Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

Nama : Muhammad Agung Wardiman


NIM : G011181091
Kelas :B
Kelompok : 12
Asisten : 1. M. Fitrah Khairul Anami
2. Muh. Iqbal

DEPERTEMEN ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTNIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Jenis tanah di setiap daerah pun berbeda-beda dan jenisnya. Komposisi tanah
berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan
bagian dari tanah. Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang
berbeda. Sebagian besar jenis tanah mengacu pada pola utama lapisan tanah yang
terkadang disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Setiap lapisan ditandai dengan
huruf, dengan urutannya sebagai berikut: O-A-B-C-R. Fungsi utama tanah adalah
sebagai medium alam untuk pertumbuhan tanaman.
Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara di serap oleh akar tanaman dan melalui
daun di ubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak
dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian
atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali
lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat
fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon
tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut
biasa disebut Profil Tanah.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki
perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum
terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukan pengamatan profil tanah mengingat besarnya manfaat tanah bagi
kehidupan kita sehari-hari serta terdapatnya berbagai jenis tanah yang memiliki
jenis penggunaan yang berbeda sekaligus dalam langkah awal penelitian dan
pengamatan terhadap tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah, serta
batas-batas horizon tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Tanah merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang masa.
Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi bahwa tanah adalah
“bahan mineral yang tidak padat terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan
tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan
ligkungan yang meliputi bahan induk, iklim, waktu, organisme dan topografi pada
suatu periode tertentu” (Hanafiah, 2014).
Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.
Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air
serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat
berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat
kimia, fisis, biologi dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Penelitian
tanah dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapang (Rino Purba, P.C. 2014).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas ke
batuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R.
Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah. Horizon
O-A disebut horizon tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah.
Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-
lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi (Hanafiah, 2014).
Profil tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah. Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan
horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan
permukaan tanah. Profil tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang
vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan
kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting
tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah. Apabila kita
menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada
masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
mempunyai sifat yang berbeda-beda. (Tim Asisten dan Dosen, 2014).
2.2 Sifat Fisik dan Kimia Tanah
2.2.1 Sifat Fisik Tanah
Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada ruang pori-pori yang
terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur). Sedangkan
stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh
tekanan. Sifat fisik tanah yang lain adalah warna dan suhu (Hanafiah, 2014).
Berdasarkan teksturnya maka tanah digolongkan menjadi tanah bertekstur
kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau
berstektur pasir atau pasir berlempung. Tanah berstektur halus atau tanah berliat
berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau berstektur liat, liat
berdebu atau liat berpasir. Tanah berstektur sedang terdiri dari tanah berstektur
sedang tetapi agak kasar. Tanah berstektur sedang meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus dan lempung berdebu. Tanah bertekstur sedang
tetapi agak halus (Hanafiah, 2014).
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan-
susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai
susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang
disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan
edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah akan jauh lebih
penting dari sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman,
ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi akan kembali saat kering,
dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk
agregat itu sendiri (Handayani, S. 2012)
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya
dari luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya
fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.
Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah (Hanafiah, 2014).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut
dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku
ini disusun tiga variabel, yaitu hue, value dan chroma hue adalah warna spektrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan
dan Chroma menunjukkan kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan
juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya
perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna lainnya (Gusli, 2015).
2.2.2 Sifat Kimia Tanah
Tanah merupakan sistem multi komponen yang tersusun atas fase padatan, cairan,
gas, dan organisme hidup. Semua fase ini akan saling mempengaruhi reaksi-reaksi
yang terjadi pada fase padatan mempengaruhi kualitas udara dan air, udara dan air
akan melapukkan padatan, mikroba mengkatalis banyak reaksi, dan lain-lain.
Kimia tanah terutama membahas fase padatan dan fase cairan serta interaksi
keduanya. Oleh karena itu, kimia tanah sangat erat kaitannya dengan kimia
(permukaan) koloid, geokimia, kesuburan tanah, mineralogi tanah dan
mikrobiologi atau biokimia tanah (Syaiful Anwar, 2013).
Konsentrasi ion yang terdapat dalam larutan tanah dan secara langsung
