Picot Nopi Cantik
Picot Nopi Cantik
Artikel Jurnal
OLEH
ABSTRAK
Inroduksi: Pendidikan keperawatan merupakan standar yang digunakan untuk diaplikasikan
di rumah sakit yang telah mengikuti perkembangan ilmu dan tekhnologi, dengan
peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Jenjang pendidikan keperawatan
meliputi: Akademi atau Pendidik Ahli Madya Keperawatan dan Program Profesi (Ners) dan
Program S2 atau Magister serta konsultan (S3) yang terkait dengan keperawatan.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi korelasional dengan pendekatan cross
sectional yang bertujun untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan perawat
dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di 4 ruang inap yang berjumlah 43 perawat
dengan sampel sejumlah 39 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
metode teknik Total sampling. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data berupa
kuesioner.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 perawat berpendidikan Ners menyatakan
100% sudah memberikan pelayanan secara baik, dari 29 perawat berpendidikan D3
Keperawatan menyatakan 44,8%nya sudah memberikan pelayanan secara cukup baik dan
55,2% sudah memberikan pelayanan baik.
Diskusi: Hasil uji statistik sperman’s rho, didapatkan ada hubungan dalam kategori sedang
antara tingkat pendidikan perawat dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember. Dengan kekuatan korelasi sedang dengan arah negatif
(-), artinya semakin besar nilai variabel maka semakin kecil nilai variabel lainnya (P value =
0,009; α = 0,005; r = -0,415). Rekomendasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
instrumen penelitian yang lebih baik dan jumlah responden yang lebih banyak untuk
memperkuat hasil penelitian ini.
PENDAHULUAN
Tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan Gartiah (2008) menyatakan bahwa dalam
termasuk pelayanan keperawatan akan menghadapi tuntutan kebutuhan
terus meningkat baik dalam aspek mutu masyarakat salah satu langkah konkrit
maupun keterjangkauan serta cakupan yang harus dilakukan adalah pengelolaan
pelayanan. Hal ini disebabkan sistem pendidikan keperawatan.
meningkatnya kesadaran masyarakat akan Pendidikan keperawatan merupakan unsur
kesehatan serta meningkatnya pertama yang harus dilakukan penataan
kompleksitas masalah kesehatan karena melalui pendidikan
masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan perkembangan profesi keperawatan akan
kebutuhan masyarakat ini, khususnya terarah dan berkembang sesuai dengan
dalam bidang keperawatan harus kemajuan ilmu dan teknologi sehingga
melakukan perubahan dalam berbagai dapat menghasilkan tenaga keperawatan
aspek termasuk pendidikan keperawatan yang berkualitas (Murwani, 2008).
(Kusnanto, 2003). Sejalan dengan itu
Mutu pelayanan dapat dipersepsikan baik meningkatkan mutu pelayanan kepada
dan memuaskan pasien, adalah jika jasa pasien diharapkan Sesuai dengan
yang diterima sesuai atau melebihi dari standar profesi masing-masing yang dalam
yang diharapkan dan sebaliknya mutu hal ini adalah standar praktek asuhan
pelayanan dipersepsikan jelek atau tidak keperawatan yang telah ditetapkan.
memuaskan jika pelayanan yang diterima Semakin patuh semua tenaga profesional
lebih rendah dari yang diharapkan kepada standar yang diakui oleh
(Kotler, 2000 Supranto, 2001). Menurut masingmasing profesi, akan semakin tinggi
Sukardi (2005) mutu pelayanan pula mutu asuhan keperawatan terhadap
menunjukkan tingkat kesempurnaan pasien yang berarti bahwa kinerja tenaga
pelayanan kesehatan yang dapat profesional kesehatan atau keperawatan
menimbulkan kepuasan karena telah semakin meningkat (Wijono, 1997).
