Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih
dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi
oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi
menjadi H2O, pati, fruktosa, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik,
bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi
senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam
sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara
umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi


Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses
transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen
yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi
melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya
dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam
ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat
permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian
digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.

1.2. Tinjauan Pustaka


Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai
kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan
suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu
tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya
matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut.
Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses
fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat
menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya
matahari (Dwidjoseputro, 1985)
Respirasi dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan
lingkungannya, sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan gas
Oksigen dan pelepasan gas karbondioksida. Pengambilan Oksigen ini ada yang secara
langsung melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium cair yang berada
disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu Respirasi Eksternal, yang merupakan
pertukaran udara yang terjadi antara organisme dengan udara disekeliling mereka dan
Respirasi Internal, merupakan pertukaran udara yang terjadi antara sel dengan organ
didalamnya (Willey, 1982).
Respirasi merupakan kebalikan dari peristiwa fotosintesis. Respirasi merupakan
proses pembongkaran energy yang tersimpan untuk dimanfaatkan dalam proses
kehidupannya. (Dahlia, 2000)
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi
senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam
sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi
(Lovelles, 1997). Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul
organik di dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang disimpan di
dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi adanya
pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air dengan bantuan cahaya
matahari (Dwijoseputro, 1994).
Respirasi bukanlah proses pertukaran gas sederhana saja. Proses keseluruhan
merupakan reaksi reduksi oksidasi yaitu senyawa organik dioksidasi menjadi CO2,
sedangkan O2 yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Sebagai substrat respirasi yaitu
pati, fruktosa, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organik dan bahkan protein pada
keadaan tertentu (Burhan dkk, 1977).
Proses yang terjadi di dalam respirasi sel adalah pemecahan ikatan-ikatan dalam
molekul organik, terutama ikatan antara atom karbon dengan atom yang menyimpan
energi dalam jumlah besar. Ada beberapa cara dimana energi kimia dilepaskan. Salah
satu cara yang paling penting adalah pengeluaran hidrogen dari suatu bahan bakar yang
dikenal dengan istilah dehidrogenasi. Pada proses dehidrogenasi diperlukan penerima
atau akseptor hidrogen (hydrogen acceptor) (Kimball, 1983).
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Pengaruh faktor suhu
bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju
reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C, namun hal ini
tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan
spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5° dan 25°C.
Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30° atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi
lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun (Salisbury dan Ross, 1995).
Greulach and Adam (1976), menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah
gula, oksigen dan air. Produk ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam
respirasi aerobik, sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air yang
merupakan substansi yang digunakan dalam fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross
(1978) gas O2 pada respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan.
Pada respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2.
Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat
digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bila
tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan
pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi sintesis dan
tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Bahan bakar yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Pembakaran sempurna
glukosa menjadi CO2 menghasilkan energi 686 kilokalori energi bebas. Tetapi dalam
reaksi ini hampir semua energi bebas dibebaskan sebagai panas yang dalam jumlah
sedang hanya cukup untuk menjaga sel agar tetap hangat. Dan tetap tidak cukup untuk
melangsungkan reaksi anabolik. Namun, demikian sel hidup mampu mengkatalisis
glukosa menjadi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi bebas untuk membentuk
molekul-molekul ATP (Kimball,1983).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 è 6 CO2 + 6H2O + Energi. Jumlah O2
dan CO2 yang dilepaskan tidak selalu sama. Perbedaan antara jumlah CO2 yang
dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau
Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat
untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi
lainnya (Simbolon, 1989).
Reaksi respirasi suatu karbohidrat berlangsung dalam 4 tahapan:
1. Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi
selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula
berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya
disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (Champbell, 2002)
2. Dekarboksilasi oksidatif piruvat
Asam piruvat yang merupakan senyawa 3C diubah menjadi aseti-KoA (senyawa
2C) dengan melepaskan CO2
3. Daur asam sitrat (daur Krebs)
Asetil-KoA diuraikan menjadi CO2. Daur ini disebut daur asam sitrat karena
senyawa C6 yang pertama terbentuk adalah asam sitrat
4. Transfer electron
Hydrogen (ion H+) yang dihasilkan dari tahap 1 sampai 3 berkombinasi dengan
oksigen membentuk air (H2O). energy yang dibebaskan oleh transport electron
digunakan untuk pembentukan ATP.

