Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang
diampu oleh :.
Henny Suhindarno, S.Sos, M.Si

Disusun oleh :

M. Eko Novianto (18632011028)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BOJONEGORO
BOJONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dengan judul “ Negara dan Konstitusi”.
Dengan materi kuliah ini kami sebagai mahasiswa diharapkan mampu
untuk memahami makna dari negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan
demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi yang
berguna bagi pembacanya, terutama untuk mahasiswa supaya bisa memahami
pengertian negara dan konstitusi.

Bojonegoro, 24 Arpil 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 2
2.1. Pemilu ............................................................................................ 2
2.1.1 Pengertian Pemilu ................................................................ 2
2.1.2 Sistem Pemilihan Umum ..................................................... 3
2.2 Dampak Pemilu .............................................................................. 4
2.2.1 Dari Sudut Pandang SDM .................................................... 5
2.2.2 Dari Sudut Pandang Politik .................................................. 6
2.2.3 Dari Sudut Pandang Sosial ................................................... 7
BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan .................................................................................... 9
3.2. Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk
mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka-ragam,
mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di berbagai
tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih
luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti
ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih
sering digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada
penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa pengertian pemilu?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemilu.
2. Untuk mengetahui proses dari pemilu.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pemilu
2.1.1 Pengertian Pemilu
Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih seseorang
untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka-
ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil
rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala
desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti
proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau
ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering
digunakan.

2.1.2 Sistem Pemilihan Umum

 Berdasarkan Daftar Peserta Partai Politik

Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu:

1. sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto


peserta partai politik.
2. sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama partai
politik tertentu.

 Berdasarkan Perhitungan

Sistem pemilihan umum terbagi 3 jenis yaitu:

1. Sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu


calon peserta politik mengumpulkan dalam jumlah suara terbanyak.
Jenis sistemnya:
1. Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)
2. Suara alternatif (Alternative Vote/AV)
3. Suara blok (Block Vote/BV)
4. Sistem putaran dua (Two Round System/TRS)
2. Sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu
perhitungan sistem distrik yang menjembatani proporsional. Jenis
sistemnya:
1. Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non
Transferable Vote/SNTV)
2. Sistem paralel (Parallel system)
3. Suara terbatas (Limited vote)
4. Suara kumulatif (Cumulative vote)
3. Sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit
yaitu calon peserta politik mengumpulkan dengan menggunakan
bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:
1. Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable
Vote/STV)
2. Perwakilan proporsional (Proportional Representative/PR)
1. Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)
2. Suara sisa terbanyak/Kuota (Largeset remainder)
3. Daftar partai (Party-list)
1. Daftar terbuka (Open-list)
2. Daftar tertutup (Close-list)
3. Daftar lokal (Local-list)
4. Anggota proporsional campuran (Mixed Member
Proportional/MMP)
2.2 Dampak Pemilu
2.2.1 Dari Sudut Pandang SDM

-KPU Sebut 90 Petugas KPPS Meninggal di Pemilu 2019


Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Arief Budiman menyampaikan hingga Senin (22/4) sore sudah ada 90
petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang
meninggal dunia dan 374 orang sakit dalam tugas Pemilu 2019. KPU akan
menemui Kementerian Keuangan untuk membahas anggaran santunan bagi
para petugas yang mengalami musibah itu.

"Kami besok rencanakan akan lakukan pertemuan dengan Kementerian


Keuangan. Besok rencananya sekjen yang akan bertemu para pejabat
Kementerian Keuangan," kata Arief dalam jumpa pers di Kantor KPU,
Jakarta, Senin (22/4).

Arief menyebut KPU akan mengusulkan besaran santunan kepada


Kemenkeu. Untuk petugas yang luka-luka diusulkan mendapat Rp16 juta,
penyandang catat mendapat maksimal Rp30 juta, dan yang meninggal dunia
menerima Rp36 juta. Ia menegaskan jumlah itu akan diusulkan ke
Kemenkeu untuk bisa diwujudkan.

"Akan dibahas diambil dari pos mana karena tidak ada pos anggaran khusus
terkait asuransi," tuturnya.

