Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN KEUANGAN DANA DESA

Inten Meutia
Liliana

Universitas Sriwijaya, Jl. Srijaya Negara, Bukit Lama, Ilir Bar. I, Palembang 30139
Surel: inten26@yahoo.com; lilia_0303@yahoo.com

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2017.08.7058

Abstrak: Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui implementasi pengelolaan keuangan dana desa di
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan dengan menggunakan data pri-
mer dari para pengambil keputusan di 26 desa. Hasil penelitian meng­
ungkap aspek pengelolaan keuangan secara umum telah sesuai dengan
apa yang diatur dalam Permendagri No. 113/2014 dan mematuhi prinsip
da­­sar pengelolaan keuangan. Pelaporan dan pertanggungjawaban masih
men­jadi masalah bagi beberapa desa. Belum semua desa yang diteliti
memiliki sumber daya manusia yang menguasai aspek pelaporan dan
pertanggungjawaban. Berkenaan dengan komposisi belanja desa, semua
desa tidak memenuhi aturan 70:30. Hal ini mengakibatkan ketimpangan
Jurnal Akuntansi Multiparadigma dalam pelaksanaan pembangunan di pedesaan.
JAMAL
Volume 8
Nomor 2
Abstract: Financial Management Village Fund. This research aims to know
Halaman 227-429 implementation of financial management village funds in Ogan Ilir South
Malang, Agustus 2017 Sumatra. Data used primary data with decision makers in 26 villages.
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
Which revealed with regard aspects financial management in accordance
with stipulated in Permendagri 113/2014 and has complied with basic
principles of financial management. Reporting and accountability remains
Tanggal Masuk
problem for some villages. Not all villages researched have the human re-
25 Desember 2016
sources aspects of reporting and accountability. With regard the compo-
Tanggal Revisi
18 Juli 2017
sition of the village budgetting, the villages do not the rules 70:30. This
Tanggal Disetujui resulted in inequality in the implementation of rural development.
31 Agustus 2017
Kata kunci: dana desa, perencanaan desa, pengelolaan keuangan

Pemerintahan yang secara langsung APBN. Dana desa filosofinya adalah mening­
berhubungan dengan masyarakat desa katkan kese­jahteraan masyarakat desa dan
men­jadi fokus penting dalam pembangun­ ada­nya pemerataan dalam pembangunan
an pemerintah. Hal ini disebabkan wilayah yang dilaksanakan di desa dengan pela­
Indonesia sebagian besar berada di daerah yanan kepada publik yang meningkat, per-
pedesaan. Undang-Undang Nomor 6/2014 ekonomian desa yang maju, mengurangi
tentang desa dalam mengatur kewenangan kesenjangan pembangunan antardesa, serta
yang ditugaskan berdasarkan hak asal usul, memperkuat masyarakat desa tidak hanya
kewenangan dalam konteks lokal berskala sebagai objek tapi bertindak sebagai subjek
desa, dan kewenangan lainnya sesuai keten- dalam pembangunan (Republik Indonesia,
tuan yang ditugaskan pemerintah. Undang- 2014b). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Undang Nomor 6/2014 yang mem­bahas desa Nomor 60/2014, prioritas pemanfaatan dana
sebagai instrumen relatif baru dikeluarkan desa adalah untuk pembangunan dan pem-
oleh pemerintah yang ditindaklanjuti de­ berdayaan masyarakat pedesaan. Kemen­
ngan Peraturan Pemerintah Nomor 43/2014 terian Desa, Pembangunan Daerah Terting-
yang membahas Peraturan Pelaksanaan UU gal, dan Transmigrasi menetapkan prioritas
Nomor 6/2014 yang menjelaskan Desa dan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
Peraturan Pemerintah Nomor 60/2014 yang masyarakat pedesaan (Re­ pu­blik Indonesia,
menjelaskan dana desa yang bersumber dari 2014c). Pada tahun 2015 pemerintah meng­

336
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 337

ucurkan dana desa sebesar Rp20,766 trili- (SDM), sosialiasasi dalam alokasi dana, dan
un dan tahun 2016 sebesar Rp46,9 triliun koordinasi belum sesuai dengan harapan
untuk seluruh desa di Indonesia. Jumlah ini dan keinginan sehingga dalam implemen-
lebih dua kali lipat dari dana yang dikucur- tasinya ADD tidak berjalan dengan optimal.
kan pada Tahun 2015. Efektivitas dalam Alokasi dana desa untuk
Berlakunya undang-undang tersebut mengentaskan kemiskinan Azwardi & Su-
menimbulkan konsekuensi pemerintah Desa kanto (2014) menemukan bahwa ADD yang
memperoleh dana yang dapat dikelola relatif disalurkan belum sesuai dengan ketentuan
besar. Di sisi lain, tentunya dana yang relatif yang ada. Sampai dengan tahun 2012 di
besar tersebut harus bisa dikelola dan di- provinsi Sumatera Selatan penyaluran dana
pertanggungjawabkan dengan baik. Untuk yang telah dilakukan belum ada yang dapat
itu, pemerintah juga telah mempersiapkan memenuhi sesuai dengan ketentuan yang
beberapa peraturan terkait untuk mendu- ditetapkan (minimal 10% dari dana yang
kung akuntabilitas dana desa. Peraturan bersumber dari bagi hasil lalu ditambahkan
Peme­ rintah Nomor 60/2014 membahas dengan pajak yang dicapai dan dikurangi
dana desa (sumber pendanaan APBN) yang dengan belanja pegawai). Terdapat daerah
diperbarui dengan Peraturan Pemerintah dalam melakukan pendistribusian ADD
Nomor 22 / 2015 dan Peraturan Menteri mengalami peningkatan. Jika pada tahun
Dalam Negeri Nomor 113/2014 (Repu­ blik 2006 sebesar 35,71% pada tahun 2012 me­
Indonesia, 2014a, 2015). Berbagai per- ngalami peningkatan sampai 90 %. Alasan
aturan di atas tidak dimaksudkan untuk yang dikemukakan adalah peraturan yang
mempersulit pemerintah perdesaan untuk ada tidak atau belum memberikan sanksi ba-
mengelola dana desa, melainkan agar dapat gi daerah yang tidak mendistribusikan ADD.
dimanfaatkan dengan maksimal demi kema- Thomas (2013) dalam upaya peningkat­ an
juan perdesaan sekaligus dapat dipertang- pembangunan yang dilakukan di Desa Se-
gungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Na- bawang Kecamatan Sesayap menemukan
mun, di sisi lain keterbatasan sumber daya rendahnya sumber daya manusia perangkat
mungkin menjadi kendala bagi pemerintah desa dan koordinasi yang kurang berkaitan
perdesaan untuk dapat mengelola sesuai dengan pengelolaan ADD merupakan ham-
aturan dan tujuan dibentuknya dana de- batan yang paling dirasakan dalam proses
sa. Mengingat kebijakan dana desa masih pengelolaan alokasi dana desa.
merupakan sesuatu yang relatif baru dan Saputra (2016) menemukan bahwa di
belum banyak penelitian yang dilakukan Desa Lembean Kecamatan Kintamani, Ka-
guna melihat implementasi dari kebijakan bupaten Bangli berada pada kategori efektif
ini, sementara untuk suatu kebijakan baru karena tingkat efektivitas tiap tahun berada
perlu dilakukan evaluasi. Oleh karena itu, pada angka 90%-100% (efektif). Tingkat
kesiapan dan penggunaan dana desa adalah efektivitas masing-masing tahun yaitu 2009
hal yang menarik untuk diteliti. Karena­ (98,89%), 2010 (100%), tahun 2011 (100%),
nya, penelitian ini berfokus pada masalah tahun 2012 (89,24%), tahun 2013 (100%),
bagaimana akuntabilitas pengelolaan dana dan tahun 2014 (99,57%). Kearifan Lokal
desa baik dalam bentuk anggaran maupun Pade Gelahang Dalam Mewujudkan Integra-
realisasinya. si Akuntabilitas Pengelolahan Keuangan Or-
Secara umum belum banyak penelitian ganisasi Subak (Darmada, Atmadja, & Sinar-
yang melirik tentang dana desa karena topik wati, 2016) menemukan bahwa Pengelolaan
ini relatif masih baru. Namun, terdapat be- keuangan yang ada di Subak Delod Sema
berapa penelitian terkait dengan Alokasi Desa Penarukan tidak melibatkan semua
dana desa (ADD) yang mencoba melihat pe­ krama subak, melainkan hanya melibatkan
ngelolaannya dari peran sumber daya manu- beberapa prajuru Subak dan krama yang
sia. Berkaitan dengan sumber dana terdapat menjadi panitia dalam setiap kegiatan di
perbedaan antara dana desa dan Alokasi Da- Subak. Pihak-pihak tersebut yakni Kelihan
na Desa (ADD). Hasil penelitian tentang im- Subak/Pekaseh, Penyarikan/ Sekretaris,
plementasi yang berkaitan dengan program Petengen/ Bendahara, Kelihan Tempekan/
Alokasi Dana (Fossati, 2016) menemukan Kepala Bagian dan krama yang ditunjuk se-
beberapa hal yang berpengaruh dalam ke- bagai panitia dalam upacara Ngusaba Desa
berhasilan melaksanakan program ADD un- atau kegiatan lain di subak. Dalam tinjauan
Atas Pelaksanaan Keuangan Desa dalam
tuk memberdayakan masyarakat pedesaaan
Mendukung Kebijakan dana desa, Abidin
antara lain faktor sumber daya manusia
338 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

