Skripsi: Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2018
Skripsi: Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2018
SKRIPSI
ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Makassar, Februari 2018
Muh. Arfandi Setiawan A.
“Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017”
(Dibimbing oleh Awaluddin dan A. Wahyuni)
(xv + 86 Halaman + 18 Tabel + 5 Lampiran)
iv
SUMMARY
Hasanuddin University
Public Health
Occupational Safety and Health
Makassar, February 2018
Muh. Arfandi Setiawan A.
"Factors Related to the Work Fatigue of Construction Worker Nipah Mall
Project Makassar City in 2017"
(Supervised by Awaluddin and A. Wahyuni)
(xv + 86 pages + 18 tables + 5 Appendix)
v
KATA PENGANTAR
vi
Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes, M.Sc, Ph.D selaku wakil dekan III
beserta seluruh tata usaha, kemahasiswaan, akademik, asisten laboratorium
FKM Unhas atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Unhas.
2. Bapak Yahya Thamrin, SKM., M.Kes., MOHS., Ph.D, Bapak Muhammad
Yusran Amir, SKM., MPH., dan Ibu Dr. Suriah, SKM., M.Kes selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran, kritik dan arahan untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini.
3. Bapak dr. Muhammad Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku ketua
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta seluruh dosen
Departemen K3 atas bantuannya dalam memberikan arahan, bimbingan, ilmu
pengetahuan yang selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unhas.
4. Para dosen pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
5. Bapak Rahman dan Ibu Anita selaku staf Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah banyak membantu penulis selama pengurusan
administatif.
6. Bapak Supriadi, Saudari Ummu dan Faradiba selaku penanggung jawab
Proyek Nipah Mall Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian dan membantu mengarahkan pekerja selama melakukan penelitian.
7. Para pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar yang telah bersedia
dengan ikhlas membantu menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan, teman Angkatan 2014, teman sejurusan K3, teman
posko PBL Palajau, teman KKN Desa Julukanaya dan teman Lembaga
Dakwah Al-‘Aafiyah Fakultas Kesehatan Masyarakat yang senantiasa
memberikan semangat dan motivasi.
9. Semua pihak, saudara, sahabat yang mungkin penulis tidak sebut namanya satu
persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Terima Kasih.
vii
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat dibutuhkan demi kesempurnaan penulisan
skripsi yang kelak dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan sebagai
informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Makassar, Februari 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................ii
RINGKASAN ...........................................................................................................iii
SUMMARY ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ix
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 85
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2 Kriteria Kelelahan Menurut Keputusan Direktur Jendral Bina Marga .... 19
Pekerja Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ...... 56
Pekerja Konstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017 ...... 57
xi
Tabel 14 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SINGKATAN
EEG : Electroencephalography
PP : Pembangunan Perumahan
PT : Perseroan Terbatas
RI : Republik Indonesia
Tbk. : Terbuka
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lapangan berusaha mencegah kematian dan luka yang tidak perlu bagi pekerja.
Kegiatan ini melibatkan lebih dari sekedar kegiatan pertolongan pertama dan sangat
luas dalam lingkup dan praktiknya. Keselamatan dan kesehatan kerja dikaitkan
dengan membantu orang dengan mencegah mereka terluka atau menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja mereka. Keselamatan dan kesehatan kerja diadakan
untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada para pekerja sehingga dapat
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata, baik materiil
tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai
kepada masyarakat yang lain sehingga dapat hidup ideal dan produktif. Pada bidang
1
2
ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang sangat berperan
dalam suatu proses pekerjaan. Tenaga kerja bekerja untuk mencapai suatu hasil
yang positif tetapi tidak terlepas dari berbagai dampak negatif lainnya. Dalam
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakan dan penyakit akibat kerja
dan penurunan produktifitas kerja. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat
mendahului kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah timbulnya kelelahan kerja.
efektivitas dan efisiensi serta berkurangnya kekuatan dan ketahanan tubuh untuk
terus melakukan suatu pekerjaan. Penurunan kinerja oleh para pekerja otomatis
kelelahan adalah masalah yang harus mendapat perhatian khusus dalam semua jenis
pekerjaan. Semua jenis pekerjaan baik formal maupun informal dapat menimbulkan
kelelahan kerja. Kelelahan kerja itu sendiri dapat meningkatkan tingkat kesalahan
kerja serta menurunkan kinerja seorang pekerja. Menurunnya kinerja sama artinya
kerja seorang pekerja terganggu atau mengalami masalah maka disebabkan oleh
faktor kelelahan fisik maupun psikis sehingga akibat yang ditimbulkannya akan
perusahaan.
Kelelahan kerja merupakan hal yang normal terjadi setiap hari. Setiap tenaga
merupakan aset bagi perusahaan dalam kegiatan kerja. Aktivitas yang dijalankan
3
berupa aktivitas fisik maupun mental. Salah satu akibat dari pekerjaan adalah
timbulnya kelelahan kerja. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan
timbulnya kelelahan kerja berasal dari individu pekerja, pekerjaan dan lingkungan
bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena
menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu
Jepang menunjukkan bahwa jumlah kematian tenaga kerja yang meninggal dunia
karena kelelahan bekerja (karoshi) di Jepang dalam 1 tahun terakhir mencapai 1.456
kasus, mencatatkan rekor tertinggi selama ini. Kasus-kasus kematian karoshi itu
perawatan kesehatan dan pelayanan sosial yang memang sejak lama kekurangan
pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai hubungan
dengan terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu seperti umur
bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan
Di Indonesia, kecelakaan kerja akibat perilaku tenaga kerja yang tidak aman
mencapai 31.776 kasus (32.06%) dari total kasus selama 2009 yang didalamnya
termasuk kondisi lelah para pekerja saat bekerja dan lainnya termasuk tidak disiplin
dalam penggunaan alat pelindung diri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
faktor utama penyebab kecekalaan kerja meliputi faktor perilaku yang tidak aman
(20%). Lebih dari 65% pekerja di indonesia datang ke poliklinik perusahaan dengan
yang dipengaruhi oleh beban kerja, lingkungan kerja, problem fisik dan kondisi
kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh faktor individu seperti, umur, status
kesehatan, status gizi, pola makan, jenis kelamin dan kondisi psikologi (Umyati,
2010).
oleh Marif (2013), didapatkan hasil bahwa seluruh pekerja mengalami kelelahan,
yaitu 29% pekerja mengalami kelelahan ringan, 45% pekerja mengalami kelelahan
sedang dan 26% pekerja mengalami kelelahan berat. Hasil penelitian menunjukkan
kelelahan, yaitu umur, tekanan panas dan kebisingan. Sedangkan variabel yang
Penelitian mengenai kelelahan juga dilakukan oleh Atiqoh, dkk (2014) yaitu
hubungan umur, masa kerja, beban kerja dan status gizi pada pekerja konvensi di
CV. Aneka Garment Semarang dengan sampel 31 orang dengan hasil yang
menderita kelelahan berat sebanyak 21 orang (71%) dan kelelahan ringan sebanyak
10 orang (29%) serta terdapat 67.7% responden mengalami kelelahan kerja akibat
beban kerja.