Sebelumnya, Mendagri Tjahjo Kumolo memastikan Pemerintah akan


mencairkan dana untuk santunan para petugas KPPS yang meninggal dunia.
Namun Tjahjo belum bisa memastikan besarannya sebab masih menunggu
data dari KPU dan Bawaslu.

"Kami menunggu usulan dari Bawaslu dan KPU. Saya yakin Pemerintah
akan memberi penghargaan, tetapi kalau soal anggaran nanti biar dari
Bawaslu fix-nya, berapa untuk yang sakit, berapa yang meninggal termasuk
KPPS, dan anggota Polri," kata Tjahjo lewat keterangan tertulis. Meninggal
Karena Kelelahan. Dari Sumatera Selatan jumlah petugas KPPS yang
meninggal bertambah dua orang menjadi empat orang. Semua petugas itu
meninggal karena kelelahan. Sementara tiga petugas masih dirawat di rumah
sakit dan satu petugas di antaranya dalam kondisi kritis.

"Awalnya ada dua, tapi kita baru dapat laporan terbaru, ada yang meninggal
lagi. Jadi total 4 orang petugas KPPS meninggal. Itu baru yang meninggal,
yang sakit juga ada beberapa" ujar Komisioner KPU Sumsel Divisi Hukum
dan Pengawasan Hepriadi.

Dua petugas KPPS yang meninggal tersebut yakni Untung Imansyah yang
bertugas di Banyuasin serta Syarifudin yang bertugas di TPS 06 Desa
Anyar, Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja, Kabupaten OKU Timur.
Adapun tiga petugas KPPS yang tengah dirawat di rumah sakit yakni
berasal dari Kabupaten Lahat, OKU Timur, serta Kota Lubuklinggau.

"Yang dari Lubuklinggau ini dikabarkan pembuluh darahnya pecah. Yang


parah, kritis ini yang di Lahat. Sekarang masih kritis kondisinya.

Dirinya berujar, para petugas KPPS yang meninggal dan dirawat di rumah
sakit tersebut memang kelelahan saat bertugas, bukan karena penyakit
bawaan ataupun kambuhan yang diderita oleh para petugas. Hepriadi bisa
memastikan para petugas yang meninggal dan sedang dirawat disebabkan
oleh kelelahan saat bertugas, bukan karena penyakit bawaan. Sebab, kata
dia, para petugas tersebut saat melamar menjadi anggota KPPS diwajibkan
membawa surat keterangan sehat dari dokter agar bisa bertugas dengan baik
saat pemilu.
"Ini semuanya kelelahan, bukan karena sakit yang diderita. Karena sebelum
mereka sakit atau meninggal, mereka baik-baik saja, sehat dan bisa
melaksanakan tugasnya dengan baik," ujar dia.

2.2.2 Dari Sudut Pandang Politik

-Kemendagri Waspadai Modus Baru Politik Uang di Pemilu 2019

Jakarta - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengingatkan


ada potensi inovasi baru dalam praktek politik uang dalam pemilu 2019.
Selain dengan cara memberi uang secara langsung kepada pemilih, cara lain
yang sulit diketahui juga dilakukan para peserta pemilu.

"Tentu metode money politic, cara di lapangan pasti semakin berkembang,


tentu kita harus lebih kritis lagi mengungkap cara baru politik uang, bisa
jadi muncul inovasi baru yang terjadi dan tidak terjadi di pemilu
sebelumnya," kata Kapuspen Kemendagri Bahtiar dalam diskusi di Kantor
Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).
Bahtiar mencontohkan, salah satu bentuk politik uang adalah dengan
menanam jasa dan bukan lewat pemberian uang secara langsung. Tanam
jasa itu menurut Bahtiar sulit terlihat.

"Orang yang akan jadi calon jauh-jauh hari sudah tanam jasa di kampung,
yang bisa mengikat elit seperti kelompok tani dan kelompok nelayan.
Metode ini juga semakin berkembang, kalau money politic belanja langsung
mudah terlihat, seperti memberi amplop," ujarnya.

