Anda di halaman 1dari 13

TEORI BELAJAR KOGNITIF

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bimbingan dan Konseling Belajar-Karier
Oleh

Febrianto Adi Ernawan 180111842515


Yunus 180111842505

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di
Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak
dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya
pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar
sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan
diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa
adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan
kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di
negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami
kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi
kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya
perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan
yang ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam
kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih
banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya
menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi
tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik,
tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk
memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur
yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri
merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses
belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan
serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan
pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori
belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan
diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses
belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak
didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan.
Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat
untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri
siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana
yang tersedia.

B. Topik Bahasan
Adapun makalah ini akan membahas mengenai teori belajar kognitif.
1. Sejarah Teori Belajar Kognitif
2. Konsep Dasar
3. Tokoh Teori Belajar Kognitif
4. Prinsip Dasar
5. Impilasi dalam Bimbingan dan Konseling
BAB II
PENDAHULUAN

A. Sejarah Teori Belajar Kognitif

B. Konsep Dasar
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan
selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat
dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan
dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Teori belajar kognitif lebih
menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi.
Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan
anak dalam belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah berpikir. Menurut Ernawulan Syaodih dan
Mubair Agustin (2008: 20) perkembangan kognitif menyangkut
perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam
kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan
langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu
menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari
cara penyelesaiannya. Husdarta dan Nurlan (2010: 169) berpendapat bahwa
perkembangan kognitif adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak
merupakan sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai
sebelumnya. 12 Hasil-hasil tersebut berbeda secara kualitatif antara yang satu
dengan yang lain. Anak akan melewati tahapan-tahapan perkembangan
kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode perkembangan, anak
berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan
pengalaman-pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan
pengakomodasian baru serta merupakan transformasi keperiode berikutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa faktor kognitif
mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena
sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah
mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya
sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat
melangsungkan hidupnya.

C. Tokoh Teori Belajar Kognitif


1. Jean Piaget
a. Teori Belajar Kognitif menurut Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu
perkembangan system syaraf. Dalam teorinya, Piaget juga membahas
tentang bagaimana anak belajar. Dimana dasar dari belajar adalah
aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Menurut Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution
(2011:33) Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan
kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Piaget menyatakan bahwa cara
berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang
dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.
Individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif
adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama
sekali ditujukan kepada ide-ide belajar. Daya pikir atau mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula.
Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-
operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
1) Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
2) Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat
kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual
didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-
sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
1) Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Itu berarti, asimilasi terjadi jika
pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.
2) Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru. Jadi, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan
dengan informasi yang baru diterima.
3) Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Maka, Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai
sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya.
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat
tahap, yaitu:
1) Sensory-motor (sensori-motor)
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir
sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih
berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.
Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor
sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia
menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki
anak tersebut kelak.
2) Pre operational (praoperasional)
Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan
telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence,
artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya
suatu benda yang ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia
tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan
terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode
sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
3) Concrete operational (konkret-operasional)
Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia
menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan
kemampuan yang disebut sistem of operations (satuan langkah
berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu
dalam sistem pemikirannya sendiri.
4) Formal operational (formal-operasional)
Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang
atau sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat
mengatasi masalah keterbatasan pemikiran
2. David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa
“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana
Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja,
tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi
perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan
berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta
didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru
yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam
merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)
melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai
karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4)
menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5)
mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur
topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian
proses dan hasil belajar peserta didik.
3. Jerome Burner
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun 1915. Jerome Bruner, seorang
ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori
pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Salah satu model
intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome
Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan.. Dasar dari teori Bruner
adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
(Discovery Learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif
dengan konsep dan prisnsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka untuk menemukan prinsip-
prinsip itu sendiri.
Dalam teori belajarnya Jerome S Bruner berpendapat
bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukan sendiri suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan
sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang
menjadi sumbernya. Sebagai contoh, anak-anak membentuk konsep dengan
mengasingkan benda-benda sesuai dengan ciri-cirinya. Selain itu, pengajaran
didasarkan kepada memberi rangsangan kepada murid terhadap konsep itu
dengan pengetahuan mereka. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep
segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan
semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan
bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Bruner berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan
menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara
informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri
ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam
pengetauan yang sebelumnya.
2. Tahap transformasi, siswa menganalisa berbagai informasi yang dipelajari
dan mengubah atau mentransformasikannya ke dalam bentuk-bentuk
informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.
3. Tahap evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, siswa menilai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi..