tentang waktu kerja pekerja dimulai pada pukul 06.30-16.30 dan untuk waktu
istirahat yaitu pukul 12.00-13.00. Sebanyak 75% pekerja mengalami beban kerja
ringan dan 25% mengalami beban kerja sedang. Kelelahan pekerja diukur dengan
ngantuk, pusing, konsentrasi menurun, lesu dan lain-lain sehingga peneliti dapat
melihat bahwa pekerja linting manual mengalami kelelahan kerja yang diakibatkan
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik tahu di
kelelahan, yaitu sebanyak 18 orang. Pekerja dengan masa kerja baru juga
Status gizi juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitupun sebaliknya. Hasil
penelitian Tasmi (2015) menyatakan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat
pada kelompok dengan status gizi kurang yaitu sebesar 45,9%. Pada hasil
ujikorelasi antara status gizi dengan kelelahan kerja dapat diketahui bahwa nilai
kofisien korelasi adalah 0,391 dengan nilai negatif dan nilai p=0,002 dimana p<0,05
artinya terdapat hubungan status gizi dan kelelahan kerja pada pekerja di PTPN I
PKS Pulau Tiga tahun 2015. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin rendah
beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu unit bangunan.
green building, mall ini akan menjadi ikon baru di Makassar dengan konsep indoor
perusahaan tersebut adalah PT. Kalla Inti Karsa, PT. Urban Indonesia, dan PT. PP
menggunakan sumber daya manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja disamping
proyek Nipah Mall diperoleh bahwa jumlah pekerja yang bekerja pada proyek
tersebut yaitu 307 pekerja yang bekerja setiap hari. Dalam melakukan pekerjaan,
setiap pekerja telah memiliki tugas masing-masing berdasarkan unit pekerjaan yang
beberapa pekerja mengeluh kelelahan, sakit kepala dan nyeri di beberapa anggota
bagian tubuh.
tentang faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti
yaitu apakah ada hubungan umur, lama kerja, masa kerja, beban kerja, dan status
gizi terhadap kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar
Tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan dan
TINJAUAN PUSTAKA
performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk
Kelelahan sama halnya dengan perasaan atau kondisi lemah yang sering
kantuk, bosan dan haus biasanya muncul bersamaan dengan adanya gejala
kelelahan. Selain kondisi tersebut pada sebagian orang disertai pula dengan
gejala fisik seperti keram, pegal, kesemutan bahkan nyeri pada anggota
tubuhnya. Kondisi ini bisa pulih apabila beristirahat sejenak dari aktivitas yang
dilakukan.
10
11
2. Jenis Kelelahan
tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara
produktivitas kerjanya.
untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat
2004).
a. Keadaan monoton.
di tempat kerja.
kelelahan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan ventilasi udara yang
kelelahan kerja.
kerja.
c. Kesehatan pekerja
d. Beban kerja
e. Keadaan perjalanan
berikut :
14
b. Performansi rendah
g. Cidera
kategori yaitu :
marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak
pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari kelopak
Belum ada metode yang baku untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung sampai saat ini karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif
yang sulit diukur. (Grandjean,1993) yang dikutip dalam Tarwaka (2004) yang
sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau
merupakan causal factor. Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang
diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Alat uji kelip memungkinkan
c. Electroencephalography (EEG)
bervariasi, tergantung pada tempat dan aktivitas otak saat perekaman. EEG
mengacu pada rekaman aktivitas listrik otak spontan selama periode waktu
pekerjaan. Bourdon Wiersma Test, merupakan salah satu alat yang dapat
pertanyaan.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif
Tingkat Klasifikasi Tindakan
Total Skor
Kelelahan Kelelahan Perbaikan
Belum diperlukan
1 30-52 Rendah adanya tindakan
perbaikan
Mungkin
2 53-75 Sedang diperlukan adanya
tindakan perbaikan
Diperlukan adanya
3 76-98 Tinggi
tindakan perbaikan
Diperlukan
4 99-120 Sangat Tinggi tindakan perbaikan
sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka, 2010
reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka
waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran
atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala
Gambar 1
Reaction Timer
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan kerja
rangsangan cahaya dan rangsangan suara. Pada orang yang sehat, akan
Tabel 2.2
Kriteria Kelelahan Menurut Keputusan Direktur Jendral
Bina Marga
Kriteria Waktu Reaksi
Normal 150.0 – 240.0 milidetik
Kelelahan Kerja
>240.0 <410.0 milidetik
Ringan
Kelelahan Kerja
410.0<580.0 milidetik
Sedang
Kelelahan Kerja
>580.0 milidetik
Berat
Sumber: Keputusan Direktur Jendral Bina Marga
lingkungan kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam studi epidemiologi. Pada
umumnya, umur yang telah lanjut, kemampuan fisiknya menurun. Proses menjadi
tua akan disertai menurunnya kemampuan kerja karena perubahan pada alat-alat
melakukan pekerjaan berat menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa
cepat lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugasnya
dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh umur tersebut
(Suma’mur, 1991).
bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akam lebih cepat menderita kelelahan
Faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi
dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan
kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik
dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam
pada umunya 6-8 jam. Selebihnya yakni sekitar 16-18 jam dipergunakan untuk
kecelakaan.
Orang bekerja maksimal 40 jam per minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam
kerja seorang tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan
kerja yang tidak nyaman (Budiono, 2003). Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa,
tidak terlalu berat atau ringan produktifitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja.
Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula dalam darah, untuk
itu perlu bahan bakar (asupan) ke dalam tubuh atau istirahat setengah jam sesudah
dianjurkan bagi instansi yang mempergunakan lima hari kerja dalam satu minggu
adalah delapan jam atau empat puluh jam per minggu, dimana waktu delapan jam
tersebut diselingi waktu istirahat selama satu jam dengan perincian istirahat antara
jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama empat jam
terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Adapun
istirahat mingguan selama dua hari (sabtu dan minggu) untuk lima hari kerja selama
seminggu.
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
Untuk waktu lembur, waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu.
Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa kerja. Masa kerja
merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung mulai pertama kali masuk kerja
terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama seseorang bekerja dalam suatu
dalam waktu tertentu. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun
maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan
kerja tersebut.
Menurut Serdamayanti (2009), lama masa kerja adalah salah satu faktor yang
termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang dilakukan
23
secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap
mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan
dalam otot dan peredaran darah dimana produk sisa ini bersifat membatasi
Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu (Boediono,
2003):
terjadinya kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang lebih berpengalaman
mampu bekerja secara efisien. Mereka dapat mengatur besarnya tenaga yang
mereka telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya,
Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima pekerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa
fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja
baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang tenaga kerja
saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari aktivitas fisik yang
dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan
waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan
tenaga kerja dan dapat menimbulkan kelelahan. Seorang tenaga kerja memiliki
mereka lebih cocok untuk beban fisik atau mental, atau sosial. Namun sebagai
persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat
tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud
penempatan seorang tenaga kerja yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan,
(Suma’mur, 1996).
6. Keterampilan bekerja.
banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta aktifitas yang
berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan lebih cepat mengurangi
ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang berada diantara segmen tulang
belakang dan akan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang
(Nurmianto, 2003).
jantung. Disamping itu beban kerja juga dapat dinilai berdasarkan tingkat
biasanya diukur dalam satuan kilo kalori. Tenaga tersebut diperoleh karena adanya
oleh metabolisme basal, aktifitas fisik dan efek dinamik khusus (Nursanyoto, 2001).
1. Merasakan denyut nadi jantung pada arteri radial pada pergelangan tangan.
3. Pulse Meter atau Pols teller adalah alat yang kegunaannya sebagai pencatat
Apabila peralatan tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai
stopwatch dengan metode 10 denyut oleh Kilbon. Dengan metode tersebut dapat
10 denyut
Denyut Nadi (Denyut/menit) = X 60
Waktu perhitungan
nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik. Kepekaan denyut nadi terhadap
perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera
Tabel 2.3
Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi
Kategori beban kerja Denyut/menit
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat berat 150-175
Sangat berat sekali >175
Sumber: Christensen Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO.
Geneva dalam Tarwaka, 2010
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi
baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu. Selain
jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama masa bekerja adalah
WHO (1985) menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa
ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body
Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan
alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Tabel 2.4
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori Deskripsi IMT
Kekurangan berat badan tingkat
< 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat
25,1 – 27,0
ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat
> 27,0
berat
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang menurut indeks
massa tubuh, diantaranya faktor biologis (umur, jenis kelamin, genetik dan
faktor perilaku (kebiasaan merokok dan aktifitas fisik) dan keadaan kesehatan
(Virgy, 2011).
Menurut Cicih (1996), status gizi yang baik dengan asupan kalori dalam
jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja
pekerja. Sebaliknya status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang
kerja ataupun perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja
dalam melaksanakan aktifitasnya. Artinya apabila asupan kalori tenaga kerja tidak
sesuai dengan kebutuhannya maka tenaga kerja tersebut akan lebih cepat merasakan
28
lelah dibandingkan dengan tenaga kerja dengan asupan kalori yang memadai,
sehingga tenaga kerja tersebut harus mendapatkan masukan kalori yang optimal
terutama pada pagi hari karena kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan
keadaan gizi tenaga kerja. Gizi kerja adalah nutrisi yang diperlukan oleh pekerja
untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Gizi
pekerjaan ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-
tingginya. Setiap pekerjaan memerlukan tenaga dan tenaga tersebut bersumber dari
makanan.
perusahaan tersebut adalah PT. Kalla Inti Karsa, perusahaan milik Wakil Presiden
milik Walikota Bandung, Ridwan Kamil. PT. PP Persero Tbk, perusahaan dengan
komersial pertama dan terbesar di wilayah Indonesia timur dengan konsep green
building. Nipah Mall Makassar dibangun dalam suatu tatanan kota yang
29
menyajikan suasana alam yang humanis dan nyaman dalam interaksi masyarakat
perkotaan.
Nipah Mall and Office Building milik Kalla Group berdiri diatas lahan 3,5
hektare dengan total building area 121.426,38 sqm. Terdiri dari 16 lantai, diantaran
building, Mall ini akan menjadi ikon baru di Makassar dengan konsep indoor dan
Nipah Mall memiliki desain unik yang memadukan ruang indoor dan outdoor
dan akan dipercantik dengan pemandangan natural dikelilingi pepohonan nan hijau.
pemanfaatan sumber daya peralatan yang akan dikelola dengan sebaik-baiknya dan
peningkatan dan tercermin dari okupansi yang stabil dan terjaga di level tinggi.
30
H. Kerangka Teori
kelelahan kerja
Faktor Pekerjaan:
Lama Kerja
Keadaan Monoton
Beban Kerja
Faktor Pekerja:
Jenis Kelamin
Umur
KELELAHAN
Status Gizi KERJA
Status Kesehatan
Masa Kerja
Postur
Faktor Lingkungan:
Penerangan
Kebisingan
Psikososial
Gambar 2
Kerangka Teori
Sumber: Silaban (1998), Boediono (2003), Tarwaka (2004), dan Suma’mur (2009).
31
I. Batasan Penelitian
terfokus dan tidak meluas. Ruang lingkup menentukan konsep utama dari
dan baik.
1. Urgensi Penelitian
kelelahan kerja.
2. Waktu
Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti dan waktu yang diberikan
3. Realitas
4. Biaya
variabel lainnya.
32
Oleh sebab itu maka peneliti membatasi variabel yang diteliti terkait kelelahan,
yaitu.
1. Umur
2. Lama Kerja
3. Masa Kerja
4. Beban Kerja
5. Status Gizi
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan
sebelumnya oleh beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat berpengaruh
pada kondisi kelelahan seseorang. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel
teori yang telah disebutkan sebelumnya. Variabel independen terdiri dari umur,
lama kerja, masa kerja, beban kerja dan status gizi, sedangkan untuk variabel
1. Kelelahan Kerja
setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah
ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas
menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan
penurunan kesiagaan keadaan pada saraf sentral sistimik akibat aktivitas yang
sistim ihibisi batang otak. Kelelahan juga merupakan fenomena kompleks yang
33
34
disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor
2. Umur
kerja. Semakin tua umur seseorang, semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi
faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia akan mempengaruhi
semakin muda seseorang maka semakin mobile pula dalam bekerja karena
tidak merasakan kelelahan dalam waktu yang cepat. Menurut Hidayat (2003),
berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan
3. Lama Kerja
jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam/hari
dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Jika seorang pekerja
harus bekerja lebih dari lama kerja yang dianjurkan, maka hal tersebut akan
kerja.
35
4. Masa Kerja
Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa kerja. Masa
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
5. Beban Kerja
kerja baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggung jawabnya. Seorang
tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari
istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah
(Suma’mur, 1996).
Semakin berat beban kerja hingga melampaui batas kapasitas kerja akan
gangguan kesehatan pekerja. Beban kerja fisik dalam kategori berat akan
6. Status Gizi
yang dilakukan akan baik hasilnya, namun apabila kekurangan energi baik
dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk dan
dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan
B. Kerangka Konsep
kerangka konsep. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen terdiri dari umur, lama kerja, masa kerja, beban
kerja dan status gizi. Sedangkan variabel dependen adalah kelelahan kerja.
Umur
Lama Kerja
Kelelahan
Masa Kerja
Kerja
Beban Kerja
Status Gizi
Gambar 3
Kerangka Konsep
Variabel Dependen
38
1. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja yang diukur dalam penelitian ini adalah kelelahan fisik
Kriteria objektif :
(Setyawati, 2010)
2. Umur
Umur dalam penelitian ini adalah lamanya responden hidup sejak lahir
Kriteria objektif :
3. Lama Kerja
Lama kerja dalam penelitian ini adalah waktu kerja setiap hari yang
Kriteria objektif :
4. Masa Kerja
Masa kerja dalam penelitian ini adalah lamanya seseorang bekerja yang
dihitung pada saat pekerja mulai bekerja sampai dengan penelitian ini
Kriteria objektif :
(Tarwaka, 2008)
5. Beban Kerja
Beban kerja dalam penelitian ini adalah tingkat beban kerja yang
Kriteria objektif :
(Tarwaka, 2008)
6. Status Gizi
Status gizi dalam penelitian ini adalah kondisi gizi normal atau tidak
normal yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran berat
Kriteria Objektif :
D. Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja
b. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
c. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
d. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada
e. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja
b. Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
c. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
d. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
e. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan crsoss sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu umur, lama kerja, masa kerja,
beban kerja dan status gizi dengan kelelahan pekerja. Dalam penelitian ini
mengambil data dari reponden dengan metode survei menggunakan kuesioner dan
Penelitian ini dilakukan di proyek konstruksi Nipah Mall Makassar pada bulan
Desember 2017.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
2011). Populasi pada penelitian ini adalah pekerja di proyek konstruksi Nipah
Mall Makassar yang berjumlah 307 orang yang bekerja pada unit pekerjaan
42
43
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sampel dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan
0,936 ∙ 307
𝑛=
0,01 ∙ 306 + 0,936
287,352
𝑛=
3,996
𝑛 = 71,90
Keterangan:
𝑎 0,05
Nilai 𝑎 = 0,05 jadi 1 − = 1 −
2 2
= 1 − 0,025
= 0,975
𝑛 = besar sampel
N = besar populasi
diperlukan untuk penelitian ini sebanyak 72 orang. Untuk menghindari adanya drop
out, maka besar sampel ditambahkan 10% dari total sampel yaitu menjadi 79 orang
responden.
D. Pengumpulan Data
data secara primer dan data secara sekunder. Adapun pengumpulan datanya adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
menggunakan kuesioner.
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dilakukan dengan mengukur berat dan
2. Data Sekunder
berbagai hasil penelitian yang terkait dengan penelitian serta informasi dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti dan ada relevansinya
E. Instrumen Penelitian
dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk
1. Kuesioner
identitas responden, umur, lama kerja, masa kerja dan status gizi. Kuesioner
2. Reaction Timer
dari alat ini adalah memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau
lampu yang kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat
dihitung waktu reaksi tenaga kerja berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
merespon signal tersebut. Cara penggunaan alat waktu reaksi (Reaction Timer)
yaitu:
46
e. Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek dan diminta
(lampu).
g. Setelah diberi rangsang subjek menekan tombol maka pada layar kecil
atau off” pada off dan lepaskan alat dari sumber listrik atau baterry.
3. Digital Omron
pekerja. Digital omron merupakan alat untuk mengukur tekanan darah dan
denyut jantung. Penggunaan alat ini dengan sistem digital akan mempermudah
b. Gunakan manset pada lengan atas. Bagian bawah manset berada 1-2 cm di
c. Kencangkan manset.
mengembang otomatis.
f. Tunggu dan akan muncul nilai pada display monitor, dilakukan sebanyak 3
kali.
h. Catat hasil pengukuran yang tertera pada display monitor yang berlabel
pulse.
4. Timbangan
Timbangan adalah alat untuk mengukur berat badan pekerja dalam satuan
kilogram. Cara penggunaan alat ini adalah dengan naik keatas alat ini dan akan
terlihat angka berat badan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk angka. Dalam
penggunaan alat ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti
responden tidak boleh menggunakan alas kaki saat berada diatas timbangan,
tubuh responden harus tegak dan wajah lurus menghadap kedepan. Setelah itu,
dicatat hasilnya.
5. Microtoice
Microtoice adalah alat untuk mengukur tinggi badan pekerja dalam satuan
cm. Cara penggunaan alat ini adalah dengan meletakkan microtoice pada
ketinggian 2 meter. Subjek yang akan diukur berdiri dibawah alat lalu ditarik
48
dicatat hasilnya.
6. Alat Tulis
Alat tulis adalah alat untuk mencatat hasil dari pengukuran selama
pengukuran.
7. Kamera
1. Pengolahan Data
SPSS (Statistic Package for Social Science). Pengolahan data ini dilakukan
a. Editing
kuesioner tersebut.
b. Coding
c. Entry Data
program entry data pada program SPSS sesuai dengan variabel yang
sebelumnya.
d. Cleaning
e. Skoring
tiap variabel.
2. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
frekuensi dan persentase dari tiap variabel independen (umur, lama kerja, masa
kerja, beban kerja dan status gizi) dan variabel dependen (kelelahan kerja) yang
2. Analisis Bivariat
hubungan umur, lama kerja, masa kerja, beban kerja dan status gizi dengan
kelelahan kerja pekerja konstruksi Proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017
(O−E)²
X² = Ʃ E
Keterangan:
df = (b-1) (k-1)
Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan < 5, maka digunakan rumus
Fisher Exact dimana uji ini juga reliable untuk jumlah sampel kecil dengan
N! a! b! c! d!
Keterangan:
! = Faktorial
signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika Pvalue> 0,05, hipotesis penelitian ditolak.
berdasarkan Akta No. 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan
Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi yang
telah berkembang selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi
pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah
dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT. PP (Persero)
Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana. Salah satu proyek yang dibangun oleh
Proyek Nipah Mall ini dibangun di lahan eks terminal Panaikang di Jl. Urip
besar dan ternama di Indonesia yaitu PT. Kalla Inti Karsa, PT. Urban Indonesia dan
PT. PP (Persero) Tbk. Proyek pembangunan Nipah Mall ini dimulai pada tanggal
52
53
25 September 2015 dengan kontrak senilai 410 milyar. Proyek Nipah Mall
Proyek Nipah Mall terdiri dari 6 bangunan yaitu gedung A yang akan
digunakan sebagai outlet Toyota, gedung B yang direncanakan untuk office setinggi
20 lantai, gedung C yang digunakan untuk mall, gedung D adalah area foodcourt,
gedung E merupakan bangunan parkir 7 lantai dan gedung F sebagai area entertaint.
Adapun program Safety Health and Environment yang dilakukan selama proyek
belangsung yaitu:
1) Fogging
3) Training P3K
4) Program HIV/AIDS
b. Safety Program
5) Pembuatan Denah Jalur Evakuasi, Denah Instalasi Listrik Kerja, dan Denah
Evakuasi)
B. Hasil Penelitian
program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
berikut.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Umur (Tahun)
Jumlah (n) Persentase (%)
15-20 8 10.8
21-25 15 20.2
26-30 11 14.8
31-35 10 13.5
36-40 10 13.5
41-45 8 10.8
46-50 5 6.7
51-55 3 4.0
56-60 3 4.0
60-70 1 1.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
b. Beban Kerja
Beban kerja dalam penelitian ini adalah tingkat beban kerja yang
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
Denyut Nadi Frekuensi
(denyut/menit) Jumlah (n) Persentase (%)
60-70 4 5.40
71-80 11 14.86
81-90 20 27.0
91-100 11 14.86
101-110 22 29.72
111-120 6 8.10
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
(5.40%).
c. Status Gizi
Tubuh (IMT). Angka IMT pekerja berkisar antara 17.5 kg/m2 – 28.39
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Gizi pada
Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017
IMT Frekuensi
(kg/m2) Jumlah (n) Persentase (%)
17.0 – 18.0 2 2.70
18.1 – 19.0 2 2.70
19.1 – 20.0 7 9.45
20.1 – 21.0 12 16.21
21.1 – 22.0 11 14.86
22.1 – 23.0 10 13.51
23.1 – 24.0 9 12.16
24.1 – 25.0 2 2.70
25.1 – 26.0 9 12.16
26.1 – 27.0 5 6.75
27.1 – 28.0 3 4.0
28.1 – 29.0 2 2.70
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
kategori IMT 17.0-18.0 kg/m2, 18.1-19.0 kg/m2, 24.1-25.0 kg/m2 dan 28.1-
2. Analisis Univariat
berikut.
58
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Umur
Jumlah (n) Persentase (%)
Tua 31 41.9
Muda 43 58.1
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
berikut.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Lama Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Memenuhi Syarat 61 82.4
Memenuhi Syarat 13 17.6
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
berikut.
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Masa Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Lama 47 63.5
Baru 27 36.5
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
orang (63.5%) sedangkan responden yang masa kerjanya masih baru yaitu
berikut.
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Beban Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Berat 29 39.2
Ringan 45 60.8
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
60
29 orang (39.2%).
berikut.
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Status Gizi
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Normal 22 29.7
Normal 52 70.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
berikut.
61
Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Frekuensi
Kelelahan Kerja
Jumlah (n) Persentase (%)
Lelah 59 79.7
Tidak Lelah 15 20.3
Total 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
3. Analisis Bivariat
hubungan antara variabel independen yaitu umur, lama kerja, masa kerja,
beban kerja dan status gizi dengan variabel dependen yaitu kelelahan kerja.
Adapun hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk crosstab sebagai
berikut.
analisis hubungan umur dengan kelelahan kerja dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
62
Tabel 5.10
Hubungan Umur dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Tidak Total Hasil Uji
Umur Lelah
Lelah Statistik
n % n % n %
Tua 30 96.8 1 3.20 31 100.0
p=0.002
Muda 29 67.4 14 32.6 43 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
pada kategori umur tua sebanyak 1 responden (3.20%) dan pada kategori
hasil analisis hubungan lama kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat
Tabel 5.11
Hubungan Lama Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Lama Total Hasil Uji
Lelah Tidak lelah
Kerja Statistik
n % n % n %
Tidak
Memenuhi 52 85.2 9 14.8 61 100.0
Syarat p=0.011
Memenuhi
7 53.8 6 46.2 13 100.0
Syarat
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
hasil analisis hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat
Tabel 5.12
Hubungan Masa Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Masa Total Hasil Uji
Lelah Tidak lelah
Kerja Statistik
n % n % n %
Lama 42 89.4 5 10.6 47 100.0
p=0.007
Baru 17 63.0 10 37.0 27 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
masa kerja lama sebanyak 5 responden (10.6%) dan pada kategori baru
hasil analisis hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja dapat dilihat
Tabel 5.13
Hubungan Beban Kerja dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Beban Tidak Total Hasil Uji
Lelah
Kerja Lelah Statistik
n % n % n %
Berat 27 93.1 2 6.90 29 100.0
p=0.036
Ringan 32 71.1 13 28.9 45 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
beban kerja berat sebanyak 2 responden (6.90%) dan pada kategori ringan
kerja pada Pekerja Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017.
hasil analisis hubungan status gizi dengan kelelahan kerja dapat dilihat
Tabel 5.14
Hubungan Status Gizi dengan Kelalahan Kerja
pada Pekerja Proyek Nipah Mall
Kota Makassar Tahun 2017
Kelelahan Kerja
Status Tidak Total Hasil Uji
Lelah
Gizi Lelah Statistik
n % n % n %
Tidak
21 95.5 1 4.50 22 100.0
Normal p=0.030
Normal 38 73.1 14 26.9 52 100.0
Total 59 15 74 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
(26.9%).
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, lama kerja, masa
kerja, beban kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja proyek
konstruksi Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Adapun pembahasan dari hasil
1. Kelelahan Kerja
penurunan kerja fisik dan perasaan lelah, penurunan motivasi dalam bekerja,
(menggunakan Bourdon Wiersma Test) dan pengukuran yang bersifat fisik atau
kelelahan kerja yang bersifat fisik dengan menggunakan alat ukur reaction
rangsangan cahaya yang menjadi objek reaksi pada alat yang digunakan.
68
timer untuk mengetahui kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja konstruksi
proyek Nipah Mall Makassar diperoleh hasil bahwa dari 74 responden yang
Pada penelitian ini pekerja yang mengalami kelelahan antara umur tua dan
umur muda hampir sama. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya umur yang
telah lanjut kemampuan fisik seseorang otomatis menurun. Tenaga kerja yang
otot akan menyebabkan kelelahan otot yang terjadi karena akumulasi asam
laktat dalam otot (Setyawati, 2010) sedangkan pekerja yang berumur muda
juga cukup banyak yang mengalami kelelahan karena lama kerja yang melebihi
batas normal bekerja yaitu lebih dari 8 jam perhari dan masa kerjanya yang
Pada penelitian ini pekerja yang lama kerjanya tidak memenuhi syarat atau
lebih dari 8 jam lebih banyak mengalami kelelahan daripada pekerja yang lama
kerjanya memenuhi syarat. Hal ini sejalan dengan Suma’mur (2009) yang
melakukan variasi dalam bekerja dan dalam waktu yang melebihi batas yang
telah ditentukan untuk seorang pekerja dalam sehari maka akan menyebabkan
69
pekerja konstruksi. Menurut Suma’mur (2013) masa kerja yang lama untuk
tergolong dalam beban kerja ringan tetapi tetap saja mengalami kelelahan. Hal
utamanya sebagai pekerja konstruksi. Pekerja yang beban kerjanya berat sudah
pasti mengalami kelelahan kerja. Hal ini terjadi karena semakin berat beban
kerja seseorang maka kemapuan seseorang dalam bekerja juga dituntut harus
mengimbangi beban kerja tersebut. Dalam hal ini, pekerja yang memiliki beban
kerja yang berat, tidak diimbangi dengan kemampuan kerja mereka sehingga
mudah terjadi kelelahan. Hal ini sejalan dengan teori menurut Munandar
(2008) setiap beban kerja harus sesuai dengan kemampuan fisik, kemampuan
ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat
pekerja tidak dalam jumlah dan waktu yang tepat. Pekerjaan berat seperti
seperti memenuhi asupan pada pagi hari sebelum bekerja tetapi beberapa
pekerja tidak sarapan pada pagi hari. Konsumsi air minum yang kurang juga
energi yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah energi yang diterima oleh tubuh
sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu
produktivitas kerja. Tingkat asupan energi terutama bagi pekerja berat adalah
lelah.
tersebut dibiarkan secara terus-menerus dialami oleh pekerja dan tidak ada
upaya penaggulangan maka dapat memberikan dampak negatif bagi pekerja itu
kerja dengan kapasitas pekerja, mengatur jam kerja dalam batas normal dan
71
waktu istirahat yang cukup, serta bergantian dalam bekerja ketika sudah mulai
merasa kelelahan.
tersebut. Semakin tua individu tersebut maka metabolisme basal akan semakin
2009). Umur dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori
umur muda apabila responden beumur dibawah 35 tahun dan kategori umur tua
Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel umur dan kelelahan kerja
umur tua yaitu 30 orang (96.8%) dan pekerja pada kategori umur muda yaitu
yang berarti ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja
konstruksi proyek Nipah Mall Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui
bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi pula perasaan
kelelahannya.
akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif
lebih muda. Disamping hal tersebut, pekerja yang berumur lebih tua akan
72
kelelahan otot yang terjadi karena adanya akumulasi asam laktat dalam otot
jenis pekerjaan yang ada cenderung merupakan pekerjaan berat. Pekerja yang
sudah tergolong umur tua pun dituntut untuk mengerjakan pekerjaan yang ada.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marif
(2013) yang menyatakan bahwa dari 100 orang pekerja, diantara 51 pekerja
umur muda, 43.1% mengalami kelelahan dan dari 49 pekerja umur tua,
pekerja pembuatan pipa dan Menara tambat lepas pantai di proyek Banyu Urip
banyak dialami oleh pekerja berumur tua yaitu 16 orang (76.2%) dan pekerja
menyatakan ada hubungan antara usia dengan kelelahan kerja pada pengemudi
Tahun 2014.
pekerjaan, tetapi dengan faktor lain seperti jam kerjanya yang melebihi batas
normal, serta beban kerjanya yang tidak sesuai dengan kapasitasnya, maka
Lama kerja adalah waktu kerja setiap hari yang dilakukan oleh pekerja
untuk bekerja. Secara normal lama kerja yang diperkenankan kepada setiap
sehari yaitu 7-8 jam. Lama kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu lama kerja yang memenuhi syarat atau maksimal 8 jam perhari dan
kategori lama kerja yang tidak memenuhi syarat atau diatas 8 jam perhari. Dari
jam kerja tidak memenuhi syarat yaitu 61 orang (82.4%) dan yang memenuhi
bahwa sebagian besar pekerja bekerja selama 12 jam perhari seperti dalam
kategori jam kerja tidak memenuhi syarat yaitu 52 orang (85.2%) dan pekerja
pada kategori jam kerja memenuhi syarat yaitu 7 orang (53.8%). Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.011 (p<0.05) yang berarti terdapat
hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi
proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa
semakin lama pekerja bekerja selama 1 hari, maka semakin tinggi pula
perasaan kelelahannya.
menurun dengan bertambahnya masa kerja akibat kelelahan dari pekerjaan dan
dapat diperberat bila dalam melakukan pekerjaan fisik pekerja tidak melakukan
12 jam perhari dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam. Hal tersebut dilakukan
terjadinya slow-down dalam pengerjaan proyek. Disisi lain, kontrak yang telah
disetujui sebelumnya juga menjadi acuan para pekerja dalam bekerja. Oleh
karena itu, untuk mengejar target finish dari suatu proyek konstruksi, para
pekerja lah yang dipaksa untuk bekerja semaksimal mungkin walaupun diluar
jam kerja normal demi mencapai target finish proyek tersebut. Jika seorang
pekerja harus bekerja lebih dari lama kerja yang dianjurkan, maka hal tersebut
kerjanya memenuhi standar sebesar 39.3% dan pekerja yang jam kerjanya tidak
terdapat hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pengemudi
memenuhi standar sebesar 37.5% dan pekerja yang jam kerjanya tidak
memenuhi standar yaitu 93.8%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja unit produksi
Tahun 2014.
jam kerja normal. Pekerjaan yang dilakukan pun merupakan jenis pekerjaan
yang berat. Hal ini dilakukan perusahaan untuk mengejar target dari
tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan
biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu
(Suma’mur, 2013).
Masa kerja pada penelitian ini adalah keseluruhan masa kerja pekerja
dimulai dari awal bekerja sebagai pekerja konstruksi sampai saat dilakukannya
maka selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi tingkat
ini dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu masa kerja lama apabila pekerja
telah bekerja 3 tahun atau lebih dan baru apabila masa kerjanya dibawah 3
responden masa kerjanya sudah lama yaitu 47 orang (63.5%) dan 27 orang
sebagian besar pekerja proyek Nipah Mall Makassar tergolong dalam masa
77
konstruksi.
kerja, pekerja yang mengalami kelelahan kerja pada kategori masa kerja baru
yaitu 17 pekerja (63.0%) dan pada kategori lama yaitu 42 pekerja (89.4%). Dari
hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0.007 (p<0.05) yang artinya terdapat
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi
proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa
semakin lama masa kerja seseorang bekerja maka semakin besar pula perasaan
kelelahannya. Hal ini sejalan dengan Budiono (2003) yang menyatakan bahwa
semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak pula seorang
pekerja telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
dan dalam jangka waktu yang cukup lama karena pekerja yang menjadi
responden dalam penelitian ini rata-rata merupakan pekerja yang dari dulunya
Terdapat juga pekerja dengan masa kerja yang baru tetapi tetap mengalami
kelelahan dikarenakan oleh jam kerjanya yang tidak normal atau diatas 8 jam
8 jam/hari. Jika lebih dari itu, maka hal tersebut akan mempengaruhi ketahanan
78
kelelahan kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh
(2014) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan
paling tinggi terjadi pada ketagori masa kerja lama yaitu sebesar 71% pada
Semarang. Hal tersebut sama dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa
kelelahan lebih banyak dialami oleh pekerja yang masa kerjanya sudah lama
dari 5 tahun mengalami kelelahan kerja (57.2%). Hasil ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di Rumah
sudah lama sebagian besar juga sudah berumur tua. Mereka sudah bekerja
seperti gedung, sekolah, dan perumahan. Dari penelitian ini dapat diketahui
bahwa semakin lama masa kerja seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat
dialami oleh pekerja dengan masa kerja yang lebih lama dikarenakan semakin
lama seseorang bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan tersebut akan
menarik, dan lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya yang
dapat berupa fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja memiliki kemampuan
tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Pada penelitian ini, beban
menjadi 2 yaitu beban kerja ringan apabila denyut nadi pekerja dibawah angka
100 denyut/menit dan kategori beban kerja berat apabila hasil pengukuran
bahwa sebagian besar pekerja memiliki beban kerja ringan yaitu 45 orang
(60.8%) dan pekerja yang memiliki beban kerja berat sebanyak 29 orang
(39.2%). Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel beban kerja dengan
pada kategori beban kerja ringan yaitu 32 pekerja (71.1%) dan pada kategori
beban kerja berat yaitu 27 pekerja (93.1). Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0.036 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun
2017.
Hasil analisis menunjukkan bahwa beban kerja yang berat dan tidak sesuai
Hal ini sejalan dengan Suma’mur (1996) yang menyatakan beban kerja
80
merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan
dilapangan didapatkan bahwa pekerja yang memiliki beban kerja ringan tetapi
seleseai bekerja di proyek. Pada saat bekerja di proyek, beban kerja yang
kategori beban kerja ringan (86%) dan 5 orang termasuk dalam kategori beban
kerja berat (14%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara
beban kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian cutting PT Dan Liris
kelelahan kerja, 36 (73.5%) orang diantaranya memiliki beban kerja berat dan
adanya hubungan antara beban kerja dengan kelalahan kerja pada penjahit di
dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik
81
atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya
mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang
dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja
yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi
(Suma’mur, 2009)
dan penggunaan zat gizi. Status gizi yang tidak normal menandakan kondisi
tubuh yang buruk. Kondisi tubuh tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam
mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja karena status gizi ini berkaitan
dengan kesehatan dan daya kerja. Status gizi dalam penelitian ini dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu pekerja dengan status gizi normal apabila hasil
pengukuran IMTnya antara 18,5 kg/m2 – 25,0 kg/m2 dan pekerja dengan status
gizi tidak normal apabila hasil pengukuran IMTnya <18,5 kg/m2 dan >25,0
kg/m2.
sebagian besar responden status gizinya normal yaitu 52 orang (70.3%) dan
yang status gizinya tidak normal yaitu 22 orang (29.7%). Dari hasil analisis
82
bivariat pada variabel status gizi dan kelelahan kerja diperoleh bahwa pekerja
yang mengalami kelelahan pada kategori status gizi normal yaitu 38 orang
(73.1%) dan pekerja pada kategori status gizi tidak normal yaitu 21 orang
(95.5%). Berdasarkan uji statistik diperoleh p=0.030 (p<0.05) yang artinya ada
hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi
normal cenderung mengalami kelelahan. Hal ini sejalan dengan Cicih (1996)
yang menyatakan bahwa apabila asupan kalori tenaga kerja tidak sesuai dengan
kebutuhannya baik itu kurang atau berlebih maka tenaga kerja tersebut akan
ringan. Hal ini dikarenakan jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sejalan
dengan kebutuhan tubuh atau dalam artian asupan gizi yang mereka makan
terlalu berlebih dan tidak seimbang antara vitamin, mineral, protein dan lemak,
responden dengan IMT kategori kekurangan gizi yang biasanya akan lebih
menghasilkan energi saat bekerja. Gizi yang tidak terpenuhi juga dapat
dilakukan.
83
mengalami kelelahan karena sebagian besar pekerja tidak sarapan pagi sebelum
bekerja. Hal tersebut membuat energi yang mereka konsumsi kurang. Pekerja
membutuhkan masukan kalori yang optimal terutama pada pagi hari karena
kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan akan berdampak terhadap
kelelahan pada saat ia bekerja. Selain itu, tidak tersedianya air minum di lokasi
minum akan mengurangi fokus dalam bekerja yang berujung pada kelelahan
kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa
(2009) yang menyatakan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada
kelompok dengan status gizi kurang yaitu sebesar 30.8%. Hasil analisa statistik
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Penelitian ini juga sejalan
dengan Herliani (2012) yang menyatakan semua pekerja dengan status gizi
lebih mengalami kelelahan kerja, baik kelelahan ringan, sedang dan berat.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan
Sukoharjo.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa status gizi yang baik
dengan intake kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat akan berpengaruh
positif terhadap daya kerja pekerja. Begitupun sebaliknya, apabila intake kalori
ketahanan kerja, perlambatan gerak dan menjadi hambatan bagi pekerja dalam
D. Keterbatasan Penelitian
terhadap seluruh faktor yang dapat menyebabkan kelelahan kerja sehingga bisa saja
ada kemungkinan variabel lain yang tidak diteliti menjadi penyebab utama
kelelahan kerja oleh pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun 2017.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis variabel yang diteliti tentang faktor
yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah
Mall Makassar Tahun 2017, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara umur dan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi Proyek
2. Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
4. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
5. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini
kerja berat dan memiliki masa kerja lama ke bagian kerja yang beban kerja
85
86
yang lebih ringan. Sebaliknya pekerja yang melakukan beban kerja ringan dan
memiliki masa kerja baru ke bagian kerja yang beban kerjanya lebih berat.
pekerja seperti menyediakan air minum di lokasi kerja agar dapat memenuhi
Aryasri, Alief Widyo. 2008. Analisis Pengaruh Burnout terhadap Kepuasan Kerja
untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan dan Service Quality (Studi pada
Bank Mandiri Kota Semarang). Tesis. Magister Manajemen Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Atiqoh, Januar, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment
Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyakat Volume 2, Nomor 2,
Pebruari 2014. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Budiono, A. M. 2003. Penyakit Akibat Kerja. Bunga Rampai Hyperkes dan
Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Cicih, Dewi. 1996. Kebutuhan Asupan Kalori Pekerja. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Dammar, Tria. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Penjahit di Pasar Sentral Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Demetriou, Danielle. 2016. 'Death from overworking' claims hit record high in
Japan. Tokyo: The Telegraph.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Kecukupan Gizi
Pekerja Selama Bekerja. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja.
Eraliesa, Fandrik. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fadel, Muhammad. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
Pengemudi Pengangkutan BBM di TBBM PT. Pertamina Parepare.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Friend, Mark A dan James P. Kohn. 2007. Fundamental of Occupational Safety and
Health. Fourth Edition. UK: Government Institutes.
Herliani, Fury. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Industri Pembuatan Gamelan di Daerah Wirun Sukoharjo. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Hidayat, T. 2003. Bahaya Laten Kelelahan Kerja. Jakarta: Harian Pikiran Rakyat.
International Labour Organization (ILO). 2003. Encyclopedia of Occupational
Health and Safety. Geneva, Swiss.
Irma. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Unit
Produksi Paving Block CV.Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kusmawan, W.S. 2015. Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
Kusumawardani, Liana. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja
Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Marif, Amelia. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada
Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di
Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Mulyana, Ryan Saktika, dkk. 2006. Prevalensi Kelelahan pada Pengrajin Patung
di Desa Tegallalang Gianyar Agustus 2006. Universitas Udayana, Bali.
Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
Notoatmodjo, S. 1993. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurjannah. 2014. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Karyawan Bagian Cutting PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro
Nursanyoto. 2001. Ilmu Gizi Zat Gizi Utama. Jakarta: Golden Terayon Press.
Oentoro, S. 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Palmer. B, et al. 1996. Review and Analysis: Scientific Review of Air Mobility
Command and Crew Rest Policy and Fatique Issues. Fatique Issues: 1-2.
Pasira, Didimus. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Mamajang Kota Makassar Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.
PT. Jamsostek. 2010. Sebanyak 8,3 Juta Jiwa Mengalami Kecelakaan Kerja.
http://www.jamsostek.co.id/. Diakses 15 November 2017.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Serdamayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Setyawati. 2007. Kelelahan Kerja Kronis: Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan
Kerja, Penyusunan Alat Ukur serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi dan
Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Setyawati, L. M. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara
Books.
Setyawati. 2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi dengan Kelelahan
Kerja pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di Ungaran Tahun
2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang.
Silaban, Gery. 1998. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia
(MKMI) Tahun XXVI No. 10: 539-544.
Silastuti, A. 2006. Hubungan Antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga
Kerja di Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia.
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfa beta.
Suma’mur. 1991. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji
Masagung.
Suma’mur, P. K. 1996. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV
Gunung Agung.
Suma’mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.
Suma’mur, P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto.
Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Karyawn
dengaan Metode Bourdon Wiersma dan 30 Item of Rating Scale. Jurnal
Teknologi, Volume 5 Nomor 1, Juni 2012, 32-39. AKPRIND, Yogyakarta.
Tarwaka, Bakri, S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Universitas Bandung Press.
Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Ttempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan press.