Dia juga menilai politik uang rawan terjadi di pemilihan legislatif. Sebab
pemilu serentak membuat masyarakat lebih tertarik pada pilpres dan kurang
mengawasi pileg.
"Karena dihadapkan pada 16 pilihan kemungkinan pemilih bingung saya
harus pilih caleg mana dari partai mana, karena tawaran gagasan kandidat di
lapangan hampir tidak ada bedanya. Karena isu tertarik ke pilpres maka isu
perbedaan gagasan 16 partai pemilih tidak mampu membedakan secara baik.
Dalam situasi bingung itu pemilih akan memilih yang pasti-pasti," ucapnya.

Pengamat politik Burhanudin Muhtadi yang juga hadir dalam diskusi itu
juga memprediksi potensi naiknya jumlah politik uang dalam pemilu 2019.
Buhanudin menyebut politik uang semakin banyak saat mendekati hari
pencoblosan.

"Karena monitor kurang, (jumlah politik uang) dugaan saya naik, dan
umunya semakin dekat dengan hari H semakin naik," ujar Burhanudin.

Selain kurangnya pengawasan, Burhanudin memandang perubahan jumlah


daerah pemilihan juga mempengaruhi. Bertambahnya jumlah kursi yang
diperebutkan juga membuat persaingan antar caleg semakin ketat.

"Faktornya yang bertarung di pileg jauh lebih banyak dibandingkan 2014,


karena dapil nambah kursi juga nambah. Akibatnya pertarungan di bawah
jauh lebih brutal, padahal buat para caleg mereka mereka dont care dengan
Jokowi Prabowo," pungkasnya.
- Dua Warga Laporkan Dugaan "Money Politics" Pemilu 2019 ke
Bawaslu Ogan Ilir

INDRALAYA, KOMPAS.com -Dua warga Desa Kelampadu,


Kecamatan Muara Kuang, Ogan Ilir (OI) Provinsi Sumatera Selatan, yakni
Darwin (34) dan Mastina (44), melaporkan dugaan politik uang dari dua
calon anggota legislatif (caleg) dari dua partai berbeda ke Bawaslu Ogan Ilir
hari ini Senin (15/4/2019). Kedua warga tersebut melapor dengan membawa
bukti lembaran uang dan kartu nama dari kedua caleg tersebut. Di Kantor
Bawaslu Ogan Ilir, keduanya diterima bagian Penegakan Hukum Terpadu
(Gakkumdu) dan langsung diperiksa di ruang tertutup secara bergiliran.
Usai diperiksa, Darwin dan Mastina langsung memberikan keterangan
kronologis kejadian dan mengapa keduanya memilih melapor ke Bawaslu
Ogan Ilir. Dari pengakuan keduanya, minggu dan sabtu malam kemarin.
Mereka di datangi tim suskes salah satu caleg untuk pemilihan DPRD
Provinsi Sumatera Selatan dan DPRD Ogan Ilir dari salah satu partai politik.
Saat itu, tim sukses dari kedua caleg tersebut memberi amplop berisi uang
sebesar masing-masing Rp 40 ribu dan Rp 100 ribu beserta kartu nama
caleg, dengan permintaan agar memilih caleg dengan inisial HM dan AM.
Merasa perbuatan itu melanggar aturan pemilu, keduanya pun memutuskan
melapor ke Bawaslu Ogan Ilir dan meminta laporan itu ditindaklanjuti
dengan serius.

“Saya datang ke Kantor Bawaslu Ogan Ilir, melaporkan adanya dugaan


perbuatan money politic dari caleg salah satu partai untuk DPRD Provinsi
Sumatera Selatan (inisial HM) dengan cara memberi amplop berisi uang 40
ribu rupiah dan sebuah kartu nama caleg tersebut,” katanya.

Sedangkan Mastina juga melaporkan hal yang sama. Ia juga ditemui salah
satu tim sukses caleg dan diberi amplop berisi uang dengan permintaan
untuk memilih caleg dimaskud.
“Saya ditemui tim sukses salah satu cakeg (insisial AM) lalu diberi amplop
berisi uang 100 ribu rupiah dan diminta memilih caleg tersebut,” katanya

Sementara, Ketua Bawaslu Ogan Ilir Dermawan Iskandar mengatakan,


laporan keduanya sudah diterima dan akan segera dilakukan kajian. Jika
terbukti memenuhi unsur pidana pemilu, maka dalam waktu 1x24 jam akan
diserahkan ke penyidik kepolisian untuk diproses hukum.

“Laporan sudah diterima oleh petugas Gakkumdu dan akan segera dikaji,
jika memenuhi unsur pidana maka dalam waktu 1 x 24 jam langsung akan
kami laporkan ke penyidik kepolisian untuk proses hukum,” jelasnya

Dermawan Iskandar menambahkan, jika nanti dalam penyelidikan polisi


terbukti melanggar hukum dan memiliki kekuatan hukum tetap maka caleg
yang dilaporkan dapat didiskualifikasi.
2.2.3 Dari Sudut Pandang Sosial

Beda Pilihan Politik Pemilu, Warga di Pamekasan Saling Bacok


Madura, CNN Indonesia -- Berbeda pilihan politik dalam Pemilu
2019 berujung perkelahian bahkan menggunakan senjata tajam terjadi
di Pamekasan, Jawa Timur. Ironisnya lagi, perkelahian itu terjadi di antara
sesama warga yang notabene masih satu garis kekerabatan.

Peristiwa ini terjadi di Dusun Tenggina II, Desa Palengaan Daya,


Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan di Pulau Madura.

Perkelahian itu bermula ketika Sahri, menganggap keluarga Makruf tak


membantu caleg dalam Pemilu 2019 yang didukungnya. Sahri dikenal
warga sekitar memang sebagai bagian dari timses salah satu caleg di dapil
tersebut.

Sebelum perkelahian itu terjadi Sahri bertemu Fatimah-bibi dari Makruf,


dan memarahi perihal pilihan politik dalam Pemilu 2019. Fatimah dimarahi
Sahri, bahkan disebutkan sempat didorong hingga terjatuh.

Pulang ke rumah, Fatimah bercerita apa yang dialaminya itu ke Makruf.


Setelahnya, Makruf lantas bergegas ke rumah Sahri, lalu menanyakan alasan
memarahi bibinya hingga dijatuhkan.

Adu mulut antara Makruf dan Sahri pun terjadi, hingga mereka berdua
terlibat perkelahian senjata tajam. Sebelum berujung maut, perkelahian itu
berhasil dilerai warga.

Sahri dan Makruf sama-sama mengalami bekas luka bacokan lalu dilarikan
ke rumah sakit.
Kapolres Pamekasan AKBP Teguh Wibowo mengatakan dalam
penyelidikannya, perkelahian dipicu akibat percekcokan. Namun ia tidak
mendalami dugaan yang mengarah terhadap pandangan politik. Meski hal
tersebut diakui banyak masyarakat yang berasumsi akibat dukungan caleg.

"Kedua belah pihak sudah kita tenangkan agar tidak berkelanjutan," ujar
Teguh singkat.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah


dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun
1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014. Jumlah kontestan partai
partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali
pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.

Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.
Pertama, pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk
memilih anggota DPR. Kedua, pemilu diselenggarakan pada tanggal 15
Desember 1955 untuk memilih anggota.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap untuk masyarakat
lebih memahami arti tentang pemilu dan proses di negara kita, serta
pemerintah dapat menjalankan kepemerintahannya sesuai dengan dasar
negara. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Election (political science)," Encyclopedia Britanica Online".


Diakses tanggal 18 Agustus 2009.
2. Robert, Henry M.; et al. (2011). Robert's Rules of Order Newly
Revised (edisi ke-11th). Philadelphia, PA: Da Capo Press. hlm. 438–
446. ISBN 978-0-306-82020-5
3. Arifin, Anwar. Pencitraan dalam politik, (Jakarta: pustaka
Indonesia, 2006) hal.39
4. http://home.snafu.de/watchin/Republika12_07_2011.pdf
5. Perbedaan sistem distrik dan proporsional
6. Jidil 2
7. Suprihatini, Amin. Partai Politik di Indonesia, (Klaten: Cempaka
Putih, 2008), hlm.8,9

Anda mungkin juga menyukai