D. Prinsip Dasar
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada
perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya
untuk memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk
menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan
kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah
mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

 Apakah Siswa Aktif


Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik
aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan
ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang pemandangan
pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar
menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari
jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan
pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi
peningkatan pemahaman.
 Siswa Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja,
peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka
sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya
bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah
sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seperti
di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat
berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak
mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan
bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini
juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk
mengubah pemahaman peserta didik.
 Membangun Pembelajar Memahami dari Rekaman
Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam
ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru
mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka
menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk membangun
pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk
akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru
dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula
anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti
sekarang menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman mereka
sendiri.
 Definisi Pembelajaran
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur
mantal seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan perilaku yang
berbeda. Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari perspektif
kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam perilaku,
bukti perubahan dalam struktur mental dapat terjadi dalam beberapa waktu
kemudian. "struktur mental" bahwa perubahan termasuk skema, keyakinan,
tujuan, harapan dan komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena
randy misalnya sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat
catatan, dan Tanta, Rendy dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran
mereka, menghubungkan informasi dari grafik, transparansi, dan
demonstrasi.
Baik teori behaviorisme atau kognitif sosial dapat menjelaskan upaya
siswa-siswa. Bagaimana informasi "di kepala pelajar itu" diperoleh, dan
bagaimana disimpan? Kita menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian
berikutnya kita mengamati pengolahan informasi, salah satu yang pertama
dan paling diteliti secara deskripsi tentang bagaimana orang mengingat.
E. Impilasi dalam Bimbingan dan Konseling
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan
proses internal. Jadi hubungan teori kognitif dengan hakekat belajar adalah
bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan
proses membangun ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang
bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan
bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan
komprehensif.
Adanya pembelajaran kognitif, juga dapat membantu konselor dalam
mengidentifikasi perilaku peserta didik berdasarkan persepsi dan
pemahamannya, karena perkembangan aspek kognitif individu berpengaruh
pada kemampuan berpikir, merespon, penerimaan diri, aktualisasi diri, serta
pengembangan potensi dan keterampilan. Pemahaman terhadap diri peserta
didik secara menyeluruh, baik itu pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotornya, akan mempermudah kerja konselor dalam melakukan
komunikasi yang efektif dan menentukan pemberian layanan bimbingan dan
konseling secara optimal sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kapasitas
pemahaman peserta didik.
Selain itu, dengan adanya teori pembelajaran kognitif ini, konselor dapat
mengetahui tingkat intelektualitas dan pemrosesan pemahaman hasil belajar
yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut sangat berguna bagi konselor
dalam memberikan layanan yang sesuai dan tepat dengan diri peserta didik,
sehingga pemberian layanan bukan hanya sekedar pelaksanaan tanggungjawab
semata, tetapi meberikan kebermanfaatan dan dapat menimbulkan pemahaman
secara insight bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. 2016, Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media


Group.

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan
:Perdana Publishing, 2011, hal: 33

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta
:Ar – Ruzz Media.

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar Kognitif. Jakarta : Departmen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Husdarta dan Nurlan (201). Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.


Alfabeta

Ratna Wilis Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar Kognitif. Di akses


darihttps://www.goodreads.com/book/.../20816809-teori-teori-belajar-dan-
pembelajaran. Html 8 April 2019 pukul 01.15

Syaodih, Ernawulan dan Mubair Agustin. 2008. Bimbingan Konseling. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai