Anda di halaman 1dari 3

2.

Zakat

Bukti berikutnya dapat kita lihat dari kewajiban zakat dan Baitul Maal. Zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang penting. Kewajiban ini mutlak dan dikenakan atas harta dan penghasilan. Tidak mungkin
rasanya kewajiban zakat ini terpenuhi tanpa mengetahui metode perhitungan zakat atas harta atau
penghasilan. Kewajiban zakat bagi muslim merupakan bukti betapa pentingnya peranan akuntansi bukan
saja bagi perusahaan ataupun lembaga tetapi juga perorangan. Akuntansi dapat membantu dalam
proses penghitungan hasil laba dan jumlah aset yang menjadi alas an pengambilan zakat.

Dalam islam diatur zakat di bebankan atas harta, perniagaan, penghasilan panen, barang tambang dan
lain sebagainya. Sehingga dalam menghitung keuntungan dari perniagaan atau hasil panen diperlukan
konsep pengukuran laba, prinsip pengakuan hasil, serta metode penilaian atau konsep harga. Oleh
karena itu konsep-konsep akuntansi sangat perlu dalam pelaksanaan kewajiban seorang muslim.

B. PRAKTIK AKUNTANSI PEMERINTAHAN ISLAM

Kewajiban zakat berdampak pada di dirikannya institusi Baitulmal oleh Nabi Muhammad SAW yang
berfungsi sebagai lembaga penyimpanan zakat beserta pendapatan lain yang diterima oleh Negara.
Hawari (1989) dalam Zaid (2001) mengungkapkan bahwa pemerintahan Rasulullah saw baru berada
pada tahap penyimpanan personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga di distribusikan setelah harta
tersebut diperoleh. Dengan demikian, tidak perlu diperlukan pelaporan atas penerimaan dan
pengeluaran Baitulmal. Hal sama berlanjut pada masa Khalifah Abu Bakar As-Sidik.

Perkembangan pemerintahan islam hingga meliputi Timur Tengah, Afrika, dan Asia di zaman khalifah
Umar bin Khatab telah meningkatkan penerimaan Negara secara signifikan. Dengan demikian, kekayaan
Negara yang disimpan di Baitulmal juga makin besar. Para sahabat merekomendasikan perlunya
pencatatan untuk pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran Negara. Selanjutnya, khalifah
Umar bin Khatab mendirikan unit khusus yang bernama Diwan (dari kata Dawana =tulisan) yang bertugas
membuat laporan keuangan Baitulmal sebagai bentuk akuntabilitas Khalifah atas dana Baitulmal yang
menjadi tanggung jawabnya (Zaid, 2001).

Selanjutnya, reliabilitas laporan keuangan pemerintah dikembangkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(681-720 M) berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan uang. Kemudian, Khalifah Al-Waleed bin
Abdul Malik (705-715 M) mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan tidak terpisah seperti
sebelumnya.

Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa Daulah
Abbasiah. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi antara lain akuntansi peternakan,
akuntansi pertanian, akuntansi bendahara, akuntansi konstruksi, akuntansi mata uang, dan pemeriksaan
buku (auditing). Pada masa itu, system pembukuan telah menggunakan model buku besar, yang meliputi
sebagai berikut:

1. Jaridah Al-Kharaj

2. Jaridah An-Nafaqat
3. Jaridah Al-Mal zakat.

4. Jaridah Al-Musadareen

Adapun untuk pelaporan, telah di kembangkan berbagai akuntansi, antara lain sebagai berikut:

1. Al-Khitmah

2. Al-Khitmah Al-Jame’ah

C. NILAI ISLAM DALAM AKUNTANSI

Kalau kita katakan islam dalam akuntansi maksudnya adalah apakah comprehensive accounting itu
mempunyai kelengkapan yang sama atau sesuai dengan tujuan dan hakikat dan nilai islam. Dimuka telah
dijelaskan bahwa nilai islam dalam konteks ini dimaksudkan sebagai tata nilai yang antara lain bersifat
keadilan, pertanggungjawaban, dan kebenaran (dalam pencatatan). Jadi pertanyaan kita adalah apakah
dalam akuntansi itu kita temukan keadilan, pertanggung jawaban, dan kebenaran? Untuk menjawab
pertanyaan ini tentu kita perlu membahas lebih dalam sifat dan ciri akuntansi yang telah dibahas dari
bab-bab sebelumnya. Namun dalam bab ini penulis hanya memberikan poin-poinnya saja yang
merupakan dasar bagi kita untuk menjawab pertanyaan tadi.

1. Yang dicatat oleh Akuntansi adalah transaksi (muamalah).

2. Dasar pencatatan transaksi adalah bukti atau disebut juga business paper

3. Bukti yangmenjadi dasar pencatatan akan di klasifikasi secara teratur melalui aturan umum yang di
Indonesia disebut standar akuntansi keuangan.

4. Akuntansi berprinsip pada substance over Form

5. Akuntansi memiliki sifat relevan

- Tahap kelahiran laporan keuangan di atas masih belum sampai kepada titik “Dipercaya”. Untuk sampai
kepada titik di percaya laporan itu masih perlu diuji atau disaksikan lagi oleh pihak tertentu yang
dianggap independent (tidak memihak) melalui pemeriksaan laporan keuangan yang disebut dengan
audit atau general audit.

Dasar pemberian opini adalah sampai di mana laporan keuangan menanti Prinsip akuntansi (standar
akuntansi), pengungkapan, konsistensi dan syarat-syarat lainnya.

Demikianlah, proses yang kita temukan dalam “comprehensive accounting” dalam melakukan
pencatatan sampai kepada laporannya dan laporan pihak lainnya sehingga menjadi konsumsi umum. Dan
jelas dapat kita lihat betapa ketatnya system itu menjaga agar output akuntansi tetap dalam sifat
kebenaran, keadilandan kejujuran (objektivitas) sebagaimana halnya hakikat dan keinginan islam. Hal ini
berarti dapat dirumuskan bahwa beberapa tata nilai ada dalam akuntansi.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Islam adalah merupakan agama yang paling lengkap dan universal, yang mengatur segala kehidupan
manusia baik duniawi maupun akhirat tak terkecuali dalam ekonomi perbankan dan akuntansi.

Peran islam dalam akuntansi tertulis dalam al-qur’an yang menjelaskan dan mengatur tentang hal-hal
yang berkaitan dengan muamalah dan perintah untuk mencatat setiap transaksi yang bersifat tidak
tunai. Akuntansi juga merupakan upaya untuk menjaga keadilan dalam masyarakat karena akuntansi
menjaga catatan dan menjamin akurasinya. Peran islam dalam akuntansi juga tercermin dalam
pengaturan zakat yang juga merupakan kewajiban umat muslim, hal ini menunjukan pentingnya peran
akuntansi bukan hanya bagi perusahaan , lembaga, tapi juga perorangan .Oleh karenanya akuntansi wajib
bagi umat islam.

Anda mungkin juga menyukai