dan produktivitas pekerja sehingga akan menimbulkan

kelelahan kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh

(2014) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan

kelelahan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kelelahan pekerja

paling tinggi terjadi pada ketagori masa kerja lama yaitu sebesar 71% pada

pekerja konveksi bagian penjahitan CV. Aneka Garment Gunungpati

Semarang. Hal tersebut sama dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa

kelelahan lebih banyak dialami oleh pekerja yang masa kerjanya sudah lama

yaitu sebesar 89.4%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Kusumawardani (2012) bahwa sebagian besar responden yang bekerja lebih

dari 5 tahun mengalami kelelahan kerja (57.2%). Hasil ini menunjukkan bahwa

ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di Rumah

Sakit Dr. OEN Surakarta.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, pekerja yang masa kerjanya

sudah lama sebagian besar juga sudah berumur tua. Mereka sudah bekerja

sebagai pekerja konstruski selama bertahun-tahun dalam proyek pembangunan

seperti gedung, sekolah, dan perumahan. Dari penelitian ini dapat diketahui

bahwa semakin lama masa kerja seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat

kelelahannya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi

dialami oleh pekerja dengan masa kerja yang lebih lama dikarenakan semakin

lama seseorang bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan tersebut akan

berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialaminya.


79

5. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja

Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima

pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dalam pekerjaan konstruksi,

beban tersebut meliputi kegiatan mengangkat, mengangkut, mendorong,

menarik, dan lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya yang

dapat berupa fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja memiliki kemampuan

tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Pada penelitian ini, beban

kerja responden diukur bedasarkan denyut nadi pekerja dan dikategorikan

menjadi 2 yaitu beban kerja ringan apabila denyut nadi pekerja dibawah angka

100 denyut/menit dan kategori beban kerja berat apabila hasil pengukuran

denyut nadi menunjukkan angka 100 denyut/menit keatas.

Pengukuran beban kerja yang dilakukan pada 74 responden diketahui

bahwa sebagian besar pekerja memiliki beban kerja ringan yaitu 45 orang

(60.8%) dan pekerja yang memiliki beban kerja berat sebanyak 29 orang

(39.2%). Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel beban kerja dengan

kelelahan kerja didapatkan hasil bahwa pekerja yang mengalami kelelahan

pada kategori beban kerja ringan yaitu 32 pekerja (71.1%) dan pada kategori

beban kerja berat yaitu 27 pekerja (93.1). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0.036 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun

2017.

Hasil analisis menunjukkan bahwa beban kerja yang berat dan tidak sesuai

dengan kapasitas kerja pekerja cenderung mengakibatkan kelelelahan kerja.

Hal ini sejalan dengan Suma’mur (1996) yang menyatakan beban kerja
80

merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik fisik

maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan

tenaga kerja akan mengakibatkan kelelahan kerja. Dari hasil observasi

dilapangan didapatkan bahwa pekerja yang memiliki beban kerja ringan tetapi

tetap mengalami kelelahan dikarenakan faktor pekerjaan lain yang dilakukan

selain pekerjaan di proyek. Hasil wawancara dengan pekerja, beberapa pekerja

memiliki pekerjaan lain atau pekerjaan tambahan yang dilakukan setelah

seleseai bekerja di proyek. Pada saat bekerja di proyek, beban kerja yang

diterimanya termasuk beban kerja ringan namun dengan pekerjaan tambahan

yang dilakukannya selepas pekerjaan di proyek membuat akumulasi dari

seluruh pekerjaan tersebut membuat pekerja menjadi lelah.

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Nurjannah (2014)

yang menunjukkan bahwa dari 35 responden, 30 diantaranya termasuk dalam

kategori beban kerja ringan (86%) dan 5 orang termasuk dalam kategori beban

kerja berat (14%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara

beban kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian cutting PT Dan Liris

Banaran Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Dammar (2017) yang menyebutkan bahwa dari 53 responden yang mengalami

kelelahan kerja, 36 (73.5%) orang diantaranya memiliki beban kerja berat dan

17 (41.5%) orang memiliki beban kerja ringan. Hasil analisis menunjukkan

adanya hubungan antara beban kerja dengan kelalahan kerja pada penjahit di

Pasar Sentral Makassar Tahun 2016.