sesuai kode etik dan standar
Pendidikan keperawatan bukan lagi
pelayanan professional. Bagian integral
merupakan pendidikan vokasional akan
dari standar pelayanan profesional
tetapi bertujuan untuk menghasilkan
kesehatan di rumah sakit salah satunya
tenaga keperawatan yang menguasai
adalah pelayanan keperawatan.
ilmu keperawatan dan mampu
Dalam kepuasan, hal terpenting adalah melaksanakan keperawatan secara
persepsi pelanggan, bukan hal-hal yang profesional kepada masyarakat. Seperti
aktual seperti yang dipikirkan produsen yang telah dijelaskan dalam lokakarya
atau pemberi jasa. Sehingga masyarakat nasional tahun 1983 bahwa pendidikan
sering menilai baik buruknya pelayanan keperawatan telah mulai dibenahi dengan
diinstalasi rawat inap tergantung sistem pendidikan ke jenjang pendidikan
bagaimana kinerja dari perawat (Aditama, tinggi. Pengembangan sistem
2003). Hal ini juga dapat mengurangi pendidikan tinggi sangat berperan
kepuasan pasien, mengurangi tingkat dalam pengembangan pendidikan
kunjungan dan tingkat hunian rumah keperawatan secara profesional,
sakit (BOR), karena itu kinerja petugas teknologi keperawatan serta pembinaan
keperawatan sangat berhubungan dengan keprofesian karena pendidikan keperawatan
mutu pelayanan yang diberikan kepada sebagai sarana mencapai profesionalisme
pasien. Petugas kesehatan dalam keperawatan (Hidayat, 2002).
Pendidikan merupakan salah satu seperti yang akan mereka lakukan sesuai
kebutuhan dasar manusia dengan tingkat pendidikan, pelatihan, dan
yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman kerja yang di-miliki. Selama
diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ini mereka mengerjakan tugas yang sudah
semakin mudah mereka menerima serta merupakan pekerjaan rutin yang harus
mengembangkan mereka lakukan (Neila, 2004).
pengetahuan dan teknologi, sehingga
Menurut hasil penelitian Syah (2004)
akan meningkatkan produktivitas yang
bahwa faktor - faktor yang berhubungan
pada akhirnya akan meningkatkan mutu
dengan kinerja perawat dalam pemberian
palayanan keperawatan untuk masyarakat
pelayanan antara
melalui pengaturan dan pengadaan sistem
lain umur, tingkat pendidikan perawat,
pendidikan berkelanjutan (Grossmann,
status kepegawaian, masa kerja, peralatan,
1999). Pada saat ini berbagai upaya untuk
motivasi, kompensasi, dan iklim kerja.
lebih mengembangkan pendidikan
Kurangnya tenaga keperawatan baik
keperawatan profesioal memang sedang
secara kualitas maupun kuantitas akan
dilakukan dengan mengkonvensikan
sangat mengganggu kualitas asuhan
pendidikan SPK ke jenjang pendidikan
keperawatan yang diberikan pada pasien
akademi keperawatan (D III keperawatan)
sehingga beban kerja semakin
dan dari lulusan akademi keperawatan
bertambah dan dapat menyebabkan
diharapkan dapat melanjutkan
prestasi kerja menurun, kepuasan kerja
pendidikan ke D IV keperawatan atau
berkurang, dan pada akhirnya kepuasan
SI Keperawatan (Nursalam, 2002).
pasien juga berkurang (Musni, 2005).
Mutu pelayanan keperawatan yang
Fenomena yang terjadi di masyarakat
kurang disebabkan karena tuntutan pasien
mengenai pelayanan yang telah diberikan
tinggi dan beban kerja perawat yang besar.
