Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan
yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.1 Gangguan psikotik
singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari
1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.2

B. Epidemiologi

Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian nonaffective
timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri.
Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling
sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang
yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).2

C. Etiologi

Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat,
tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis
gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya
yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.2

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan
gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat
memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat.2

D. Patofisiologi

Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia adalah yang paling
berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional.
Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.
Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor
D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang
meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis
dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yangdapat mengakibatkan
skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem,
meningkat diotak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4)
positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien
skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada
orang yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah
terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal,
plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena
terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi
mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari
badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3

E. Manifestasi klinis

Gambaran utama perilaku:

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

3. Kebingungan atau disorientasi

4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan,
mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan.2

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama,
biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang
ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan
gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada
gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan
emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat
untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun
hasilnya mungkin negative.1

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan
perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan,
suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi,
delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.4

Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak
dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai
gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik
yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis
mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.

Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat
menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian
anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa
keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun
pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan
memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa
stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa
tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh
urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.4

F. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut:

1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak
ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).

2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial
pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau
merasa diamati/diawasi oleh orang lain).

3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).1

Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood,
gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis
gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang
berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan
delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala
berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).2

1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.

Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik

2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan, akhirnya
kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.

3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik, gangguan
skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat
yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan
kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III

F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia

Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham, dan gangguan persepsi, tetapi
bersifat sangat variasi dan berubah – ubah dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam. Emosional
dengan berbagai perasaan senang dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas juga sering ada. Gambaran
klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu merupakan hal yang bersifat khas
walaupun kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria untuk episode manik (F30.-), episode
depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-) tidak terpenuhi. Penyakit ini cenderung mempunyai onset yang
mendadak (dalam 48 jam) dan gejala – gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak terdapat
stres pencetus yang jelas. Apabila menetap sampai 3 bulan maka diagnosis harus berubah. Gangguan
waham menetap (F22,-) atau gangguan psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan
diagnosis yang paling cocok.1

Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:

a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam waktu 2
minggu atau kurang)

b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari
ke hari atau dalam hari yang sama

c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya

d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada secara cukup konsisten, sehingga
dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30.-).1

F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia

Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk gangguan psikotik polimorfik akut
(F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala skizofrenia yang khas.

Pedoman diagnostik

Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan psikotik polimorfik akut
harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu secara jelas.

Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic berubah menjadi
skizofrenia (F20.-).1
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia

Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat cukup stabil
dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya.
Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan
dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)

Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:

a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non psikotik menjadi
keadaan yang jelas psikotik)

b. Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar
waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik.

c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi

Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan lamanya, maka
diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)

Termasuk :

• Skizofrenia akut (tak terinci)

• Gangguan skizofreniform singkat

• Psikosis skizofreniform singkat

• Oneirofrenia

• Reaksi skizofrenia

Tak termasuk:

• Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)

• Gangguan skizofreniform YTT (F20.8 ).1

F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham

Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara komparatif stabil merupakan
gambaran klinis utama, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-). Waham kejaran atau
waham rujukan biasa terjadi dan halusinasi biasanya auditorik (suara yang berbicara langsung pada
pasien)

Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:

a. Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari keadaan non psikotik sampai jelas
psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan
psikotik yang jelas

c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tidak
terpenuhi.

Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi gangguan
waham menetap (F22.-) Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka
diagnosis harus diubah menjadi psikosis nonorganik lainnya (F28)

Termasuk:

a. Reaksi paranoid

b. Psikosis paranoid psikogenik.1

F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya

Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun dalam F23
(seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya untuk
sebagian kecil waktu) harus dimasukan dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak khas harus juga
dimasukan dalam kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan mental pasien tidak dapat
diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab organic.1

F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan yaitu:

a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien

b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)

c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera

Konseling pasien dan keluarga.

a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak
pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien

b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor

c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

2. Penatalaksanaan Medis

a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :


Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-
dopamin.

1. Antagonis Reseptor Dopamin

Antagonis reseptor dopamin, terutama terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan
utama. Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi
mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang
mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu adalah akatisia adan gejala lir-
parkinsonism berupa rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom
neuroleptik maligna.

2. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)

SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtipe
reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor
serotonin maupun glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis
yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif. Obat yang juga disebut sebagai obat
antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas
dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan ini setidaknya sama
efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih
sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya
adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan
menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk antipsikosis.

Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik, pada subtipe manik,
kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan antipsikotik.

Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.

Nama Obat

Haloperidol (Haldol) dan Clorpromazin

Digunakan untuk manajemen psikosis, saraf motorik dan suara pada anak dan orang dewasa. Mekanisme
tidak secara jelas ditentukan, tetapi merupakan competively blocking postsynaptic dopamine (D2)
reseptor dalam sistem mesolimbik dopaminergik, dengan meningkatnya pergantian dopamin untuk efek
penenang. Dengan terapi subkronik, depolarisasi dan D2 postsinaptik dapat memblokir aksi antipsikotik.

Risperidone (Risperdal) Monoaminergik selektif mengikat reseptor D2 dopamin selama 20 menit,


afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor 5-HT2. Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan
afinitas lebih rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-adrenergik. Memperbaiki gejala negatif
pada psikosis dan menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal.

Olanzapine (Zyprexa) Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem reseptor
(seperti serotonin, dopamin, kolinergik, muskarinik, alpha adrenergik, histamin). Efek antipsikotik berupa
perlawanan terhadap dopamin dan reseptor serotonin tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan
gangguan bipolar.

Clozapine (Clozaril) Memblokir aktifitas reseptor D2 dan D1, tetapi memiliki efek dalam menghambat
nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin secara signifikan, tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya
penggunaan agranulositosis pada pasien nonresponsif atau agen neuroleptik klasik tidak ditoleransi.

Quetiapine (Seroquel) Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu melawan efek
dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya
distonia, parkinsonism, dan tardif diskinesia.

Aripiprazole (Abilify) Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme kerjanya belum
diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan parsial
dopamin (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).

Prognosis

Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan.
Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu
kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama
kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik
kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik
singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80
persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.7

Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif
mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase
depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan
ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan
mood.6

Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat

1. Penyesuaian premorbid yang baik

2. Sedikit trait schizoid pramorbid

3. Stressor pencetus yang berat

4. Onset gejala mendadak

5. Gejala afektif

6. Konfusi selama psikosis

7. Sedikit penumpulan afektif

8. Gejala singkat
9. Tidak ada saudara yang skizofrenik.2

Daftar Pustaka

1. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa. FKUI

2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William &Wilkins

3. Bora E., Yucel M., and Pantelis C. 2009. Cognitive functioning in schizophrenia, schizoaffective
disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British Journal of Psychiatry, 195:475-482

4. Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-Blackwell.

5. Lee KY., et al. 2012. Acute psychosis related to use of trimethoprim/sulfamethoxazole in the treatment
of HIV-infected patients with Pneumocystis jirovecii pneumonia: a multicentre, retrospective study.
Journal of Antimicrobial Chemotherapy .

6. Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case Report. The
International MS Journal.17.2: 54–57.

Anda mungkin juga menyukai