Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang
diampu oleh :.
Henny Suhindarno, S.Sos, M.Si
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dengan judul “ Negara dan Konstitusi”.
Dengan materi kuliah ini kami sebagai mahasiswa diharapkan mampu
untuk memahami makna dari negara dan konstitusi di Indonesia. Dengan
demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi yang
berguna bagi pembacanya, terutama untuk mahasiswa supaya bisa memahami
pengertian negara dan konstitusi.
Penulis
DAFTAR ISI
1.1 Pendahuluan
Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk
mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka-ragam,
mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di berbagai
tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih
luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti
ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih
sering digunakan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemilu.
2. Untuk mengetahui proses dari pemilu.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pemilu
2.1.1 Pengertian Pemilu
Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih seseorang
untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka-
ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil
rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala
desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti
proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau
ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering
digunakan.
Berdasarkan Perhitungan
"Akan dibahas diambil dari pos mana karena tidak ada pos anggaran khusus
terkait asuransi," tuturnya.
"Kami menunggu usulan dari Bawaslu dan KPU. Saya yakin Pemerintah
akan memberi penghargaan, tetapi kalau soal anggaran nanti biar dari
Bawaslu fix-nya, berapa untuk yang sakit, berapa yang meninggal termasuk
KPPS, dan anggota Polri," kata Tjahjo lewat keterangan tertulis. Meninggal
Karena Kelelahan. Dari Sumatera Selatan jumlah petugas KPPS yang
meninggal bertambah dua orang menjadi empat orang. Semua petugas itu
meninggal karena kelelahan. Sementara tiga petugas masih dirawat di rumah
sakit dan satu petugas di antaranya dalam kondisi kritis.
"Awalnya ada dua, tapi kita baru dapat laporan terbaru, ada yang meninggal
lagi. Jadi total 4 orang petugas KPPS meninggal. Itu baru yang meninggal,
yang sakit juga ada beberapa" ujar Komisioner KPU Sumsel Divisi Hukum
dan Pengawasan Hepriadi.
Dua petugas KPPS yang meninggal tersebut yakni Untung Imansyah yang
bertugas di Banyuasin serta Syarifudin yang bertugas di TPS 06 Desa
Anyar, Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja, Kabupaten OKU Timur.
Adapun tiga petugas KPPS yang tengah dirawat di rumah sakit yakni
berasal dari Kabupaten Lahat, OKU Timur, serta Kota Lubuklinggau.
Dirinya berujar, para petugas KPPS yang meninggal dan dirawat di rumah
sakit tersebut memang kelelahan saat bertugas, bukan karena penyakit
bawaan ataupun kambuhan yang diderita oleh para petugas. Hepriadi bisa
memastikan para petugas yang meninggal dan sedang dirawat disebabkan
oleh kelelahan saat bertugas, bukan karena penyakit bawaan. Sebab, kata
dia, para petugas tersebut saat melamar menjadi anggota KPPS diwajibkan
membawa surat keterangan sehat dari dokter agar bisa bertugas dengan baik
saat pemilu.
"Ini semuanya kelelahan, bukan karena sakit yang diderita. Karena sebelum
mereka sakit atau meninggal, mereka baik-baik saja, sehat dan bisa
melaksanakan tugasnya dengan baik," ujar dia.
"Orang yang akan jadi calon jauh-jauh hari sudah tanam jasa di kampung,
yang bisa mengikat elit seperti kelompok tani dan kelompok nelayan.
Metode ini juga semakin berkembang, kalau money politic belanja langsung
mudah terlihat, seperti memberi amplop," ujarnya.
Dia juga menilai politik uang rawan terjadi di pemilihan legislatif. Sebab
pemilu serentak membuat masyarakat lebih tertarik pada pilpres dan kurang
mengawasi pileg.
"Karena dihadapkan pada 16 pilihan kemungkinan pemilih bingung saya
harus pilih caleg mana dari partai mana, karena tawaran gagasan kandidat di
lapangan hampir tidak ada bedanya. Karena isu tertarik ke pilpres maka isu
perbedaan gagasan 16 partai pemilih tidak mampu membedakan secara baik.
Dalam situasi bingung itu pemilih akan memilih yang pasti-pasti," ucapnya.
Pengamat politik Burhanudin Muhtadi yang juga hadir dalam diskusi itu
juga memprediksi potensi naiknya jumlah politik uang dalam pemilu 2019.
Buhanudin menyebut politik uang semakin banyak saat mendekati hari
pencoblosan.
"Karena monitor kurang, (jumlah politik uang) dugaan saya naik, dan
umunya semakin dekat dengan hari H semakin naik," ujar Burhanudin.
Sedangkan Mastina juga melaporkan hal yang sama. Ia juga ditemui salah
satu tim sukses caleg dan diberi amplop berisi uang dengan permintaan
untuk memilih caleg dimaskud.
“Saya ditemui tim sukses salah satu cakeg (insisial AM) lalu diberi amplop
berisi uang 100 ribu rupiah dan diminta memilih caleg tersebut,” katanya
“Laporan sudah diterima oleh petugas Gakkumdu dan akan segera dikaji,
jika memenuhi unsur pidana maka dalam waktu 1 x 24 jam langsung akan
kami laporkan ke penyidik kepolisian untuk proses hukum,” jelasnya
Adu mulut antara Makruf dan Sahri pun terjadi, hingga mereka berdua
terlibat perkelahian senjata tajam. Sebelum berujung maut, perkelahian itu
berhasil dilerai warga.
Sahri dan Makruf sama-sama mengalami bekas luka bacokan lalu dilarikan
ke rumah sakit.
Kapolres Pamekasan AKBP Teguh Wibowo mengatakan dalam
penyelidikannya, perkelahian dipicu akibat percekcokan. Namun ia tidak
mendalami dugaan yang mengarah terhadap pandangan politik. Meski hal
tersebut diakui banyak masyarakat yang berasumsi akibat dukungan caleg.
"Kedua belah pihak sudah kita tenangkan agar tidak berkelanjutan," ujar
Teguh singkat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.
Pertama, pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 untuk
memilih anggota DPR. Kedua, pemilu diselenggarakan pada tanggal 15
Desember 1955 untuk memilih anggota.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap untuk masyarakat
lebih memahami arti tentang pemilu dan proses di negara kita, serta
pemerintah dapat menjalankan kepemerintahannya sesuai dengan dasar
negara. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA