1. Anatomi
Anatomi dari abdomen yang bagian atas diagfragma dan bagian bawah simpisis
pubis terdiri dari:
Hati Pankreas Ureter
Empedu Usus Kecil Visika Urinaria
Lambung Usus besar Uretra
Limpa Ginjal Pembuluh darah abdomen
2. Indikasi Pempriksaan:
a. Untuk abdomen:
Adanya duggan tumor primer.
Mctastase pada hati, pankreas, ginjal, atau limpa
Proses patologis pada kelenjar adrenal
Panfereatis
Abses abses
Haematoma dari hati dan limpa, dll.
b. Untuk pelvis:
Karsinoma prostat, cervic, kandung kemih, ovari
Massa pada soft tissup, dan penyakit pada otot pelvis
Abses –abses
Mengevaluasi sendi paha pada kasus trauma.
3. Bahan kontras:
Barium sulfat suspensi, konsentrasi rendah ( 1%-3% ) agar tidak
Jenis kontras yang larut dalam air (water soluble soiusions)
Seperti diatrizoate meglurine atau diatrizoate sodium.
A. CT Scan Abdomen (Sistem Pencernaan)
a. Persiapan pasien non kontras
Tidak ada persiapan khusus
Logam sekitar abdomen dilepas
Diberi penjalasan kepada pasien
b. Persiapan alat dan bahan :
CT Scan siap pakai (Whole Body CT Scan)
Bahan kontras, anti histamine, jarum suntik, oksigen, tensi meter
Selimut, tissue, baju pasien, film, dll
c. Prosedur pelaksanaannya :
Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, dengan kepala duluan
masuk ke dalam gantry.
Mid Sagital plane sejajar dengan longitudinal dari posisi cahaya dari gantry
(seperti lampu kolimator daripada pesawat konvensional)
Mid koronal plane dari pasien akan masuk melalui pertengahan dari bidang
horizontal gantry dari CT Scan.
Kedua lengan pasien ditempatkan diatas kepala.
Alat fiksasi dan pengganjal dapat digunakan menghindari pergerakan.
Penempatan bantal busa dibawah lutut dapat menahan tekanan pad abagian
belakang bawah dari bokong sehingga pasien merasa lebih nyaman.
Selanjutnya pasien diselimuti
Penjelasan lebih lanjut perlu diberikan kepada pasien.
Selanjutnya masukkan data/ menu pada console.
Lakukan scenogram dari proses zypoidesu sampai ke simpisis pubis.
Tentukan tebal irisan pada scenogram
Gantry tidak di titling
d. Tebal slice/irisan
Secara rutin tebal slice adalah 10 sampai 15 mm
Tebal slice 20 mm hanya digunakan pada kelainan patologis yang besar
Tebal slice 5 sampai 8 mm hanya digunakan pada analisa yang detail seperti
pada pancreas dan ginjal.
e. Waktu ekspose/scan.
Pada serial CT maka waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 1 detik dengan
tujuan untuk mengurangi artefak akibat gerak dari organ respiratori
Dengan menggunakan volume (Spinal) CT scan abdomen maka untuk
menghindari pergerakan maka pasien diberi aba-aba sekitar 2 kali yaitu tarik
nafas keluarkan, tarik nafas lagi dan tahan sekitar 20 detik.
f. Setelah diperoleh scenogram lalu tentukan range dan tebal irisan. Selanjutnya
lakukan scanning terhadap irisan yang telah ditetapkan. Maka diperoleh
radiograf dari masing-masing irisan.
Selanjutnya pilih diantara sekian irisan yang ada kelainan untuk diolah sebagai
berikut :
- Di ROI terhadap objek/kelainan yang kecil
- Diukur nilai kelainan tersebut untuk mengetahui jenisnya.
- Diukur volumenya, kalau bentuk cairan, seperti perdarahan.
- Diukur kedalaman dari kelainan tersebut terhadap tulang (tulang parietal)
untuk memudahkan operasi bagi dokter bedah syaraf.
g. Filming
Setelah pengolahan selesai maka dilakukan perekaman dengan film dan hasil
rekaman tersebut telah dapat diinterpretasikan oleh dokter.
a. Persiapan pasien dengan menggunakan bahan kontras, BaSo4
- Untuk abdomen bagian atas :
Pasien sebaiknya puasa tanpa urus-urus
Kontras diminum sebanyak 400 ml
Kontras tersebut diminum 15 sampai 30 menit sebelum pemeriksaan
Pada saat pemeriksaan dimulai pasien minum kontras lagi 300 ml
- Untuk abdomen bagian bawah
Pasien minum kontras sebanyak 1200 ml
Diminum 30 sampai 45 menit sebelum pemeriksaan
Ada juga buku menulis, bahwa kontras 1200 ml diminum pada malam hari.
Bila perlu pasien diberi obat pencahar dan puasa
Tujuan pemberian kontras 300 ml pada saat scan dimulai untuk melihat
gambaran scan dari lambung
Pemberian kontras 400 ml sebelum pemeriksaan untuk pengisian usus kecil.
b. Pemasukan bahan kontras secara intravena
Bahan kontras yang digunakan adalah jenis yang larut dalam air seperti
diatrizoate meglumine dan diatrizoate sodium.
Tujuannya untuk melihat keonakan dari :
Vena portal aorta abdomalis, inferior vena, kava arteri dan vena iliaka.
Selain itu untuk memperlihatkan ginjal, ureter dan k. kemih
Pemasukan bahan kontras dilakukan secara bolus
Scanning dilakukan setelah bahan kontras habis disuntikkan
Pada beberapa hal maka dapat dilakukan penyuntikan dobel kontras.
c. Persiapan alat dan bahan :
CT Scan siap pakai (Whole Body CT Scan)
Bahan kontras, anti histamine, jarum suntik, oksigen, tensi meter, kadar Ureum
Selimut, tissue, baju pasien, film, dll
d. Prosedur pelaksanannya :
Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, dengan kepala duluan
masuk ke dalam gantry.
Mid. Sagital plane sejajar dengan longitudinal dari posisi cahaya dari gantry
(seperti lampu kolimator daripada pesawat konvensional)
Mid koronal plane dari pasien akan masuk melalui pertengahan dari bidang
horizontal gantry dari CT Scan.
Kedua lengan pasien ditempatkan diatas kepala.
Alat fiksasi dan pengganjal dapat digunakan menghindari pergerakan.
Penempatan bantal busa dibawah lutut dapat menahan tekanan pad abagian
belakang bawah dari bokong sehingga pasien merasa lebih nyaman.
Selanjutnya pasien diselimuti
Penjelasan lebih lanjut perlu diberikan kepada pasien.
Selanjutnya masukkan data/ menu pada console.
Lakukan scenogram dari proses zypoidesu sampai ke simpisis pubis.
Tentukan tebal irisan pada scenogram
Gantry tidak di titling
e. Tebal slice/irisan
Secara rutin tebal slice adalah 10 sampai 15 mm
Tebal slice 20 mm hanya digunakan pada kelainan patologis yang besar
Tebal slice 5 sampai 8 mm hanya digunakan pada analisa yang detail seperti
pada pancreas dan ginjal
f. Waktu expose / scan
Pada serial CT maka waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 1 detik dengan
tujuan untuk mengurangi artefak akibat gerak dari organ respiratori
Dengan menggunakan volume (Spinal) CT scan abdomen maka untuk
menghindari pergerakan maka pasien diberi aba-aba sekitar 2 kali yaitu tarik
nafas keluarkan, tarik nafas lagi dan tahan sekitar 20 detik.
g. Setelah diperoleh scenogram lalu tentukan range dan tebal irisan. Selanjutnya
lakukan scanning terhadap irisan yang telah ditetapkan. Maka diperoleh radiograf
dari masing-masing irisan.
Selanjutnya pilih diantara sekian irisan yang ada kelainan untuk diolah sebagai
berikut :
- Di ROI terhadap objek/kelainan yang kecil
- Diukur nilai kelainan tersebut untuk mengetahui jenisnya.
- Diukur volumenya, kalau bentuk cairan, seperti perdarahan.
- Diukur kedalaman dari kelainan tersebut terhadap tulang (tulang parietal) untuk
memudahkan operasi bagi dokter bedah syaraf.