kepada pasien kebanyakan di rumah sakit,
Dari hasil observasi masih dijumpai
yaitu pasien mengeluh atas mutu pelayanan
adanya perawat yang tidak peduli dengan
kurang baik yang telah diberikan perawat di
keluhan yang disampaikan oleh pasien
rumah sakit. Hal ini terjadi kerena kinerja
maupun keluarganya. Perawat dalam
perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
memberikan pelayanan perawatan belum
adapun faktor tersebut diantaranya tingkat
banyak terpapar dengan kompetensi
pendidikan perawat, status kepegawaian tingkat pendidikanya hanya ada S1 dan D3
dan kesejahteraan perawat yang kurang. dengan perawat S1 berjumlah 8 orang dan
Sehingga perawat berlomba – lomba perawat D3 berjumlah 33 orang yang
meningkatkan golongan melalui tersebar di tiga runangan kelas satu, dua
pendidikan yang berkelanjutan guna dan tiga yang meliputi ruang anak, ruang
memenuhi tuntutan ekonomi atau interna dan ruang bedah. Di tiga ruangan
kesejahteraan hidupnya. Pandangan dan ini peneliti juga melakukan wawancara dan
pendapat perawat rumah sakit mengenai observasi kepada sepuluh pasien. Hasilnya
hal ini yaitu semakin tinggi seorang yaitu belum adanya perubahan atau
perawat untuk melanjutkan ke tingkat peningkatan mutu pelayanan dari perawat
pendidikan yang lebih tinggi semata-mata yang telah meningkatkan tingkat. Maka hal
dimaksudkan untuk meningkatkan ini yang membuat peneliti tertarik untuk
pangkat, gaji, dan golongan. Akan tetapi melakukan penelitian dengan judul
kualitas dari tingkat pendidikan perlu Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat
dipertanyakan. Tidak heran jika Pasien Dengan Mutu Pelayanan Pada Pasien di
mengeluh perawat yang kurang tanggap, RSUD Kalisat Jember.
kurang cepat, dan kurang ramah
METODOLOGI
terhadap pasien dalam memberikan
Desain penelitian adalah suatu strategi
pelayanan kesehatan (Neila, 2004). Ada
untuk mencapai tujuan penelitian yang
penelitian terdahulu tentang hubungan
telah di tetapkan dan berperan sebagai
tingkat pendidikan perawat terhadap
pedoman atau penuntun peneliti pada
kinerja perawat di Rumah Sakit
seluruh proses penelitian (Nursalam,
Umum Pandan Arang Kabupaten
2013). Desain penelitian yang digunakan
Boyolali, ditunjukkan dengan nilai chi-
adalah korelasional yang bertujuan untuk
square sebesar 17,47,dan taraf signifikan
mengetahui hubungan tingkat pendidikan
yang dihasilkan kurang dari5% yaitu p =
perawat dengan mutu palayanan
0,002.
keperawatan Pada Pasien, dengan
Berdasarkan studi pendahuluan yang menggunakan rancangan penelitian cross
dilakukan peneliti di Rumah Sakit Kalisat sectional yang menekan pada
Jember di didapatkan data jumlah perawat pengumpulan data.
berdasarkan tingat pendidikannya, dimana
Populasi, sampel, dan sampling antara perawat perempuan 22 (56,4%)
Populasi adalah seluruh subjek penelitian orang dengan perawat laki-laki 17
(Arikunto, 2006). Populasi dalam (43,6%) orang.
penelitian ini adalah seluruh perawat di 4
Analisis Bivariat
ruang inap Rumah Sakit Daerah Kalisat
Berdasarkan tingkat pendidikan,
Jember yang berjumlah 43 perawat.
menunjukan bahwa pendidikan perawat
Sampel adalah sebagian atau wakil
RSD Kalisat sebagian besar adalah
populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
ditingkat D3 keperawata sebanyak 29
sampel yang dimaksud dalam penelitian
(74,4%) perawat. Berdasarkan mutu
ini adalah 39 responden dari 43 perawat
pelayanan kepada pasien, menunjukan
yang meliputi S1 Ners dan D3
bahwa sebanyak 26 (66,7%) perawat
keperawatan, empat sampel tidak di ambil
mempersepsikan bahwa mutu pelayanan
dikarenakan menjabat sebagai kepala
keperawatan di RSD Kalisat dalam
ruangan yang lebih berperan dalam
kategori baik.
manajemen ruangan yang berada di empat
ruangan di Rumah Sakit Daerah Kalisat.