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan

dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik
81

atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya

mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang

dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja

yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi

kecocokan, pengalaman, keterampilan, motivasi, dan lain sebagainya

(Suma’mur, 2009)

6. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat gizi. Status gizi yang tidak normal menandakan kondisi

tubuh yang buruk. Kondisi tubuh tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam

bekerja dan dapat menyebabkan kelelahan kerja. Suma’mur (1996)

menyatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja karena status gizi ini berkaitan

dengan kesehatan dan daya kerja. Status gizi dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui

pengukuran berat badan menggunakan alat timbangan dan pengukuran tinggi

badan menggunakan alat microtoice. Pada penelitian ini, status gizi

dikategorikan menjadi 2 yaitu pekerja dengan status gizi normal apabila hasil

pengukuran IMTnya antara 18,5 kg/m2 – 25,0 kg/m2 dan pekerja dengan status

gizi tidak normal apabila hasil pengukuran IMTnya <18,5 kg/m2 dan >25,0

kg/m2.

Berdasarkan hasil dari pengukuran 74 responden dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden status gizinya normal yaitu 52 orang (70.3%) dan

yang status gizinya tidak normal yaitu 22 orang (29.7%). Dari hasil analisis
82

bivariat pada variabel status gizi dan kelelahan kerja diperoleh bahwa pekerja

yang mengalami kelelahan pada kategori status gizi normal yaitu 38 orang

(73.1%) dan pekerja pada kategori status gizi tidak normal yaitu 21 orang

(95.5%). Berdasarkan uji statistik diperoleh p=0.030 (p<0.05) yang artinya ada

hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi

proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerja yang status gizinya tidak

normal cenderung mengalami kelelahan. Hal ini sejalan dengan Cicih (1996)

yang menyatakan bahwa apabila asupan kalori tenaga kerja tidak sesuai dengan

kebutuhannya baik itu kurang atau berlebih maka tenaga kerja tersebut akan

lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja dengan

asupan kalori yang memadai.

Responden dengan IMT kategori kelebihan gizi lebih mudah mengalami

kelelahan meskipun beban kerja yang ditanggungnya berada pada kategori

ringan. Hal ini dikarenakan jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sejalan

dengan kebutuhan tubuh atau dalam artian asupan gizi yang mereka makan

terlalu berlebih dan tidak seimbang antara vitamin, mineral, protein dan lemak,

sehingga menimbulkan kelebihan berat badan (overweight). Begitupun dengan

responden dengan IMT kategori kekurangan gizi yang biasanya akan lebih

cepat mengalami kelelahan akibat kurangnya gizi yang terpenuhi untuk

menghasilkan energi saat bekerja. Gizi yang tidak terpenuhi juga dapat

menyebabkan seseorang cepat mengantuk dan kurang fokus dalam

melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat mempengaruhi pekerjaan yang

dilakukan.
83

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa penyebab pekerja

mengalami kelelahan karena sebagian besar pekerja tidak sarapan pagi sebelum

bekerja. Hal tersebut membuat energi yang mereka konsumsi kurang. Pekerja

membutuhkan masukan kalori yang optimal terutama pada pagi hari karena

kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan akan berdampak terhadap

kelelahan pada saat ia bekerja. Selain itu, tidak tersedianya air minum di lokasi

kerja membuat pekerja berpotensi mengalami dehidrasi. Kurangnya asupan air

minum akan mengurangi fokus dalam bekerja yang berujung pada kelelahan

kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa

(2009) yang menyatakan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada

kelompok dengan status gizi kurang yaitu sebesar 30.8%. Hasil analisa statistik

diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Penelitian ini juga sejalan

dengan Herliani (2012) yang menyatakan semua pekerja dengan status gizi

lebih mengalami kelelahan kerja, baik kelelahan ringan, sedang dan berat.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan

kelelahan kerja pada pekerja di industry pembuatan gamelan Daerah Wirun

Sukoharjo.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa status gizi yang baik

dengan intake kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat akan berpengaruh

positif terhadap daya kerja pekerja. Begitupun sebaliknya, apabila intake kalori

pekerja tidak sesuai dengan kebutuhannya maka akan menyebabkan rendahnya


84

ketahanan kerja, perlambatan gerak dan menjadi hambatan bagi pekerja dalam

melakukan pekerjaan yang pada akhirnya mengakibatkan kelelahan.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukannya pengukuran

terhadap seluruh faktor yang dapat menyebabkan kelelahan kerja sehingga bisa saja

ada kemungkinan variabel lain yang tidak diteliti menjadi penyebab utama

kelelahan kerja oleh pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis variabel yang diteliti tentang faktor

yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah

Mall Makassar Tahun 2017, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara umur dan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi Proyek

Nipah Mall Makassar Tahun 2017

2. Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017

4. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017

5. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja

konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk menyesuaikan kemampuan fisik

dan kapasitas kerja pekerja dalam pembagian tugas untuk menghindari

terjadinya kelelahan kerja, seperti merotasi pekerja yang melakukan beban

kerja berat dan memiliki masa kerja lama ke bagian kerja yang beban kerja

85
86

yang lebih ringan. Sebaliknya pekerja yang melakukan beban kerja ringan dan

memiliki masa kerja baru ke bagian kerja yang beban kerjanya lebih berat.

2. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk lebih memperhatikan hak-hak para

pekerja seperti menyediakan air minum di lokasi kerja agar dapat memenuhi

asupan para pekerja.


DAFTAR PUSTAKA

Aryasri, Alief Widyo. 2008. Analisis Pengaruh Burnout terhadap Kepuasan Kerja
untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan dan Service Quality (Studi pada
Bank Mandiri Kota Semarang). Tesis. Magister Manajemen Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Atiqoh, Januar, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment
Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyakat Volume 2, Nomor 2,
Pebruari 2014. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Budiono, A. M. 2003. Penyakit Akibat Kerja. Bunga Rampai Hyperkes dan
Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Cicih, Dewi. 1996. Kebutuhan Asupan Kalori Pekerja. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Dammar, Tria. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Penjahit di Pasar Sentral Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Demetriou, Danielle. 2016. 'Death from overworking' claims hit record high in
Japan. Tokyo: The Telegraph.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Kecukupan Gizi
Pekerja Selama Bekerja. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja.
Eraliesa, Fandrik. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fadel, Muhammad. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
Pengemudi Pengangkutan BBM di TBBM PT. Pertamina Parepare.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Friend, Mark A dan James P. Kohn. 2007. Fundamental of Occupational Safety and
Health. Fourth Edition. UK: Government Institutes.
Herliani, Fury. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Industri Pembuatan Gamelan di Daerah Wirun Sukoharjo. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Hidayat, T. 2003. Bahaya Laten Kelelahan Kerja. Jakarta: Harian Pikiran Rakyat.
International Labour Organization (ILO). 2003. Encyclopedia of Occupational
Health and Safety. Geneva, Swiss.
Irma. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Unit
Produksi Paving Block CV.Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kusmawan, W.S. 2015. Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
Kusumawardani, Liana. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja
Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Marif, Amelia. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada
Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di
Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Mulyana, Ryan Saktika, dkk. 2006. Prevalensi Kelelahan pada Pengrajin Patung
di Desa Tegallalang Gianyar Agustus 2006. Universitas Udayana, Bali.
Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
Notoatmodjo, S. 1993. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurjannah. 2014. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Karyawan Bagian Cutting PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro
Nursanyoto. 2001. Ilmu Gizi Zat Gizi Utama. Jakarta: Golden Terayon Press.
Oentoro, S. 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Palmer. B, et al. 1996. Review and Analysis: Scientific Review of Air Mobility
Command and Crew Rest Policy and Fatique Issues. Fatique Issues: 1-2.
Pasira, Didimus. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Mamajang Kota Makassar Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.
PT. Jamsostek. 2010. Sebanyak 8,3 Juta Jiwa Mengalami Kecelakaan Kerja.
http://www.jamsostek.co.id/. Diakses 15 November 2017.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Serdamayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Setyawati. 2007. Kelelahan Kerja Kronis: Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan
Kerja, Penyusunan Alat Ukur serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi dan
Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Setyawati, L. M. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara
Books.
Setyawati. 2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi dengan Kelelahan
Kerja pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di Ungaran Tahun
2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang.
Silaban, Gery. 1998. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia
(MKMI) Tahun XXVI No. 10: 539-544.
Silastuti, A. 2006. Hubungan Antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga
Kerja di Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia.
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfa beta.
Suma’mur. 1991. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji
Masagung.
Suma’mur, P. K. 1996. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV
Gunung Agung.
Suma’mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.
Suma’mur, P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Karyawn
dengaan Metode Bourdon Wiersma dan 30 Item of Rating Scale. Jurnal
Teknologi, Volume 5 Nomor 1, Juni 2012, 32-39. AKPRIND, Yogyakarta.
Tarwaka, Bakri, S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Universitas Bandung Press.
Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Ttempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan press.
Tasmi, Daniel, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi dengan
Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa
Sawit Pulau Tiga Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4, No.2
(2015). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Triyunita, Nidya, dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan dan Faktor
Individu dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt. X Batang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2013 Volume 2 Nomor 2, April 2013. Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Umyati. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh
Tangerang Tahun 2010. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Virgy, Sulistya. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Karyawan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar
Rebo Jakarta Tahun 2011. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:
Guna Widya.
LAMPIRAN