Tasmi, Daniel, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi dengan
Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa
Sawit Pulau Tiga Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4, No.2
(2015). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Triyunita, Nidya, dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan dan Faktor
Individu dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt. X Batang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2013 Volume 2 Nomor 2, April 2013. Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Umyati. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh
Tangerang Tahun 2010. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Virgy, Sulistya. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Karyawan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar
Rebo Jakarta Tahun 2011. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:
Guna Widya.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
IDENTIFIKASI
Nama Responden
No. Responden
Tanggal/Bulan/Tahun
DATA KELELAHAN KERJA
Kelelahan milidetik
Lelah
Keterangan
Tidak Lelah
DATA UMUR
Umur Responden tahun
Tua
Keterangan
Muda
DATA LAMA KERJA
Berapa lama anda bekerja dalam sehari ? > 8 jam/hari
≤ 8 jam/hari
DATA MASA KERJA
Sudah berapa lama anda bekerja pada proyek ≥ 3 tahun
konstruksi ? < 3 tahun
DATA BEBAN KERJA
Beban denyut/menit
Berat
Keterangan
Ringan
DATA STATUS GIZI
Berat Badan kg
Tinggi Badan cm
IMT kg/m2
Tidak Normal
Keterangan
Normal
HASIL PENGUKURAN KELELAHAN KERJA
DENGAN REACTION TIMER
Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(Kecepatan reaksi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
HASIL PENGUKURAN BEBAN KERJA
DENGAN DIGITAL OMRON
Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(Denyut Nadi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
HASIL PENGUKURAN STATUS GIZI
PEKERJA KONSTRUKSI
Hasil Pemeriksaan
No Nama Responden Keterangan
(IMT)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
…74
Lampiran 2
Master Tabel
Tanggal No.Resp. Nama Waktu Reaksi Kelelahan Umur Lama Kerja Masa Kerja Beban Kerja Status Gizi
18-Dec-17 1 NRK 142.2 2 2 1 2 2 2
18-Dec-17 2 KDI 350.3 1 1 1 1 1 1
18-Dec-17 3 DYN 412.6 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 4 JST 358.7 1 1 1 1 2 2
18-Dec-17 5 UMD 331.5 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 6 YNS 595.8 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 7 DIN 354.8 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 8 RMA 203 2 2 2 2 2 2
18-Dec-17 9 DHM 187.9 2 2 2 2 2 2
18-Dec-17 10 NNG 229.6 2 2 1 1 1 2
18-Dec-17 11 SPR 257.4 1 2 1 1 2 2
18-Dec-17 12 JNR 352.4 1 2 1 2 2 1
18-Dec-17 13 LNI 623.92 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 14 YYO 311.27 1 2 1 2 2 2
18-Dec-17 15 KYN 539.35 1 1 1 1 1 2
18-Dec-17 16 SND 414.38 1 1 1 1 2 2
18-Dec-17 17 BDN 446.98 1 1 1 1 2 2
19-Dec-17 18 SNR 511.43 1 1 1 1 1 1
19-Dec-17 19 SNI 598.58 1 1 1 2 2 2
19-Dec-17 20 PNT 534 1 1 2 1 1 1
19-Dec-17 21 TFA 295.35 1 2 1 2 2 1
19-Dec-17 22 SGN 747.51 1 1 2 1 1 2
19-Dec-17 23 SYN 565.95 1 1 1 2 2 2
19-Dec-17 24 KRS 440.92 1 1 1 1 1 2
19-Dec-17 25 MAD 746.78 1 1 1 1 1 1
19-Dec-17 26 TYD 407.07 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 27 SFY 350.87 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 28 TGH 331.41 1 2 1 1 1 2
19-Dec-17 29 WHY 326.61 1 2 1 1 2 1
19-Dec-17 30 IFN 280.42 1 2 1 2 2 2
19-Dec-17 31 ARF 348.55 1 2 1 1 2 2
19-Dec-17 32 MHN 495.78 1 2 1 2 2 2
19-Dec-17 33 HMN 481.53 1 1 1 1 2 2
20-Dec-17 34 ARF 171.73 2 2 1 1 2 2
20-Dec-17 35 SDR 598.55 1 1 1 2 2 1
20-Dec-17 36 MLH 197.6 2 2 2 2 2 2
20-Dec-17 37 SWN 279.8 1 2 1 2 2 2
20-Dec-17 38 DUI 224.5 2 2 2 2 2 2
20-Dec-17 39 MSI 390.8 1 2 1 1 2 2
20-Dec-17 40 ARL 221.6 2 2 1 2 2 2
20-Dec-17 41 TKM 620.1 1 1 1 1 1 2
20-Dec-17 42 NKS 501.3 1 1 1 1 2 1
20-Dec-17 43 MCS 691 1 1 2 1 1 2
20-Dec-17 44 YHD 337.8 1 2 1 2 2 2
20-Dec-17 45 YLT 406.9 1 2 2 1 2 2
20-Dec-17 46 DDK 549 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 47 RNI 386.4 1 2 1 2 1 2
21-Dec-17 48 NFT 336.5 1 2 1 2 2 2
21-Dec-17 49 MNW 472.4 1 1 2 1 1 1
21-Dec-17 50 ADH 380.4 1 2 1 1 2 1
21-Dec-17 51 MHM 309 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 52 KNC 694.5 1 1 1 1 1 1
21-Dec-17 53 RTN 369.3 1 2 1 2 2 1
21-Dec-17 54 SYT 758.1 1 1 2 1 1 2
21-Dec-17 55 PRD 558 1 1 2 1 1 1
21-Dec-17 56 SHN 327.4 1 2 1 1 2 2
21-Dec-17 57 SRN 661.3 1 1 1 1 1 1
21-Dec-17 58 IBN 189.4 2 2 1 2 2 2
22-Dec-17 59 MHN 548.9 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 60 MNG 589.2 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 61 SPN 228.7 2 1 2 1 2 2
22-Dec-17 62 BSR 266 1 2 1 2 2 2
22-Dec-17 63 STY 212.6 2 2 2 2 2 2
22-Dec-17 64 HNK 415.9 1 1 1 1 1 1
22-Dec-17 65 RKN 382.6 1 1 1 1 1 2
23-Dec-17 66 TNJ 287.4 1 2 1 1 2 2
23-Dec-17 67 UUS 329.5 1 2 1 1 1 1
23-Dec-17 68 DDE 466.1 1 2 1 1 2 1
23-Dec-17 69 DDK 217.9 2 2 1 1 2 2
23-Dec-17 70 BLL 345.7 2 2 1 1 1 2
23-Dec-17 71 MZM 340.8 2 2 1 2 2 1
23-Dec-17 72 SHD 501.2 1 1 1 1 1 1
23-Dec-17 73 DIN 292.8 1 2 1 2 2 2
23-Dec-17 74 SNI 228.5 2 2 1 2 2 2
Lampiran 3
Output Hasil
Analisis Univariat
Kategori Kelelahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategori Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategori Umur
Total Count 43 31 74
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.28.
Total Count 13 61
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 74
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.64.
Total Count 27 47 74
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.47.
Total Count 29 45 74
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.88.
Total Count 52 22 74
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 74
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.46.
Gambar. 1
Pengukuran kelelahan kerja pada pekerja dengan reaction timer
Gambar. 2
Pengukuran beban kerja pada pekerja dengan digital omron
Gambar. 3
Wawancara dengan pekerja
Gambar. 4 Gambar. 5
Pengukuran berat badan pada Pengukuran tinggi badan pada pekerja
pekerja dengan timbangan dengan microtoice
Lampiran 5
Lampiran Surat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
no. 21
Agama : Islam
Suku : Makassar
Bangsa : Indonesia