(2015) menemukan bahwa dalam otonomi kajian ini adalah untuk menganalisis imple-
desa akan ada pengelolaan keuangan desa. mentasi akuntabilitas pengelolaan ke­uangan
Pengelolaan keuangan desa memerlukan ke- dana desa serta keterkaitannya de­ngan ke-
beradaan dan kelengkapan perangkat desa. mandirian pangan serta sumber daya alam
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah meru- dan lingkungan hidup. Terdapat 224 desa di
pakan provinsi dengan persentase keterisian Kabupaten Ogan Ilir yang menerima alokasi
sekretaris desa terendah, masing-masing dana desa. Jumlah keseluruhan dana desa
sebesar 82,83% dan 82,85%. Ketersediaan yang diterima oleh Kabupaten Ogan Ilir untuk
sekretaris desa di provinsi lain yang masih di tahun 2016 sebesar Rp 137.920.919.000,00.
bawah 85% adalah Kalimantan Barat, Kepu- Total penerimaan me­­ning­kat sebesar lebih
lauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dua kali lipat da­ripada tahun 2015 yakni
dan Nusa Tenggara Timur. sebesar Rp 61.530.628.000,00.
Beberapa peneliti (Aziz, 2016; Mariyan- Penggunaan data yang diperoleh dan
ti & Mahfudz, 2016; Mariyono & Sumarno, dimanfaatkan berupa jenis data primer dan
2015) menemukan bahwa terdapat berbagai sekunder. Sumber data diperoleh dengan
hambatan dalam penyaluran dan penggu- survei dan melakukan wawancara secara
naan dana desa, seperti rendahnya kapa- langsung kepada pihak terkait sebagai pe-
bilitas dan kapasitas sumber daya manusia megang kuasa pengelolaan keuangan desa
Pemerintahan Desa dan keaktifan dalam antara lain kepala desa, sekretaris desa,
berpartisipasi masyarakat desa yang sangat kepala urusan, bendahara desa, dan aparat
minimal. Pada saat ini dana desa tetap meng- desa lainnya pelaksana kegiatan desa.
hadapi kendala. Kejadian tersebut merupa­ Wawancara dan indept interview dilak-
kan hal yang wajar dikarenakan dana desa sanakan pada Bulan Agustus dan Septem-
adalah suatu program baru yang memerlu- ber 2016. Di Kabupaten Ogan Ilir terdapat
kan perbaikan dalam berproses dengan me- 16 kecamatan yang terdiri dari 227 desa
lihat keadaan di lapangan. Kendala rendah­ dan terdapat 14 kelurahan. Pengumpulan
nya kapabilitas dan kapasitas sumber daya
data primer ini dilakukan dengan menggu-
manusia pemerintahan daerah, khususnya
nakan teknik purpossive sampling (respon-
untuk Pemerintah Desa menyebabkan ter-
den merupakan seseorang yang well inform
lambatnya proses penyaluran dana desa pa-
person-WIP atau orang yang paling menge-
da tahun 2015. Beberapa peneliti (Gignoux
tahui hal terkait dengan pengelolaan dana
& Menendez, 2016; Musmini & Sirajudin,
desa dengan target ter­diri dari 26 desa me-
2016; Niswatin & Mahdalena, 2016; Rizaldy,
lalui wawancara dengan bantuan kuesioner.
2012) menemukan hal yang dilakukan ter-
Metode survei dilakukan dengan wawancara
kait pokok permasalahan antara lain: (1)
dengan panduan kuesioner yang bersifat ter-
Mekanisme penyaluran Alokasi dana desa
di Desa Tri Eka Buana sudah diterima dari tutup dan terbuka. Data sekunder diperoleh
Pemerintah Pusat, yang dimasukkan ke dari BPMPD Kabupaten Ogan Ilir, Bappeda,
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa Badan Pusat Statistik, dan instansi terkait
(APBDesa). (2) Pengelolaan Alokasi dana lainnya.
desa telah mengacu pada Peraturan Bupati Analisis akan dilakukan dengan pro­
Nomor 28 / 2011 tentang Petunjuk Pelaksa- ses deskripsi kuantitatif dan kualitatif. Ber-
naan Pengelolaan Alokasi dana desa dijelas- dasarkan data yang diperoleh, pene­liti beru-
kan mekanisme penyaluran ADD dalam Ang- paya mendeskripsikan atau meng­gambarkan
garan Pendapatan Belanja Desa (APBDesa). secara sistematis, aku­rat, dan faktual me­
Penelitian-penelitan yang sudah dilakukan ngenai hal-hal yang berkaitan dengan lapan-
belum mengkaji lebih jauh keterkaitan dana gan sebagai fakta, sifat-sifat dan hubungan
desa dengan isu kemandirian pangan, pem- antarfenomena. Teknik kuantitatif juga akan
bangunan SDA dan lingkungan berkelanju- menggunakan ana­lisis frekuensi yang bertu-
tan sesuai dengan Peraturan Menteri Desa juan untuk memberikan gambaran menge-
Nomor 5 / 2015. Oleh karena itu, apa yang nai kondisi secara umum. Untuk selanjutnya
akan dikaji dalam penelitian ini diharapkan meng­ ambil kesimpulan berdasarkan data
akan menambah kajian tentang dana desa yang ada tentang bagaimana akuntabilitas
dan memperkaya kebijakan yang akan di- kiner­ja pengelolaan keuangan dana desa di
ambil berkaitan dengan Dana Desa. Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan serta
kaitannya dengan kemandirian pangan dan
METODE pembangunan sumber daya alam dan ling-
Penelitian ini berfokus di Kabupaten kungan berkelanjutan.
Ogan Ilir Sumatera Selatan. Ruang lingkup
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 339

HASIL DAN PEMBAHASAN naan, pelaksanaan, penatausahaan, pelapor­


APBN merupakan sumber pembiayaan an, dan pertanggungjawaban keuang­ an.
bagi dana desa yang ditujukan untuk desa Keuangan desa harus dikelola dengan dasar
yang dapat ditransfer melalui APBD kabu- asas-asas tata kelola dengan prinsip akunta-
paten atau kota dan dipergunakan dalam bel, transparan, partisipasi, dan harus tertib
melakukan pendanaan bagi penyeleng- dan disiplin dengan anggaran.
garaan pemerintahan, pelaksanaan pemba­ Beban APBD Desa sebagai akibat dari
ngunan, serta pembinaan dan pemberday- pengeluaran desa memerlukan adanya ran­
aan masya­ rakat. Lebih lanjut dinyatakan cangan berkaitan dengan peraturan de­ sa
bahwa pem­ba­ngunan desa berupaya untuk yang membahas APBD Desa yang di­tetapkan
me­ ningkatkan kehidupan yang berkualitas dalam peraturan desa. Kepala desa harus
atau peningkatan kesejahteraan masyarakat membuat laporan kepada Bupati atau Wa-
pedesaan. Pemberdayaan masyarakat de­ likota setiap akhir tahun anggaran. Untuk
sa adalah upaya untuk pengembangan ke­ menjamin akuntabilitas dalam pe­ ngelolaan
mandirian dan kesejahteraan masyarakat keuangan desa, harus diatur berbagai regu-
melalui peningkatan pengetahuan, peri­laku, lasi yang jelas.
kesadaran, sikap, keterampilan, kemam­ Di Provinsi Sumatera Selatan pada Ta-
puan, serta pemanfaatan sumber daya de­ hun 2016, tiap-tiap desa memperoleh dana
ngan menetapkan kegiatan, program, dan alokasi dasar sebesar Rp565.640.000,00
kebijakan, serta pendampingan yang perlu ditambah dengan alokasi formula yaitu
disesuaikan dengan esensi permasalahan berdasarkan banyaknya jumlah penduduk
dan prioritas kebutuhan masyarakat de­ sa. desa, banyaknya jumlah penduduk miskin,
Dana desa boleh dipergunakan un­tuk pem- luasanya wilayah, dan Indeks Kemahalan
bangunan dan pemberdayaan masyarakat Geografis (IKG). Rata-rata per desa akan
desa. Penggunaan dana de­sa diprioritaskan menerima Rp628.000.000,00. Peraturan
bagi pembangunan de­sa dengan alokasinya Menteri Desa atau Permendes Nomor
untuk mencapai tujuan pembangunan desa 5/2015 mengatur pemanfaatan dana desa
yakni dengan peningkatan kesejahteraan dengan berbagai prioritas pada pemba­
dan kualitas hidup serta dapat menang- ngunan yang dilakukan oleh desa dengan
gulangi kemis­ kinan dengan memenuhi ke- pengalokasian untuk mewujudkan tujuan
butuhan dasar, pembangunan sarana dan pembangunan desa melalui peningkatan ke-
prasarana, pengembangan ekonomi lokal sejahteraan dan taraf hidup serta menang-
yang po­ tensial, dan pengelolaan sumber gulangi kemis­ kinan dengan memenuhi ke-
daya alam dan lingkungan yang berkelanjut­ butuhan dasar, pembangunan sarana dan
an. Program/kegiatan tersebut diharapkan prasarana, me­ ngembangkan perekonomian
pe­laksanaannya berkaitan dengan aspek tu­ lokal yang potensial, dan memanfaatkan
juan pembangunan desa. sumber daya alam dan lingkungan yang
Prioritas pemanfaatan dana desa yang berkelanjutan. Adapun rincian perolehan
berkaitan dengan pembangunan sarana dan dana desa un­ tuk 14 kabupaten dan satu
prasarana desa berdasarkan keadaan dan kota pada wilayah Provinsi Sumatera Se-
potensi yang ada di desa, seiring tercapainya latan un­tuk tahun 2015 dan 2016 masing-
target RPJM dan RKP Desa tiap-tiap tahun- masing sebesar Rp775.043.818.000,00
nya (Vitasurya, 2016; Zhang & Xu, 2016). dan Rp1.780.769.519.000,00. Alokasi
dana desa yang sumber dananya berasal da­na yang terbesar di Kabupaten Lahat
APBN dalam memberdayakan masyarakat sebesar Rp95.317.372.000,00 menjadi
desa dalam menanggulangi kemiskinan dan Rp213.827.592.000,00 tahun 2016 dan
meningkatkan akses terhadap sumber daya yang paling kecil Kota Prabumulih sebesar
ekonomi. PMK Nomor 49 / 2016 mengatur Rp5.251.221.000,00 pada tahun yang sama
tata cara alokasi, penyaluran, penggunaan, dan Kabupaten Pali Rp11.835.161.000,00
monitoring, dan evaluasi. Dijelaskan bahwa tahun 2016. Penjelasan secara menyeluruh
aspek penatausahaan, akuntansi, dan pe­ dapat digambarkan pada Tabel 1.
laporan keuangan yang dilaksanakan se­ Kabupaten Ogan Ilir  terbagi atas
suai dengan ketentuan dalam peraturan 227 desa dan terdapat 14 kelurahan (lihat
perundang-undangan. Permendagri Nomor Tabel 4). Wilayah terluas pada Kecamatan
113/2014 adalah peraturan menteri da­lam Rambang Kuang yang mempunyai wilayah
negeri yang mengatur tentang Pe­ ngelolaan seluas 528,8 Km2 lalu Kecamatan Indralaya
Keuangan Desa yang terdiri dari perenca- Utara dengan luas sebesar 502.5 Km2, dan
340 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

Kecamatan Muara Kuang luas wilayahnya tiap kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir.
300,75Km2,  sedangkan yang memiliki Secara total Kabupaten Ogan Ilir menerima
wilayah paling kecil adalah Kecamatan dana desa untuk Tahun 2016 sebesar
Rantau Panjang yang luasnya 40,9 Km2. Rp137.920.919.000,00. Pada tahun 2016
Penduduk terpadat ada di Kecamatan dana tersebut tersebar di 16 kecamatan atau
Tanjung Batu dengan jumlah 47.773 jiwa 227 desa di Kabupaten Ogan Ilir. Dana desa
dan Kecamatan Tanjung Raja dengan jumlah terbesar ada di Kecamatan Pemulutan yaitu
45.769 jiwa, sedangkan yang terkecil ada sebesar Rp15.662.571.000,00 dengan jumah
di Kecamatan Kandis sebanyak 10.883 jiwa desa penerima bantuan sebanyak 25 desa
dan Kecamatan Pemulutan Barat sebanyak dan Kecamatan Tanjung Batu yaitu sebesar
14.395 jiwa. Rp11.561.883.000,00 dengan jumah desa
Berdasarkan informasi dari informan penerima bantuan sebanyak 19 desa. Dana
Kepala BPMPD OI sampai dengan bulan desa terkecil berada di Kecamatan Muara
Mei 2016 Badan Pemberdayaan Masyarakat Kuang senilai Rp6.169.636.000,00 untuk 10
Pemerintahan Desa (BPMPD) Ogan Ilir telah desa, terdapat 3 desa yang tidak termasuk
mencairkan dana desa tahap pertama yang dalam lampiran permendagri. Ini meningkat
bersumber dari APBN mencapai Rp 82miliar dua kali lipat dibanding tahun 2015 hanya
lebih atau sekitar 60% dari alokasi dana sebesar Rp61.530.628.000,00 dengan dana
desa di Ogan Ilir tahun 2016 sebesar Rp137 desa terkecil di Kecamatan Lubuk Keliat
miliar. BPMPD meminta tiap desa dapat sebesar Rp2.780.423.000,00.
memanfaatkan dana desa sebaik mungkin Sementara itu, Penanggung jawab Ope­
demi kemajuan pembangunan desa. Adapun rasional BPMPD Kabupaten Ogan Ilir Sulai-
termin kedua akan dicairkan pada akhir man menjelaskan, pencairan dana desa ada
tahun 2016. Menurut Kepala BPMPD OI beberapa tahapan meliputi tahapan dari kas
pencairan dana desa ini merupakan bantuan negara ke kas daerah berdasar peraturan
pemerintah pusat yang diperuntukkan bagi bupati dan telah disahkannya APBD kabu­
paten serta persyaratan mengajukan ren-
pembangunan desa yang disesuaikan dengan
cana kerja pembangunan desa (lihat Tabel
kebutuhan-kebutuhan desa tersebut. Di
3). “Ada 4 kegiatan yang harus dilakukan
samping dana desa yang bersumber dari
yak­ni bidang pemerintahan, pemberda­yaan,
pusat, pihaknya juga telah mencairkan
pembangunan, dan kemasyarakatan. Na­
alokasi dana desa Kabupaten Ogan Ilir yang
mun, lebih prioritas pada pemberdayaan
bersumber dari APBD Tahun 2016 sebesar
dan pembangunan. Ya, kalau di Kabupaten
Rp 9 miliar.
Ogan Ilir cenderung pada pembangunan ja-
Selanjutnya, Tabel 2 menggambarkan
lan lingkungan, jembatan dan sarana pendi-
jumlah dana desa yang ada pada tiap-
dikan,” katanya.
Tabel 1. dana desa di Sumatera Selatan Tahun 2015 dan 2016
Alokasi Dana
Nama Alokasi Dana Desa Jumlah
Desa 2015 Peringkat
Kabupaten/Kota Desa
(Rupiah) 2016 (Rupiah)
Lahat 95.317.372.000 1 213.827.592.000 360
Banyuasi n 80.574.536.000 3 180.639.025.000 288
Empat Lawang 41.475.592.000 10 93.091.712.000 153
Muara Eni m 67.422.614.000 5 151.239.875.000 245
Ogan Ili r 62.825.270.000 7 115.125.323.000 186
Musi Rawas 51.324.892.000 9 54.024.213.000 82
Muratara 24.083.445.000 12 137.920.919.000 224
Ogan Ili r 61.530.628.000 8 209.805.972.000 314
OKU Ti mur 81.680.235.000 2 47.604.942.000 65
OKI 80.128.511.000 4 88.382.767.000 143
OKU Se latan 67.322.758.000 6 183.223.802.000 305
OKU 39.402.354.000 11 150.992.910.000 252
PALI 16.704.390.000 13 11.835.306.000 15
Prabumuli h 5.251.221.000 14 143.055.161.000 227
Jumlah 775.043.818.000 1.780.769.519.000 2859

Sumber : (BPS, 2015)


Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 341

Tabel 2. Data Dana Desa Tahun 2015 – 2016 di Kecamatan Di Ogan Ilir
Kecamatan Jumlah Desa Dana Desa 2015 Dana Desa 2016
Muara Kuang 13 3.523.893.000 6.169.636.000
Tanjung Batu 19 5.075.580.000 11.561.883.000
Payaraman 11 2.959.286.000 6.732.139.000
Tanjung Raja 15 4.048.508.000 9.202.256.000
Indralaya 17 4.594.648.000 10.440.453.000
Lubuk Ke liat 10 2.780.423.000 6.286.466.000
Pe mulutan 25 6.924.926.000 15.662.571.000
Rantau Alai 13 3.469.247.000 7.903.250.000
Rambang Kuang 13 3.448.631.000 7.865.946.000
Indralaya Utara 15 4.051.677.000 9.211.119.000
Indralaya se latan 14 3.730.566.000 8.500.846.000
Kandis 12 3.199.196.000 7.289.309.000
Pe mulutan Se latan 15 4.081.145.000 9.262.739.000
Pe mulutan Barat 11 2.999.466.000 6.804.666.000
Rantau Panjang 12 3.320.076.000 7.510.836.000
Sungai Pinang 12 3.323.360.000 7.516.804.000
Total 227 61.530.628.000 137.920.919.000
Sumber : BPMPD Ogan Ilir, 2016

Responden dalam hal ini adalah pihak Data yang diperoleh dari lapangan ma­
yang dianggap memiliki pengetahuan yang yoritas pendidikan responden (50%) adalah
cukup dan memadai tentang pengelolaan setingkat SD sampai dengan SMA, lalu ada
dana desa. Dari 26 responden penelitian, 2 orang responden (8%) yang memiliki pen­
50% atau sebanyak 13 responden adalah didikan setingkat D3 atau D4. Responden
para kepala desa. Jabatan sekretaris desa yang memiliki level pendidikan Sarjana (S1)
sebanyak 8 orang (31%), 1 orang (4%) adalah sebanyak 10 orang (38%) dan hanya 1 orang
bendahara desa, sedangkan 4 orang (15%) responden (4%) yang memiliki pendidikan
adalah aparat desa lainnya yaitu pelaksana S2. Kelembagaan dalam pemerintahan di
kegiatan desa. desa masih menghadapi kendala yang ber­