LAMPIRAN
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA


PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK NIPAH MALL
MAKASSAR TAHUN 2017

IDENTIFIKASI
Nama Responden
No. Responden
Tanggal/Bulan/Tahun
DATA KELELAHAN KERJA
Kelelahan milidetik
Lelah
Keterangan
Tidak Lelah
DATA UMUR
Umur Responden tahun
Tua
Keterangan
Muda
DATA LAMA KERJA
Berapa lama anda bekerja dalam sehari ? > 8 jam/hari
≤ 8 jam/hari
DATA MASA KERJA
Sudah berapa lama anda bekerja pada proyek ≥ 3 tahun
konstruksi ? < 3 tahun
DATA BEBAN KERJA
Beban denyut/menit
Berat
Keterangan
Ringan
DATA STATUS GIZI
Berat Badan kg
Tinggi Badan cm
IMT kg/m2
Tidak Normal
Keterangan
Normal
HASIL PENGUKURAN KELELAHAN KERJA
DENGAN REACTION TIMER

Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(Kecepatan reaksi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
HASIL PENGUKURAN BEBAN KERJA
DENGAN DIGITAL OMRON

Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(Denyut Nadi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
HASIL PENGUKURAN STATUS GIZI
PEKERJA KONSTRUKSI

Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(IMT)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
Lampiran 2