dapat diserap tanaman disebut sebagai Faktor Intensitas (Intensity Factor, IF),
sedangkan konsentrasi ion yang terikat dalam fase padatan tanah baik dalam
bentuk yang dapat dipertukarkan maupun yang terikat sebagai penyusun mineral
dan bahan organik tanah disebut sebagai Faktor Kapasitas (Capacity Factor, CF).
Faktor kapasitas menunjukkan kemampuan fase padatan tanah untuk
menggantikan unsur yang berkurang konsentrasinya dalam larutan tanah karena
diserap tanaman atau tercuci (Syaiful Anwar, 2013).
Beberapa sifat kimia yang digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini
adalah pH tanah, karbon tanah, nitrogen, C/N fosfat tersedia tanah. Beberapa sifat
kimia tanah dapat menilai apakah suatu tanah merupakan tanah yang potensial
atau tidak potensial ( Hanafiah, 2014).
2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
Pembentukan tanah pada dasarnya merupakan dampak dari kombinasi proses
fisika, kimia, biologi dan antropogenik dari batuan induknya. Genesa tanah
melibatkan proses-proses pembentukan lapisan-lapisan atau horison-horison yang
dapat diamati pada satu profil tanah. Proses-proses ini melibatkan penambahan,
penghilangan, transformasi dan translokasi dari material yang menyusun tanah.
Mineral berasal dari hasil pelapukan batuan yang mengalami perubahan
membentuk mineral-mineral sekunder dan komponen lainnya yang terlarut
didalam air, komponen-komponen tersebut kemudian berpindah dari satu tempat
ke tempat lainnya melalui aktivitas air ataupun aktivitas binatang. Perubahan dan
perpindahan material yang terdapat di dalam tanah yang menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan tanah yang jelas (Djauhari Noor, 2014).
2.3.1 Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang
terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas
terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan
induk ini sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda sampai dewasa. Namun
dalam perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut, apalagi bila
mengalami pelindian atau erosi berat, maka pengaruh ini makin tidak jelas,
bahkan dapat hilang sama sekali (Hanafiah, 2014).
2.3.2 Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi dalam proses genesis
dan perkembangan profil tanah melalui 4 cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam
menentukan jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah,
kedalaman air tanah, besarnya erosi yang dapat terjadi, dan arah pergerakan air
yang membawa bahan-bahan terlarut seperti unsur hara dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah (Hanafiah, 2014).
2.3.3 Waktu
Periode pembentukan akan menentukan jenis dan sifat tanah yang terbentuk
disuatu kawasan, karena waktu memberikan kesempatan kepada empat faktor
pembentukan tanah untuk memengaruhi proses-proses pembentukan tanah. Tahap
awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi
pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia dan fisika tanah, sehingga
membentuk horizon yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu
keadaan yang tidak berubah dalam waktu yang lama (Hanafiah, 2014).
2.3.4 Iklim
Iklim berkaitan dengan faktor di luar tanaman dalam mendukung
pertumbuhannya. Untuk itu harus diketahui sifat-sifat tanaman terkait dengan
iklim yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Mareli Telaumbanua, 2014).
2.3.5 Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi
tanah. Humus akan menyediakan nutrisi dan membantu menahan air. Diantara
berbagai organisme vegetasi atau mikroflora merupakan yang paling berperan
penting dalam mempengaruhi proses perkembangan tanah karena merupakan
sumber utama biomas atau bahan organik tanah (Hanafiah, 2014).
2.4 Batas-batas Horizon
Menurut Sarpras (2014), horizon tanah O, A, E, B, C, R merupakan simbol-
simbol untuk horizon utama dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini
merupakan simbol dasar yang dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk
melengkapi penamaan horizon dan lapisan. Berikut penjelasan mengenai batas-
batas tiap horizon, yaitu:
2.4.1 Horizon O
Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian besar
horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau sebagian
telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat
berada di atas permukaan tanah mineral atau organik.
2.4.2 Horizon A
Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di
bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat
berikut, yaitu akumulasi bahan organik terhumufikasi yang bercampur sangat
intensif dengan fraksi mineral, dan tidak didominasi oleh sifat-sifat yang
merupakan karakteristik horizon E atau B.
2.4.3 Horizon E
Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya adalah kehilangan
liat silikat, besi, aluminium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut,
meniggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu. Horizon
inimemperlihatkan lenyapnya selurub atau sebagian besar dari struktur batuan
aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam tanah yang sama,
oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih rendah, atau keduanya
oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
2.4.4 Horizon B
Horizon B adalah horizon yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau O.
Horizon ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari struktur
batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat seperti konsentrasi atau
penimbunan secara alivial dari liat silikat, senyawa besi, senyawa aluminium,
humus, senyawa karbonat, gipsum, atau silika, secara mandiri atau dalam
kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau penambahan
senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secara residu.
2.4.5 Horizon C
Horizon C adalah horizon atau lapisan tidak termasuk batuan dasar yang lebih
keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik, serta
tidak memiiki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar merupakan
lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin dapat serupa atau tidak serupa
dengan lahan darimana solum diperkirakan telah terbuentuk. Suatu horizon C
mungkin saja telah mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda
adanya proses pedogenesis.
2.4.6 Horizon R
Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras. Granit, basal,
kuarsit, batu gamping, dan batu pasir adalah contoh batuan dasar yang diberi
simbol dengan huruf R. Lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup
sulit digali dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-
keping.
BAB III. METODOLOGI