Tabel 3. Rekap Kegiatan Pembangunan Lingkungan


Kegiatan
Kecamatan Pembangunan
Sarana Air Pembangunan Normalisasi Penimbunan
M CK Tembok
Bersih Siring Kanal DAM Sungai
Penahan
Inderalaya Selatan 3 2 3 3
Tanjung Raja 3 3 9 1
Lubuk Keliat 3
Kandis 2 1
Indralaya 2 1 5 2
Pemulutan 2 3 1
Pemulutan Barat 1 4
Pemulutan Selatan 4
Rantau Panjang 2
Inderalaya Utara 3 2 1
Sungai Pinang 1 1
Muara Kuang 1 1 6
Payaraman 13 1
Rambang Kuang 1 3 1
Total 14 19 47 12 2 1

Sumber : BPMPD Ogan Ilir, 2016


342 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

Tabel 4. Daftar Desa yang Menjadi Objek Penelitian


No. Desa Kecamatan No. Desa Kecamatan
1 Tanjung Lalang 14 Tanjung Harapan
2 Sri Kembang III 15 Ulak Kerbau Baru
3 Lubuk Bandung Payaraman 16 Belanti
4 Rengas II 17 Talang Balai Baru Tanjung Raja
5 Sri Kembang I 18 Tanjung Raja Selatan
6 Sungai Buaya Pemulutan 19 Ulak Kerbau Lama
7 Pelabuhan Dalam Indralaya Utara 20 Kerinjing
Pemulutan
8 Tanjung Seteko 21 Arisan Jaya
Barat
9 Sk Tiga Sebrang 22 Tebing Gerinting
Indralaya
10 Tanjung Sejaro 23 Tbg Gerinting Utara
Indralaya Selatan
11 Penyandingan 24 Tanjung Lubuk
Pemulutan
12 Muara Penimbung 25 Kapuk
Selatan
13 Lubuk Sakti 26 Payakabung Indralaya Utara
Sumber: Data Penelitian, 2016

hubungan dengan kapasitas kades dan tuk mengembangkan pos kesehatan de­ sa
aparat desa relatif rendah (lihat Tabel 5). Hal dan Polindes yaitu Desa Belati dan Desa
ini akan berkaitan antara kapasitas sumber Tanjung Harapan. Sementara itu, 24 desa
daya manusia desa dalam mengelola peme­ (92%) tidak menggunakan dana desa un-
rintahan terutama keuangan desa de­ ngan tuk pengembang­an pos kesehatan desa dan
program-program yang sebaiknya dila­kukan polindes. Hal ini dikarenakan di desa lain
untuk mendorong adanya percepatan kese­ pos kesehatan desa sudah ada. Untuk ke­
jahteraan masyrakat. giatan pengelolaan dan pembinaan posyan­
Penggunaan dana desa yang ditu­ du ha­nya 9 desa (35%) yang mengalokasi-
jukan untuk pembangunan desa. Peraturan kan dana desa mereka untuk pengelolaan
Kementerian Desa Nomor 5 Tahun 2015 dan pembinaan posyandu. Pengelolaan dan
Pasal 5 menjelaskan secara terperinci ten­ Pembinaan dilakukan dalam bentuk mem-
tang prioritas dana desa yang boleh digu­ berikan makanan tambahan kepada peserta
nakan dengan tujuan pembangunan dan posyandu yang dilakukan secara rutin. Se-
pemberdayaan masyarakat desa. Priori­ tas mentara itu, 65% lainnya tidak mengalo-
penggunaannya adalah memenuhi ke­bu­ kasikan dana pada kegiatan-kegiatan yang
tuhan dasar, pembangunan sarana dan pra­ berhubungan dengan pembinaan posyandu
sarana, pengembangan ekonomi lo­kal yang di desa. Hal ini karena menurut para nara-
potensial, serta pengelolaan sumber daya sumber, mereka sudah memiliki sumber da-
alam dan lingkungan yang berkelanjutan. na lain untuk mendukung berbagai kegiatan
Prioritas 1: pemenuhan kebutuhan posyandu di desa mereka.
dasar. Tabel 6 menunjukkan prioritas peng­ Berkenaan dengan kegiatan pembinaan
gu­naan dana desa berkaitan dengan peme­ dan pengelolaan PAUD yang merupakan
nuhan kebutuhan dasar. Dari 26 desa yang salah satu dari tiga kegiatan yang berkaitan
menjadi objek penelitian terdapat 2 desa dengan pemenuhan kebutuhan dasar ha­nya
(8%) yang menggunakan dana desa un­ 3 desa (12%) yang menggunakan da­na de-

Tabel 5. Pendidikan Responden


Pendidikan Responden Jumlah Persentase
SD sampai de ngan SMA 13 50%
D3 sampai de ngan D4 2 8%
S1 10 38%
S2 1 4%
Total 26 100%
Sumber: Data Penelitian, 2016
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 343

Tabel 6. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Pe nge mbangan pos ke se hatan dan Polinde s 2 (8%) 24 (92%)
B Pe nge lolaan & pe mbinaan Posyandu 9 (35%) 17 (65%)
C Pe mbinaan & pe nge lolaan PAUD 3 (12%) 23 (88%)

Sumber: Data Penelitian, 2016


sanya untuk pembinaan dan pe­ngem­bangan dan pemeliharaan jalan usaha tani hanya 6
PAUD yaitu Desa Arisan Ja­ya, Payakabung, desa (23 %) yang melakukannya dan 20 desa
dan Sungai Buaya. Se­men­tara itu, 23 desa (77%) tidak melakukan.
lainnya (88%) tidak menga­ lokasikan dana Desa yang membangun atau memeli-
untuk pengelolaan dan pembinaan PAUD di hara jalan usaha tani tersebut kebanyakan
desa. penduduknya adalah para petani ladang. Se-
Ketiga desa menggunakan dananya mentara itu, dalam pembangunan dan peme-
untuk pembinaan dan pengembangan PAUD liharaan embung desa hanya satu desa (Desa
karena menurut mereka PAUD ma­sih perlu Tanjung Harapan) yang menga­lokasikan dan
dibantu memiliki fasilitas yang cukup. Se- untuk pembangunan dan pemeliharaan em-
mentara itu, desa lain yang tidak menga- bung desa dan sisanya tidak mengalokasi-
lokasikan dananya untuk PAUD ada­ lah kan. Dalam pembangunan dan pemelihara-
karena tidak semua desa memiliki PAUD an sanitasi lingkungan seperti membangun
ataupun karena PAUD di desa tersebut su­ parit, pembangunan din­ding penahan long-
dah berjalan cukup baik sehingga prioritas sor di pinggiran sungai dan lainnya ada 14
penggunaan dana desa untuk kegiatan yang desa (54%) yang melakukan pembangunan
lain yang menurut mereka lebih prioritas. dan pemeliharaan sanitasi lingkungan terse-
Prioritas 2: pembangunan untuk sara- but dan sisanya sebanyak 12 desa (46%)
na dan prasarana desa. Tabel 7 menunjuk- tidak melakukan pembangunan dan juga
kan penggunaan dana desa untuk kegiatan pemeliharaan sanitasi lingkungan pada ta-
pembangunan sarana prasarana. Dari 26 hun 2015. Pembangunan dan penge­ lolaan
desa yang menjadi sampel dalam penelitian air bersih berskala desa seperti pembuatan
ini, terdapat 23 desa (88%) yang mengaloka- sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air
sikan dana desa untuk melakukan pemba­ bersih desa dilakukan oleh 4 desa yaitu De-
ngunan dan pemeliharaan jalan desa. Hanya sa Tanjung Sejaro, Tanjung Harapan, Arisan
3 desa (12%) yang tidak mengalokasikan da- Jaya, dan Desa Tanjung Balai I. sementara
na desanya pada pembangunan jalan desa 22 desa lainnya tidak melakukan pengelo-
yaitu Desa Arisan Jaya, Payakabung, dan laan dan pembangunan sarana air bersih
Rengas II. Kemudian untuk pembangunan di Tahun 2015. Lalu ada pembangunan dan

Tabel 7. Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa

Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Pe mbangunan dan pe me liharaan jalan de sa 23 (88%) 3 (12%)
B Pe mbangunan dan pe me liharaan jalan usaha tani 6 (23%) 20 (77%)
C Pe mbangunan dan pe me liharaan e mbung de sa 1 (4%) 25 (96%)
D Pe mbangunan dan pe me liharaan sanitasi lingkungan 14 (54%) 12 (46%)
E Pe mbangunan dan pe nge lolaan air be rsih (skala de sa) 4 (15%) 22 (85%)
F Pe mbangunan dan pe me liharaan irigasi (te rsie r) 1 (4%) 25(96%)
Sumber: Data Penelitian, 2016
344 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

