PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan pratikum kali ini adalah mempelajari pengaruh suhu terhadap laju respirasi
kecambah kacang hijau (Phaseolus vulgaris)
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan didalam pratikum ini meliputi kecambah kacang hijau
berusia 3 hari, larutan NaOH (0.5 N), larutan HCl (0,1 N), larutan BaCl2 , dan Larutan
phenotthavein. Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 200 ml, kain kasa, tali
pengikat,buret, dan erlenmeyer.
Mol HCl
H2CO3(terbentuk) = ⁄
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH)
dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat
HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum
dititrasi dengan HCl, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan
ditambahan BaCl sebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan
karbondioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut :
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob
berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain
semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang
diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat
penitrasi) dalam penitrasi ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap
laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 25ºC
melepaskan lebih banyak CO2 dari pada rangkaian kecambah pada suhu 5ºC. Jumlah
yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada
kontrol 20°C volume HCl (1,25 ml), kecambah yang ditempatkan pada refrigator volume
HCl (1,7 ml), kecambah yang ditempatkan di laci volume HCl (2 ml). Volume HCl yang
digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh
volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume
pada refrigator dengan suhu 5°C yaitu 8,5ml dan di laci dengan suhu 25°C yaitu 10 ml.
Jadi pengaruh suhu terhadap laju reaspirasi yaitu semakin tinggi suhu maka semakin
meningkat laju respirasi dan begitupun sebaliknya.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah CO2 yang dilepaskan sehingga
semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula CO2 yang
dilepaskan.
2. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data yaitu kecambah pada
refrigator (5°C) jumlah CO2 yang terkait NaOH 8,5 ml dan kecambah pada laci
(25°C) jumlah ml CO2 yang terikat NaOH 10 ml, sehingga semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi pula laju respirasi dan begitupun sebaliknya.
JAWABAN PERTANYAAN
4. Selain suhu, factor apa saja yang berpengaruh terhadap respirasi. Jelaskan ?
Jawab :
Ketersediaan Oksigen
Masing-masing tumbuhan membutuhkan kadar oksigen yang berbeda, bahkan
organ dalam satu tumbuhan. Fluktuasi normal oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Oksigen
dalam respirasi berfungsi untuk mengoksidasi NADH2 dan FADH2, mengurangi
terjadinya respirasi anaerob dan memungkinkan siklus krebs.
Ketersediaan Substrat
Kecepatan respirasi tergantung pada tersedianya substrat, yaitu senyawa yang
akan diuraikan melalui berbagai reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan
pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju reaksi yang rendah.
Jika defisiensi cadangan makanan pada tumbuhan terjadi sangat parah maka
yang akan dioksidasi adalah protein
Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, sehingga
kebutuhan respirasi berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua
Ketersediaan air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi. Oleh karena itu tidak
tersedianya air menyebabkan menurunnya laju respirasi.
Luka
Sudah lama para ahli fisiologi tumbuhan mengetahui bahwa adanya luka pada
suatu organ tumbuhan memacu peningkatan laju respirasi. Umumnya adanya
luka pada organ tumbuhan menimbulkan inisiasi meristematik pada daerah luka,
yang akhirnya dapat berkembang menjadi kalus.
Konsentrasi CO2
Meningkatnya konsentrasi CO2 di udara menyebabkan menutupnya stomata
sehingga proses pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Akibatnya
terjadi penurunan laju respirasi.
Beberapa senyawa kimia
Beberapa senyawa kimia seperti sianida, karbon monoksida, kloroform, eter,
aseton, formaldehid, alkaloid, dan glukosida bila dalam jumlah sedikit dapat
meningkatkan respirasi awal tetapi bila dalam jumlah banyak dapat menurunkan
laju respirasi.
Perlakuan mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti pembengkokan, pengusapan, dan
penggosokan dapat meningkatkan respirasi. Tetapi jika perlakuan mekanik
secara berulang ulang maka efeknya tidak nampak lagi
DAFTAR PUSTAKA
Greulach,V.A and J.E. Adam, 1976, Plant and Introduction to Modern Botany,
Macmillan Publishing Co., Inc, New York.
Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT.
Gramedia
Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung
Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther Bistane
Toronto, Singapore