3.1 Kondisi Umum Wilayah


Berdasarkan letak astronomis dari tempat penggalian, profil tanah berada pada
koordinat 05° 07’61,6” LS dan 119° 28’87,7” BT. Penentuan letak geografis
tempat penelitian ini sesuai dengan yang tertera pada Global Positioning System
(GPS).
Letak geografis tempat praktikum yaitu:
Sebelah Utara : Area pemukiman penduduk
Sebelah Timur : Kampung Rimba
Sebelah Selatan : Kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sebelah Barat : Kebun buah naga
3.2 Tempat dan Waktu
Praktikum dan pengamatan dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari Sabtu, 8 September 2015 Pukul
14.00 WITA.
3.3 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan yaitu cangkul, skop, linggis, cutter atau pisau,
parang, meteran, ring sampel, lakban, kantong plastik gula, label. Adapun bahan
yang digunakan dalam pengamatan profil tanah yaitu air dan sampel tanah.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penggalian profil
a. Menggali tanah dengan menggunakan alat seperti cangkul, sekop dan
linggis.
b. Menggali sedalam 1,2 meter sampai mencapai beberapa lapisan tanah, luas
profil dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter.
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
a. Meratakan dan membersikan lapisan yang akan diambil, kemudian letakkan
ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b. Menekan ring sampel sampai terkubur seutuhnya ke dalam tanah.
c. Menggali area sekitar ring sampel dengan pisau.
d. Meratakan permukaan ring dengan cutter.
e. Menutup dan simpan ring sampel di dalam kantong plastik gula.
3.4.3 Pengambilan Contoh Tanah Terganggu
a. Mengambil tanah dengan sendok atau pisau sesuai dengan lapisan yang
akan diambil.
b. Masukkan kedalam kantong plastik gula yang sudah diberi label.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Fragmen Kasar
Pori
Lapisan Kedalaman Horison Konsistensi Konkresi Batas Horison Bentuk Struktur
Kerikil/Batu
Fe Mn Makro Mikro
1 0-18 A Lunak - - - Baur Gumpal Bersudut + +++
2 18-30 B Agak Keras Ada - - Baur Gumpal Bersudut ++ ++
3 30-80 C Keras - Ada Ada Jelas Gumpal Bersudut +++ +

Sumber: Data primer setelah diolah, 2018.


4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison-
horison yang berbeda. Lapisan 1 pada profil mempunyai kedalaman lapisan 0-18
cm, konsistensi lunak, batas horison baur dan bentuk struktur gumpal bersudut.
Lapisan 2 pada profil mempunyai kedalaman lapisan 18-30 cm, konsistensi agak
keras, batas horison baur dan bentuk struktur gumpal bersudut. Lapisan 3 pada
profil mempunyai kedalaman lapisan 30-80 cm, konsistensi keras, batas horison
jelas dan bentuk struktur gumpal bersudut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan profil diatas, bahwa
setiap lapisan memiliki kedalaman. Pada lapisan pertama kedalamannya 0- 18 cm,
ada lapisan kedua kedalamannya sekitar 18-30 cm dan lapiasan ketiga 30-80 cm.
Dilihat dari batas tiap lapisan tanah menunjukkan perbedaan antara lapisan
satu dengan yang lain tidak terlihat jelas, pada lapisan satu dan dua baur
sedangkan pada lapisan ketiga batas lapisannya berangsur jelas.
Berdasarkan kandungan karatan dalam tanah pada tabel diatas, mengandung
besi (Fe) dan mangan (Mn). Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut perna
tergenang air kemudian mengalami kekeringan hal ini sesuai dengan pendapat
Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa karatan merupakan warna hasil
pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, khususnya besi (Fe) dan
mangan (Mn), selama musim hujan dan kemudian mengalami presipitasi
(pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami
kekeringan.
Jika dilihat dari pori dalam tanah pada tabel diatas, pori makro ukurannya
semakin besar dari lapisan bawah ke lapisan atas, sedangkan pori mikro
ukurannya semakin kecil dari lapisan atas ke lapisan bawah.
BAB V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Based on the observations of the practicum it can be concluded that, layer 1 on the
soil profile has a layer depth of 18 cm, topography layer diffuse, soft texture,
lumpy structure of the corners, few macro pores while many micro pores. Layer 2
has a layer depth of 18 cm to 30 cm, topography is diffuse, the texture is rather
hard, the structure is lumpy angular, macro and micro pores are medium. Layer 3
has a layer depth of 30 cm to 80 cm, clear boundary topography, with a hard
texture, a lumpy angular structure, many macro pores while micro pores are few.
4.2 Saran
Sebaiknya praktikum dan pengamatan dilaksanakan selama dua hari agar
praktikan dapat lebih memahami penjelasan mengenai profil tanah dari asisten
dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syaiful., Sudadi, U. 2013. Kimia Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian-Institut Pertanian Bogor.
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas
Pertanian-Universitas Hasanuddin.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Handayani, S., & Sunarminto, B.H. 2012. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.Vol. 3. Hal. 10.
Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: CV. Budi Utama
Purba, Rino, P.C., dkk. 2014. Kajian Kesuburan Tanah di Desa Sihiong, Sinar
Sabungan dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba
Samosir. Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 2, No. 4, Hal. 1491.
Sarpras, Purnomo. 2014. Mekanika Tanah Dalam Lapangan. Bogor: Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian-Institut
Pertanian Bogor.
Telaumbanua, Mareli., dkk. 2014. Rancangbangun Akuator Pengendalian Iklim
Mikro di dalam Greenhouse untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi. Jurnal
Agritech, Vol. 34, No. 2. Hal. 114.
Tim Asisten dan Dosen. 2014. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian-Universitas
Hasanuddin.
LAMPIRAN
1. Daftar Isian Profil (DIP)

2. Foto Penampang

Anda mungkin juga menyukai