Sampling adalah suatu proses dalam
menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Dalam
penelitian ini, sampling yang digunakan
adalah dengan tekhnik Total sampling.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Berdasarkan umur perawat, menunjukkan
bahwa jumlah perawat RSD Kalisat yang
berusia antara 26 – 31 tahun, memiliki
jumlah terbanyak yaitu sebanyak 26
(66.7%) orang. Berdasarkan jenis
kelamin, menunjukan bahwa jumlah
perawat RSD Kalisat hampir berimbang
Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Perawat dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Pada Pasien di
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember, 19 Juni 2014 (n = 39)
Mutu Pelayanan P
Kriteria Total r
Value
cukup baik
0 10 10
Ners
Pendidikan (0%) (100%) (100%)
Perawat 13 16 29
D3 0.009 -0,415
(44.8%) (55.2%) (100%)
13 26 39
Total
(33.3%) (66.7%) (100.0%)
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui dengan parameter kekuatan korelasi yang
bahwa dari 10 orang yang mempunyai telah ditentukan bahwa nilai koefisien
pendidikan Ners menyatakan bahwa korelasi penelitian yang telah dilakukan
perawat mempersepsikan 100% sudah memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415
memberikan mutu pelayanan secara baik. yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40
Sedangkan dari 29 orang yang < KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
mempunyai pendidikan D3 keperawatan negatif (-), artinya semakin besar nilai
menyatakan, bahwa perawat variabel maka semakin kecil nilai variabel
mempersepsikan 44,8% sudah lainnya.
memberikan mutu pelayanan secara cukup
baik dan 55,2% sudah memberikan mutu PEMBAHASAN
pelayanan baik. Hasil analisis uji statistik Pendidikan Perawat RSD Kalisat
Spearma’sn Rho diperoleh angka Pendidikan sekarang selaras dengan
signifikansi yang terlihat pada P value perkembangan ilmu dan tekhnologi,
dengan nilai 0,009 atau kurang dari α = pendidikan keperawatan tahap demi tahap
5% (0.05) dan nilai r adalah -0,415 maka mengalami peningkatan baik jenjang
Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga ada maupun mutu pendidikan. Jenjang
hubungan antara tingkat pendidikan pendidikan keperawatan di Indonesia
perawat dengan mutu pelayanan adalah Akademi atau Pendidik Ahli
keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Madya keperawatan dan program sarjana
Daerah Kalisat Jember. Namun sesuai keperawatan (Ners) dan program S2 atau
magister serta konsultan (S3) yang terkait keperawatan lebih ke peran advokasi dan
dengan keperawatan (Pusdiknakes, 2001). manejerialnya. Sehingga tidak terlalu
banyak pada perawat S1 Ners
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa
keperawatan yang telah ditempatkan di
pendidikan perawat RSD Kalisat sebagian
masing – masing ruangan di RSD Kalisat.