pemeliharaan irigrasi tersier yang di lakukan mereka pada Tahun 2015. Kemudian untuk
oleh satu desa yaitu Desa Arisan Jaya dan pengembangan dan pengelolaan lumbung
sisanya yaitu 25 tidak melakukan pemba­ pangan desa hanya 1 desa yang melakukan-
ngunan ataupun pengelolaan irigrasi. nya yaitu Desa Arisan Jaya dan 25 desa lain
Prioritas 3: pengembangan potensi eko- belum atau tidak melakukan pengembangan
nomi lokal. Tabel 8 menggambarkan peng- atau pengelolaan lumbung pangan desa.
gunaan dana desa untuk kegiatan pengem- Terdapat 1 desa yang meng­adakan kegiatan
bangan ekonomi lokal yang potensial. Dari pembuatan pupuk orga­nik untuk pertanian
13 kegiatan yang merupakan kegiatan yang dengan bantuan dari Universitas Sriwijaya
berkaitan dengan pengembangan potensi yaitu Desa Ulak Kerbau Baru. Ketika ditelu-
ekonomi lokal hanya lima kegiatan yang ter- suri lebih jauh berkenaan dengan kegiatan
dapat atau dilakukan oleh desa yang men- ini, ternyata kegiatan yang dilakukan ma-
jadi sampel dalam penelitian ini. Kegiatan sih sebatas pemberian pelatihan. Namun,
tersebut adalah (1) Pendirian dan pengem- narasumber di desa mengatakan bahwa ke
bangan BUM Desa; (2) pembuatan pupuk depannya mereka berniat untuk menjadikan
dan pakan (organik); (3) Pembangunan dan kegiatan ini sebagai salah satu prioritas bagi
pengelolaan pasar ataupun kios Desa; (4) desa mereka dan mengharapkan ada pembi-
pembangunan dan pengelolaan lumbung naan dan pelatihan yeng berkesinambung­
pangan Desa; (5) pengembangan teknologi an sehingga hasil program ini dapat terlihat
(pengolahan hasil pertanian dan perikanan). dan dirasakan manfaatnya oleh warga desa.
Dari total 26 desa yang di survei, terdapat 3 Kegiatan pembangunan teknologi tepat guna
desa yang mengembangkan dan mendirikan pengelolaan hasil pertanian dan perikanan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yaitu juga sudah dilakukan oleh 1 desa yaitu Desa
Desa Lubuk Bandung, Payakabung, dan Pe- Ulak Kerbau Lama.
nyandingan sebagai salah satu cara desa un- Prioritas 4: pemanfaatan sumber daya
tuk menambah pendapatan dari usaha desa lingkungan secara berkelanjutan. Tabel 9
itu sendiri sedangkan 23 desa lainnya belum memberikan gambaran mengenai seberapa
memiliki dan mengembangkan BUM­ Des besar perhatian pemerintah desa terhadap

Tabel 8. Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal

Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Pendirian dan pengembangan BUM Desa 3 (12%) 23 (88)%)
Pembuatan pupuk dan pakan (organik) untuk pertanian
B 1(4%) 25 (96%)
dan perikanan
Pembangunan dan pengelolaan pasar desa atau kios
C 1(4%) 25 (96%)
desa
Pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan
D - 26 (100%)
(yang dimiliki desa)
E Pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan desa 1(4%) 25 (96%)
F Pengembangan benih lokal - 26 (100%)
G Pengembangan ternak secara kolektif - 26 (100%)
H Pembangunan dan pengelolaan energi mandiri - 26 (100%)
I Pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu - 26 (100%)
J Pengelolaan padang gembala - 26 (100%)
K Pengembangan Desa Wisata - 26 (100%)
Pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil
L 1(4%) 25 (96%)
pertanian dan perikanan

Sumber: Data Penelitian, 2016


Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 345

kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil observasi kepada informan, mereka ke-
sumber daya lingkungan secara berkelanjut­ banyakan belum paham apa itu energi baru
an. Berkaitan dengan pemanfaatan sumber dan terbarukan. Ketika diberikan contoh
daya lingkungan berkelanjutan, dari semua bentuk-bentuk energi terbarukan mereka
desa yang menjadi objek penelitian belum menganggap itu belum menjadi prioritas.
ada satu desa pun yang menggunakan dana Mereka menyadari bahwa suatu saat hal ini
desa untuk kegiatan tersebut sebagaimana akan menjadi penting tapi tidak sekarang.
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Desa Menurut mereka lebih banyak kegiatan yang
No. 5/2015. menjadi prioritas pembangunan di desa yang
Hal ini menurut narasumber yaitu para lebih penting dari energi baru dan terbaru-
kepala desa karena daerah Ogan Ilir bukan­ kan. Jika pemerintah menganggap itu pen­
lah daerah tambang seperti Kabupaten La- ting menurut beberapa informan seharusnya
hat ataupun Tanjung Enim dan juga bu­kan ada proyek/kegiatan dari pemerintah dalam
daerah pantai sehingga punya potensi untuk bentuk dana yang lain.
membudayakan rumput laut. Menu­rut nara- Prioritas penggunaan dana desa untuk
sumber dalam penelitian ini mereka belum pemberdayaan masyarakat desa. Peraturan
menganggap penting dan tidak ter­lalu tahu Menteri Desa dalam Pasal 5 mengatur bahwa
program yang tepat untuk meng­alokasikan dana desa boleh digunakan untuk member-
dana desa bagi kegiatan-kegiatan tersebut, dayakan masyarakat de­sa. Tabel 10 meng-
di samping mereka juga mengatakan takut gambarkan prioritas pe­ng­­gunaan dana desa
terjadi salah penggunaan dana yang akan secara khusus yang berkaitan dengan pem-
memiliki konsekuensi hukum bagi mereka berdayaan ma­sya­rakat desa. Dari tujuh kegi­
sehingga mereka lebih hati-hati dalam pen- atan yang berkaitan dengan pemberdayaan
galokasian dana. masyarakat desa, semua kegiatan dilakukan
Adapun untuk pembangunan ener­ oleh desa kecuali program pengelolaan hu-
gi baru dan terbarukan, pembangunan tan desa dan hutan kemasyarakatan. Kegi­
dan pemeliharaan budidaya perikanan, atan untuk meningkatkan kualitas dalam
dan pengembangan sarana dan prasarana proses perencanaan desa dilakukan oleh 18
produksi di desa tidak ada satu desa pun desa (10 orang). Hal ini bermakna bahwa
yang mengalokasikan dana desanya untuk desa memberikan perhatian yang besar ter-
hadap kegiatan-kegiatan yang bertujuan pa-
kegiatan ini. Hal ini menunjukkan bahwa
da pemberdayaan masyarakat desa. Terkait
pembangunan energi baru dan terbarukan
dengan dukungan desa terhadap pengem-
belum menjadi prioritas bagi mereka. Dari

Tabel 9. Pemanfaatan Sumber daya Alam dan Lingkungan yang Berkelanjutan


Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Pe ndirian dan pe nge mbangan BUM De sa 3 (12%) 23 (88)%)
Pe mbuatan pupuk dan pakan (organik) untuk pe rtanian
B 1(4%) 25 (96%)
dan pe rikanan
Pe mbangunan dan pe nge lolaan pasar de sa atau kios
C 1(4%) 25 (96%)
de sa
Pe mbangunan dan pe nge lolaan te mpat pe le langan ikan
D - 26 (100%)
(yang dimiliki de sa)
E Pe mbangunan dan pe nge lolaan lumbung pangan de sa 1(4%) 25 (96%)
F Pe nge mbangan be nih lokal - 26 (100%)
G Pe nge mbangan te rnak se cara kole ktif - 26 (100%)
H Pe mbangunan dan pe nge lolaan e ne rgi mandiri - 26 (100%)
I Pe mbangunan dan pe nge lolaan tambatan pe rahu - 26 (100%)
J Pe nge lolaan padang ge mbala - 26 (100%)
K Pe nge mbangan De sa Wisata - 26 (100%)
Pe nge mbangan te knologi te pat guna pe ngolahan hasil
L 1(4%) 25 (96%)
pe rtanian dan pe rikanan
Sumber: Data Penelitian, 2016
346 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

bangan BUMDesa ataupun kelompok usaha diharapkan proses pembangunan di perde-


masyarakat hanya ada 5 desa yang melaku- saan akan berlangsung dengan efektif dan
kannya. Hal ini terjadi karena masih sedikit sesuai dengan rencana pembangunan yang
desa yang memiliki Badan Usaha Miliki Desa diharapkan pemerintah.
(BUMDes). Berkenaan dengan kegiatan pem- Pengelolaan keuangan. Permendagri
bentukan dan peningkatan kapasitas kader Nomor 113 Tahun 2014 mengatur tentang
pemberdayaan hanya terdapat 3 desa yang Pengelolaan Keuangan Desa yang meliputi
mengalokasikan dananya. Hal yang sama seluruh kegiatan mulai dari Perencanaan,
terjadi untuk kegiatan fasilitasi paralegal Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan,
dalam memberikan bantuan hukum pada dan Pertanggungjawaban keuangan. Pene-
masyarakat desa yang dilakukan oleh 3 litian ini lebih melihat aspek pengelolaan
desa. Pemberdayaan dalam menyelenggara- keuangan dana desa dari sisi pelaksanaan,
kan promosi tentang kesehatan dan gerakan penatausahaan, pelaporan, dan pertang-
hidup bersih dan sehat dilakukan oleh 4 gungjawaban. Terkait dengan aspek pelak-
desa yang menyelenggarakan kegiatan terse- sanaan, Pasal 24 dan 27 mengatur beberapa
but yaitu Desa Sri Kembang I, Ulak Kerbau hal untuk memastikan bahwa pelaksanaan
Lama, Payakabung, dan Tanjung Harapan. pengelolaan keuangan dilakukan sesuai
Kemudian untuk kegiatan pengelolaan dengan asas-asas seperti asas akuntabel,
hutan desa, tidak ada satu desa pun yang transparan, dan partisipatif yang dilaku-
melakukannya karena tidak ada satu desa kan dengan disiplin dan tertib anggaran
pun yang memiliki hutan desa. Selanjutnya. yang sesuai dengan amanat dalam Pasal 2
Penulis menemukan bahwa dari 26 desa Permendagri 113 Tahun 2014. Tabel 10 di
yang ada terdapat 8 desa yang melakukan bawah ini menggambarkan aspek pelaksa-
peningkatan kapasitas kelompok desa. naan pengelolaan keuangan yang telah di-
Dari data yang ada dapat disimpulkan lakukan oleh semua desa yang menjadi ob-
bahwa prioritas pemberdayaan masyarakat jek penelitian.
desa merupakan salah satu prioritas yang Pelaksanaan. Pelaksanaan pengelo-
dilakukan oleh desa dengan dana desa yang laan keuangan yang dilakukan di desa yang
mereka dapatkan. Pemberdayaan yang di- menjadi objek penelitian telah sesuai de­
lakukan terutama berkaitan dengan pening­ ngan apa yang diatur dalam Permendagri
katan kualitas perencanaan desa. Hal ini Nomor 113/2014. Dalam pelaksanaannya
menunjukkan bahwa desa telah menyadari seluruh pengeluaran dan penerimaan desa
bahwa perencanaan yang baik akan menjadi telah menggunakan rekening desa, dan
pedoman yang baik dalam melakukan pro­ telah dilengkapi dengan dokumen yang sah.
ses pembangunan di desa. Oleh karena itu,

Tabel 10. Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa
Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Pe ningkatan kualitas prose s pe re ncanaan de sa 18 8
-69% -31%
B Pe mbe ntukan dan pe ningkatan kapasitas kade r 3 23
-12% -88%
C Me ndukung ke giatan e konomi yang 5 21
-19% -81%
D Pe nye le nggaraan ke giatan promosi ke se hatan dan 4 22
-15% -85%
E Pe ngorganisasian me lalui te rbe ntknya dan 3 23
-12% -88%
F Pe ningkatan kapasitas ke lompok masyarakat 8 18
-30% -70%
Sumber: Data Penelitian, 2016
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 347

Tabel 11. Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan

Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
A Komodi tas tambang mi ne ral bukan logam - 26 (100%)
B Komodi tas tambang batuan - 26 (100%)
C Rumput laut - 26 (100%)
D Hutan mi li k de sa - 26 (100%)
E Pe nge lolaan sampah 1 (4%) 25 (96%)
Sumber: Data Penelitian, 2016
Pengajuan kegiatan disertai dengan Ran- yang mendukung pengembangan kapasitas
cangan Anggaran Biaya (RAB) diverifikasi aparat desa.
dan disahkan oleh sekretaris desa. Semua Pelaporan dan pertanggungjawaban.
kegiatan telah menggunakan buku bantuan Berkenaan dengan laporan pertanggung­
kas. Semua kegiatan di atas telah dilakukan jawaban bendahara desa, semua desa telah
dengan baik oleh semua desa. Hal ini me­ membuat laporan pertanggungjawaban. Wa­
nunjukkan bahwa aspek pelaksanaan pe­ lau­pun cara pencatatannya masih belum
nge­lolaan keuangan yang dilakukan oleh 26 terpisah dan cara pencatatannya juga ma-
desa yang menjadi objek penelitian secara sih secara tradisional yang tergabung dalam
umum dapat dikatakan sudah baik karena satu buku. Hal ini disebabkan oleh keterba-
telah mematuhi prinsip dasar pengelolaan tasan pe­ngetahuan pelaksana, dan mereka
keuangan (lihat Tabel 11). ju­ga belum memahami arti penting­ nya pe­
Penatausahaan. Terkait dengan aspek na­ta­usahaan. Berkenaan dengan pela­poran
penatausahaan, terdapat dua hal yang ha­ kepala desa memiliki kewajiban un­ tuk pe-
rus dipenuhi yaitu penggunaan buku kas dan nyampaian laporan realisasi dalam pelaksa-
laporan pertanggungjawaban. Berke­ naan naan APBDesa kepada Bupati atau Walikota
dengan buku Kas hanya terdapat satu desa yang meliputi Laporan Realisasi Pelaksa-
yang tidak memiliki Buku Bank, Buku Kas naan APBDesa Semester Pertama dan Se-
Pembantu Pajak, dan Buku Kas Umum yaitu mester Akhir. Data mengenai Pelapor­an dan
Desa Kapuk. mereka belum men­ dapatkan Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
informasi dan pelatihan baik secara formal desa yang menjadi objek penelitian dapat
maupun informal un­ tuk kegiatan penge- dilihat Tabel 13.
lolaan keuangan ter­ se­­­
but. Sementara itu, Dari 25 desa yang menjadi objek pe­
desa lainnya te­lah melengkapi penatausa- nelitian terdapat 23 desa yang membuat
haan dalam pengelolaan keuangan tersebut. laporan realisasi tiap semester, sementara
Berkenaan dengan laporan pertanggung- tiga desa lainnya belum melakukannya tiap
jawaban benda­hara desa, semua desa telah semester. Ketiga desa tersebut adalah Desa
membuat laporan pertanggungjawaban (li- Tanjung Seteko, Ulak Kerbau Lama, dan
hat Tabel 12). Kerinjing. Alasan ketiga desa ini tidak mem-
Walaupun kemudian menjadi perta­ buat laporan realisasi per semester sesuai
nyaan bagaimana desa yang belum memiliki waktu yang ditentukan adalah keterbatasan
buku bank, buku kas pembantu pajak, dan sumber daya manusia. Menurut kepala desa
buku kas umum dapat menyusun laporan yang menjadi narasumber, belum ada staf
pertanggungjawaban. Ternyata se­te­lah dite- desa yang punya kemampuan mengelola
lusuri lebih jauh, desa yang ber­ sangkutan keuangan. Selanjutnya berkenaan dengan
bukannya tidak memiliki buku bank, buku Laporan Kekayaan Milik Desa dari 25 desa
kas pembantu pajak, dan buku kas umum yang menjadi objek penelitian, hanya 18 de-
tersebut hanya saja cara pencatatannya sa yang membuat laporan dimaksud. Sisa­
masih belum terpisah dan cara pencatatan- nya sebanyak 8 desa tidak membuat laporan
nya juga masih secara tra­disional yang ter- Kekayaan Milik Desa (KMD). Alasan yang
gabung dalam satu bu­ku. Hal ini disebabkan sama disampaikan oleh narasumber dikare-
oleh keterbatasan pengetahuan pelaksana, nakan keterbatasan sumber daya manusia
dan mereka belum memahami arti penting- di desa dan menurut mereka Laporan Keka­
nya penatausahaan. Oleh karena itu, untuk yaan Milik Desa terlalu rumit untuk dibuat.
ke depan diperlukan pelatihan-pelatihan Sebagaimana diketahui La­ poran Kekayaan
348 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

Tabel 12. Kegiatan Penatausahaan


Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
Pe natausahaan pene rimaan dan penge luaran dilakukan
A
me nggunakan
1. Buku Bank 25 (96%) 1 (4%)
2. Buku Kas Pembantu Pajak 25 (96%) 1 (4%)
3. Buku Kas Umum 25 (96%) 1 (4%)
Be ndahara me mpe rtanggungjawabkan uang melalui 26
B -
laporan pe rtanggungjawaban (100%)
Sumber: Data Penelitian, 2016

Milik Desa menampilkan informasi tentang yang telah dilakukan oleh desa yang menjadi
posisi keuangan desa yang berkaitan dengan objek penelitian. Berkenaan dengan laporan
aset, kekayaan ber­sih pada tanggal tertentu realisasi dana desa tahap 1 Tahun 2015,
dan kewajiban jangka pendek. Laporan KMD peulis menemukan terdapat 22 desa yang
menampilkan penambahan Kekayaan Milik telah menyerahkan laporannya tepat waktu
dan 4 desa lainnya belum melakukannya.
Desa per tanggal tertentu. Penyajian Laporan
Laporan realisasi tahap II terdapat 20
KMD yang dibandingkan dengan tahun sebe-
desa yang telah menyerahkan laporannya ke
lumnya adalah untuk mengetahui kenaikan
kabupaten dan 6 desa lainnya belum atau
atau penurunannya. Peraturan sebelumnya
tidak melaporkan tepat waktu. Selanjutnya
be­lum memandatkan Laporan KMD. Untuk
untuk pelaporan realisasi dalam penggu-
itu, langkah awal dalam menyusun Laporan
naan dana desa Tahun 2015 terdapat 22
KMD adalah dengan menginvetaris aset dan
desa yang menyampaikan laporannya tepat
kekayaan bersih. UU Desa Ayat 4 Pasal 116
waktu dan 4 desa sisanya belum melaporkan
memandatkan pemerintah kabupaten atau
tepat waktu. Pasal 25 ayat (1) menyatakan
kota dalam menginventari aset desa sejak
bahwa dalam hal yang berkaitan Kepala
UU Desa berlaku selambat-lambatnya 2
Desa yang tidak (terlambat) dalam penyam-
(dua) tahun. Hal ini bermakna seharusnya
paian laporan sesuai dengan yang dimaksud
desa telah melakukan inventarisasi paling
dalam Ayat 2 Pasal 24, bupati atau walikota
lambat Tahun 2016 ini.
Terkait dengan kewajiban kepala de­sa dapat melakukan penundaan dalam menya­
untuk menyampaikan kepada Bupati atau lurkan dana desa apabila laporan reali­
Walikota apabila ada program dari peme­ sasinya belum dilaporkan. Oleh karenanya,
rintah untuk dilaksanakan di desa, hanya keterlambatan desa dalam menyampaikan
terdapat 15 desa yang melaporkannya. laporan realisasi jelas akan berdampak pada
Tabel 13 di bawah ini menunjukkan keterlambatan dilaksanakannya program-
seberapa jauh aspek kepatuhan pelaporan
Tabel 13. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Jawaban
No Keterangan
Ya Tidak
Ke pala de sa me nyampai kan ke pada Bupati atau
A
Wali kota:
1.    Laporan re ali sasi pe laksanaan APBDe sa ti ap
23 (88%) 3 (12%)
se me ste r
2.    Laporan Ke kayaan Mi li k De sa 18 (69%) 8 (31%)
3.    Laporan Program yang masuk de sa 15 (58%) 11 (42%)
Informasi ke pada masyarakat be rkai tan de ngan
B Laporan Pe rtanggungjawaban Re ali sasi Pe laksanaan 20 (77%) 6 (23%)
APBDe sa
Sumber: Data Penelitian, 2016
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 349