1.3. Tujuan
Tujuan pratikum kali ini adalah mempelajari pengaruh suhu terhadap laju respirasi
kecambah kacang hijau (Phaseolus vulgaris)
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan didalam pratikum ini meliputi kecambah kacang hijau
berusia 3 hari, larutan NaOH (0.5 N), larutan HCl (0,1 N), larutan BaCl2 , dan Larutan
phenotthavein. Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 200 ml, kain kasa, tali
pengikat,buret, dan erlenmeyer.

2.2. Metode Pratikum


Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :

1. Menimbang 5 kg kecambah yang sehat dan berpenampilan bagus, dibungkus


dengan kain kasa.
2. Disiapkan 3 bungkus kecambah untuk 3 perlakuan suhu dan 1 control.
3. Disiapkan 3 botol berukuran 200 ml. Mengisi botol 30 ml larutan 0,5 N NaOH.
4. Memasukkan bungkusan kecambah kedalam botol, tetapi tidak boleh menyentuh
larutan NaOH. Cara nya, mengikat bungkus kecambah dengan seutas benang, lalu
mengikat benang kemulut botol sehingga kecambah menggantung didalam botol.
Dimasukkan ke 3 bungkus kecambah ke ketiga botol yang telah diisi NaOH.
5. Menyimpan ke 3 botol berisi NaOH dan kecambah di tiga ruangan dengan suhu
yang berbeda.
6. Menyiapkan 3 botol kosong dengan ukuran sama. Mengisi masing-masing botol
dengan 30 ml larutan 0.5 N NaOH. Diletakkan botol kosong tanpa kecambah di tiga
ruangan dengan suhu berbeda sebagai kontrol.
7. Diberi label pada masing-masing botol.
8. 24 jam kemudian diambil semua botol. Mengambil 5 botol larutan NaOH didalam
botol, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan 2,5 ml BaCl2, diberikan
2 tetes Phenolphthalein, lalu dilakukan titrasi dengan 0,1 N HCl.
9. Titrasi diakhiri setelah terjadi perubahan warna ( warna merah menghilang).
Dilakukan pekerjaan ini 3 kali untuk tiap botol.
10. menghitung CO2 yang dibebaskan oleh kecambah pada 3 suhu yang berbeda.
Jumlah CO2 yang dibebaskan menunjukkan besarnya laju respirasi kecambah.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel Hasli Pengamatan velume HCl yang digunakan (ml)
Ulangan Suhu kulkas (18o) Suhu ruang (27o) Suhu oven (37o)
kontrol kecambah kontrol kecambah kontrol kecambah
1 8,4 9,6 10,2 14,2 28,2 71,0
2 8,2 11,4 11,3 14,4 28,8 74,2
3 9,0 9,8 13,2 15,1 30,1 75,5
Rataan 8,53 10,26 11,56 14,56 29,03 73,56
Perhitungan:

CO2 yang terbentuk =

JUMLAH CO2 yang terbentuk adalah

Sehingga jumlah CO2 adalah: 9,865


Reaksi : 2 HCl + BaCO3 → BaCl2 + H2CO3

Mol HCl

H2CO3(terbentuk) = ⁄

CO2 yang terbentuk =

Jumlah CO2 dibebaskan =


4.2. Pembahasan
Respirasi adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang
diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu
rantai reaksi yang majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai
enzim. Tahapan pertama bersifat anaerobik, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir
memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobik. Selanjutnya ADP
diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energi bagi semua jenis reaksi selular.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga
respirasi adalah oksidasi selular dimana energi yang disimpan dalam molekul-molekul
makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2,
merupakan hasil akhir dan energi terlepas.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup
besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh
oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam
botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar
yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk
kedalam botol dan tidak ada karbondioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam
botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang
dapat berikatan dengan karbondioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang
mengikat karbondioksida akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan
karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

2NaOH + CO2→Na2CO3 + H2O

Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH)
dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat
HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum
dititrasi dengan HCl, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan
ditambahan BaCl sebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan
karbondioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut :

aCl2 + Na2CO3→BaCO3 + 2 NaCl


Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini
disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl2,
selanjutnya larutan tersebut diteteskan indikator fenolptalein (indicator pp). Indikator
yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda.
Indikator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan
dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan
pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali
bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga
larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

BaCl2 + HCl BaCl + HCl2

Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob
berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain
semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang
diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat
penitrasi) dalam penitrasi ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap
laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 25ºC
melepaskan lebih banyak CO2 dari pada rangkaian kecambah pada suhu 5ºC. Jumlah
yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada
kontrol 20°C volume HCl (1,25 ml), kecambah yang ditempatkan pada refrigator volume
HCl (1,7 ml), kecambah yang ditempatkan di laci volume HCl (2 ml). Volume HCl yang
digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh
volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume
pada refrigator dengan suhu 5°C yaitu 8,5ml dan di laci dengan suhu 25°C yaitu 10 ml.
Jadi pengaruh suhu terhadap laju reaspirasi yaitu semakin tinggi suhu maka semakin
meningkat laju respirasi dan begitupun sebaliknya.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah CO2 yang dilepaskan sehingga
semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula CO2 yang
dilepaskan.
2. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data yaitu kecambah pada
refrigator (5°C) jumlah CO2 yang terkait NaOH 8,5 ml dan kecambah pada laci
(25°C) jumlah ml CO2 yang terikat NaOH 10 ml, sehingga semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi pula laju respirasi dan begitupun sebaliknya.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Perbedaan Respirasi dengan Fermentasi ?


Jawab :
Respirasi merupakan kegiatan untuk menghasilkan energy yang dilakukan oleh
tubuh suatu makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan tanpa bantuan dari
luar, respirasi terbagi menjadi 2 yakni respirasi aerob; respirasi yang membutuhkan
oksigen dan respirasi anaerob; respirasi yang dilakukan tanpa adanya oksigen.
Sedangkan, fermentasi adalah jenis respirasi anaeorb atau respirasi yang terjadi tanpa
adanya oksigen, selain itu dalam prosesnya fermentasi dibantu oleh bakteri yang
berperan mengubah bahan dari bentuk tertentu ke bentuk lainnya.

2. Tuliskan reaksi respirasi dengan benar !


Jawab :

Reaksinya adalah sebagai berikut :

C6H12O6 + CO2 + 38 ADP + 38 Pi ------> 6CO2 + 6H2O + 38 ATP


3. Apa pengaruh suhu terhadap respirasi ?
Jawab :
Suhu sangat berpengaruh terhadap laju respirasi yang akan terjadi. Semakin
meningkatnya suhu suatu lingkungan maka reaksi atau proses respirasi akan relative
lebih sebentar, dan akumulasi CO2 akan lebih dikit. Demikian sebaliknya apabila
suhu lingkungan semakin menurun maka respirasi akan berlangsung lebih lama dan
kadar CO2 yang terbentuk akan relative lebih sedikit.

4. Selain suhu, factor apa saja yang berpengaruh terhadap respirasi. Jelaskan ?
Jawab :
 Ketersediaan Oksigen
Masing-masing tumbuhan membutuhkan kadar oksigen yang berbeda, bahkan
organ dalam satu tumbuhan. Fluktuasi normal oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Oksigen
dalam respirasi berfungsi untuk mengoksidasi NADH2 dan FADH2, mengurangi
terjadinya respirasi anaerob dan memungkinkan siklus krebs.
 Ketersediaan Substrat
Kecepatan respirasi tergantung pada tersedianya substrat, yaitu senyawa yang
akan diuraikan melalui berbagai reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan
pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju reaksi yang rendah.
Jika defisiensi cadangan makanan pada tumbuhan terjadi sangat parah maka
yang akan dioksidasi adalah protein
 Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, sehingga
kebutuhan respirasi berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua
 Ketersediaan air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi. Oleh karena itu tidak
tersedianya air menyebabkan menurunnya laju respirasi.
 Luka
Sudah lama para ahli fisiologi tumbuhan mengetahui bahwa adanya luka pada
suatu organ tumbuhan memacu peningkatan laju respirasi. Umumnya adanya
luka pada organ tumbuhan menimbulkan inisiasi meristematik pada daerah luka,
yang akhirnya dapat berkembang menjadi kalus.
 Konsentrasi CO2
Meningkatnya konsentrasi CO2 di udara menyebabkan menutupnya stomata
sehingga proses pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Akibatnya
terjadi penurunan laju respirasi.
 Beberapa senyawa kimia
Beberapa senyawa kimia seperti sianida, karbon monoksida, kloroform, eter,
aseton, formaldehid, alkaloid, dan glukosida bila dalam jumlah sedikit dapat
meningkatkan respirasi awal tetapi bila dalam jumlah banyak dapat menurunkan
laju respirasi.
 Perlakuan mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti pembengkokan, pengusapan, dan
penggosokan dapat meningkatkan respirasi. Tetapi jika perlakuan mekanik
secara berulang ulang maka efeknya tidak nampak lagi
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.

Dahlia, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM Press

Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Greulach,V.A and J.E. Adam, 1976, Plant and Introduction to Modern Botany,
Macmillan Publishing Co., Inc, New York.

Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT.
Gramedia
Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung

Simbolon, Hubu, dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga

Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther Bistane
Toronto, Singapore

Anda mungkin juga menyukai