besar adalah ditingkat D3 keperawata
sebanyak 29 (74,4%) perawat. Hasil data Mutu Pelayanan pada Pasien
tersebut, sesuai dengan kebijakan Direktur Definisi mengenai mutu telah banyak
RSD Kalisat yang membuat komposisi dijelaskan oleh para ahli. Azwar (1996)
bahwa jumlah perawat D3 keperawatan menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat
lebih banyak kerena perawat D3 kesempurnaan dari penampilan sesuatu
keperawatan sebagai perawat vokasional yang sedang diamati dan juga merupakan
atau perawat terampil sedangkan perawat kepatuhan terhadap standar yang telah
S1 Ners keperawatan dibutuhkan oleh ditetapkan, sedangkan Tappen (1995)
rumah sakit sebagai perawat manajerial menjelaskan bahwa mutu adalah
yang mengatur masalah pelayanan yang penyesuaian terhadap keinginan pelanggan
baik di tiap – tiap ruangan yang ada di dan sesuai dengan standar yang berlaku
RSD Kalisat, selain itu menghemat serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
anggaran yang tiap bulan membiayai para Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa
perawat atau karyawan yang bekerja di sebanyak 26 (66,7%) perawat
rumah sakit tersebut akan tetapi perawat mempersepsikan bahwa mutu pelayanan
D3 keperawatan dengan kesadarannya keperawatan di RSD Kalisat dalam
sendiri meningkatkan pendidikan S1 kategori baik. Hasil penelitian tersebut
keperawatan. sesuai dengan teori menurut Fitzmmons
(dalam Nasution 2003) yang menyatakan
Peneliti berpendapat bahwa pendidikan
bahwa dalam menenetukan mutu jasa atau
D3 keperawatan lebih banyak
pelayanan ada lima dimensi mutu
dibandingkan dengan pendidikan S1 Ners
pelayanan (Service Quality), meliputi:
keperawatan dikarenakan pendidikan D3
Wujud nyata (tangibles), Kehandalan
keperawatan sebagai perawat pelaksana
(reliability), Ketanggapan(responsiveness,
yang membutuhkan jumlah yang cukup
Jaminan (assurance) dan Empati
banyak sedangkan pendidikan S1 Ners
(empathy).
Peneliti berpendapat bahwa hasil negatif (-), artinya semakin besar nilai
penelitian ini yang menunjukan sebanyak variabel maka semakin kecil nilai variabel
26 (66,7%) perawat mempersepsikan lainnya. Dari analisis tersebut maka Ho
bahwa mutu pelayanan keperawatan di ditolak dan H1 diterima, sehingga ada
RSD Kalisat dalam kategori baik di hubungan antara tingkat pendidikan
pengaruhi oleh fasilitas cukup memadai perawat dengan mutu pelayanan
guna menunjang kinerja perawat ruangan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit
yang ada dirumah sakit, pendidikan Daerah Kalisat Jember.
perawat juga mempengaruhi persepsi dan
Berdasarkan tabel 5.5 menggambarkan
pengalaman perawat mengenai rumah
bahwa perawat di RSD Kalisat, dari 39
sakit tempat dia bekerja dan macam –
responden, 10 perawat yang memiliki
macam pelayanan yang di berikan oleh
pendidikan S1 Ners keperawatan
rumah sakit serta manajemen rumah sakit
menyatakan bahwa mayoritas (100%)
dan manajemen ruangan yang telah
perawat mempersepsikan sudah
diberlakukan oleh Rumah Sakit Daerah
memberikan mutu pelayanan secara baik
Kalisat Kabupaten Jember.
sedangkan 29 perawat yang memiliki
Hubungan Tingkat Pendidikan pendidikan D3 keperawatan menyatakan
Perawat dengan Mutu Pelayanan bahwa sebagian besar (55,2%) perawat
Keperawatan pada Pasien di Rumah mempersepsikan sudah memberikan mutu
Sakit Daerah Kalisat Jember. pelayanan secara baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil tersebut sesuai dengan SK
dilakukan uji Korelasi Spearman’s Rho
Mendikbud No 056/U/1994 yang
didapatkan hasil nilai koefisien korelasi
menyatakan bahwa Program Pendidikan
(r) sebesar -0,415 dengan tingkat
Ners menghasilkan Sarjana Keperawatan
signifikansi (P) sebesar 0,009 atau kurang
dan perawat professional (Ners, “First,
dari α = 5% (0.05). Sesuai dengan
Profesional Degree”) dengan sikap,
parameter kekuatan korelasi yang telah
tingkah laku, kemampuan professional,
ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi
serta kompetensi untuk melaksanakan
memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415
asuhan atau praktik keperawatan dasar (
yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40
sampai dengan tingkat kerumitan tertentu)
< KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
secara mandiri. Perawat professional mendasar dan menyeluruh, misalnya
bertugas memberikan perawatan yang penyesuaian sikap dan pandangan, serta
sesuai dengan kebutuhan objektif klien, dan pengetahuan dan kemampuan dari perawat
melakukan supervise praktik keperawatan sendiri. dengan demikian peran dan fungsi
yang dilakukan oleh perawat professional perawat juga akan dirasakan manfaatnya
pemula. Selain itu mereka juga dituntut oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan
untuk memiliki kemampuan dalam keperawatan yang bermutu, dan berupa
meningkatkan mutu pelayanan kepuasan kerja perawat sendiri karena
keperawatan dengan memimpin iptek adanya otonomi. Saat ini keperawatan
keperawatan. Serta melakukan riset dasar sebagai profesi masih terus dalam transisi,
keperawatan. sehinnga diperlukan perkembangan
berbagai praktek keperawatan profesional
Hasil penelitian ini juga di dukung oleh
yang teruji dan dapat dan dapat diakui
penelitian terkait yang telah dilakukan oleh
sebagai model praktik keperawatan dalam
Faizin dengan judul hubungan tingkat
lingkup keperawatan pada sistem
pendidikan dan lama kerja perawat dengan
pelayanan kesehatan, sehingga perlunya
kinerja perawat di RSU Pandan Arang
pendidikan berkelanjutan untuk mencapai
Kabupaten Boyolali, didapatkan hasil ada
kualitas pelayanan yang akan diberikan
hubungan tingkat pendidikan perawat
kepada klien.
terhadap kinerja perawat di Rumah
Sakit Umum Pandan Arang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten Boyolali, ditunjukkan dengan
A. Kesimpulan
nilaichi-square sebesar 17,47,dan taraf
1. Pendidikan perawat di RSD
signifikan yang dihasilkan kurang dari
Kalisat sebagian besar adalah D3
5% yaitu p = 0,002.
keperawatan.
Peneliti berpendapat pendidikan tinggi 2. Mutu pelayanan keperawatan di
keperawatan di RSD Kalisat sangat RSD Kalisat dalam kategori baik.
menentukan pembinaan sikap pandangan, 3. Ada hubungan antara tingkat
dan kemampuan professional, pendidikan perawat dengan mutu
Profesionalisme keperawatan perlu pelayanan keperawatan pada
dilakukan dengan penyesuaian secara
pasien di Rumah Sakit Daerah D3 keperawatan maupun
Kalisat Jember. mahasiswa S1 Ners keperawatan
menurut porsinya masing – masing
B. Saran sehingga nantinya lulusan institusi
1. Bagi RSD Kalisat tersebut memiliki lulusan yang
Dalam meberikan pelayanan bermutu yang siap memberikan
kepada pasien, diharapkan lebih pelayanan di Rumah sakit dengan
memperhatikan peningkatkan sangat memuaskan klien.
pengontrolan kepada para 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
perawatnya sendiri sebelum Perlu dilakukan penelitian lebih
memberikan pelayanan kepada lanjut dengan instrumen penelitian
pasien harus benar – benar yang lebih baik dan jumlah
disipkan baik dari segi penampilan responden yang lebih banyak.
maupun pendidikan dan ilmu
pengetahuannya dibidang DAFTAR PUSTAKA
keperawatan, sehingga tercipta Arikunto,S (2006). Prosedur penelitian
keperawatan professional yang suatu pendekatan praktik
keperawatan.Jakarta : Rineka
memuaskan pasien. Cipta
2. Bagi Perawat
Asmuji. (2003). Manajemen
Perlu ditingkatkan kembali mutu keperawatan.Jogjakarta : AR-
Ruzz Media
pelayanan keperawatan kepada
pasien yang diberikan oleh D3 Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
Metodologi Penelitian
keperawatan dengan cara Kesehatan. Jakarta: Rineka
melanjutkan tingkat pendidikan ke Cipta.