program di semester selanjutnya walaupun masyarakatan mencapai 70% sebagaimana


belum ter­dapat sanksi yang langsung dite­ diatur dalam Peraturan Pe­ me­rintah Nomor
rapkan ketika hal ini terjadi. 47 / 2015. Persentase paling tinggi untuk
Ketika ditanyakan apakah pernah ter- biaya penyelenggaran, pelaksanaan peme­
jadi keterlambatan atau ketidaktepatan jum- rintah desa, dan pembinaan
lah penyaluran, 11 desa menyatakan pernah diperhatikan. Seiring dengan perkem­
mengalami keterlambatan/keti­dak­tepatan bangan jaman sumber daya manusia kuali-
jumlah dalam penyaluran dana desa. Seba- tas harus meningkat, yakni dengan mem-
gian besar narasumber menga­takan alasan berdayakan masyarakat (Grabowski, 2011;
keterlambatan adalah masalah administrasi Nair & Hamzah, 2015; Setiawan & Barrett,
yang belum beres, sementara yang lain me­ 2016). Pemberdayaan masyarakat menjadi
ngatakan tidak tahu secara pasti penyebab hal penting dalam kebijakan ADD karena se-
keterlambatan tersebut. Berkenaan dengan jauh ini pembangunan yang telah ada mem-
apakah masih terdapat sisa dana desa Tahun fokuskan kepada pembangunan fisik, seperti
2015, penulis mene­mukan bahwa terdapat 3 pengerasan jalan dan pembangun jembatan.
desa yang me­nyatakan masih memiliki sisa Hal ini mengindikasikan adanya pe­
dana desa tahun sebelumnya. Ketika dita­ nurunan kualitas dalam pengelolaan ang­
ny­a­­kan ju­mlahnya mereka tidak menyebut- garan desa karena masih banyak pe­ngeluaran
kan, hanya menyatakan bahwa dana terse- dalam anggaran belum digunakan untuk ke-
but tidak banyak dan dana tersebut berasal giatan-kegiatan sesuai dengan program yang
dari kegiatan yang belum direalisasikan. seharusnya sudah berjalan (Resosudarmo
Ada­ nya dana desa yang tidak disalurkan & Suryadarma, 2014; Suryahadi, Hadiwi-
berdampak tertundanya penyaluran dana djaja, & Sumarto, 2012). Peraturan Bupati
pada tahap berikutnya yang mengakibatkan setempat menunjukkan teknis pelaksanaan
perencanaan dan implementasi pembangu- ADD mengatur bagai­mana besaran dalam
nan desa juga terhambat pelaksanaannya. mengalokasikan dana menunjukkan bahwa
pelaksanaan yang dilakukan di Kabupaten
Komposisi belanja desa. Adanya dana
desa yang tidak disalurkan berdampak ter- Ogan Ilir ada­lah kegiatan yang sifatnya spe-
sific grant. Kebutuhan dalam membangun
tundanya penyaluran dana pada tahap beri-
kutnya yang mengakibatkan perencanaan desa sangat bervariasi. Dana yang ditetap-
dan implementasi pembangunan desa ju­ga kan bersifat spesific grant ini mendatangkan
kesamaan dalam memanfaatkan dana yang
terhambat pelaksanaanya. Selain me­ lihat
bagaimana pengelolaan keuangan da­na de- dalam implikasinya ada ketidaksamaan
berkaitan dengan kebutuhan tiap-tiap desa.
sa, penelitian ini juga mencoba un­tuk meli-
hat kepatuhan Desa dalam meng­alokasikan Komposisi belanja desa (30%). Per-
Belanja Desa berdasarkan Peraturan Peme­ aturan Pemerintah Nomor 47 /2015 telah
rintah Nomor 47 / 2015 Pasal 100 yang me- mengatur alokasi belanja desa, di mana
nyatakan bahwa Belanja Desa ditetapkan persentase pembagiannya sebesar 70% dan
melalui APBD Desa dapat dipergunakan apa- 30%. Alokasi 30% dengan data di lapangan
bila memenuhi ketentuan sedikitnya 70% memberikan gambaran tentang besaran bi-
dari total anggaran be­lanja desa yang dapat aya yang dikeluarkan oleh desa untuk ke-
dipergunakan pen­da­naan untuk penyeleng- butuhan pendapatan dan tunjangan kades
garaan da­ lam pemerintahan, pelaksanaan dan perangkatnya, operasional pemerintah
untuk pem­ bangunan, pemberdayaan ma- desa, tunjangan BPD, insentif RT/RW yang
syarakat dan pembinaan kemasyarakatan; berkisar antara Rp46.800.000,00 sampai
dan paling banyak 30% dari total anggaran dengan Rp66.600.000,00 dengan rata-rata
belanja desa dapat dipergunakan membayar belanja desa sebesar Rp.54.240.211,54,00.
penghasilan dan tunjangan kades, perang- Belanja desa yang paling tinggi adalah
kat desa, operasional pemerintahan desa Desa Payakabung Kecamatan Indra-
dan BPD, serta insentif RT/RW. Selanjutnya laya Utara dengan total anggaran sebesar
data menggambarkan tentang persentase Rp66.600.000,00, sedangkan Desa Penyan-
dana yang digunakan untuk kedua kategori dingan Kecamatan Indralaya memiliki be-
pembiayaan yang dilakukan oleh desa. lanja untuk kegiatan yang sama dengan nilai
Komposisi belanja desa (70%). Tabel 15 paling kecil yaitu sebesar Rp46.800.000,00.
menunjukkan ternyata tidak ada satu desa Pembiayaan yang ditujukan untuk
pun yang biaya penyelenggaran, pelaksa- penghasilan, tunjangan, insentif, dan opera-
naan pemerintah desa, dan pem­binaan ke- sional desa yang menurut PP No. 47/2015
350 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

hanya diperkenankan sebesar 30%, tetapi dan penerimaan desa telah sesuai dengan
kenyataannya semua desa di Kabupaten prosedur yang berlaku, pengajuan kegiatan
Ogan Ilir yang menjadi objek penelitian me- disertai dengan Rancangan Anggaran Biaya
lebihi dari aturan yang ditetapkan. Desa (RAB) yang diverifikasi dan disahkan oleh
yang tertinggi dalam mengeluarkan biaya sekretaris desa.
penghasilan, tunjangan, insentif dan opera- Kebijakan prioritas umum dana desa
sional adalah Desa Payakabung Kecamatan dipergunakan untuk dapat memenuhi kebu-
Indralaya Utara yaitu sebesar 53,3% dan tuhan dasar, pengembangan ekonomi lokal
yang paling rendah adalah Desa Tanjung Lu- yang potensial, dan pembangunan sarana
buk Kecamatan Indaralaya Selatan sebesar dan prasarana desa. Berkenaan dengan as-
37,9%. pek pengelolaan keuangan secara umum
Komposisi ideal yang belum tercapai dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pen-
dalam hal pembiayaan di desa akan berdam- gelolaan keuangan yang dilakukan di desa
pak terhadap pembangunan karena dana yang menjadi objek penelitian telah sesuai
yang ada lebih banyak digunakan untuk dengan apa yang diatur dalam Permendagri
kegiatan operasional desa dan tunjangan No. 113/2014 dan telah mematuhi prinsip
kepala desa atau aparat desa dibanding- dasar pengelolaan keuangan. Berkenaan
kan dengan penyelenggaraan pemerintahan dengan aspek penatausahaan secara umum
ataupun pembangunan desa. Rata-rata da- hampir semua desa telah dapat menjalankan
na untuk kegiatan tersebut adalah sebesar aspek penatausahaan dengan baik. Pelapo-
Rp67.115.384,62,00. Desa dengan penge- ran dan pertanggungjawaban masih menjadi
luaran terkecil adalah Desa Payakabung masalah bagi beberapa desa, dikarenakan
Kecamatan Indralaya Utara yaitu sebesar adanya keterbatasan yang berkaitan de­ngan
Rp54.300.000,00. Desa dengan pengeluaran sumber daya manusia yang menguasai as-
paling besar adalah Desa Tanjung Lubuk, pek pelaporan dan pertanggungjawaban.
Kecamatan Indralaya Selatan dengan total Berkaitan dengan komposisi belanja desa,
Rp80.650.000,00. semua desa yang diteliti tidak memenuhi
Komposisi masing-masing desa dapat komposisi belanja desa sesuai aturan 70%
dilihat pada Tabel 15 yang memberikan yang dipergunakan untuk membiayai pe-
gambaran besaran persentase penggunaan nyelenggaraan pemerintahan desa, pelak-
sanaan pembangunan, pembinaan kema-
dana yang tersedia. Semua desa untuk be-
syarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
lanja desa dengan alokasi 70% masih sa­ngat
berbanding 30% dari total anggaran belanja
kurang, sedangkan belanja desa dengan
desa dipergunakan bagi pendapatan dan
alokasi 30% malah melebihi dari komposisi
tunjangan kades dan perangkatnya, opera-
idealnya. Hal ini menunjukkan ada kecen-
sional pemerintah desa, tunjangan BPD, dan
derungan pengelola keuangan desa masih
insentif RT/RW. Hal ini mengakibatkan ket-
kurang paham tentang cost awareness (ke-
impangan dalam pelaksanaan pembangu-
sadaran atas uang publik) sehingga harus
nan di pedesaan sehingga tidak memberikan
dilakukan langkah-langkah konkret untuk
multiplier effect bagi masyarakat desa dalam
membangun kesadaran ini tidak hanya pembangunan.
bagi aparat desa tapi juga masyarakat pa- Penelitian ini merekomendasikan hal
da umum­ nya (Li, 2016; Majumder, Ray, & yang dapat diharapkan dan diimplemen-
Sinha, 2016; Thorburn & Kull, 2015). tasikan sehingga penggunan dana desa
dapat berperan penting dalam proses dan
SIMPULAN pemerataan pembangunan, yaitu perlunya
Pelaksanaan pengelolaan keuangan dikembangkan tahap-tahap prioritas yang
yang dilakukan di desa yang menjadi objek akan menjadi pedoman bagi desa untuk
penelitian telah sesuai dengan apa yang dia- menentukan prioritas kegiatan yang paling
tur dalam Permendagri Nomor 113/2014. utama dan bermanfaat untuk dibiayai de­
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang ngan menggunakan dana desa. Dalam rang-
meliputi tahap mulai perencanaan, peng­ ka meningkatkan akuntabilitas pengelolaan
anggaran, penatausahaan, pelaporan, per- keuangan dana desa perlu dilakukan moni-
tanggungjawaban, sampai pengawasan telah toring dan evaluasi. Perlunya ditingkatkan
dilaksanakan dan semakin banyak desa kemampuan sumber daya manusia di desa
yang mampu serta patuh terhadap aturan khususnya berkaitan dengan kemampuan
penyusunan sistem keuangan desa tersebut. pengelolaan keuangan yang harus dilaku-
Dalam pelaksanaannya seluruh pengeluaran
Meutia, Liliana, Pengelolaan Keuangan Dana Desa 351