Master Tabel

Tanggal No.Resp. Nama Waktu Reaksi Kelelahan Umur Lama Kerja Masa Kerja Beban Kerja Status Gizi
18-Dec-17 1 NRK 142.2 2 2 1 2 2 2
18-Dec-17 2 KDI 350.3 1 1 1 1 1 1
18-Dec-17 3 DYN 412.6 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 4 JST 358.7 1 1 1 1 2 2
18-Dec-17 5 UMD 331.5 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 6 YNS 595.8 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 7 DIN 354.8 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 8 RMA 203 2 2 2 2 2 2
18-Dec-17 9 DHM 187.9 2 2 2 2 2 2
18-Dec-17 10 NNG 229.6 2 2 1 1 1 2
18-Dec-17 11 SPR 257.4 1 2 1 1 2 2
18-Dec-17 12 JNR 352.4 1 2 1 2 2 1
18-Dec-17 13 LNI 623.92 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 14 YYO 311.27 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 15 KYN 539.35 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 16 SND 414.38 1 1 1 1 2 2
18-Dec-17 17 BDN 446.98 1 1 1 1 2 2
19-Dec-17 18 SNR 511.43 1 1 1 1 1 1
19-Dec-17 19 SNI 598.58 1 1 1 2 2 2
19-Dec-17 20 PNT 534 1 1 2 1 1 1
19-Dec-17 21 TFA 295.35 1 2 1 2 2 1
19-Dec-17 22 SGN 747.51 1 1 2 1 1 2
19-Dec-17 23 SYN 565.95 1 1 1 2 2 2
19-Dec-17 24 KRS 440.92 1 1 1 1 1 2
19-Dec-17 25 MAD 746.78 1 1 1 1 1 1
19-Dec-17 26 TYD 407.07 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 27 SFY 350.87 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 28 TGH 331.41 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 29 WHY 326.61 1 2 1 1 2 1
19-Dec-17 30 IFN 280.42 1 2 1 2 2 2
19-Dec-17 31 ARF 348.55 1 2 1 1 2 2
19-Dec-17 32 MHN 495.78 1 2 1 2 2 2
19-Dec-17 33 HMN 481.53 1 1 1 1 2 2
20-Dec-17 34 ARF 171.73 2 2 1 1 2 2
20-Dec-17 35 SDR 598.55 1 1 1 2 2 1
20-Dec-17 36 MLH 197.6 2 2 2 2 2 2
20-Dec-17 37 SWN 279.8 1 2 1 2 2 2
20-Dec-17 38 DUI 224.5 2 2 2 2 2 2
20-Dec-17 39 MSI 390.8 1 2 1 1 2 2
20-Dec-17 40 ARL 221.6 2 2 1 2 2 2
20-Dec-17 41 TKM 620.1 1 1 1 1 1 2
20-Dec-17 42 NKS 501.3 1 1 1 1 2 1
20-Dec-17 43 MCS 691 1 1 2 1 1 2
20-Dec-17 44 YHD 337.8 1 2 1 2 2 2
20-Dec-17 45 YLT 406.9 1 2 2 1 2 2
20-Dec-17 46 DDK 549 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 47 RNI 386.4 1 2 1 2 1 2
21-Dec-17 48 NFT 336.5 1 2 1 2 2 2
21-Dec-17 49 MNW 472.4 1 1 2 1 1 1
21-Dec-17 50 ADH 380.4 1 2 1 1 2 1
21-Dec-17 51 MHM 309 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 52 KNC 694.5 1 1 1 1 1 1
21-Dec-17 53 RTN 369.3 1 2 1 2 2 1
21-Dec-17 54 SYT 758.1 1 1 2 1 1 2
21-Dec-17 55 PRD 558 1 1 2 1 1 1
21-Dec-17 56 SHN 327.4 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 57 SRN 661.3 1 1 1 1 1 1
21-Dec-17 58 IBN 189.4 2 2 1 2 2 2
22-Dec-17 59 MHN 548.9 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 60 MNG 589.2 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 61 SPN 228.7 2 1 2 1 2 2
22-Dec-17 62 BSR 266 1 2 1 2 2 2
22-Dec-17 63 STY 212.6 2 2 2 2 2 2
22-Dec-17 64 HNK 415.9 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 65 RKN 382.6 1 1 1 1 1 2
23-Dec-17 66 TNJ 287.4 1 2 1 1 2 2
23-Dec-17 67 UUS 329.5 1 2 1 1 1 1
23-Dec-17 68 DDE 466.1 1 2 1 1 2 1
23-Dec-17 69 DDK 217.9 2 2 1 1 2 2
23-Dec-17 70 BLL 345.7 2 2 1 1 1 2
23-Dec-17 71 MZM 340.8 2 2 1 2 2 1
23-Dec-17 72 SHD 501.2 1 1 1 1 1 1
23-Dec-17 73 DIN 292.8 1 2 1 2 2 2
23-Dec-17 74 SNI 228.5 2 2 1 2 2 2
Lampiran 3
Output Hasil
Analisis Univariat

Kategori Kelelahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid lelah 59 79.7 79.7 79.7

tidak lelah 15 20.3 20.3 100.0

Total 74 100.0 100.0

Kategori Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid muda 43 58.1 58.1 58.1

tua 31 41.9 41.9 100.0

Total 74 100.0 100.0

Kategori Lama Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 13 17.6 17.6 17.6

tidak normal 61 82.4 82.4 100.0

Total 74 100.0 100.0


Kategori Masa Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baru 27 36.5 36.5 36.5

lama 47 63.5 63.5 100.0

Total 74 100.0 100.0

Kategori Beban Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid berat 29 39.2 39.2 39.2

ringan 45 60.8 60.8 100.0

Total 74 100.0 100.0

Kategori Status Gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 52 70.3 70.3 70.3

tidak normal 22 29.7 29.7 100.0

Total 74 100.0 100.0


Analisis Bivariat

Kategori Kelelahan * Kategori Umur Crosstabulation

Kategori Umur

muda tua Total

Kategori Kelelahan lelah Count 29 30 59

% within Kategori Kelelahan 49.2% 50.8% 100.0%

% within Kategori Umur 67.4% 96.8% 79.7%

tidak lelah Count 14 1 15

% within Kategori Kelelahan 93.3% 6.7% 100.0%

% within Kategori Umur 32.6% 3.2% 20.3%

Total Count 43 31 74

% within Kategori Kelelahan 58.1% 41.9% 100.0%

% within Kategori Umur 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.590a 1 .002

Continuity Correctionb 7.861 1 .005

Likelihood Ratio 11.509 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

N of Valid Cases 74

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.28.

b. Computed only for a 2x2 table


Kategori Kelelahan * Kategori Lama Kerja Crosstabulation

Kategori Lama Kerja

memenuhi sya tidak memenu

Kategori Kelelahan lelah Count 7 52

% within Kategori Kelelahan 11.9% 88.1%

% within Kategori Lama


53.8% 85.2%
Kerja

tidak lelah Count 6 9

% within Kategori Kelelahan 40.0% 60.0%

% within Kategori Lama


46.2% 14.8%
Kerja

Total Count 13 61

% within Kategori Kelelahan 17.6% 82.4%

% within Kategori Lama


100.0% 100.0%
Kerja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.538a 1 .011

Continuity Correctionb 4.739 1 .029

Likelihood Ratio 5.619 1 .018

Fisher's Exact Test .019 .019

N of Valid Cases 74

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.64.

b. Computed only for a 2x2 table


Kategori Kelelahan * Kategori Masa Kerja Crosstabulation

Kategori Masa Kerja

baru lama Total

Kategori Kelelahan lelah Count 17 42 59

% within Kategori Kelelahan 28.8% 71.2% 100.0%

% within Kategori Masa


63.0% 89.4% 79.7%
Kerja

tidak lelah Count 10 5 15

% within Kategori Kelelahan 66.7% 33.3% 100.0%

% within Kategori Masa


37.0% 10.6% 20.3%
Kerja

Total Count 27 47 74

% within Kategori Kelelahan 36.5% 63.5% 100.0%

% within Kategori Masa


100.0% 100.0% 100.0%
Kerja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.395a 1 .007

Continuity Correctionb 5.851 1 .016

Likelihood Ratio 7.161 1 .007

Fisher's Exact Test .014 .009

N of Valid Cases 74

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.47.

b. Computed only for a 2x2 table


Kategori Kelelahan * Kategori Beban Kerja Crosstabulation

Kategori Beban Kerja

berat ringan Total

Kategori Kelelahan lelah Count 27 32 59

% within Kategori Kelelahan 45.8% 54.2% 100.0%

% within Kategori Beban


93.1% 71.1% 79.7%
Kerja

tidak lelah Count 2 13 15

% within Kategori Kelelahan 13.3% 86.7% 100.0%

% within Kategori Beban


6.9% 28.9% 20.3%
Kerja

Total Count 29 45 74

% within Kategori Kelelahan 39.2% 60.8% 100.0%

% within Kategori Beban


100.0% 100.0% 100.0%
Kerja

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.278a 1 .022

Continuity Correctionb 4.005 1 .045

Likelihood Ratio 5.951 1 .015

Fisher's Exact Test .036 .019

N of Valid Cases 74

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.88.

b. Computed only for a 2x2 table


Kategori Kelelahan * Kategori Status Gizi Crosstabulation

Kategori Status Gizi

normal tidak normal Total

Kategori Kelelahan lelah Count 38 21 59

% within Kategori Kelelahan 64.4% 35.6% 100.0%

% within Kategori Status Gizi 73.1% 95.5% 79.7%

tidak lelah Count 14 1 15

% within Kategori Kelelahan 93.3% 6.7% 100.0%

% within Kategori Status Gizi 26.9% 4.5% 20.3%

Total Count 52 22 74

% within Kategori Kelelahan 70.3% 29.7% 100.0%

% within Kategori Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.790a 1 .029

Continuity Correctionb 3.506 1 .061

Likelihood Ratio 5.896 1 .015

Fisher's Exact Test .030 .024

N of Valid Cases 74

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.46.

b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 4
Dokumentasi

Gambar. 1
Pengukuran kelelahan kerja pada pekerja dengan reaction timer

Gambar. 2
Pengukuran beban kerja pada pekerja dengan digital omron
Gambar. 3
Wawancara dengan pekerja

Gambar. 4 Gambar. 5
Pengukuran berat badan pada Pengukuran tinggi badan pada pekerja
pekerja dengan timbangan dengan microtoice
Lampiran 5
Lampiran Surat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muh. Arfandi Setiawan A.

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 24 Oktober 1996

Alamat : Jl. Racing Center, Komp. UMI blok I

no. 21

Agama : Islam

Suku : Makassar

Bangsa : Indonesia

Riwayat Pendidikan : SD Negeri Sudirman II, Makassar

SMP Negeri 08, Makassar

SMA Negeri 05, Makassar


2

Anda mungkin juga menyukai