kan untuk mewujudkan pembangunan yang dence from Indonesia. Humanom-


bertanggung jawab di pedesaan. ics, 32(3), 275-299. https://doi.
org/10.1108/H-02-2016-0016
DAFTAR RUJUKAN Mariyono, J., & Sumarno. (2015). Chilli Pro-
Abidin, M. Z. (2015). Tinjauan Atas Pelak- duction and Adoption of Chilli-based
sanaan Keuangan Desa dalam Mendu- Agribusiness in Indonesia. Journal of
kung Kebijakan Dana Desa. Jurnal Eko- Agribusiness in Developing and Emerg-
nomi & Kebijakan Publik, 6(1), 61–76. ing Economies, 5(1), 57-75. https://doi.
org/10.1108/JADEE-01-2014-0002
Aziz, N. L. L. (2016). Otonomi Desa Dan Musmini, L. S., & Sirajudin. (2016). Mak-
Efektivitas Dana Desa. Jurnal Peneli- na Akuntansi Sosial dan Sustain-
tian Politik, 13(2), 193–211. ablitas Sekaa Suka Duka. Jurnal
Azwardi & Sukanto. (2014). Efektivitas Alo- Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 156-
kasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan 170. http://dx.doi.org/10.18202/ja-
di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal mal.2016.08.7014
Ekonomi Pembangunan, 12(1), 29–41. Nair, V., & Hamzah, A. (2015). Success-
BPS. (2016). Kabupaten Ogan Ilir dalam ful Community-based Tourism Ap-
Ang­ka. Ogan Ilir. proaches for Rural Destinations: The
Darmada, D. K., Atmadja, A. T., & Sinar- Asia Pacific Experience. Worldwide
wati, N. K. (2016). Kearifan Lokal Hospitality and Tourism Themes, 7(5),
Pade Gelahang dalam Mewujudkan 429-439. https://doi.org/10.1108/
Integrasi Akuntabilitas Pengelolaan WHATT-06-2015-0023
Keuangan Organisasi Subak. Jurnal Niswatin & Mahdalena. (2016). Nilai Keari-
Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 51– fan Lokal “subak” Sebagai Modal So-
60. http://dx.doi.org/10.18202/ja- sial Transmigran Etnis Bali. Jurnal
mal.2016.04.7004 Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 171-
Fossati, D. (2016). Beyond “Good Gover- 188. http://dx.doi.org/10.18202/ja-
nance”: The Multi-level Politics of mal.2016.08.7015
Health Insurance for the Poor in In- Saputra, I. W. (2016). Efektivitas Pengelo-
donesia. World Development, 87, 291- laan Alokasi Dana Desa pada Desa
306. https://doi.org/10.1016/j.world- Lembean Kecamatan Kintamani, Kabu-
dev.2016.06.020 paten Bangli Tahun 2009-2014. Jurnal
Gignoux, J., & Menendez, M. (2016). Benefit Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE),
in the Wake of Disaster: Long-run Ef- 6(2), 1–10.
fects of Earthquakes on Welfare in Ru- Republik Indonesia. Pengelolaan Keuangan
ral Indonesia. Journal of Development Desa. Peraturan Menteri Dalam Neg-
Economics, 118, 26-44. https://doi. eri Republik Indonesia Nomor 113.
org/10.1016/j.jdeveco.2015.08.004 (2014a). Indonesia.
Grabowski, R. (2011). Indonesian Economic Republik Indonesia. Peraturan Pelaksanaan
Development: Political Economy of an Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Effective State. Journal of the Asia Pa- tentang Desa. Peraturan Pemerintah
cific Economy, 16(2), 241-253. Republik Indonesia Nomor 43. (2014b).
Li, T. M. (2016). Governing Rural Indonesia:
Indonesia.
Convergence on the Project System.
Republik Indonesia. Dana Desa yang Ber-
Critical Policy Studies, 10(1), 79-94.
sumber dari Anggaran Pendapatan dan
https://doi.org/10.1080/19460171.20
Belanja Negara. Peraturan Pemerintah
15.1098553
Republik Indonesia Nomor 60. (2014c).
Majumder, A., Ray, R., & Sinha, K. (2016). A
Indonesia.
Unified Framework for the Estimation
Republik Indonesia. Perubahaan atas Per-
of Intra and Inter Country Food Pur-
aturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
chasing Power Parities: India, Indonesia
2014 Tentang Dana Desa yang Ber-
and Vietnam. Indian Growth and Devel-
sumber dari APBN. Peraturan Pemerin-
opment Review, 9(1), 2-31. https://doi.
tah Republik Indonesia Nomor 22 Ta-
org/10.1108/IGDR-09-2015-0039
hun 2015. (2015). Indonesia.
Mariyanti, T., & Mahfudz, A. A. (2016). Dy-
Resosudarmo, B. P., & Suryadarma, D.
namic Circular Causation Model in
(2014). The Impact of Childhood Migra-
Poverty Alleviation: Empirical Evi-
352 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 336-352

tion on Educational Attainment: Evi- tin of Indonesian Economic Studies, 48,


dence from Rural–urban Migrants in 209-227. https://doi.org/10.1080/000
Indonesia. Asian Population Studies, 74918.2012.694155
10(3), 319-333. https://doi.org/10.108 Thomas. (2013). Pengelolaan Alokasi Dana
0/17441730.2014.942954 Desa dalam Upaya Meningkatkan Pem-
Rizaldy, N. (2012). Menemukan Lokalitas bangunan di Desa Sebawang, Keca-
Biological Assets: Pelibatan Etnografis matan Sesayap, Kabupaten Tana Tid-
Petani Apel. Jurnal Akuntansi Multipa- ung. Jurnal Pemerintahan Integratif, 1,
radigma, 3(3), 404-423. 51–64.
Setiawan, W., & Barrett, P. S. (2016). The Thorburn, C. C., & Kull, C. A. (2015). Peat-
Built Environment Element of Eco- lands and Plantations in Sumatra, In-
nomic Development in Post Conflict donesia: Complex Realities for Resource
Response in Indonesia. Procedia Social Governance, Rural Development and
and Behavioral Sciences, 234, 478- Climate Change Mitigation. Asia Pa-
487. https://doi.org/10.1016/j.sb- cific Viewpoint, 56(1), 153-168. http://
spro.2016.10.266 dx.doi.org/10.1111/apv.12045
Suryahadi, A., Hadiwidjaja, G., & Sumarto, Vitasurya, V. R. (2016). Local Wisdom for
S. (2012). Economic Growth and Pov- Sustainable Development of Rural
erty Reduction in Indonesia Before and Tourism, Case on Kalibiru and Lopati
After the Asian Financial Crisis. Bulle- Village, Province of Daerah Istimewa
Yogyakarta. Procedia Social and Behav-
ioral Sciences, 216, 97-108. https://
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.12.014
Zhang, J., & Xu, L. C. (2016). The Long-run
Effects of Treated Water on Educa-
tion: The Rural Drinking Water Pro-
gram in China. Journal of Development
Economics, 122, 1-15. https://doi.
org/10.1016/j.jdeveco.2016.04.004

Anda mungkin juga menyukai